Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kelompok 3
Makalah Kelompok 3
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 3
Astrid Wahdini C20121016
Dinda Mentari C20121002
Raehatuliana C20121022
Rian C20121042
Winarto, S.Pd.L,M.Pd
UNIVERSITAS TADULAKO
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bpk. Winarto, S.Pd.L,M.Pd selaku
dosen pengajar mata kuliah agama islam. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan juga kami
sampaikan depada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah kami jauh lebih sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun materi kami, terima kasih.
Penyusun
Kata Pengantar ........................................................................... i
PENDAHULUAN
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk Allah yang bertugas sebagai
khalifah di bumi. Allah telah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan
menciptakan manusia yang diserahi tugas menjadi khalifah, sebagaimana yang
tersurat dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 30. Di samping manusia sebagai
khalifah, mereka juga termasuk makhluk paedagogik yaitu makhluk Allah yang
dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan mendidik.
Dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 78, Allah mengisyaratkan bahwa potensi
(pendengaran, penglihatan, dan hati) yang telah dianugerahkan tersebut perlu
ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu. Karena dengan potensi itulah ia
dapat belajar dari lingkungan, alam, dan masyarakat tempat ia tinggal dengan harapan
agar menjadi manusia dewasa yang paripurna (Aly dan Suparta, 2000: 1).
An-Nahlawi (1996: 60) menambahkan komentar terhadap penjelasan ayat
tersebut bahwa jika potensi pendengaran, penglihatan, dan hati saling
berkesinambungan, maka akan lahir ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Allah
kepada manusia, yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat. Ia lebih memfokuskan pada optimalisasi fungsi ketiga potensi tersebut
terhadap ilmu pengetahuan dengan menyatakan bahwa pendengaran berfungsi
sebagai pemelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang lain,
2
penglihatan memiliki fungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian terhadapnya, serta hati bertugas
membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya.
Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah yang dapat diisi dengan berbagai
kecakapan dan keterampilan, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang
mulia dan sebaik-baik ciptaan (ahsani taqwim). Pikiran, perasaan, dan
kemampuannya berbuat merupakan komponen fitrah Allah yang melengkapi
penciptaan manusia, sebagaimana yang tersurat dalam al-Qur‟an surat ar-Rum ayat
30.
Fitrah Allah yang berupa potensi itu tidak akan mengalami perubahan dengan
pengertian bahwa manusia terus dapat berpikir, merasa, bertindak, dan dapat terus
berkembang. Fitrah inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah
lainnya, dan fitrah ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa, yang sekaligus
berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik (Sudiyono, 2009: 2).
Karenanya, fitrah itu harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Untuk
mampu berinteraksi memerlukan suatu proses yang lebih kondusif untuk
pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya. Maka pendidikan merupakan suatu proses
yang paling strategis untuk mengarahkan fitrah itu sesuai dengan apa yang dimaksud
al-Qur‟an suci. Konsep fitrah juga menuntut agar pendidikan harus bertujuan
mengarahkan dalam terjalinnya ikatan kuat seorang manusia dengan Allah (Abdullah,
1990: 64).
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana proses manusia di ciptakan?
b) Apakah maksud dari primordial dan pramothean?
c) Apa yang di maksud Eskatologi?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui proses penciptaan manusia
b) Untuk mengetahui pengertian primordial dan pramothean
c) Untuk mengetahui maksud dari eskatologi
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai makhluk yang memiliki dua unsur yang utama, jasad dan roh, menjadikan
manusia dikenal dengan makhluk dua dimensi. Dimensi pertama, jasmani/tubuh kasar,
menjalani perubahan dan pertumbuhan secara biologis. Secara normal pertumbuhan
embrio manusia dimulai dari sel kelamin pria (spermatozoa) dan sel kelamin wanita
(ovum), menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang yang dibungkus daging hingga
sempurna bentuk, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan wafat (Marliani, 2015:40).
Jasad merupakan tubuh kasar manusia memiliki potensi berkembang sampai batas
tertentu, Ia merupakan bagian penting dari manusia. Kesempurnaan jasad manusia bukan
menjadi indikasi kesempurnaan manusia, sehingga penilaian terhadap jasad tidak sama
(Marliani, 2015:42). Perkembangan jasad manusia telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-
Qu‟ran
Dimensi kedua, manusia adalah rohaniah. Dimensi yang sulit untuk dideskripsikan dan
diverbalisasikan, namun dapat dipahami dan diterima keberadaannya (Jemkhairil,
2010:97).
