You are on page 1of 36

TUGAS MAKALAH TENTANG LUKA BAKAR

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Medical Bedah II

Dosen Pengampu: Ns. Febriyanti, M.Kep

Di susun oleh kelompok 1:

Aisya Ligina Gricia Asmon (20112299)


Midali Sakinah (20112274)
Yenny Sugiarti (20112295)
Reren Febri Yolanda (20112278)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran tuhan yang maha esa. Yang senantiasa memberikan
kekuatan, kemudahan, petunjuk, bimbingan, dan perlindungan kepada kami sehingga
makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan


keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh kami dalam makalah ini, olehnya itu
diharapkan saran dan masukan yang sifatnya dapat membangun dan menambah
pengetahuan kami.

Akhir kelompok berharap, makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi semua pihak, utamanya masyarakat kampus sekolah tinggi ilmu kesehatan
STIKES Mercubaktijaya Padang. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan
ridha-nya atas semua usaha baik ini. Aamiin.

Padang, 12 Maret 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. ETIOLOGI LUKA BAKAR........................................................................5
C. Patofisiologi Luka Bakar..............................................................................9
D. Anatomi Fisiologi......................................................................................11
E. klasifikasi....................................................................................................12
F. Woc.............................................................................................................15
G. Penatalaksanaan.........................................................................................16
H. Komplikasi.................................................................................................16
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................17
1. PENGKAJIAN............................................................................................17
A. Identitas klien dan keluarga..............................................................................17
a) Identitas klien..............................................................................................17
b) Identitas penanggung jawab.......................................................................17
B. Riwayat kesehatan.............................................................................................17
a) Keluhan utama............................................................................................17
b) Riwayat penyakit sekarang.........................................................................17
c) Riwayat penyakit dahulu.............................................................................17
d) Riwayat penyakit keluarga.........................................................................17
C. Pemeriksaan fisik..............................................................................................18
a. Data psikologi.............................................................................................20
b. Data sosial...................................................................................................21
c. Data spiritual...............................................................................................21
d. Data penunjang...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase
syok sampai fase lanjut (Young et al, 2019).
Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan di diami
oleh bakteri patogen, mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air,
protein serta elektrolit, dan kerap kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian
tubuh untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Rittenhouse et al, 2019).
Luka bakar disebabkan pemindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Kedalaman cedera bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan durasi kontak
dengan agen tersebut. Luka bakar merusak kulit, yang memicu peningkatan
kehilangan cairan, infeksi, hipotermi, pembentukan jaringan parut, penurunan
imunitas dan perubahan fungsi,penampilan dan citra tubuh (Smeltzer & Bare, 2015,
hal. 89).
Menurut WIjaya & Putri 1(2013), salah satu penyebab luka bakar adalah arus
listrik. Luka bakar listrik terjadi karena panas yang digerakan dari energi listrik, baik
Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC) yang dihantarkan melalui tubuh.
Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

Cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas,
kimia, istrik atau radiasi disebut sebagai luka bakar. Luka terjadi ketika energi dari
sumber panas dipindahkan ke jaringan tubuh.
Kedalaman cedera berhubungan dengan suhu dan rentang waktu paparan atau kontak.
B. ETIOLOGI LUKA BAKAR

Luka bakar dapat disebabkan berbagai zat dan benda yang berkontak langsung
dengan kulit atau paru. Untuk memfasilitasi penanganan, cedera luka bakar
dikelompokan berdasarkan mekanisme cedera :

a) LUKA BAKAR TERMAL ( PANAS)


