Professional Documents
Culture Documents
Diskusi Ham Lanjutan
Diskusi Ham Lanjutan
SECURITY OUTSOURCING
OLEH :
KELOMPOK 8
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
A. Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
Dari kasus imajiner tersebut, rumusan masalah yang dapat diangkat adalah
:
1. Apakah hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia?
2. Apakah PHK terhadap satpam tetap di Bank ABC yang terjadi
karena sistem Outsourcing sebagaimana dikemukakan dalam
uraian kasus adalah bentuk pelanggaran HAM ?
3. Apakah sistem Outsourcing cocok diterapkan di Indonesia yang
merupakan negara berkembang?
C. Pembahasan
Sebagai suatu hak yang sangat fundamental, agar dapat dinyatakan sebagai
hak asasi manusia secara hukum, hak-hak manusia tersebut harus memenuhi
beberapa elemen. Adapun elemen yang dimaksud adalah: 1) the right holders
(pemegang hak), 2) the duty bearers (penanggungjawab hak), 3) the substance
(substansi). Jika kemudian dikaitkan dengan elemen-elemen tersebut maka hak
atas pekerjaan dapat dikualifikasikan sebagai Hak Asasi Manusia, karena
pemegang hak atas pekerjaan adalah jelas yaitu menurut Article 23 Universal
Declaration of Human Rights yang mengatakan bahwa “(1) Everyone has the
right to work, to free choice of employment, to just and favourable conditions of
work and to protection against unemployment.
(2) Everyone, without any discrimination, has the right to equal pay for equal
(3) Everyone who works has the right to just and favourable remuneration
ensuring for himself and his family an existence worthy of human dignity, and
supplemented, if necessary, by other means of social protection.
(4) Everyone has the right to form and to join trade unions for the protection of
his interests.” atau dalam terjemahannya :
(1) Setiap orang memiliki hak untuk bekerja, untuk bebas memilih pekerjaan,
untuk adil dan kondisi kerja yang baik dan perlindungan terhadap pengangguran.
(2) Setiap orang, tanpa diskriminasi apa pun, memiliki hak atas pembayaran yang
sama dengan yang setara.
(3) Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan
menguntungkan, yang memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik
untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, dan jika perlu ditambah dengan
perlindungan sosial lainnya.
(4) Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja untuk
melindungi kepentingannya.
Sehingga Pasal 23 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia memiliki
makna bahwa setiap orang dan tanpa ada diskriminasi. Selanjutnya yang kedua
adalah penanggung jawab hak tersebut. Penanggung jawab hak dalam Hak Asasi
Manusia adalah negara. Christian Tomuschat dalam bukunya yang berjudul
Human Rights between Idealism and Realism menyatakan bahwa:
2. PHK terhadap satpam tetap di PT. ABC yang terjadi karena sistem
Outsourcing sebagaimana dikemukakan dalam uraian kasus adalah
bentuk pelanggaran HAM.
Dalam kasus diatas, PHK dapat dikatakan sebagai pelanggaran HAM
karena pada statusnya Satpam di PT. Bank ABC merupakan karyawan tetap.
Namun, pada tahun 2013 direksi PT. Bank ABC melakukan pemutusan hubungan
kerja secara sepihak dikarenakan perusahaan tersebut beralih menggunakan sistem
outsourcing. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya jaminan yang dipenuhi oleh
Bank ABC sesuai dengan kasus tersebut.
Berdasarkan Pasal 50 UU Nomor 13 Tahun 2003, Hubungan kerja terjadi
karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Yang dimana
dalam kasus tersebut, sebuah hubungan kerja tidak dapat diputuskan secara
sepihak. Antara pihak perusahaan Bank ABC dengan satpam yang merupakan
karyawan tetap, tentunya telah dibuat perjanjian kerja yang diatur dalam Pasal 54
yang mengatur tentang :
Pasal 54
(1) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat:
d. tempat pekerjaan;
(2) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat sekurang
kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta
pekerja/buruh dan pengusaha masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja.
Dan diperkuat dalam pasal 55 bahwa Perjanjian kerja tidak dapat ditarik
kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak. Akan tetapi, belum
tentu semua PHK itu merupakan pelanggaran HAM. Karena pada faktanya,
perusahaan seringkali melakukan PHK terhadap karyawan yang disebabkan
karena performa kerja karyawan atau kondisi bisnis perusahaan yang tidak stabil,
dan pada kasus tersebut tidak dijelaskan bahwa perusahaan bermasalah mengenai
karyawannya. Melainkan pihak perusahaan memang mengganti sistem
pengamanan yang diserahkan kepada pihak ketiga yaitu Outsourcing.
Praktik outsourcing yang salah yang juga marak terjadi adalah dalam hal
perotasian pekerja/buruh outsource dengan tidak memperhatikan etika bisnis yang
akhirnya mengakibatkan ketidak adilan bagi perusahaan pengguna jasa
outsourcing (perusahaan pemberi kerja).
Inilah bentuk dari praktik outsourcing yang salah yang banyak mendapat
sorotan dari para pekerja/buruh outsource yang akhirnya menyebabkan terjadinya
banyak unjuk rasa dari para pekerja/buruh outsource. Bentuk praktik outsourcing
yang salah ini biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan outsourcing yang
baru terdiri oleh perusahaan-perusahaan outsourcing yang bisa kita bilang serakah
karena menerapkan premanisme outsourcing pada para pekerja/buruh outsource-
nya. Bentuk kecurangan dalam pengupahan pekerja/buruh outsource yang sering
kami jumpai adalah :