You are on page 1of 2

#Cerminan perusak generasi#

Manusia merupakan makhluk hidup yang dibekali 'akal oleh Allah SWT. Dimana dengan adanya
'akal tersebut makhluk ini di lebihkan derajatnya drpd malaikat dan binatang. Hal ini tentu akan
dicapai oleh insan-insan yang mengunakan 'akal pikirannya untuk mengali ilmu serta
mengamalkan dan melakukan amaliah yang telah di tentukan oleh syara'. Banyak orang-orang
yang sukses dikarenakan mereka mengunakan 'akal sebagai alat dalam kehidupan mereka,
sehingga wajar para-para insan yang lainnya meniru hal yang telah ditempuh oleh orang yang
terdahulu demi tercapai hal yang terbaik dan maksimal di kehidupan dunia ini. Namun sayang,
banyak sekali di akhir zaman ini para insan salah menempuh jalan dan mengamalkan yang
mereka dapat bukan dengan sesuai 'akal tapi melaikan permintaan hawa nafsunya ataupun
unsur kesenangan duniawi semata. Sehingga para generasi di bawahnya mudah terpancing
dengan pusaka nanggroe yang dikerjakan oleh orang tak bertanggung jawab karena lebih
mengedepankan hawa nafsu. Inilah problema masa akhir zaman, dimana mereka yang
sepatutnya dijadikan cerminan akhlak dan ilmuan namun mencerminkan sifat non muslim dan
kemaksiatan bahkan membantu bibit2 yang belum sempurna akal pemikirannya untuk
berkelakuan tak selayak islam. Sehingga banyak generasi yang rusak, lemahnya pendidikan,
hilangnya sifat sosial dalam masyarakat bahkan keluarga, meraja lela budaya asing yang tak
patut berkembang di negeri islam khususnya seramoe mekkah ini. Siapakah yang salah dalam
hal ini semua? Jangan salahkan generasi, karena mereka menangkap langsung apa yang di
pandang dengan mata telanjang dan masih butuh bimbingan arahan dari orang yang lebih
senior.

Siapakah yang bertanggung jawab dalam hal ini? Salah satu jawabannya adalah semua
bertanggung jawab. Si pembuat bertangung jawab, orng tua atau keluarga bertanggung jawab,
orang disekitar bertanggung jawab, ulama maupun guru dan tgk- tgk pun bertanggung jawab,
akan tetapi yang paling besar peran tanggung jawabnya adalah orang yang mencontohkannya.
Karena perbuatan jelek mereka dapat di jadikan panutan bagi anak generasi bangsa, baik
keluarga dan familinya maupun orang lain.

Aceh dikenal di luar dengan dengan negeri islam yang masih kental religinya. Dimana setiap
bangsa aceh yang pergi merantau akan disegani oleh pribumi negri rantauan. Ini adalah
penyebab dari jasa-jasa para ilmuan/'alim ulama terdahulu, dengan berkat merekalah nama
aceh harum di hidung negeri tetangga. Tapi sayang, nama harum tersebut di cemarkan dan
dimusnahkan oleh bangsanya sendiri. Aceh yang dulunya jadi contoh bagi bangsa dan negeri
lain, kini hilang hal yang dibanggakan itu semua sirna bahkan akarnya saja pun tak ada lagi.
Penyebabnya bisa dikatakan karena yang di jadikan cerminan bagi para generasi adalah
cerminan rusak, yang tidak layak digunakan bagi manusia lainya. Di era sekarang ini, kasus
cambuk di aceh khususnya sudah menjadi hal yang lumrah di mata masyarakat, bayi kardus
atau bayi yang dibuang juga tak kalah sering terdengar di teliga, pakaian-pakaian yang tak layak
dipakai sudah leluasa digunakan para wanita bahkan di mesjid sekalipun, tidak beraturannya
shaf shalat di mesjid padahal pihak panitia sudah mengatur sedemikian baik supaya tidak
campur aduk antara barisan pria dan wanita di mesjid raya banda aceh pusat kota, mesjid
dijadikan tempat pembuangan sampah padahal sudah disediakan tempat diberbagai penjuru,
pacaran, reonian teman dekat, wanita- wanita gadis tanpa mahram masih berkeliyuran diatas
jam 12 malam, perayaan lulus SMA dan SMP maupun yang sederajatnya dengan mengecat baju
sekolah, konser lagu mumang yang dapat menyita waktu juga merupakan pembodohan
generasi, pakai narkotika dan menjualnya, korupsi, ketika shalat lebih ramai di warkop karena
ada electronic dan WIFI bahkan si penjual pura-pura lupa untuk menutup sejenak atau
mematikan WiFi atau menyuruh pelangganya untuk mengutamakan shalat ketika azan
berkumandang. Belum lagi curanmor bahkan sandal sehingga banyak korban para wisatawan.
Sungguh jauh perubahan kakuatan islami dulu dengan sekarang. Sungguh sedih nabi
Muhammad ketika melihat umatnya jauh dari arahan ajarannya. Sungguh sedih para Ulama
yang telah membelakangi bumi menghadap ilahi ketika menerawang generasinya memakai
pakaian non muslim, sungguh sedih hati para pejuang nangroe tempo doelo yang mati-matian
berusaha memerdekakan aceh tapi dikemudian harinya dijajah lagi oleh orangnya sendiri.

Solusi semua ini banyak sekali, tetapi untuk menjalankannya sangat luar biasa susahnya.
Alasanya ini dan itulah, segan dan tak layaklah, beribu-ribu alasan demi mengelak untuk nahi
mungkar di nangroenya. Bagaimana bisa berobah, bagaimana bisa dicerminkan yang baik
kepada generasi bila amar ma'ruf masih takut dan malu-malu kucing untuk diterapkan. Semua
solusi ada dipikiran masing-masing, karena kita tau mana yang benar dan salah, tetapi
menerapkannya saja tidak mampu karena faktor lemahnya pupuk agama didalam jiwa. Saudara
lon sekalian. Aceh milik kita bersama, rawatlah para generasi dengan siraman agama, dekatkan
mereka pada ulama dan berikan cerminan sesuai titah Allah SWT dan Rasulnya SAW supaya kita
terlepas dari dosa dan bala yang timbul dari segala kemaksiatan di dalam nangroe tercinta ini.

Penulis : Dzulhijmi ( Dzulhijmyjimmy@yahoo.com)

Penyuluh agama islam, alumni mudi mesra samalanga.

You might also like