Disebabkan oleh paparan atau kontak langsung dengan api, cairan panas, semi
cairan (uap air), semi padat (ter), atau benda panas. Contoh khusus luka bakar termal
adalah mereka yang mengalami kebakaran di perumahan, kecelakaan lalu lintas
eksplosif, kecelakaan saat memasak, atau pada penyusutan cairan mudah terbakar
yang disimpan secara kurang hati-hati.
b) LUKA BAKAR KIMIA
Disebabkan oleh kontak dengan asam kuat,basa kuat, atau senyawa organik.
Konsentrasi, volume, dan jenis bahas kimia serta rentang waktu kontak menunjukan
keparahan cidera kimia. Luka bakar kimia dapat terjadi akibat kontak dengan bahan
pembersih rumah tangga tertentu dan berbagai bahan kimia yangg digunakan di
industri, pertanian, dan militer. Cedera kimia pada mata dan terhirupnya asap kimia
dapat menjadi gawat.

c) LUKA BAKAR LISTRIK


Disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh energi listrik seiring listri
tersebut melewati tubuh. Cedera listri dapat disebabkan oleh kontak dengan kabel
listri yang terbuka atau bermasalah atau jalur listri tegangan tinggi.
Orang yang tersambar petir juga menderita cedera luka bakar listrik.
Derajat keparahan cedera dipengaruhi oleh rentang waktu kontak, intensitas
arus (tegangan listrik), tipe arus, jalur yang dilewati arus listrik, dan tahanan jaringan
saat arus litrik melewati tubuh.
Kontak dengan arus listrik lebih dari 40volt (V) berpotensi berbahaya akibat
distritmia jantung, arus listrik dari 1000volt di anggap sebagai litrik tegangan tinggi
dan terkait dengan kerusakan jaringan yang luas.

d) LUKA BAKAR RADIASI


Adalah jenis luka bakar yang paling jarang dan disebabkan oleh paparan
terhadap sumber radioatif. Jenis cedera ini terkait dengan kecelakaan radiasi nuklir,
dan penggunaan radiasi pegion di industri, dan radiasi teraupetik. Luka bakar
matahari yang ditimbulkan akibat paparan berkepanjangan terhadap sinar ultraviolet
(radiasi matahari), juga di anggap sebagai bentuk lka bakar radiasi. Jumlah energi
radioaktif yang diterima setelah paparan bergantung pada jarak orang dengan sumber
radiasi, kekuatan sumber radiasi, rentang waktu paparan, luasnya permukaan tubuh
yang terpapar, dan jumlah pelindung yang ada antara sumber dan orang. Cidera
radiasi akut yang terlokalisasi tampak sama dengan cedera kulit akibat panas. Cedera
tersebut ditandai oleh eritema kulit, edema, dan nyeri.

e) Cedera inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian (karbonmonoksida) dan asap pada umumnya
terjadi pada cedera api, khususnya bila korban terperangkap dalam ruag tertutup dan
penuh asap (kebakaran rumah tinggal).
Paparan terhadap gas asfiksian keracuan asap, dan cdera termal (panas) langsung
terhadap jaringan paru menyusun 3 aspek cdera inhalasi. Namun, tidak semua
komponen cedera ini dapat muncul pada semua klien yang mengalami cedera inhalasi.
Cedera inhalasi meningkatkan resiko mortalitas kali setelah ukuran cedera luka bakar
pada kulit dan faktor klinik serta demografi lainnya ditentukan
C) Manifestasi Klinis Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang paling luar.
Kedalaman suatu luka bakar terdiri dari beberapa yang didasarkan pada elemen kulit
yang rusak.

Derajat kedalaman kerusakan karakteristik Perkiraan Gambar


waktu
sembuh
Derajat 1 superfisial epidermis Kulit ± 7 hari
kering,
hiperemis,
nyeri
Derajat 2 Supervisial, Epidermis Bula nyeri 7-14 hari atau
dangkal kedalaman dan 1/3 lebih
partial bagian
(partial superfisial
thickness) dermis
Derajat 2 Kedalaman 2/3 bagian Seperti + 1 bulan
dalam partia (deep superfisial marbel,
partial dermis dan putij, dan
thickness) jaringan keras
dibawahnya
Derajat 3 Penuh (full Seluruh Luka Proses
thickness) lapisan kulit berbatas penyembuha
(dermis dan tegas, tidak n lebih lama
epidermis) ditemukan
serta lapisan bula,
yang lebih berwarna
dalam. kecoklatan,
kasar, tidak
nyeri.
Derajat 4 Sub dermal Seluruh Mengenai Proses
lapisan kulit struktur penyembuha
dan struktur disekitarnya n sangat lama
disekitarnya
seperti
lemak sub
cutan, fasia,
otot dan
tulang.

