You are on page 1of 8

Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

DESKRIPSI MORFOLOGI JENIS ULAR DAN KATAK PADA KAWASAN


HUTAN PULAU MANSINAM

(Morphological Description of Snake and Frog Species in the Forested Area of


Mansinam Island)

Tirza Abaire1 dan Meliza S. Worabai1


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Papua Manokwari, Papua Barat,
98314. Tlp/Fax: +62986211065.

Penulis Korespondensi: Email: meliza_wrb@yahoo.com
Diterima: 8 Feb 2018| Disetujui: 2 Mar 2018

Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada kawasan hutan Pulau Mansinam selama satu minggu dengan
tujuan untuk mengetahui morfologi ular dan katak yang ditemukan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dan teknik observasi lapang dan
penemuan secara langsung dari jenis yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat
3 jenis ular dan 3 jenis katak yang ditemukan pada kawasan hutan Pulau Mansinam. Jenis-
jenis tersebut ialah 3 dari kelas reptil: Laticauda colubrina, dari famili hydrophiidae,
Stegonotus cuculatus dari famili colubridae, Candoia sp. dari famili boidae dan 3 dari
kelas amfibi; Litoria infrafernata dari famili hylidae, Rana sp.dan platmantis papuaensis
dari famili ranidae.
Kata kunci: Deskripsi morfologi, amfibi, reptil, kawasan hutan, Pulau Mansinam.

Abstract
This study has been carried out in forested area of Mansinam Island with duration of one
week in order to determine morphological attributes of snake and frog species found.
Method that applied in the study was descriptive through field observation technique by
directly identifying objects during fiend walking across the island. The result pointed out
that there were three species of snakes and another three species of frogs in the island.
These species then elaborated into: three species came from reptile class: Laticauda
colubrina, from hydrophiidae family, Stegonotus cuculatus from the family of colubridae,
Candoia sp. from the family of boidae and three were from amphibian class; Litoria
infrafernata from the family of hylidae, Rana sp. and platmantis papuaensis from the
familyi of ranidae.
Keywords: Morphological description, amphibian, reptile, forest area, Mansinam Island.

PENDAHULUAN
endemisitasnya, invertebrata merupakan
Indonesia merupakan negara salah satu pusat keanekaragaman hayati
kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau yang tersebar di dunia (Iskandar dan
dengan ukuran yang bervariasi serta Erdelen 2006). BAPPENAS (1993)
dengan komposisi tumbuhan dan hewan menyatakan bahwa 16% dari jumlah
yang kompleks. Berdasarkan amfibi dan reptil di dunia terdapat di
57
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

Indonesia dengan jumlah lebih dari 1.100 penyakit, dan perubahan iklim global
jenis. Herpeofauna adalah kelompok (Gibbons et al. 2000).
fauna yang terdiri dari reptil dan amfibi Amfibi merupakan salah satu
yang berasal dari kata herpeton yang komponen penyusun ekosistem yang
berarti binatang melata. Dengan adanya memiliki peranan sangat penting, baik
perkembangan ilmu taksonomi yang terus secara ekologis maupun ekonomis. Secara
berkembang maju, reptil dan amfibi ekologis, amfibi berperan sebagai
dimasukan ke dalam satu kelompok pemangsa konsumen primer seperti
hewan melata. Namun seiring serangga atau hewan invertebrata lainnya
berkembangnya ilmu pengetahuan (Iskandar 1998). Serta dapat digunakan
khususnya ilmu tentang biologi akhirnya sebagai bio-indikator kondisi lingkungan
di pisahkan menjadi dua kelompok. (Stebbin & Cohen 1997). Indonesia
Kedua kelompok ini di masukan ke dalam memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang
bidang ilmu herpetologi karena ada di dunia yaitu Gymnophiona dan
mempunyai cara hidup yang serupa, Anura. Ordo Gymnophiona dianggap
sama-sama satwa vertebrata eksoternal langkah dan sulit diketahui
(membutuhkan suhu panas ekternal). keberadaannya, sedangkan ordo Anura
Reptil maupun amfibi dapat ditemukan merupakan yang paling mudah ditemukan
mulai dari dataran rendah sampai pada di Indonesia sekitar 450 jenis atau 11%
dataran tinggi. Amfibi tidak ditemukan dari seluruh jenis anura di dunia. ordo
dilaut sedangkan reptil dapat ditemukan Caudata merupakan satu - satunya ordo
pada lautan (Alonso et al. 2000). yang tidak ditemukan di Indonesia
Salah satu kelompok reptil yang (Iskandar 1998).
sangat dikenal adalah ular yang di Papua merupakan provinsi terbesar di
klasifikasikan ke dalam ordo Squamata, Indonesia seluas 416.000 km2 yang
Sub-ordo invertebrata (Ophidia). Saat ini menempati bagian Barat New Guinea
di seluruh dunia terdapat 2500-2700 adalah pulau tropis terbesar dan terkaya
spesies ular dengan 414 genus dan 13 di Indonesia. New Guinea merupakan
famili. Ular terdistribusi di seluruh permata diantara pulau-pulau katulistiwa
permukaan bumi kecuali daerah Artik, dengan keanekaragaman hayati yang
Islandia, Selandia Baru, dan beberapa tinggi dan unik, sebagian besar spesies
Pulau kecil di lautan luas (Obst et yang ditemukan pada pulau ini bersifat
al.1988). Keberadaan reptil pada suatu endemik. Menurut lokakarya konservasi
ekosistem memberikan peranan dalam keanekaragaman hayati Irian Jaya
suatu mata rantai untuk menjaga (Sekarang Papua) di Jayapura, tahun 2000
keseimbangan ekosistem, karena reptil menyebutkan bahwa Papua memiliki
merupakan karnifora pada rantai 20.000-25.000 spesies tumbuhan
makanan. Saat ini reptil mengalami berkayu; 164 spesies mamalia; 329
penurunan populasi dalam skala global spesies reptil dan amfibim 650 spesies
dan terdapat lima ancaman yang burung; 250 spesies ikan air tawar; 150.
signifikan dalam mempengaruhi 000 spesies serangga; dan beratus ratus
kepunahan reptil yaitu kehilangan habitat, invertebrata air tawar. Sampai saat ini
degradasi, introduksi, polusi lingkungan, paling sedikit ada 231 spesies reptil yang
telah diketahui dari Papua (Conservation
58
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