Rohani adalah nama bagi keseluruhan yang ada pada bagian bathin manusia, sebagaimana
jasmani adalah nama bagi keseluruhan yang ada pada bagian lahir manusia. Jadi dalam
rohani manusia terdapat ruh sebagai alat untuk membuat manusia bisa hidup, akal sebagai
alat penimbang dalam menghadapi sesuatu, nafsu sebagai alat pendorong dan qalbu
sebagai alat pemutus (Jemkhairil, 2010:98).
Untuk lebih jelasnya diuraikan dibawah ini sebagai berikut : Pertama, al-ruh, ruh yang
menyebabkan daging, tulang, darah, kulit, seluruh tubuh bergerak, tumbuh, berketurunan,
dan berkembang biak. Unsur roh inilah yang menyebabkan manusia melihat, mendengar,
merasa, berpikir, berkesadaran. Dengan demikian roh merupakan sumber kemanusiaan,
manusia merasa senang dan cinta, marah dan benci, bahagia dan gembira, dan
sebagainya, semua itu konsekuensi dari pada “Roh” yang ditiupkan Allah pada manusia.
Roh multi dimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Roh dapat keluar masuk ke
dalam tubuh manusia. Roh ada sebelum tubuh manusia diciptakan. Kematian jasad bukan
berarti kematian dan kehancuran roh. Roh masuk ke dalam tubuh manusia saat tubuh
manusia telah siap menerimanya menurut hadits nabi, bahwa kesiapan itu ketika manusia
berumur empat bulan dalam kandungan.Pada saat inilah ruh berubah nama menjadi al-
nafs (gabungan antara ruh dan jasad) (Mujib, Abdul,Mudzakir, 2001:52)
Kedua, al-„aql, akal secara etimologi memiliki al;imsak (menahan), al-ribath (ikatan),
ahlhajr (menahan), al-nahyi (melarang), man‟u yang berakal(al-„aqil) adalah orang yang
mampu menahan dan mengikat hawa nafsu. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa
rasionalitasnya mampu bereksistensi.
Dimensi akal adalah dimensi psikis yang berada diantara nafsu dan qalbu. Akal menjadi
perantara dan penghubung antar kedua dimensi tersebut berupa fungsi pikiran yang
merupakan kualitas insaniyah pada psikis manusia. Akal merupakan bagian dari daya
insani yang memiliki dua makna. Ada jasmani, yang lazim disebut sebagai otak dan akal
rohani yaitu cahaya rohani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh
pengetahuan.Akal juga memiliki daya untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk bagi dirinya (Hikmawati, 2005:33).
Ketiga, al-qalb (qalbu), al-qalb (kalbu) bermakna hati dalam bentuk fisik maupun dalam
bentuk non fisik. Kalbu dalam bentuk fisik adalah membuat manusia itu mengetahui
/merasakan sesuatu, sehingga memperoleh pengetahuan ghaib dan mukhsyafah. Al-
Ghazali berpendapat bahwa qalbu memiliki insting yang disebut al-nur al-ilahiy dan
albasyirah al-bathiniah yang memancarkan keimanan dan keyakinan. Kalbu memiliki
daya positif dan negatif, emosi positif seperti senang, riang, tulus (ikhlas), emosi negatif
seperti benci, marah, inkar (kufur) (Hikmawati, 2005:34).
Keempat, al-nafs, al-nafs juga memiliki makna ganda. Pertama nafs dalam pengertian
jelek, yakni alhawa, dalam bahasa Indonesia sering digabungkan menjadi satu yakni
hawa-nafsu, peran ini biasanya berpusat pada perut dan kemaluan. Tugas kita adalah
membersihkan hati kita dari nafsu. Hati yang bersih dalam Al-Qur‟an disebut qalbu
alsalim. Kedua nafs yang berarti manusia secara keseluruhan.
Secara etimologi primordial atau juga primordialisme berasal dari bahasa Latin primus,
yang memiliki arti pertama, dan ordiri yang berarti tenunan atau ikatan. Pengertian
primordialisme secara umum ialah suatu pandangan atau paham yang memegang teguh
hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik itu mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan atau
segala sesuatu yang terdapat di dalam lingkungan pertamanya. Menurut KBBI,
primordialisme merupakan suatu perasaan kesukuan yang berlebihan.
