You are on page 1of 15

MAKALAH

MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

DISUSUN
OLEH

KELOMPOK 3
Astrid Wahdini C20121016
Dinda Mentari C20121002

Hasrun Fachri Ramadhan C201210

Intan Nuraini C20121045

Raehatuliana C20121022

Rian C20121042

Tri Ayu sinta C20121017

Winarto, S.Pd.L,M.Pd

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TAHUN AJARAN 2021/2022


Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, karena atas rahmat dan hidayat-nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manusia dalam pandangan islam” dengan
tepat waktu. Malakah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam, Selain itu,
dari makalah ini bertujuan menambah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku manusia
terhadap manusia dalam pandangan islam bagi para pemateri maupun pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bpk. Winarto, S.Pd.L,M.Pd selaku
dosen pengajar mata kuliah agama islam. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan juga kami
sampaikan depada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah kami jauh lebih sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun materi kami, terima kasih.

Palu, 18 februari 2022

Penyusun
Kata Pengantar ........................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................


1.2 Tujuan ...........................................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

2.1 Proses penciptaan manusia ...........................................................................................

2.2 Manusia dan struktur dimensinya .................................................................................

2.3 Manusia primordial dan promothean ............................................................................

2.4 Manusia dan tugasnya di bumi .....................................................................................

2.5 Eskatologi .....................................................................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................

3.2 Saran .............................................................................................................................

3.3 Daftar Pustaka ...............................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk Allah yang bertugas sebagai
khalifah di bumi. Allah telah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan
menciptakan manusia yang diserahi tugas menjadi khalifah, sebagaimana yang
tersurat dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 30. Di samping manusia sebagai
khalifah, mereka juga termasuk makhluk paedagogik yaitu makhluk Allah yang
dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan mendidik.
Dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 78, Allah mengisyaratkan bahwa potensi
(pendengaran, penglihatan, dan hati) yang telah dianugerahkan tersebut perlu
ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu. Karena dengan potensi itulah ia
dapat belajar dari lingkungan, alam, dan masyarakat tempat ia tinggal dengan harapan
agar menjadi manusia dewasa yang paripurna (Aly dan Suparta, 2000: 1).
An-Nahlawi (1996: 60) menambahkan komentar terhadap penjelasan ayat
tersebut bahwa jika potensi pendengaran, penglihatan, dan hati saling
berkesinambungan, maka akan lahir ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Allah
kepada manusia, yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat. Ia lebih memfokuskan pada optimalisasi fungsi ketiga potensi tersebut
terhadap ilmu pengetahuan dengan menyatakan bahwa pendengaran berfungsi
sebagai pemelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang lain,
2
penglihatan memiliki fungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian terhadapnya, serta hati bertugas
membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya.
Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah yang dapat diisi dengan berbagai
kecakapan dan keterampilan, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang
mulia dan sebaik-baik ciptaan (ahsani taqwim). Pikiran, perasaan, dan
kemampuannya berbuat merupakan komponen fitrah Allah yang melengkapi
penciptaan manusia, sebagaimana yang tersurat dalam al-Qur‟an surat ar-Rum ayat
30.
Fitrah Allah yang berupa potensi itu tidak akan mengalami perubahan dengan
pengertian bahwa manusia terus dapat berpikir, merasa, bertindak, dan dapat terus
berkembang. Fitrah inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah
lainnya, dan fitrah ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa, yang sekaligus
berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik (Sudiyono, 2009: 2).
Karenanya, fitrah itu harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Untuk
mampu berinteraksi memerlukan suatu proses yang lebih kondusif untuk
pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya. Maka pendidikan merupakan suatu proses
yang paling strategis untuk mengarahkan fitrah itu sesuai dengan apa yang dimaksud
al-Qur‟an suci. Konsep fitrah juga menuntut agar pendidikan harus bertujuan
mengarahkan dalam terjalinnya ikatan kuat seorang manusia dengan Allah (Abdullah,
1990: 64).
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana proses manusia di ciptakan?
b) Apakah maksud dari primordial dan pramothean?
c) Apa yang di maksud Eskatologi?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui proses penciptaan manusia
b) Untuk mengetahui pengertian primordial dan pramothean
c) Untuk mengetahui maksud dari eskatologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses penciptaan manusia

