You are on page 1of 12

RESUME

BANTUAN HIDUP DASAR DAN BANTUAN HIDUP LANJUT

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darutar II)
Dosen Pengampu : Anri S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh

Anita Sri Widiyanti

191FK01012

3C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
Bantuan Hidup Dasar Dan Bantuan Hidup Lanjut

1. Definisi

Bantuan hidup adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mempertahankan

kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa.

Bantuan hidup dasar merupakan dasar dalam menyelamatkan penderita dalam

kondisi yang mengancam nyawa yang meliputi segera tanda-tanda henti jantung

dan segera mengaktifkan sistem respon kegawatdaruratan segera melakukan

RJP, dan segera melakukan defibrilasi dengan menggunakan Automated

External Defibrilation (Yayasan ambulance gawat darurat 118, 2014).

Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan

dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang

menujuk kematian. AHA atau American Heart Association (2005), tindakan

BLS dapat disingkat dengan teknik ABC pada prosedur CPR atau Cardio

Pulmonary Resuscitation yaitu:

• A atau Airway adalah menjaga jalan nafas tetap terbuka

• B atau Breathing adalah ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat

• C atau Circulation adalah mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi

jantung paru

Bantuan hidup lanjut adalah penanganan dengan menggunakan alat dan

penatalaksanaan setelah tindakan resusitasi (Yayasan ambulans Gawat Darurat

118, 2014)
2. Tujuan

Memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi dan oksigenasi tubuh secara

efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik secara spontan

atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan bantuan hidup

lanjut.

3. Indikasi pemberian bantuan hidup dasar

a. Henti Nafas

Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan diding dada dan aliran

udara pernafasan korban gawat darurat. Henti napas dapat terjadi pada

keadaan :

- Tenggelam

- Stroke

- Obstruksi jalan napas

- Epiglottis

- Overdosis obat – obatan

- Tersengat listrik

- Infark miokard

- Tersambar petir

- koma

b. Henti Jantung

Pada saat henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti

sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu, missal tersengal – sengal

merupakan awal terjadinya henti jantung.

4. Waktu Kritis

a. Tidak ada napas dan nadi ( mati klinis )

b. Brain damage = setelah 4 – 6 menit

c. Biological death = setelah 10 menit

5. Langkah Langkah Bantuan Hidup Dasar

a. Pengkajian

1) Danger

Dalam memberikan bantuan hidup dasar kita sebagai petugas harus

memperhatikan keamanan bagi penolong maupun penderita yang

mengalami kegawatdaruratan.

2) Respon

Respon yang kita perhatikan dan pertama kita nilai adalah kesadaran

melihat korban masih bernafas atau gasping, menilai tingkat kesadaran

dengan cara memanggil namanya, menepuk pundak atau bahu, rangsang

dengan respon nyeri

3) Call for help

Setelah menilai kesadaran penderita dan ternyata tidak ada respond an

harus minta tolong melakukan tindakan resusitasi, di samping sebagai

advokasi juga penting sebagai bantuan tenaga melakukan resusitasi.

Karena saat melakukan resusitasi kita membutuhkan tenaga ekstra agar


kita tidak ceat lelah dan sarana untuk memanggil tenaga kesehatan yang

lebih mahir.

4) Compression

Setelah penolong meminta tolong selanjutnya bila penolong orang awam

langsung melakukan kompresi dada sebanyak 30 x kompresi, namum

apabila petugas terlatih/medis melakukan pengecekkan nadi carotis

terlebih dahulu. Hal yang di perlihatikan adalah teraba atau tidak,

kekuatannya, irama dan frekuensinya tidak boleh lebih dari 10 detik.

