Professional Documents
Culture Documents
Refka KDS Cindi Sis Aljufri
Refka KDS Cindi Sis Aljufri
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah kejang yang disertai demam (suhu 100,4°F atau 38°C 2
dengan cara apa pun), tanpa infeksi sistem saraf pusat, yang terjadi pada bayi dan
anak usia 6 sampai 60 bulan. Kejang demam terjadi pada 2% sampai 5% dari semua
anak dan, dengan demikian, merupakan kejadian kejang yang paling umum pada anak
di bawah 60 bulan.1
Pada tahun 1976, Nelson dan Ellenberg menggunakan data dari National
sederhana atau kompleks.1 Informasi mengenai gejala infeksi sistem saraf pusat
riwayat imunisasi pribadi, dan riwayat pribadi atau keluarga dari kejang sebelumnya
sangat penting dalam memutuskan apakah suatu peristiwa yang menjadi perhatian
merupakan kejang demam atau kejang demam. melainkan merupakan penyakit yang
berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
dalam 24 jam. Anak-anak yang mengalami kejang demam sederhana tidak memiliki
1
bukti peningkatan mortalitas, hemiplegia, atau keterbelakangan mental. Selama
evaluasi tindak lanjut, risiko epilepsi setelah kejang demam sederhana terbukti hanya
sedikit lebih tinggi daripada populasi umum, sedangkan risiko utama yang terkait
Patofisiologi yang tepat dari kejang demam tidak dipahami. Ada predisposisi genetik
yang diakui dengan 10% sampai 20% dari kerabat tingkat pertama pasien dengan
kejang demam juga mengalami kejang demam. Tidak ada cara khusus pewarisan
yang diketahui.2
Secara umum, semakin tinggi suhu, semakin besar kemungkinan kejang demam.
Anak dengan kejang demam memiliki ambang kejang yang lebih rendah. Infeksi
virus merupakan penyebab demam pada sekitar 80% kasus kejang demam. Roseola
asam folat, selenium, kalsium, dan magnesium meningkatkan risiko kejang demam..3
2
BAB II
REFLEKSI KASUS
A. Identitas Pasien
4. Kebangsaan: Indonesia
5. Agama: Islam
3
19. Anamnesis diberikan oleh: Orang Tua Pasien (ayah dan ibu)
Keterangan :
Ayah
Ibu
Pasien
4
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Seorang anak perempuan usia 2 tahun masuk rumah sakit Sis Aljufire datang
dengan keluhan demam yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam yang dirasakan naik turun diwaktu yang tidak menentu. Beberapa menit
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang 1x di rumah dengan durasi
<10menit. Kedua tangan dan kaki kaku, bola mata menatap ke atas, dan bibir
tampak biru. Keluhan disertai batuk sejak 2 hari lalu dan flu kurang lebih 2 bulan
yang hilang timbul. Mual/muntah (-), diare (-). BAB&BAK dalam batas normal
Kakak pasien pernah mengalami kejang demam beberapa kali saat masih bayi
Riwayat kehamilan ibu G3P3A0, tidak ada kendala selama kehamilan ataupun
menderita pernyakit begitupula setelah lahir. Pasien lahir melalui persalinan normal
dengan BBL 3800 gram. Pasien lahir langsung menangis dan tidak ada tanda-tanda
kelainan bawaan.
5
Morbili : Belum Pernah
Batuk/Pilek : Pernah
6
9. Riwayat Imunisasi
Dasar Ulang
Imunisasi
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DPT + + +
Campak +
Hepatitis + + +
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2020
7
Kesan : Anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal pemberian
tua dan kedua saudaranya, pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara.