International 2000). Reptil yang terdapat B. Proses Pengumpulan Data


di Papua terdiri dari tiga ordo yaitu: ordo Waktu pengamatan serta
squamata (kadal dan ular), testudinata pengumpulan sampel reptil dilakukan dua
(kura-kura dan penyu), dan crocodilia kali dalam satu hari yaitu pada siang hari
(buaya). Tercatat kadal di Papua pukul 09.00 - 12.00 WIT dan pada malam
berjumlah 141 jenis, ular 83 jenis, kura- hari pukul 17.00- 22.00 WIT.
kura dan penyu 15 jenis dan buaya 2 jenis Pengamatan yang dilakukan yaitu
(Dumutu 2010). Penelitian ini bertujuan sepanjang jalur transek dan jenis yang
untuk mengetahui morfologi ular dan ditemukan selanjutnya langsung didata.
katak yang ditemukan pada kawasan Untuk jenis ular ditangkap dengan
hutan Pulau Mansinam. mengunakan kayu bercabang seperti
huruf Y sedangkan katak ditangkap
METODE PENELITIAN menggunakan sarung tangan. Jenis ular
Penelitian ini dilaksanakan pada dan katak yang besar ditangkap dan
kawasan hutan Pulau Mansinam, dimasukan ke dalam kantung spesimen
Kabupaten Manokwari yang berlangsung yang telah diberi nomor/label spesimen.
selama 2 bulan yakni bulan Mei s/d Juni Setelah itu dilakukan pencatatan tipe dan
2015 (1 minggu kegiatan pengamatan kondisi habitat serta suhu dan keadaan
langsung di lapangan dan selanjutnya cuaca.
pengolahan data lapangan) dengan C. Pembuatan Spesimen
metode deskriptif yaitu melalui satu Jenis reptil dan amfibi yang
teknik pengambilan yakni teknik Visual ditemukan, sebelum dilakukan pembuatan
Encounter Survey (VES) atau teknik spesimen terlebih dahulu difoto. Setalah
survei perjumpaan visual (Conservation itu spesimen dibuat guna proses
International 2000). Metode ini dilakukan identifikasi lanjutan. Pembuatan spesimen
secara diurnal dan nokturnal yaitu dibuat dalam bentuk spesimen basah.
pengamatan pada siang serta malam Pembuatan spesimen basah dilakukan
melalui jalur transek pengamatan. Dalam untuk jenis reptil yang berukuran kecil
penelitian ini variabel yang diamati atau ular.
meliputi deskripsi morfologi jenis ular D. Preservasi
dan katak. Morfologi ular dan katak yang Preservasi (pembiusan) dengan cara
diamati meliputi warna tubuh dan panjang memasukan jenis reptil dan amfibi
tubuh dari masing-masing jenis. kedalam wadah yang berisikan cairan
chlorobutanol, khsusnya untuk jenis reptil
Prosedur Penelitian yang berukuran kecil sedangkan untuk
A. Persiapan jenis reptil dan amfibi yang berukuran
Persiapan awal yang dilakukan besar di suntik dengan mengunakan
sebelum melakukan pengamatan, yaitu alkohol 70%.
menentukan lokasi pengamatan dengan Analisis Data
menggunakan GPS, kemudian pada
lokasi yang telah di tetapkan, dilakukan Data yang di peroleh dari hasil
pembuatan transek pegamatan sepanjang penelitian dianalisis secara deskriptif dan
1 km pada siang hari sebagai jalur disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.
pengumpulan data.
59
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