Al-Qur‟an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua jenis yang


berbeda, yaitu: Pertamadari benda , padat. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-
tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur
hitam yang busuk) yang dibentuk Allah Swt dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
Swt, meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut. Kedua, dari benda cair.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologis yang dapat dipahami
secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang
dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian nuthfah itu dijadikan segumpal darah („alaqah) yang menggantung dalam
rahim. Segumpal darah tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah)
dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
B. Menurut para ilmuan
Menurut ilmuwan dari Barat, manusia berasal dari seekor kera kemudian melalui
seleksi alam. Hal tersebut menyebabkan pro dan kontra disebagian peneliti. Namun, pada
hakikatnya yang lebih masuk akal yaitu yang tertera dalam kitab suci umat Islam yaitu
Al-Qur‟an. Manusia tercipta dari setetes mani yang tersimpan didalam rahim wanita
kemudian menjadi segumpal darah dan segumpal daging kemudian tumbuhlah tulang-
tulang yang dibalut oleh daging tersebut lalu ditiupkanlah ruh
C. Menurut sains
Menurut evolusi Darwin, manusia adalah hewan atau binatang yang sudah lebih maju.
Pokok pemikiran Darwin dan para pengikutnya (Darwinian) mengemukakan bahwa ada
sejumlah ras manusia yang berevolusi lebih cepat dan ada ras yang lambat berevolusi.
Ras yang cepat berevolusi akan maju, sedangkan ras yang lambat berevolusi akan
tertinggal jauh bahkan terlihat masih primitif setingkat kera.

A. Pembahasan (Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains)


1. Dalam Perspektif Al-Qur’an
Pada penciptaan manusia, ada orientalitas yang bingung mengenai dengan sejumlah
rumusan yang berbeda-beda menyangkut penciptaan manusia didalam Al-Qur‟an. Ada
ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah,
saripati air yang hina, air yang tertumpah dan mani yang terpancar.
Bila diamati lebih dalam dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari dua jenis yaitu
dari benda padat dan benda cair. Benda padat berbentuk tanah (turab), tanah yang sudah
mengandung air (thin), tanah liat (hama‟), dan tembikar (shalshal). Benda cair berbentuk
air mani.
1) Penciptaan manusia dari tanah
•surat Ali Imran: 59

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) „Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam.


Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka
jadilah sesuatu itu”.
Pada ayat tersebut, Allah SWT menyatakan kepada nabi Muhammad Saw bahwa
penciptaan nabi Isa a.s. sama dengan penciptaan nabi Adam a.s yaitu sama-sama dari
tanah. Penciptaan nabi Isa a.s memang dari unsur sel telur yang berasal dari ibunya.
Tetapi perlu diingat bahwa sel telur itu berasal dari darah, sedangkan darah dari makanan,
dan makanan tumbuh dari tanah. Maka, nabi isa a.s juga berasal dari tanah. (Salman
Harun 2016).
•Surat al-Kahfi: 37

“Kawannya (yang beriman) berkata kepadanya sambil bercakap-cakap dengannya,


Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?”

Dengan demikian, dalam hubungannya dengan penjelasan tentang manusia, dapat


dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang berkelompok dan ia akan selalu
membentuk kelompoknya sesuai dengan ciri-ciri dan persamaannya. Seperti persamaan
biologis, kebutuhan, kepentingan, suku, bangsa dan lainnya. Memang dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan Kelompok. Mulai dari kelompok, suku,
etnis, wilayah, sosial politik, agama dan sebagainya