yang tergolong menengah kebawah dan berasal dari keluarga yang cukup
C. Pemeriksaan Fisik
Umur : 2 Tahun
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 87 cm
Status Gizi :
8
Ikterus : (-)
2. Tanda vital
Respirasi : 26 x/menit
SpO2 : 98%
3. Kejang : (+)
4. Kulit
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Tonus : DBN
Lain-lain : (-)
5. Kepala
Bentuk : Normocephal
9
Rambut : Warna hitam, sukar dicabut
6. Mata
7. Telinga
Bentuk : Normal
Otorrhea : (-/-)
Sekret : (-/-)
8. Hidung
Bentuk : Normal
10
Rinorrhea : (-/-)
Epistaksis : (-/-)
9. Mulut
Mucosa/selaput mulut : Stomatitis (-), Vesikel (-), Eritema (-), Ulkus (-)
10. Tenggorokan
11. Leher
12. Thorax
Bentuk : Normothorax,
11
13. Paru
Deformitas (-/-),
14. Jantung
Perkusi : Pekak
15. Abdomen
(-)
18. Anggota gerak: Akral hangat 4 extremitas, Sianosis (-), Pucat (-), Tremor (-)
K: 5555 5555 T: N N P B B
12
5555 5555 N N B B
Achropati : (-/-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Tanggal : 06/02/2022 (17:03 WITA)
13
Gulah Darah Sewaktu
Tanggal : 06/02/2022 (17:03 WITA)
E. Resume
Seorang anak perempuan usia 2 tahun masuk rumah sakit Sis Aljufire dengan keluhan
Febris interminten yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Beberapa
menit sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami seizure 1x di rumah dengan
durasi <10menit. Kedua tangan dan kaki kaku, bola mata menatap ke atas, dan bibir
tampak sianosis. Keluhan disertai batuk sejak 2 hari lalu dan flu kurang lebih 2 bulan
yang hilang timbul. Nausea/vomit (-), diare (-). BAB&BAK dalam batas normal.
Riwayat keluhan yang sama (+) 5 bulan yang lalu. Riwayat keluarga (+) kaka pasien
mengalami kejang demam beberapa kali saat bayi. Riwayat antenatal tidak ada
kelainan, pasien lahir melalui persalinan normal dengan BBL 3.800 gram serta
riwayat imunisasi lengkap.
14
F. Diagnosis
G. Diagnosis Banding :
- Status Epileptikus
- ISPA
- Hipoglikemia
- Hipokalemia
H. Terapi
IVFD RL 12 tpm
O2 1,5 lpm
Stesoloid Supp 5 mg
15
FOLLOW UP
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung (+) murni reguler, murmur (-)
SISTEM HEMATOLOGI
Anemis (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
16
Nyeri tekan (-), kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktifitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (-)
A • Kejang Demam Sederhana
P - IVFD RL 12 tpm
17
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM HEMATOLOGI
SISTEM GASTROINTESTINAL
Soepel (+), kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktifitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (-)
A • Kejang Demam Sederhana
18
makan baik
O TANDA TANDA VITAL
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM HEMATOLOGI
SISTEM GASTROINTESTINAL
Soepel (+), kelainan dinding abdomen (-), muntah (-) organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktifitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (-)
A • Kejang Demam Sederhana
19
- Cetirizine 3mg/24jam oral
I. Prognosis
20
DISKUSI KASUS
Kejang demam adalah kejang yang disertai demam (suhu 100,4°F atau 38°C dengan
cara apa pun), tanpa infeksi sistem saraf pusat, yang terjadi pada bayi dan anak usia 6
sampai 60 bulan.1
Pada kasus ini diketahui bahwa pasien adalah anak perempuan usia 2 tahun
demam diakibatkan oleh kerentanan sistem saraf pusat (SSP) yang sedang
bergantung pada usia dari otak yang belum matang terhadap demam. Selama proses
informasi tambahan untuk membedakan apakah kejang itu sederhana atau kompleks.
Kejang demam sederhana terjadi lebih sering daripada kejang demam kompleks
dan ditandai dengan kejang yang bersifat umum, berlangsung kurang dari 15 menit,
21
dan tidak berulang dalam 24 jam. Sedangkan Kejang demam kompleks ditandai
dengan adanya setidaknya satu dari fitur berikut: fokal, durasi lebih dari 15 menit,
Pada kasus ini pasien mengalami demam disertai kejang yang bersifat umum,
24jam).