Contoh gambar derajat luka bakar


C. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen
penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15
menit dengan air panas dengan suhu sebesar 55°C mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar
yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti
oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun sebelum
perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena
berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah
jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system
saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-
8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara
dramatis pada saat terjadi syok luka bakar.
Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel
massif. Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas
koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu
protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.Kasus luka bakar dapat
dijumpai hipoksia.
Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat
sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai
akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat
tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Arief, 2000 : 365)
D. Anatomi Fisiologi

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan
menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Tubuh secara
terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang
memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar
sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin
D.
kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan :
1.  Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti sel
nya sudah mati danmengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut
yang membentuk barier terluar kulitdan mempunyai kapasitas untuk
mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh. 
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c.  Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumpar
an, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d.  Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan 
yang paling tebal danterdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e.  Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya ter
letak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk.

2.  Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a.  Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)Lapisan ini berada langsung di
bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yangmenghasilkan salah satu
bentuk kolagen. 
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).Lapisan ini terletak di
bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen. Dermis juga tersusun
dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjarkeringat serta sebasea dan
akar rambut.

f. klasifikasi

Kedalaman luka bakar berdasarkan kedalaman luka bakar dapat


digolongkan menjadi empat derajat :
1) Luka bakar derajat pertama
Luka bakar hanya terbatas di epidermis, kulit kering dan kemerahan.
Luka bakar akibat terjemur matahari merupakan contoh dari tipe ini.pa
da awalnya terasa nyeri dan kemudian gatal akibat stimulasi
reseptorsensoris. Biasanya akan luka ini akan sembuh dengan spontan
tanpa meninggalkan jaringan parut dalam waktu 5-10 hari. Biasanya
tidak timbul komplikasi.
2) Luka bakar derajat kedua superficial
Luka meluas ke epidermis dan kedalam lapisan dermis tetapi
masih adaelemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar
sebasea,kelenjar keringat, dan folikel rambut.
Dengan adanya sisa selepitel yangsehat ini, Luka dapat sembuh sendiri
dalam 10-14 hari.Oleh karenakerusakan kapiler dan ujung saraf di
dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
dibandingkan dengan luka bakar superfisial, karenaadanya iritasi
ujung saraf sensorik.Juga timbul bulae berisi cairan eksudat.
3) Luka bakar derajat kedua dalam
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Pada luka
bakar jenis ini penyembuhannya memerlukan waktu lebih dari satu
bulan.Pembersihan (Debridement) secara bedah untuk membuang
jaringan yangmati.Pada luka bakar derajat ini selalu terjadi
pembentukan jaringan parut.Pada fase penyembuhan, kekeringan
dan gatal adalah biasa sebab terjadi peningkatan vaskularisasi
kelenjar sebasea, sekresi berkurang dan keringat juga berkurang.
4) Luka bakar derajat tiga
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit
mengenai seluruh dan epidermis. Lapisan ini mengandung kelenjar
keringat dan akar folikel rambut.. Luka akan tampak berwarna
putih, merah, coklat, atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa
nyeri luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan-
bulan untuk sembuh, luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit.
Keparahan luka bakar cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai
luka bakar masifderajat III.Cedera luka bakar di kategorikan ke dalam luka bakar
minor,sedang, dan mayor.
1.) Cedera luka bakar minor
a. Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 % b)
b. Derajat 3 kurang dari 2 %2)
2.) Cedera luka bakar sedang
a.) Derajat 2 dengan luas 15-25 % b)
b.) Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka , kaki, dan
tangan.
3.) Cedera luka bakar Mayora
a.) Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 % 
  b.) Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %,terdapat di muka, kaki dan
tangan.
c.) Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas atau
fraktur
d.)Luka bakar akibat listrik
g. Woc
h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal.
Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan
psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-
obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan
memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya
infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab kematian
pasien.( Effendi. C, 1999)
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien

dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara

lain mencakup penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di

unit gawat darurat, penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif

dan penanganan klien luka bakar di bangsal perawatan atau unit luka bakar

(Christantie Effendi, S.Kp., 1999).

a.       Penanganan awal di tempat kejadian

            Tindakan yang harus dilakukan terhadap korban luka bakar:

Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan

korban berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus

tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke

ruangan yang cukup berventilasi jika kejadian luka bakar berada di

ruangan tertutup.

2)  Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.

3)  Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life

support) dan oksigen jika diperlukan.


4)  Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang

bersuhu 20 oC (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan

hipotermia) selama 15-20 menit segera setelah terjadinya luka bakar

(jika tidak ada masalah pada jalan napas korban).

5)   Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air

sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh

korban.

6)  Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan

cedera lain yang menyertai luka bakar.

7)  Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut

(tutup tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan

ke rumah sakit).

b.      Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat

1)    Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan

napas); B: Breathing (pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).

2)    Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.

3)    Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien

mengalami trauma inhalasi).

4)  Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu

dilakukan intubasi atau trakheostomi).

5)   Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti

adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes,

hipertensi, gagal ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena

tegangan listrik (sulit diketahui secara akurat tingkat

kedalamannya).
6)  Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya

dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter).

7)   Pasang kateter urine.

8)   Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.

9)   Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya

diberikan sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar

pada 24 jam pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan

cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya (disesuaikan dengan

produksi urine tiap jam)

10)  Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami

trauma inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan

nebulisasi dengan obat bronkodilator.

Periksa lab darah.

12)  Berikan suntikan ATS/Toxoid.

13)  Perawatan luka.

14)  Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik,

antibiotik dll.

15)  Mobilisasi secara dini (range of motion).

16)  Pengaturan posisi.

c.       Penanganan klien luka bakar di unit perawatan intensif

            Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan

secara intensif di unit perawatan intensif terutama klien yang membutuhkan

alat bantu pernapasan (ventilator). Hal yang harus diperhatikan selama klien

dirawat di unit ini meliputi:

1)      Pantau keadaan klien dan setting ventilator.


2)      Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam

dan suhu setiap 4 jam.

3)      Pantau nilai CVP.

4)      Amati GCS.

5)      Pantau status hemodinamik.

6)      Pantau haluaran urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)

7)      Auskultasi suara paru tiap pertukaran jaga.

8)      Cek AGD setiap hari atau bila diperlukan.

9)      Pantau saturasi oksigen.

10)  Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.

11)  Perawatan mulut setiap 2 jam (beri boraq gliserin).

12)  Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.

13)  Ganti posisi klien setiap 3 jam.

14)  Fisioterapi dada.

15)  Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube

setiap hari.

16)  Ganti tube dan NGT setiap minggu.

17)  Observasi letak tube (ETT) setiap shift.

18)  Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.

19)  Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin), gula

darah (kolaborasi dengan dokter).

20)  Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.

21)  Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.


d.      Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar

            Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena

proses penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar

yang luas dan dalam.

            Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit  luka

bakar yaitu perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi

yang adekuat, pencegahan komplikasi dan rehabilitasi.

            Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan

tertutup. Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan

setelah diberi obat  topikal. Perawatan tertutup dengan menggunakan balutan

gaas steril setelah diberikan obat topikal atau tulle yang mengandung

chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist) dengan NaCl 0,9% dan gaas kering.

Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan kedalaman luka bakar. Luka

bakar grade II superficial menggunakan chlorampenicol zalf mata, sedangkan

luka bakar grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.

            Hal-hal yang perlu diketahui dalam perawatan luka bakar:

-          Anatomi dan fisiologi kulit.

-          Pathofisiologi luka bakar.

-          Prinsip-prinsip penyembuhan luka.

-          Prinsip-prinsip pengontrolan infeksi (Universal precaution: teknik cuci

tangan bersih, penggunaan handschoen, masker, topi, baju steril; teknik bersih

dan aseptik).

-          Faktor-faktor penyebab infeksi.

-          Cara mengatasi nyeri.


            Selain hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan teknik memandikan

pasien luka bakar.

I. Komplikasi

Menurut effendi (1999) komplikasi yang timbul akibat luka bakar yaitu :
a. Septikemia (infeksi)
b. Pneumonia = tidur terus > statis pneumonia
c. Gagal ginjal akut = tidak ada plasma dalam darah > anuri
d. Deformitas (perubahan bentuk tubuh)
e. Syndrome kompartemen
f. Kekurangan kalori, protein
g. Kontraktur (lengketnya) merupakan gangguan fungsi pergerakan
h. Ileus paralitik (distensi abdomen, mual)
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan,hubungan dengan klien dan
alamat klien.

B. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pasien dengan luka bakar mengeluh adanya nyeri, tergantung
dari derjat luka bakar dan biasanya luka bakar juga menentukan beratnya
nyeri. Misalnya daerah wajah akan lebih mengalami nyeri yang lebih berat
bila dibandingkan dengan daerah ektermitas. Selain itu, luka bisa disertai
dengan tanda-tanda syok seperti penurunan kesadaran, tanda-tanda yang tidak
stabil.
b) Riwayat penyakit sekarang
Saat dikaji pasien mengeluhh nyeri pada daerah yang terkena luka
bakar, nafas sesak, sering merasa haus dan tidak nafsu makan
c) Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji pasien apakah pernah mengalami luka bakar sebelumnya,
riwayat pengobatan yang dahulu. Kaji riwayat penyakit jantung, ginal, paru-
paru dan DM
d) Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien seperti
yang dialami sekarang. Apakah dalam keluarga klien ada yang punya penyakit
keturunan seperti asma, jantung, dan DM.
C. Pemeriksaan fisik
Head to toe
1. Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi atau
bekas luka.
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta tekstur
kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
2. Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut, penyebaran
rambut.
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
3. Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika ada
perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
Palpasi :lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
4. Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk melihat
apakah ada kelainan pada mata.
Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau
ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada maka
ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika ada nyeri
tekan.
5. Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada
kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada sinus,
apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah terjadi
benjolan.
6. Mulut dan Faring
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan faring.
Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir sumbing),
bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir, kelembapan, apakah
ada gigi yang berlubang, kebersihan gigi, serta lihat apakah ada
pembesaran pada tonsil.
ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
7. Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada kondisi
abnormal pada telinga.
Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak
antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau
tidak dan elastisitas kartilago.
8. Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan
kedua tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan lalu
rasakan apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.
9. Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama pernafasan
dan bunyi paru.
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada
pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi: untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.
10. Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan
apakah ada nyeri tekan.
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan,
dan asites.
Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada
peningkatan pada bising usus.
Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi: apakah ada hipertimpani atau tidak.
11. Musculoskeletal/ Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi
tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada
anggota gerak atas dan bawah.
12. Sistem Integumen
Pengkajian riwayat kesehatan sistem integumen dilakukan secara
anamnesis oleh perawat pada pasien untuk menemukan permasalahan
yang dikeluhan oleh pasien. Pada penderita luka bakar akan ada
lesi,kemerahan atau memar. Bisa jadi merupakan gangguan dari panas,
dingin, atau stress, keterbukaan terhadap materi toksik, berjalan jalan
ke tempat yang terbuka, atau hasil perawatan kulit
Pemeriksaan umum
a. Data psikologi
Klien dengan luka bakar, sering mengalami gangguan psikologi berupa
kecemasan yang meningkat akibat nyeri yang tidak bisa di tanggulangi
dan terdapatnya perubahan struktur tubuh akibat kerusakan integritas
kulit.
b. Data sosial
Data yang diambil dari klien mengenai hubungan sosialnya dengan
keluarga dan gaya hidup klien. Klien dengan luka bakar menjadi tidak
percaya diri dalam bergaul akrena takut dia tidak diterima di dalam
masyrakat akibat struktur tubuhnya yang berubah.
c. Data spiritual
Kemungkinan terjadi perubahan dalam aktivitas spiritual yang
disebabkan karena kondisi luka bakar.
d. Data penunjang
1. Hitung darah lengkap
Peningkatan HT awal menunjukan hemokonsentrasi sampai
dengan perpindahan atau kehilangan cairan.
2. Elekrolit
Kalium dapat meningkat pada awal sampai dengan cedera
jaringan atau kerusakan sel darah merah dan penurunan fungsi
ginjal.
3. Rontgen dada
Dapat tampak normal paska luka bakar dini, meskipun dengan
cedera inhalasi, namun cedera inhalasi sesungguhnya akan
tampak saat foto torak, kerusakan bagian paru-paru.
4. EKG
Tanda inschemia, distrimia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
2. Diagnosa yang mungkin muncul