2.5 Eskatologi
Eskatologi merupakan salah satu ilmu dasar di dalam ajaran teologi. Eskatologi
diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari tentang akhir zaman seperti hari
kiamat, kebangkitan segala manusia dan surga. Masalah yang dirasakan adalah
bagaimana ketika salah satu dari ajaran teologi ini dianggap sebagai sesuatu hal
yang tidak urgen untuk dibahas apalagi diimani. Untuk mengatasi hal ini tentunya
harus ada penjelasan yang cukup eksplisit kepada setiap umat untuk kembali
kepada ajaran teologi mereka dan mengimani kembali tentang peristiwa ini.
Desain penulisan ini menggunakan metode studi pustaka dengan cara melakukan
penelitian berbagai sumber pustaka dengan mengambil dan membandingkan
ajaran eskatologi dari kedua agama yaitu Islam dan Protestan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah agama Islam memiliki perspektif
yang sama dengan Potestan dalam hal; definisi, istilah lain hari kiamat dan tanda-
tanda kiamat. Selain itu dua agama ini juga memiliki perspektif yang berbeda
dalam hal sumber yang memuat definisi hari kiamat, banyaknya jumlah nama hari
kiamat, pembagian hari kiamat, banyaknya jumlah tanda hari kiamat dan perihal
kedudukan Isa (Yesus) yang akan datang pada akhir zaman.
Melihat hasil penelitian ini maka kepercayaan dalam peristiwa hari akhir harus
dibangun kembali dan diyakini sebagai ajaran teologi yang tidak dapat
terpisahkan dari keimanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Qur‟an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua jenis yang berbeda,
yaitu: Pertamadari benda , padat. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur
hitam yang busuk) yang dibentuk Allah Swt dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
Swt, meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut. Sebagai makhluk yang
memiliki dua unsur yang utama, jasad dan roh, menjadikan manusia dikenal dengan
makhluk dua dimensi. Dimensi pertama, jasmani/tubuh kasar, menjalani perubahan dan
pertumbuhan secara biologis. Secara normal pertumbuhan embrio manusia dimulai dari
sel kelamin pria (spermatozoa) dan sel kelamin wanita (ovum), menjadi segumpal darah,
segumpal daging, tulang yang dibungkus daging hingga sempurna bentuk, lahir, anak-
anak, remaja, dewasa, tua dan wafat. Secara etimologi primordial atau juga
primordialisme berasal dari bahasa Latin primus, yang memiliki arti pertama, dan ordiri
yang berarti tenunan atau ikatan. Pengertian primordialisme secara umum ialah suatu
pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik itu
mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan atau segala sesuatu yang terdapat di dalam
lingkungan pertamanya. Menurut KBBI, primordialisme merupakan suatu perasaan
kesukuan yang berlebihan. Kita juga wajib percaya kepada para Rasul sebagai utusan
Allah yang menerima dan menyampaikan wahyu dari Allah ta‟alaa, dan melaksanakan
atau memprojeksikan serta mem beri contoh teladan kepada umatnya, sehingga kita
percaya kepada Rasul itu harus mengikuti sunnah-sunnah nya, kita juga mesti percaya
kepada hari pembalasan yaitu adanya hisab, surge dan neraka sehingga kita dengan
kepercayaan itu melahirkan sifat taqwa karena kepercayaan kepada Allah juga kita yakin
terhadap pembalasan yang akan diberikanNya. Demikian juga kita harus percaya dengan
qodho dan qodar yaitu percaya bahwa segala sesuatu itu diciptakan Allah mempunyai
sifat-sifat tertentu dnegan ketentuan tertentu.
3.3 Daftar pustaka
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/1098http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/1098
https://media.neliti.com/media/publications/324488-hakikat-manusia-dalam-pandangan-
islam-7de740e2.pdf
https://www.researchgate.net/publication/341430242_Konsep_Manusia_Sempurna_Persp
ektif_Seyyed_Hossein_Nasr
https://insanurussalam.com/index.php/2017/06/07/tugas-dan-peranan-manusia-dimuka-
bumi/
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/1098