HASIL DAN PEMBAHASAN jenis tersebut masing-masing terdiri dari


tiga spesies amfibi dan tiga jenis reptil.
Jenis Yang Ditemukan
Data amfibi dan reptil di kawasan hutan
Dari hasil penelitian yang dilakukan Pulau Manisnam dapat dilihat pada tabel
di Pulau Mansinam, selanjutnya didata 1.
enam jenis amfibi dan reptil. Keenam
Tabel 1. Jenis-jenis ular dan katak yang ditemukan di lokasi pengamatam Pulau Mansinam
Kelas Ordo Famili Spesies Jumlah

Amfibi Anura Hylidae L. infrafrenata 8


Ranidae Rana sp. 16
P. papuensis 12
Reptil Squamata Hydrophiidae L. Colubrina 2
Colubridae S. Cuculatus 2
Boidae Candoia sp. 1
Jumlah 2 5 6 41

Dapat dilihat bahwa dari tiga jenis dengan paru-paru. Ciri utama reptil
amfibi yang ditemukan terdiri dari dua adalah tubuhnya yang ditutupi dengan
famili yaitu Hylidae dan Ranidae. sisik-sisik rata atau berduri yang
Sementara reptil yang ditemukan terdiri berfungsi untuk mengatur sirkulasi air
dari tiga famili yaitu, Hydrophiidae, melalui kulitnya (Mclaren dan
Colubridae dan Boidae. Dari keenam Rotundo 1985 dalam Yusuf 2008).
spesies yang ditemukan, individu yang Reptil yang ditemukan di Pulau
paling banyak adalah berasal dari jenis Mansinam terdiri dari tiga spesies
Rana sp. yang merupkan kelas amfibi. yaitu, Stegonotus Cuculatus,
Sedangkan jenis yang paling sedikit Laticauda colubrina dan Candoia sp.
ditemukan adalah spesies Candoia sp. 1. Famili Hydrophiidae
dari kelas reptil. Hal tersebut Laticauda colubrina memiliki
kemungkinan disebabkan kurangnya warna tubuh ventral belang-
waktu pengamatan yang dilakukan belang hitam dan putih, warna
dimana jika pengamatan dilakukan lebih dorsal putih. Bentuk kepala
lama, kemungkinan akan ditemukan hasil segitiga agak tumpul sampai
yang berbeda, karena habitat di Pulau mulut yang sangat kecil.
Mansinam sangat mendukung keberadaan Tubuhnya bila dilihat dari atas air
spesies reptil. tampaknya memiliki warna
Deskripsi Karakteristik Morfologi kuning samar dan bentuk arah
Jenis Reptil dan Amfibi Yang mata horizontal. Memiliki ekor
Ditemukan melebar pada bagian ujung
sebagai alat untuk berenang.
A. Reptil (Ular) Spesies ini diketahui sangat
Reptil adalah hewan bertulang berbisa meskipun tidak agresif.
belakang yang bersisik dan bernapas
60
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

1. 2.

3. 4.

5. 6.

Gambar 1. Jenis-jenis amfibi dan reptil yang ditemukan pada kawasan hutan Pulau
Mansinam: 1). jenis .Laticauda colubrine; 2). jenis Stegonotus cuculatus; 3).
jenis Candoia sp.; 4). jenis Litoria infrafernata; 5). jenis Rana sp.; 6). jenis
Platymantis papuensis.
61
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