2.2 Manusia dan struktur dimensinya

Sebagai makhluk yang memiliki dua unsur yang utama, jasad dan roh, menjadikan
manusia dikenal dengan makhluk dua dimensi. Dimensi pertama, jasmani/tubuh kasar,
menjalani perubahan dan pertumbuhan secara biologis. Secara normal pertumbuhan
embrio manusia dimulai dari sel kelamin pria (spermatozoa) dan sel kelamin wanita
(ovum), menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang yang dibungkus daging hingga
sempurna bentuk, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan wafat (Marliani, 2015:40).
Jasad merupakan tubuh kasar manusia memiliki potensi berkembang sampai batas
tertentu, Ia merupakan bagian penting dari manusia. Kesempurnaan jasad manusia bukan
menjadi indikasi kesempurnaan manusia, sehingga penilaian terhadap jasad tidak sama
(Marliani, 2015:42). Perkembangan jasad manusia telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-
Qu‟ran
Dimensi kedua, manusia adalah rohaniah. Dimensi yang sulit untuk dideskripsikan dan
diverbalisasikan, namun dapat dipahami dan diterima keberadaannya (Jemkhairil,
2010:97).
Rohani adalah nama bagi keseluruhan yang ada pada bagian bathin manusia, sebagaimana
jasmani adalah nama bagi keseluruhan yang ada pada bagian lahir manusia. Jadi dalam
rohani manusia terdapat ruh sebagai alat untuk membuat manusia bisa hidup, akal sebagai
alat penimbang dalam menghadapi sesuatu, nafsu sebagai alat pendorong dan qalbu
sebagai alat pemutus (Jemkhairil, 2010:98).
Untuk lebih jelasnya diuraikan dibawah ini sebagai berikut : Pertama, al-ruh, ruh yang
menyebabkan daging, tulang, darah, kulit, seluruh tubuh bergerak, tumbuh, berketurunan,
dan berkembang biak. Unsur roh inilah yang menyebabkan manusia melihat, mendengar,
merasa, berpikir, berkesadaran. Dengan demikian roh merupakan sumber kemanusiaan,
manusia merasa senang dan cinta, marah dan benci, bahagia dan gembira, dan
sebagainya, semua itu konsekuensi dari pada “Roh” yang ditiupkan Allah pada manusia.
Roh multi dimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Roh dapat keluar masuk ke
dalam tubuh manusia. Roh ada sebelum tubuh manusia diciptakan. Kematian jasad bukan
berarti kematian dan kehancuran roh. Roh masuk ke dalam tubuh manusia saat tubuh
manusia telah siap menerimanya menurut hadits nabi, bahwa kesiapan itu ketika manusia
berumur empat bulan dalam kandungan.Pada saat inilah ruh berubah nama menjadi al-
nafs (gabungan antara ruh dan jasad) (Mujib, Abdul,Mudzakir, 2001:52)
Kedua, al-„aql, akal secara etimologi memiliki al;imsak (menahan), al-ribath (ikatan),
ahlhajr (menahan), al-nahyi (melarang), man‟u yang berakal(al-„aqil) adalah orang yang
mampu menahan dan mengikat hawa nafsu. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa
rasionalitasnya mampu bereksistensi.
Dimensi akal adalah dimensi psikis yang berada diantara nafsu dan qalbu. Akal menjadi
perantara dan penghubung antar kedua dimensi tersebut berupa fungsi pikiran yang
merupakan kualitas insaniyah pada psikis manusia. Akal merupakan bagian dari daya
insani yang memiliki dua makna. Ada jasmani, yang lazim disebut sebagai otak dan akal
rohani yaitu cahaya rohani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh
pengetahuan.Akal juga memiliki daya untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk bagi dirinya (Hikmawati, 2005:33).
Ketiga, al-qalb (qalbu), al-qalb (kalbu) bermakna hati dalam bentuk fisik maupun dalam
bentuk non fisik. Kalbu dalam bentuk fisik adalah membuat manusia itu mengetahui
/merasakan sesuatu, sehingga memperoleh pengetahuan ghaib dan mukhsyafah. Al-
Ghazali berpendapat bahwa qalbu memiliki insting yang disebut al-nur al-ilahiy dan
albasyirah al-bathiniah yang memancarkan keimanan dan keyakinan. Kalbu memiliki
daya positif dan negatif, emosi positif seperti senang, riang, tulus (ikhlas), emosi negatif
seperti benci, marah, inkar (kufur) (Hikmawati, 2005:34).
Keempat, al-nafs, al-nafs juga memiliki makna ganda. Pertama nafs dalam pengertian
jelek, yakni alhawa, dalam bahasa Indonesia sering digabungkan menjadi satu yakni
hawa-nafsu, peran ini biasanya berpusat pada perut dan kemaluan. Tugas kita adalah
membersihkan hati kita dari nafsu. Hati yang bersih dalam Al-Qur‟an disebut qalbu
alsalim. Kedua nafs yang berarti manusia secara keseluruhan.