Nyeri : pengalaman sensoris atau emsoional yang berkaittan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengna onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan. (D.0077)
Keseimbangan cairan dan elektrolit : Berisiko mengalami perubahan kadar
serum elektrolit (D.0037)
Gangguan citra tubuh : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsi fisik individu (D.0083)
Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhu kebutuhan
metabolisme (D.0019)
Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI Intervensi keperawatan
Nyeri akut, Kontrol nyeri (L.08063) Manajemen Observasi :
berhubungan Definisi : tindakan nyeri -identifikasi lokasi,
dengan untuk meredakan (I.08238) karakteristik,
kerusakan pengalam sensorik atau Definisi : durasi,frekuensi,
jaringan emosional yang tidak mengidentifikasi kualitas,intensitas nyeri
aktual atau menyenangkan akibat dan mengelola -identifikasi skala nyeri
fungsional kerusakan jaringan. pengalaman -identifikasi respon
(D.0077) Setelah dilakukan sensorik atau nyeri non verbal
tindakan keperawatan 2 emosional yang -identifikasi faktor
x 24 berkaitan pemberat nyeri
jam diharapkan masalah dengan -identifikasi pengaruh
nyeri dapat teratasi kerusakan nyeri pada kualitas
dengan kriteria hasil : jaringan atau hidup
1. melaporkan nyeri fungsional -monitor efek samping
terkontrol meningkat(5) dengan onset penggunaan analgetik
2. Kemampuan mendadak atau Teraupetik
mengenali onset nyeri lambat dan - berikan teknik
meningkat(5) berintensitas nonfarmakologis
3. Kemampuan ringan hingga misalnya TENS,
mengenali penyebab berat dan hipnosis, akupuntur,
nyeri meningkat(5) konstan. terapi musik, teknik
4. Kemampuan pijat, aromaterapi
menggunakan teknik -kontrol lingkungan
non formakologis yang memperberat rasa
meningkat(5) nyeri (mis, suhu
5. Keluhan nyeri ruangan, pencahayaan,
menurun (5) kebisingan)
6. Penggunaan -pertimbangkan jenis
analgenik menurun (5) dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
EDUKASI
-Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
-anjurkan menggunakan
analgenik, secarra tepat
- ajarkan teknik
nonfarmakolgis untuk
mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI
-kolaborasi pemberian
analgenik,
SDKI