Studi keluarga dan kembar menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran
yang positif. Risiko kejang demam pada anak adalah sekitar 20% dengan saudara
kandung yang terkena dan sekitar 33% dengan orang tua yang terkena.3
Seperti pada kasus, berdasarkan anamnesis pada orang tua bahwa kakak laki-
laki dari pasien juga pernah mengalami kejang demam beberapa kali saat
masih bayi. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor resiko kejang demam pada
pasien .
Penyebab pasti kejang demam masih belum diketahui, meskipun beberapa penelitian
adalah respons normal terhadap infeksi, dan pelepasan sitokin tingkat tinggi selama
Secara umum, semakin tinggi suhu, semakin besar kemungkinan kejang demam.
kejang demam memiliki ambang kejang yang lebih rendah. Infeksi virus merupakan
22
penyebab demam pada sekitar 80% kasus kejang demam. Roseola infantum
tertinggi untuk kejang demam. Infeksi virus saluran pernapasan atas, faringitis, otitis
media, dan gastroenteritis Shigella adalah penyebab penting lain dari kejang demam.
Adanya tanda-tanda infeksi saluran pernafasan pada pasien dapat di lihat dari
keluhan batuk yang dialami 2 hari yang lalu dan flu +/- 2 bulan. Juga dari hasil
(Leukositosis).
Leukosit berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit. Saat tubuh terserang
tersebut. Leukosit tinggi dapat menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang tidak normal
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah, dan pleura. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di
bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
Gejala dari ISPA ringan Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
23
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
Pengobatan yang dapat di berikan pada anak yang masih kejang saat di rumah sakit
yaitu, anak memerlukan stabilisasi darurat dengan pendekatan ABCDE (jalan napas,
glukosa darah) dan kejang harus dihentikan dengan obat antiepilepsi sesegera
detak jantung dan pernapasan, waktu pengisian kapiler, dan glukosa darah.7
24
Berdasarkan kasus, saat pasien sampai di IGD dan masih mengalami kejang
IVFD RL 12 tpm
O2 1,5 lpm
Stesoloid Supp 5 mg
Kejang
Diazepam reketal dapat diberikan kembali dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval 5 menit. Bila 2x pemberian masih kejang, anjurkan ke RS
Hospital
Pre Hospital
26
a. Antipiretik
b. Antikonvulsan
1. Antikonvulsan Intermiten
Adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Diberikan
cepat
2. Antikonvulsan Rumatan
27
- Kejang lama > 15 menit
hidrosefalus.
- Kejang fokal
pengobatan rumatan untuk kejang demam tidak membutuhkan tapering off, namun
Pasien anak dengan gangguan ISPA penggunaan antibiotik yang sering digunakan
mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau
akhir dalam dinding sel bakteri, akibatnya sel terhambat, dan sel bakteri menjadi
28
pecah/lisis. Dengan dosis : anak-anak (Berat badan >20 kg): 250-500 mg tiga kali
sehari atau setiap 8 jam dan anak-anak (Berat badan <20 kg): 20-40 mg/kg BB sehari
ISPA pada anak tidak bermakna klinis. Data yang terbatas menunjukkan bahwa
anak yang lebih besar. Antihistamin sistemik yang dapat diberikan adalah
sedatif yang lebih kuat. Dosis cetirizine yang diberikan dapat dihitung berdasarkan
Komplikasi
Ini adalah jenis kejang yang mendefinisikan risiko epilepsi di masa depan. Anak-anak
dengan kejang demam sederhana memiliki risiko epilepsi berikutnya yang sedikit
lebih tinggi sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian pada populasi umum sekitar
0,5%. Risiko epilepsi masa depan pada anak-anak dengan kejang demam kompleks
adalah sekitar 4-6%, tergantung pada jumlah fitur kompleks. Faktor risiko lain untuk
perkembangan epilepsi termasuk durasi demam yang lebih pendek (<1 jam) sebelum
kejang, timbulnya kejang demam sebelum usia 1 tahun atau setelah usia 3 tahun,
29
riwayat epilepsi keluarga yang positif, dan pelepasan epileptiform pada EEG.