Maka jika tidak teraba nadi langsung di lakukan kompresi jantung luar.

b. Airway

1) Membuka jalan nafas

Obstruksi jalan nafas merupakan salah satu pembunuh tercepat. Adapun

penyulit yang sering timbul pada airway:

- Obstruksi total Biasanya pasien sadar yang tertelannya beda asing

yang menutupi total jalan nafas

- Obstruksi parsial Biasanya di sebabkan cairan(darah,aspirasi

lambung,dsb), kumur-kumur (gurgling), lidah yang jatuh

kebelakang(ngorok), penyempitan di larink atau trakea-stridor

2) Pengelolaan jalan nafas

- Penghisapan ( Suction )

- bila ada cairan

- Menjagajalan napas secara manual


- Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh

kebelakang dengan memakai cara : angkat kepala – dagu ( Head Tilt

Chin Lift Manuever ) dan angkat rahang ( Jaw thrust )

3) Head Tilt Chin Lift Manuever

Tehnik ini meletakkan salah satu tangan di bawah leher penderita dan

tangan yang lainnya pada dahi, kemudian lakukan ektensi. Head tilt akan

memposisikan kepala pasien pada posisi sniffing dengan lubang hidung

menghadap ke atas. Kemudian pindahkan tangan yang menyangga leher,

letakkan di bawah simfisis mandibula, sehingga tidak menekan jaringan

lunak dari submental triangle dan pangkal lidah. Mandibula kemudian di

dorong kedepan dan keatas hingga gigi atas dan bawah bertemu. Ini di

sebut dengan chin lift, yang akan menyokong rahang dan membantu

memiringkan kepala belakang.

4) Jaw Thrust Manuever

Merupakan tehnik membuka jalan nafas yang paling aman jika di

perkirakan terdapat cedera servikal.

5) Cross finger dan finger Sweep

Tehnik ini di gunakan pada pasien tidak sadar. Pegang dan angkat

mandibula berikut dengan lidah dengan ibu jari lainnya (satu tangan)

6) Heimlich Manuever

Batuk buatan dengan cara meningkatkan diafragma dan mendorong

udara dari paru-paru.


7) Chest Trust Manuever

Dilakukan pada penderitaobesitas atau pada kehamilan yang sudah besar

8) Standing or Sitting Chest Thrust Manuever

9) Prone chest Thrust manuever

Posisi penolong bersimpuh dekat di samping penderita dan letak tangan

seperti saat melakukan kompresi dada. Tekan dada pasien dengan cepat.

10) Breathing

Pemberian bantuan nafas buatan di berikan 2 kali dengan tidal volume

sebesar tidal penolong sekitar 500-700 ml. Pastikan selalu dada pasien

mengembang setiap pemberian nafas. Lanjutkan dengan kompresi dada

30 x tanpa jeda diantaranya. Bila korban tanpak sudah bernafas evaluasi

pernafasannya dengan melihat cara bernafas, frekuensi nafas dan saturasi

oksigennya Pernafasan normal dewasa: 12-20 x/menit dan anak-anak 15-

30 x/menit.

Jenis jenis breathing :

- Pernapasan buatan Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan

dengan cara Mouth to Mouth. Dengan cara ini akan dicapai

konsentrasi oksigen hanya 16% (konsentrasi udara paru saat

ekspirasi). Frekuensi ventilasi buatan Dewasa : 10 – 20x/menit Anak :

20 x/menit Bayi : 20 x/menit

- Mask to mask ventilation

- Bantuan pernafasan memakai kantung ( Bag – Valve – Mask,

“Bagging” )
11) Henti jantung dalam kehamilan

Kunci intervensi untuk pengelolaan henti jantung pada ibu hamil :

- Respon pertama atau penyelamat tungal akan memberikan resusi

jantung paru dengan kompresi dada (CAB bukan ABC)

- Tempatkan wanita pada posisi kiri lateral - Berikan ventilasi dengan

pemberian osigen 100% - Pertimbangkan kemungkinan penyebab

henti jantung

12) Posisi lateral

Tempatkan pasien pada permukaan yang keras dengan posisi 150 -300

miring ke lateral atau tempatkan uterus di bagian samping. Kemiringan

kiri dapat di capai secara manual atau dengan selimut di gulung di bawah

pinggul kanan dan daerah lumbal.

c. Lakukan RJP Sesuai SOP

Sebaiknya setiap provider RJP harus melakukan penyusunan standar

prosedur operasional (SOP) yang diresmikan oleh pejabat setempat untuk

menghindari adanya mal praktek dan sebagai guidance resmi yang harus

dipatuhi oleh setiap pelaksana. Setelah melakukan CPR dengan baik segera

lakukan evaluasi sesuai dengan C-A-B. evaluasi ini dilakukan dengan

langkah :

- Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien di evaluasi

kembali

- Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan

nafas dengan rasio 30 : 2


- Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap

- Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba,berika bantuan nafas sebanyak 10

12 x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit

- Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuatserta nadi teraba, jaga

agar jalan nafas tetap terbuka

Resusitasi jantung paru dihentikan

- Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan

- Ada bantuan yang lebih ahli dating menolong

- Penolong lelah atau OVER EXHAUSTED

- Adanya DNAR

- Tanda kematian yang irreversible / waktu sudah 30 menit atau lebih

6. Bantuan Hidup Lanjut

Bantuan hidup lanjut / BHL adalah usaha yang dilakukan setelah dilakukan

bantuan hidup dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat

memperpanjang hidup pasien. Bantuan hidup lanjut : BHD + DEF (D =

DRUGS, E= EKG, F = FIBRILATION)

a. Tujuan

Tujuan BHL yakni mengupayakan agar jantung berdenyut kembali dan

mencapai curah jantung yang adekuat

b. Komponen

Pengamanan jalan napas menggunakan alat bantu,Ventilasi yang

adekuat,Pembuatan akses jalur intravena (IV) atau jalur alternatif untuk

induksi obat,Menginterpretasikan hasil EKG, Mengupayakan sirkulasi


spontan dengan cara defibrilasi jantung dan penggunaan obat-obat emergensi

yang sesuai indikasi.

c. Peralatan

1) Oropharyngeal airway (OPA) atau nasopharyngeal airway (NPA) ,

2) Resuscitation bag dan sungkup muka atau mesin ventilator,

3) Endotracheal tube (ET) dengan laringoskopi, laryngeal mask airway, atau

supraglotic airway device lainnya,

4) Defibrilator, baik otomatis maupun manual, yang memiliki monitor

irama jantung (EKG),

5) Alat monitor standard (pulse oxymetry, pengukur tekanan darah, dan

PETC02),

6) Medikamentosa emergensi dan cairan infus

d. Farmakologi

Epinefrin/Adrenalin IV/IO dengan dosis 1 mg setiap 3-5 menit.

Amiodaron IV/IO. Dosis pertama: 300 mg bolus; dosis kedua: 150

mg.

AHA 2015 : vasopressin tidak lagi digunakan sebagai pengganti epinefrin

karena dianggap tidak lebih baik. Perhatikan pemberian obat-obatan. Henti

jantung shockable, Obat lini pertama adalah epinefrin. Jika penggunaan

epinefrin dan defibrilasi belum berhasil, maka dapat diberikan amiodaron

sebagai obat alternatif. Henti jantung non-shockable, Obat yang digunakan

hanya epinefrin
e. Alat bantu nafas lanjutan

Gunakan alat bantu supraglotik atau lakukan intubasi. Pemasangan alat

bantu napas harus selesai dalam jangka waktu 30 detik, jika tidak hentikan

dan berikan napas buatan, lalu coba pasang lagi.

Apabila alat bantu napas lanjutan sudah terpasang, berikan ventilasi

sebanyak 8-10 kali per menit dengan tetap melakukan RJP (resusitasi

jantung paru). Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Kembalinya

sirkulasi spontan ditandai Kembalinya denyut nadi dan tekanan darah;

Peningkatan PETC02 secara cepat, biasanya ≥4 mmHg.

Setelah tercapai ROSC, hal-hal yang harus dilakukan :

- Pemeriksaan EKG 12 sadapan,

- Pastikan adekuatnya oksigenasi dan ventilasi,

- Jaga temperatur tubuh,

- Terapi perfusi/reperfusi

Pasca ROSC pasien memerlukan perawatan pasca henti jantung di ruang

rawat intensif yang bertujuan untuk mencegah henti jantung berulang.

Sembari melakukan BHL, tim penolong harus mencoba mencari penyebab

henti jantung agar dapat memberikan obat atau terapi spesifik yang tepat.

Penyebab tersering henti jantung yang harus dipertimbangkan dikenal

dengan singkatan 5H5T.


DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Hartati. 2011. Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada

anak Balita di wilayah puskesmas Botumoito Kabupaten Boalemo Tahun 2011. Tesis

Program Pascasarjana Unhas.

You might also like