2.3 Manusia Primordial dan Promothean

Secara etimologi primordial atau juga primordialisme berasal dari bahasa Latin primus,
yang memiliki arti pertama, dan ordiri yang berarti tenunan atau ikatan. Pengertian
primordialisme secara umum ialah suatu pandangan atau paham yang memegang teguh
hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik itu mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan atau
segala sesuatu yang terdapat di dalam lingkungan pertamanya. Menurut KBBI,
primordialisme merupakan suatu perasaan kesukuan yang berlebihan.

Sebagai identitas sebuah golongan atau kelompok sosial, primordialisme merupakan


faktor yang penting dalam memperkuat ikatan golongan atau kelompok dalam
menghadapi ancaman dari luar. Akan tetapi, primordialisme juga bisa membangkitkan
prasangka serta permusuhan terhadap golongan atau kelompok sosial lainnya.

Primordialisme bisa berdampak negative. Di antaranya: mengganggu kelangsungan hidup


suatu bangsa, menghambat modernisasi dan pembangunan, menghambat hubungan
antarbangsa, menghambat proses asimilasi dan integrasi, mengurangi dan menghilangkan
objektivitas ilmu pengetahuan, menyebabkan diskriminasi, juga menimbulkan konflik
antarkebudayaan suku-suku bangsa. Namun, bisa juga berdampak positif. Di antaranya:
memperkuat cinta tanah air, memunculkan kesetiaan terhadap bangsa, membangkitkan
semangat patriotism serta menjaga keutuhan dan kestabilan budaya.
[14.08, 12/2/2022] Dinda Manajemen A: Islam itu risalah universal, bukan primordial.
Karena itu kebaikan atau keberkahan Islam itu juga pasti bersifat universal. Tidak
mungkin bersifat primordial. Itu pula yang diyakini oleh para founding father kita dulu
ketika menyatakan bahwa kemerdekaan ini “atas berkat rahmat Allah”.
Ini adalah konsepsi mengenai manusia yang berpaling dari Tuhan dan menjadi lawan
dari Tuhan. Manusia Promethean merasa bahwa dunia ini adalah tempat tinggal asal
dan akhirnya, ini adalah satu-satunya dunia bagi mereka, dengan kata lain tidak
mengakui adanya dunia setelah kematian. Sebagaimana dalam pembahasan
sebelumnya, Manusia Promethean ini bisa dikaitkan dengan tipe manusia yang
bersifat hewaniah atau manusia yang hanya mementingkan urusan duniawinya saja.
Salah satu perwujudan dari tipe Manusia Promethean ini adalah semboyan Nietzsche
dengan ungkapan “God
12 | Zubaidillah, Konsep Manusia Sempurna is Dead,”32 slogan ini sebenarnya
merupakan pernyataan filosofis, tetapi aspek teologisnya dapat dilihat dari pemujaan
manusia kepada tuhan-tuhan lain yang ada di dunia ini; seperti harta, kehormatan, dan
lainnya. Hal yang sama juga dapat ditemui dalam ideologi ateisme dan ideologi
anti-Tuhan lainnya seperti Marxisme. Mereka beranggapan bahwa semakin mereka
membangkang dan jauh dari Tuhan, maka akan semakin tinggi kekuasaan dan
kedudukan yang mereka miliki.33 Dalam Knowledge and the Sacred, Nasr mengawali
pembahasan tentang desakralisasi pengetahuan,34 efek dari desakralisasi ini menyebar
ke semua isi dari kehidupan manusia; dari mulai ideologi, gaya hidup, kebudayaan, dan
peradaban manusia. Karenanya, pembagian dua tipe ini berkaitan dengan perbedaan
epistemologis pada keduanya. Tipe Promethean adalah pihak yang menganggap bahwa
segala macam ilmu pengetahuan tidak berhubungan sama sekali dengan yang sakral.
Akibatnya, banyak pengetahuan yang dulunya berkaitan dengan sesuatu yang sakral kini
diubah menjadi sesuatu yang murni duniawi atau tidak berhubungan dengan yang sakral.
Sebagai contoh ilmu Matematika, yang dulunya merupakan ilmu pengetahuan sekaligus
bentuk dari kontemplasi dalam ritual kaum Pythagorean (itulah kenapa asal mula
makna dari teori adalah kontemplasi ke-Tuhanan), kini sekedar hanya menjadi ilmu
perhitungan secara kuantitas belaka.35 Akibat dari pandangan tentang pengetahuan
seperti ini jelas tampak terlihat dalam gagasan “bebas-nilai” yang dijunjung tinggi oleh
para ilmuwan modern; dan lebih parahnya lagi, ilmu pengetahuan yang mereka
kembangkan telah menjadi liar dan bebas dari berbagai macam kontrol, baik kontrol
dari agama atau moralitas yang membuat mereka semakin bebas berkehandak dengan
ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