menunjukkan bahwa mutasi missense pada gen saluran natrium SCN1A dan SCN2A
dapat mempengaruhi anak-anak untuk kejang demam yang parah. Kejang demam,
persisten sirkuit saraf hipokampus dalam keseimbangan antara respons rangsang dan
Secara umum diyakini bahwa anak-anak dengan kejang demam sederhana tidak
kecerdasan dan fungsi kognitif mereka tidak terpengaruh. Sebuah studi kohort
demam dengan risiko masalah perilaku atau fungsi eksekutif. Berbeda dengan kejang
demam tunggal, kejang demam berulang secara signifikan terkait dengan peningkatan
risiko keterlambatan perkembangan kosakata (rasio odds: 3,22; 95% CI: 1,3-7,94).
Anak-anak dengan kejang demam memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit atopik
seperti rinitis alergi dan asma. Prevalensi tinggi dari stres hiperglikemia telah
30
Berbeda dengan kepercayaan sebelumnya bahwa tidak ada hubungan antara kejang
demam dan kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan pada masa kanak-kanak,
terutama mereka dengan kejang demam kompleks dan status epileptikus demam,
dapat meninggal secara tiba-tiba dan tidak terduga dengan cara yang mengingatkan
pada kematian mendadak orang dewasa yang tidak terduga pada epilepsi.3
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat
kejang sebagian besar orang tua berang-gapan bahwa anaknya telah meninggal.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
31
- Usia kurang dari 12 bulan
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat fak-tor tersebut kemungkinan berulangnya kejang
Prognosis
Sekitar 30% dari anak-anak dengan kejang demam sebelumnya tetap pada
peningkatan risiko kejang demam berulang.Anak-anak kurang dari 12 bulan pada saat
kejang demam pertama memiliki peluang 50% untuk mengalami kejang kedua dalam
tahun pertama. Risiko ini turun menjadi 30% pada tahun berikutnya. Selain usia
muda selama kejang demam pertama, riwayat kejang demam dalam keluarga, demam
derajat rendah selama kejang, dan interval yang lebih pendek antara demam dan
kejang dapat menunjukkan kemungkinan kejang demam berulang yang lebih
tinggi. Namun, gambaran yang terkait dengan kejang demam kompleks tidak selalu
meningkatkan risiko kekambuhan kejang demam. Sekitar 1-2% anak-anak dengan
kejang demam sederhana - hanya risiko sedikit lebih tinggi daripada populasi umum -
mengembangkan epilepsi berikutnya.
Tidak ada bukti bahwa kejang demam terkait dengan ketidakmampuan belajar atau
kecerdasan yang lebih rendah
BAB III
32
KESIMPULAN
Patofisiologi yang tepat dari kejang demam tidak dipahami. Ada predisposisi genetik
yang diakui dengan 10% sampai 20% dari kerabat tingkat pertama pasien dengan
kejang demam juga mengalami kejang demam. Tidak ada cara khusus pewarisan
yang diketahui.
Secara umum, semakin tinggi suhu, semakin besar kemungkinan kejang demam.
Anak dengan kejang demam memiliki ambang kejang yang lebih rendah. Infeksi
virus merupakan penyebab demam pada sekitar 80% kasus kejang demam. Infeksi
Pengobatan yang dapat di berikan pada anak yang masih kejang saat di rumah sakit
yaitu, anak memerlukan stabilisasi darurat dengan pendekatan ABCDE (jalan napas,
glukosa darah) dan kejang harus dihentikan dengan obat antiepilepsi sesegera
Pentingnya edukasi kepada orang tua akan membantu penanggulangan kejang kepada
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Xixis KL, Samanta D, Keenaghan M. Febrile Seizure. [Updated 2021 Jul 6].
report=classic
3. Leung AK, Hon KL, Leung TN. Febrile seizures: an overview. Drugs
Induced Febrile Seizures and Its Current State. Neurosci Insights. 2020 Nov
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6365/4/4.%20Chapter%202.pdf
34
7. Laino D, Mencaroni E, Esposito S. Management of Pediatric Febrile Seizures.
Longterm treatment of the child with simple febrile seizures Pediatr 1999;
2000; 41:2-9.
35