Jenis makanan yang dikonsumsi kecokelatan serta adanya variasi


berasal dari laut yaitu ikan dan belang-belang putih pada bagian
kerang. Panjang tubuh ular ini ±58 ventral kepala sampai ke bagian
cm dan umumnya ular ini ekor. Kepala berbentuk segi tiga
memiliki bentuk tubuh yang pipih, agak meruncing dan agak lonjong.
dan segi. Lubang hidung berkatup Panjang tubuh dapat mencapai 1
pada ujung atas moncong, serta meter.
memiliki bentuk kepala seperti Ciri khas ular Candoia sp. adalah
kerucut (O’Shea 1996). hidung yang berbentuk
2. Famili Colubridae kotak/balok, tidak berbisa dan
Stegonotus cuculatus memiliki tidak agresif. Biasanya hidup di
warna pangkal sisik tubuh ventral dahan pepohonan, namun sering
putih sampai hitam mengkilap juga ditemukan di tanah. Aktif
pada ujung sisik. Sementara pada pada malam hari untuk mencari
bagian kepala sisik berwarna mangsa utamanya yaitu kadal
hitam mengkilap. Pada bagian kecil, cicak dan mamalia kecil.
dorsal sisik berwarna putih. Posisi saat ditangkap melingkar di
Stegonotus cuculatus ditemukan atas dahan pepohonan.
pada saat pengamatan malam, 1. Famili Hylidae
dimana pada saat ditemukan Litoria infrafernata Guenther,
berada di pinggiran banir pohon, 1867. Litoria infrafernata
tepatnya di atas serasah di lantai termasuk golongan katak pohon
hutan. Spesies ini merupakan yang sangat umum dijumpai pada
kelompok ular yang berbisa, semua tipe habitat, baik hutan
makanannya berupa katak dan primer, sekunder, persawahan
kadal. Panjang tubuh jenis ini maupun pemukiman.
ular ini ± 70,9 cm. O’Shea (1996) Memiliki mata bulat dengan pupil
menyebutkan bahwa famili mata vetikal berwarna hitam
Colubridae memiliki sisik kecokelatan. Bola mata cenderung
ventralnya yang berkembang besar, menonjol; iris hitam coklat.
dengan baik, melebar sesuai Bagian ventral tubuh berwarna
dengan lebar perutnya. Kepala hijau, sedangkan pada bagian bibir
biasanya berbentuk oval dengan sampai ke dorsal berwarna putih
sisik-sisik yang tersusun dengan kehijauan. Litoria infrafrenata
sistematis, memiliki tiga sisik umumnya bersuara sangat gaduh
besar diantara mata. Ekor (jantan), dan mengumpul pada
umumnya silindris dan lahan berhutan, pemukiman dan
meruncing. Kebanyakan anggota atau bantaran sungai dimana
famili Colubridae tidak berbisa terdapat genangan air, kubangan,
atau berbisa namun tidak terlalu kolam-kolam di pinggir jalan pada
mematikan bagi manusia. pemukiman. Panjang tubuh rata-
3. Famili Boidae rata 31 cm.
Candoia sp., memiliki warna Litoria dan Nyctimystes yang
tubuh ventral dan dorsal abu hidup disepanjang
62
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

sungai/perairan, ‘memanggil’ Jawa dan Sumatera) oleh para


pasangan potensial untuk kawin transmigran.
dari bawah pohon atau semak- b. Platymantis papuensis
semak di atas air. Setelah Platymantis papuensis memiliki
melakukan perkawinan, betina warna tubuh berwarna coklat dan
akan bertelur dan akan terdapat sedikit bintik-bintik
meninggalkan telur di air hingga berwarna hitam. Bentuk mata
tahap berudu. Litoria berkembang besar, menonjol; iris hitam coklat,
biak di air yang tenang ataupun di bola mata bulat, pupil mata
air beriak kecil. Makanan utama vertikal berwarna hitam
Hylidae adalah serangga (Muller kecokelatan. Jenis ini pada saat
2005). dijumpai berada tepat di atas batu
2. Famili Ranidae dan beberapa jenis yang sama juga
a. Rana sp. ditemukan berada di atas lantai
Rana sp., memiliki warna tubuh hutan pada serasah. Pada siang
pada bagian ventral hitam keabu- hari, jenis ini berlidung di dalam
abuan serta mengkilap dan lubang-lubang batu, dan juga pada
berlendir, memiliki kepala yang lubang pohon.
besar, moncong sempit, mata Di Pulau Mansinam jenis ini
besar, pupil mata berbentuk memiliki populasi yang sangat
horizontal dan berada lebih ke banyak, dan hampir ditemukan di
arah belakang kepala. Pada bagian setiap tempat, bahkan di areal
tibia dan femur berwarna putih pemukiman, jenis tersebut masih
bercak-bercak hitam. Pada bagian ditemukan. Secar umum panjang
dorsal hitam keabu-abuan serta tubuh total mencapai 44 cm.
mengkilap dan berlendir. Panjang Muller (2005) menyatakan bahwa
tubuh total mencapai 37 cm. genus Platymantis adalah
Allison dalam Beehler dan terestrial dan semua jenisnya tidak
Marshall (2007) menyebutkan tergantung pada air. Platymantis
bahwa katak New Guinea famili juga mengalami tahapan sama
Ranidae saat ini diklasifikasi dengan Microhylidae dalam
dalam tiga genus yang reproduksi, perkembangan
distribusinya luas di Indo-Pasifik langsung dari embrio (tidak
(Rana, Platymantis dan melewati tahap berudu).
Limnonectes). Di Papua tercatat Sedangkan genus Rana memiliki
terdapat sembilan jenis Rana, habitat di daerah sepanjang aliran
yang mana dua diantaranya sungai pada daerah dataran rendah
merupakan endemik. Genus hingga pada ketinggian 1.000
Platymantis memiliki 6 jenis mdpl.
terdapat di Papua, lima jenisnya Penduduk Pulau Mansinam memiliki
adalah endemik. Limnonectes sebutan untuk spesies reptil dan ampibi
merupakan salah satu genus Rana yang terdapat di pulau tersebut. pada
yang diintroduksi dari luar (Pulau kelas amfibi spesies Litoria infrafrenata
denngan sebutan kodok hijau, Rana
63
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1): 57–64 (2018) Abaire & Worabai