2.4 Manusia dan tugasnya dibumi

Adapun tugas dan peranan manusia dibumi :


– pertama adalah manusia harus percaya dan menerima atau beriman kepada Allah
ta‟alaa yang mencipta, memelihara, berkuasa, dan juga yang patut disembah. Percaya
kepada Allah hingga menjauhi dari perbuatan syirik dengan menyekutukanNYA dengan
berbagai makhluk seperti syetan, berhala, hawa nafsu, dan berbagai kepercayaan selain
kepada Allah Subhanahu wata‟alaa. Juga harus menerima bahwa Allah memiliki hamba
yang sangat perkasa sentiasa ta‟at kepada Allah yaitu para malaikat yang melaksanakan
perintah-perintah Allah untuk menguruskan segala penciptaan-Nya. Demikian juga kita
hendaknya menerima, mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para
Rasul untuk dijadikan pedoman hidup manusia dalam menjalankan tugas dan
perananannya dibumi dan percaya/yakin bahwa Alquran adalah kitab terakhir dan juga
penyempurna kepada kitab-kitab lainnya untuk dijadikan kewajiban dalam pegangan
umat Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wasalam. Kita juga wajib percaya kepada para
Rasul sebagai utusan Allah yang menerima dan menyampaikan wahyu dari Allah ta‟alaa,
dan melaksanakan atau memprojeksikan serta mem beri contoh teladan kepada umatnya,
sehingga kita percaya kepada Rasul itu harus mengikuti sunnah-sunnah nya, kita juga
mesti percaya kepada hari pembalasan yaitu adanya hisab, surge dan neraka sehingga kita
dengan kepercayaan itu melahirkan sifat taqwa karena kepercayaan kepada Allah juga
kita yakin terhadap pembalasan yang akan diberikanNya. Demikian juga kita harus
percaya dengan qodho dan qodar yaitu percaya bahwa segala sesuatu itu diciptakan Allah
mempunyai sifat-sifat tertentu dnegan ketentuan tertentu. Yang ditetapkan oleh Allah
sejak dari misalnya Api Panas, Air mengalir, udara mengandung oksigen, makanan
mempunyai zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia, manusia dan hewan memiliki panca
indra itu semua adalah ketentuan Allah yang tetap dan ia dipanggil dengan qodar, adapun
sesuatu yang terjadi akibat qodar tadi seperti misalnya, Api dapat menimbulkan
kebakaran tetapi juga bias digunakan memmasak, air dapat mengakibatkan banjir atau
juga bias digunakan untuk keperluan manusia pada saat itu terjadi dinamakan qodho atau
keputusan. Jadi qadar adalah ketentuan dasar dari segala penciptaan Allah, Allah
Berfirman :”inna khalaqna kulla syai‟in biqodarin”. Sedangkan qadha mememrlukan
sebab dan akibat daripada ikhtiar manusia, seperti misalnya kalau manusia tidak
menguruskan hujan turun dengan pengairan yang teratur maka qodhonya akan menjadi
banjir, juga ketika menggunakan api tidak cermat dia tidak dapat menyebabkan
kebakaran. Ada juga qadha yang diluar jangkauan ikhtiar inilah iradah Allah sebagai
ujian kepada manusia, seperti misalnya kejadian tabrakan padahal kita sudah sangat
berhati-hati dalam memelihara mobil dan mengendarainya.
Segala kepercayaan dan keimanan ini, mesti dikaji dan diyakini juga dihayati dalam hati
manusia. Jadi iman adalah pekerjaan hati.
– Tugas kedua adalah Ibadah. Allah menjadikan jin dan manusia selain dari para
malaikat adalah bertugas menjadi hamba Allah. Tugas ibadah ini, ada yang bersifat
khusus inilah yang banyak difahami oleh ummat islam yaitu menjalankan kewajiban-
kewajiban yang diperintahkan Allah seperti syahadat, shalat, puasa, zakat dan berhaji bagi
yang mampu dengan kata lain dikenal sebagai Rukun Islam yang wajib dilaksanakan
dengan ketentuan-ketentuan yang ketat. Sperti misalnya shalat mestilah tepat dengan apa
yang dicontohkan Rasulullah, sabda Rasul :”sholluu kamaa roaitumunii ushollii”