SLKI

SIKI
SDKI SLKI SIKI Intervensi Keperawatan
Gangguan Citra tubuh Perawatan luka Observasi
citra tubuh. (L.0967). setelah bakar (I.14565). - identifikasi penyebab
definisi: dilakukan asuhan definisi: luka bakar
perubahan keperawatan selama mengidentifikasi - identifikasi durasi
persepsi 2X24jam dan merawat luka terkena luka bakar dan
tentang diharapkan akut dan luka riwayat penanganan
penampilan, dapatkan hasil kronik akibat luka sebelumnya
struktur dan 1. Melihat bagian trauma termal. - monitor kondisi luka
fungsi tubuh (3) (msl, peserntasi ukuran
fisik individu 2. Menyentuh luuka, derajat luka,
(D.0083) bagian tubuh (3) pendarahan, wrna dasar
3. Menyembunyika luka,infeksi,aksudat,
n tubuh berrlebihan bau luka, kondisi tepi
(2) luka)
4. Menunjukan
bagian tubuh Terapeutik

berlebihan (2) - gunakan teknik

5. Fokus pada aseptik selama

bagian tubuh (3) merawat luka, lepaskan


balutan lamadengan
menghindari nyeri dan
pendarahan
-rendam dengan air
steril jika balutan
lengket pada luka.
- bersihkan luka
dengan cairan
steril( msl, NaCL
0,9%, Cairan
antiseptik)
- lakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
- jadwalkan frekuensi
perawatan luka
berdasarkan ada atu
tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan
jenis balutan yang
digunakan
- gunakan modren
dressing sesuai kndisi
luka, (msl, hyroclloid,
polymer, crystaline,
cellulos)
- berikan diet dengan
kalori 30-35 kkal/KG
BB perhari dan protein
1,25-1,5 gram/kg BB
perhari
- berikan suplemen
vitamin dan mineral
(msl, vit a,c,zinc, asam
amino sesuai indikasi)

Edukasi
- jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

Kolaborasi
- kolaborasi proosedur
depridement (msl
enzimatic,biologis,
mekanis,autolitik jika
perlu)
- kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
SDKI SLKI SIKI Intervensi Kperawatan
Defisit Status nutrisi Manajemen nutrisi Observasi
nutrisi, (L.03030). definisi : (I.03119). definisi: - identifikasi status
definisi: keadekuatan asupan mengidentifikasi nutrisi
berhubungan nutrisi untuk dan mengelola -identifikasi alergi dan
dengan memenuhi kebutuhan asupan nutri yang itoleransi makanan
asupan nutrisi metabolisme. seimbang - identifikasi makanan
tidak cukup Setelah dilakukan yang disukai
untuk tindakan keperawatan -identifikasi kebutuhan
memenuhi setelah 2x24 jam kalori dan jenis nutrisi
kebutuhhan didaptkan kriteria - monitor asupan
metabolisme hasil makanan
(D.0019) a) Kekuatan otot - monitor berat badan
pengunyah -mnitor hasil
meningkat (5) pemeriksaan
b) Kekuatan oto laboratorium
menelan(5)
c) Verbalisasi Teraputik

keinginan untuk -sajikan makanan

meningkatkan secara menarik dan

nutrisi (5) suhu yang suhu yang

d) Pengetahuan sesuai

tentang pilihan -berikan makanan

makanan yang tinggi serat

sehat (5) - berikan makanan

e) Pengetahuan tinggi kalori dan tinggi

tentang pilihan protein

minuman yang -berikan suplemen

sehat (5) makanan jika perlu

f) Pengetahuan
Edukasai
tentang standar
-anjurkan posisi duduk
asupan nutrisi
jika mampu
yang tepat (5)
- ajrkan diet yang di
prgramkan

Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mssl, pereda
nyeri, antlemetik jika
perlu)
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jumlah
nutrisi yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Elsevier.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(Edisi 1).
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1).
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi
1).

GUABAu, A. (2019). Derajat Kedalaman Luka Bakar.


Mz, hasna habib. (n.d.). luka bakar.

You might also like