sp.disebut kodok, Platymantis papuensis BS, Greene JL, Mills T, Leiden Y,


dengan sebutan kodok. Sedangakan Poppy S and Winne CT. The global
untuk reptil, laticauda colubrina dengan decline of reptiles, Déjà vu
sebutan ular moni-moni, Candoia sp. amphibians. Bioscience, 50 (8): 653-
dengan sebutan ular malu-malu. 666. https://doi.org/10.1641/0006-
3568(2000)050[0653:TGDORD]2.0.
DAFTAR PUSTAKA CO;2
Allison A. 2007. Herpetofauna of Papua Iskandar DT and Erdelen WR. 2006.
dalam Beehler, B. M and Marshall, Conservation of amphibians and
A.The Ecology of Papua, Part One. reptiles Indonesia: issues and
Periplus Editions. Hong Kong. (Hal. problems. Amphibian and Reptile
564-605). Conservation, 4: 60-87.
Alonso JR, Arévalo R, Weruaga E, Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa Bali –
Porteros JG, Briñón JG, and Aijón J. Seri Panduan Lapang. Buku.
2000. Comparative and Puslitbang Lembaga Ilmu Penelitian
developmental neuroanatomical Indonesia. Bogor. 109 p.
aspects of the NO system, in Muller K. 2005. Keanekaragaman hayati
Functional Neuroanatomy of the papua. Wanggai. F, A. Sumule
Nitric Oxide System, eds H. W. M. (editor); Penerjemah Ismoyo F,
Stein busch, J. Devente, and S. R. Kilmaskossu, A, Lumatauw, S,
Vincent (Amsterdam: Elsevier), 51– Nainggolan, N, Kilmaskossu M.St.E,
109. Prawardani, S. Universitas Negeri
BAPPENAS (Badan Perencanaan Papua. Manokwari.
Pembangunan Nasional). 1993. Obst FJ, K. Ritcher and U Jacob. 1988.
Biodiversity action plan for Atlas of reptiles and amphibians for
Indonesia. Ministry of National the Terrarium. T.F.H.
Development Planning/National Publications.inc. United State of
Development Planning Agency: America.
Jakarta. O’Shea M. 1996. A guide to the snake of
Conservation International. 2000. Teknik Papua New Guinea. Independent
survei lapangan progam penilaian Publishing. Port Moresby.
cepat (Rapid Assessmant Program). Stebbins RC and Cohen NW. 1997. A
Dumutu J. 2010. Keanekaragaman natural history of amphibians. New
herpetofauna di Kampung Jersey: Princeton Univ. Pr.
Mandekman dan Rawahayu Distrik Yusuf LR. 2008. Studi keanekaragaman
Ulilin Kabupaten Merauke. Skripsi jenis reptil pada beberapa tipe habitat
Fakultas Matematika Dan Ilmu Di Eks-HPH PT. RKI Kabupaten
Pengetahuan Universitas Negeri Bungo Propinsi Jambi. Departemen
Papua. (Tidak di terbitkan). Konservasi Sumberdaya Hutan Dan
Gibbons JW, Scott DE, Ryan TJ, Ekowisata Fakultas Kehutanan
Buhlmann KA, Tuberville TD, Metts Institut Pertanian Bogor. Bogor.

64
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA

You might also like