– Tugas yang ketiga adalah berakhlak mulia. Nabi menegaskan bahwa tugas beliau yang
pertama adalah untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak yang mulia. Sebagaimana
Sabda nabi “innamaa bu‟istu liutammi maa kaarimal-akhlak” Kalo kita teliti bahwa
akhlak adalah perilaku atau etika manusia yang memiliki drajat kemanusiaan yang lahir
dari pada keimanan terhadap rukun-rukun Iman, maka akhlak adalah keseluruhan
perilaku kita terhadap Allah sebagai maha pencipta, terhadap malaikat yang ta‟at kepada
Allah ta‟alaa, terhadap kitab sebagai pedoman Allah, terhadap rasul yang wajib kita ikuti
kepemimpinannya, dan kita juga wajib percaya terhadap hari kiamat sehingga kita akan
menjaga kita dalam melakukan perkara yang baik ataupun buruk, begitupun juga kita
yakin dengan qadar bahwa ikhtiar segala sesuatu sebenarnya telah diatur oleh Allah.
Oleh karena itu Akhlak terhadap Allah hendaklah kita menjalankan peranan sebagai
khalifah dan sebagai hamba. Percaya kepada malaikat kita harus merasakan bahwa
malikat itu senantiasa menjalankan perintah Allah setiap waktu, seperti misalnya malaikat
rokib dan atid yang mencatata perbuatan baik dan buruk, dia tidak pernah menyimpan
segala perbuatan manusia untuk dijadikan bukti otentik dalam peradilan Allah, begitu
juga akhlak terhadap kitab kita mestilah mencintai, mempelajari, memahami dan
mengamalkan apa yang di firmankan Allah dalam kitab itu secara lebih rinci dan teliti.
Akhlak terhadap Rasululloh kita mestilah mengikut contoh didalam ketaatan kepada
Allah dengan pedoman kitab-Nya, Rasululloh adalah model yang kita harus menjadikan
pola hidup dalam melaksanakan pola ketaatan kepada Allah ta‟alaa.
– Tugas ke empat adalah menjalankan kehidupan sehari-hari dengan niat karena Allah,
menjalankannya dengan mematuhi peraturan Allah (Syari‟ah) dan bertujuan mencari
keredhaan Allah. Sebagai contoh setiap hari kita makan. Seorang Muslim hendaklah kita
makan dengan niat karena Allah, yaitu didalam hati kita meyakini bahwa sumber
makanan itu datangnya dari Allah dan Allah mengijinkan kita makan sebagai Rezeki
dariNya. Ucapkanlah bismillahirrahmaanirrahiim dan berdo‟a kemudian kita pastikan
yang kita makan itu halaldan baik untuk kesehatan jita agar kita mendapat ridha Allah
serta berkahNya.
Demikian segala pekrejaan dilakukan dengan tata tertib seperti itu. kita mau membaca,
menulis bekerja ditempat kerja guna mencari nafkah, bekerja dirumah tangga untuk
menyediakan segala keperluan keluarga, jika kita niat karena Allah yaitu mencari
keridhaan Allah, sedangkan Allah mengijinkan, kemudian mengucapkan bismillah dan
mematuhi hukum halal-haram maka Allah menyediakan pahala yang besar sebagai amal
shaleh dan dzikir yaitu senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan. Termasuk
ketika kita duduk beristirahat atau menunggu giliran / antrian bacalah dzikir
Subhanallahal‟adziim, Subahanallah wa bihamdihi akan memenuhi lagit dan buminya.
Memilih karieer dalam bidang profesionallebih selaras dengan tujuan sebagai khalifah.
Sebagai mendakwah, guru, doktor, insinyur, petani, pedagang, industri dan juga
pemimpin yang diniatkan untuk beramal saleh akan mendapat pahala yang sangat besar
derajatnya, paling tinggi disyurga, beserta para penerima Anugerah terbesar disisi Allah
Subahanahu wata‟alaa.
Kesimpulannya, hidup kita ini dituntut untuk beriman dan beramal soleh serta saling
mansihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. Firman Allah “Demi
Masa, Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beramal soleh
serta saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihari dengan kesabaran.

2.5 Eskatologi

Eskatologi merupakan salah satu ilmu dasar di dalam ajaran teologi. Eskatologi
diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari tentang akhir zaman seperti hari
kiamat, kebangkitan segala manusia dan surga. Masalah yang dirasakan adalah
bagaimana ketika salah satu dari ajaran teologi ini dianggap sebagai sesuatu hal
yang tidak urgen untuk dibahas apalagi diimani. Untuk mengatasi hal ini tentunya
harus ada penjelasan yang cukup eksplisit kepada setiap umat untuk kembali
kepada ajaran teologi mereka dan mengimani kembali tentang peristiwa ini.
Desain penulisan ini menggunakan metode studi pustaka dengan cara melakukan
penelitian berbagai sumber pustaka dengan mengambil dan membandingkan
ajaran eskatologi dari kedua agama yaitu Islam dan Protestan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah agama Islam memiliki perspektif
yang sama dengan Potestan dalam hal; definisi, istilah lain hari kiamat dan tanda-
tanda kiamat. Selain itu dua agama ini juga memiliki perspektif yang berbeda
dalam hal sumber yang memuat definisi hari kiamat, banyaknya jumlah nama hari
kiamat, pembagian hari kiamat, banyaknya jumlah tanda hari kiamat dan perihal
kedudukan Isa (Yesus) yang akan datang pada akhir zaman.
Melihat hasil penelitian ini maka kepercayaan dalam peristiwa hari akhir harus
dibangun kembali dan diyakini sebagai ajaran teologi yang tidak dapat
terpisahkan dari keimanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Al-Qur‟an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua jenis yang berbeda,
yaitu: Pertamadari benda , padat. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur
hitam yang busuk) yang dibentuk Allah Swt dengan seindah-indahnya, kemudian Allah
Swt, meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut. Sebagai makhluk yang
memiliki dua unsur yang utama, jasad dan roh, menjadikan manusia dikenal dengan
makhluk dua dimensi. Dimensi pertama, jasmani/tubuh kasar, menjalani perubahan dan
pertumbuhan secara biologis. Secara normal pertumbuhan embrio manusia dimulai dari
sel kelamin pria (spermatozoa) dan sel kelamin wanita (ovum), menjadi segumpal darah,
segumpal daging, tulang yang dibungkus daging hingga sempurna bentuk, lahir, anak-
anak, remaja, dewasa, tua dan wafat. Secara etimologi primordial atau juga
primordialisme berasal dari bahasa Latin primus, yang memiliki arti pertama, dan ordiri
yang berarti tenunan atau ikatan. Pengertian primordialisme secara umum ialah suatu
pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik itu
mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan atau segala sesuatu yang terdapat di dalam
lingkungan pertamanya. Menurut KBBI, primordialisme merupakan suatu perasaan
kesukuan yang berlebihan. Kita juga wajib percaya kepada para Rasul sebagai utusan
Allah yang menerima dan menyampaikan wahyu dari Allah ta‟alaa, dan melaksanakan
atau memprojeksikan serta mem beri contoh teladan kepada umatnya, sehingga kita
percaya kepada Rasul itu harus mengikuti sunnah-sunnah nya, kita juga mesti percaya
kepada hari pembalasan yaitu adanya hisab, surge dan neraka sehingga kita dengan
kepercayaan itu melahirkan sifat taqwa karena kepercayaan kepada Allah juga kita yakin
terhadap pembalasan yang akan diberikanNya. Demikian juga kita harus percaya dengan
qodho dan qodar yaitu percaya bahwa segala sesuatu itu diciptakan Allah mempunyai
sifat-sifat tertentu dnegan ketentuan tertentu.
3.3 Daftar pustaka

http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/1098http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/1098
https://media.neliti.com/media/publications/324488-hakikat-manusia-dalam-pandangan-
islam-7de740e2.pdf
https://www.researchgate.net/publication/341430242_Konsep_Manusia_Sempurna_Persp
ektif_Seyyed_Hossein_Nasr
https://insanurussalam.com/index.php/2017/06/07/tugas-dan-peranan-manusia-dimuka-
bumi/
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/1098

You might also like