You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang Masalah...................................................................


B. Tujuan .............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................

2.1 Konsep Dasar Teori.......................................................................


A. Definisi ..................................................................................
B. Jenis atau Lokasi Kanker........................................................
C. Stadium Kanker......................................................................
D. Etiologi ..................................................................................
E. Patofisiologi ...........................................................................
F. Manifestasi Klinis...................................................................
G. Pengobatan..............................................................................
2.2 Pelayanan Palitif Kanker…………………………………………
14
BAB III KASUS ………………………………………………………….....
16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-


kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun
(Keliat, 2014). Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus
dipenuhi. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan
Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula
oleh kemampuan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan
pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa
setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara
kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali
mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing
anggota (Potter & Perry, 2012). Menurut WHO, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut peraturan menteri kesehatan RI
nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun. Menurut WHO diperkirakan jumlah remaja didunia sebanyak 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Menurut data Statistik
Indonesia tahun 2014 jumlah remaja di Indonesia sebanyak 14.392.649 jiwa.
Pada masa transisi, remaja mengalami pertumbuhan secara fisik serta
menunjukkan perkembangan kognitif yang cukup pesat. Perkembangan
kognitif berguna bagi remaja agar siap menghadapi peran-peran serta tugas-
tugas barunya sebagai orang dewasa. Selain itu, juga mulai mengalami
perkembangan sosial dan perkembangan moral (Sarwono, 2011). Remaja
memiliki kecenderungan yang kuat untuk berkelompok dan suka bergabung
4

dengan kelompok remaja yang sejenis (Sa’id, 2015). Pada saat yang sama,
perkembangan moral remaja juga tengah berada pada tingkatan konvensional,
yaitu suatu tingkatan yang ditandai dengan adanya kecenderungan tumbuhnya
kesadaran bahwa norma- norma yang ada dalam masyarakat perlu dijadikan
acuan dalam hidupnya (Ali &Asrori, 2012). Potter & Perry (2012)
memaparkan bahwa semua tugas perkembangan pada masa remaja
dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-
kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Menurut Ali (2006) tugas perkembangan masa remaja difokuskan kepada
upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas
perkembangan remaja diantaranya mencapai hubungan baru dan yang lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencari peran sosial
pria dan wanita serta menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya
secara efektif (Potter & Perry, 2012).

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/mahasiswi memperoleh informasi dan gambaran
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada remaja dengan masalah
yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas remaja.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas
pada remaja.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan
keperawatan komunitas pada remaja
f. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas pada remaja yang bermasalah
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa


dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian,
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah
adolesens. Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk
menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisologis yang
terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama
perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan
pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa
pubertas (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja merupakan dekade kedua kehidupan dimana terjadi
perubahan fisik dan psikologis yang besar. Hal ini juga membawa
perubahan dalam interaksi sosial. Masa remaja sebagai kesempatan untuk
menata ke tahap usia dewasa yang sehat dan produktif serta mengurangi
kemungkinan terjadinya masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
Masa remaja berlangsung antara umur 10-19 tahun. Pada fase tersebut
terjadi perubahan yang amat pesat baik dalam fase biologis dan
hormonal, maupun bidang psikologis dan sosial.
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda - tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja
disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap,
dan perubahan fisik (Pratiwi, 2013). Remaja pada tahap tersebut
mengalami banyak perubahan baik perubahan secara emosi, tubuh,
minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa
remaja (Hurlock, 2011).
6

Berdasarkan beberapa pendapat remaja yang telah dikemukakan para


ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang
sedang berada pada masa peralihan dari masa anak- anak menuju masa
dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
fisik, psikis dan sosial. Dalam proses dinamika ini dapat dikemukakan
ciri remaja yang normal (WHO, 2010) adalah sebagai berikut:
a) Tidak terdapat gangguan jiwa yang jelas atau sakit fisik yang parah;
b) Dapat menerima perubahan yang dialami baik fisik maupun mental
dan sosial;
c) Mampu mengekspresikan perasaannya dengan luwes serta mencari
penyelesaian terhadap masalahnya
2. Klasifikasi Remaja

Dalam Sarwono (2011) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses


penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-13 tahun masih terheran-
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada
lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan
yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali
terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit
dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 14-16 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana : peka
7

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,


idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (17-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
3. Karakteristik Masa Remaja

Menurut (Depkes RI, 2010) karakteristik perkembagan yang normal


terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya
mencapai identitas diri, antara lain : menilai diri secara objektif dan
merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannnya. Dengan
demikian, pada fase ini seorang remaja akan:
a. Menilai rasa identitas pribadi;
b. Meningkatkan minat pada lawan jenis;
c. Menghubungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh;
d. Memulai perumusan tujuan okupasional;
e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, diantaranya
8

yaitu (Hurlock, 2005):


a. Masa remaja adalah masa peralihan.
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan
berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini bukan lagi
seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan
masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja
untuk memberntuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-
nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan.
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat; perubahan
perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar
yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola
perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen).
c. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah.
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal
ini terjadi karena masa remaja belum terbiasa menyelesaikan
masalahnya sendiri tanoa meminta bantuan orang lain. Akibatnya,
terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas.
Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa
dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas
dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan
dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin
mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan.
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak
rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak,
sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan
mengawasai kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa
peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang
9

memiliki pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja,


sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara
orang tua dengan remaja.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya
sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain,
mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan
sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa.
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang
berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang
hampir dewasa, ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang
dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam
berpakaian dan bertindak.
4. Tugas Perkembangan Remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada
penanganan pada perubahan sikap dan pola perilaku yang kekanak-
kanakkan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
(Hurlock, 2005). Menurut Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan
tugas- tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-
schauung).
10

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)


kekanak- kanakan
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak Usia Remaja

Sebagaimana halnya dengan asuhan keperawatan jiwa pada anak, proses


keperawatan juga diterapkan dalam asuhan keperawatan bagi remaja.
1. Pengkajian
Menurut Abdul (2013) Pengumpulan data tentag status kesehatan remaja
meliputi observasi dan interprestasi pola perilaku, yang mencakup
informasi sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Keadaan biofisik (peyakit,kecelakaan)
c. Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berfikir)
d. dan pikiran tentang bunuh diri atau membunuh orang lain)
e. Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
f. Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari(rumah, sekolah)
g. Pola penyelesaian masalah (pertahan egoseperti denial,acting out,
menarik diri)
h. Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
i. Persepsi remaja tentang dan atau kepuassan terhadap kesehatannya
j. Tujuan kesehatan remaja
k. Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
l. Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat,
sekolah, dan keterlibatanya dalam kegiatan dimasyarakat).
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik
pada masa lalu maupun sekarangyang diperoleh dari dirir remaja itu
sendiri, keluarga, atau orang lain. Permasalahanya yang biasanya
dihadapi oleh remaja berkaitan dengan citra diri, identitas diri,
kemandirian, seksualitas, peran sosial, dan perilaku seksual yang
menimbulkan perilaku adaptif dan maladaptif.
2. Tujuan
Tujuan pemberian asuhan keperawatan pada usia remaja yaitu keluarga
11

mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan remaja


dan keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan
remaja dan keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk
menstimulasi perkembangan remaja serta keluarga mampu
merencanakan tindakan untuk mengembangkan kemampuan psikososial
remaja. Sedangkan pada remaja tujuan tindakan ini yaitu remaja mampu
menyebutkan karakteristik perilaku remaja yang normal dan
menyimpang, kemudian remaja mampu menjelaskan cara mencapai
perkembangan serta remaja mampu elakukan tindakan tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu asuhan keperawatan
pada psikosial remaja. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan
beberapa batasan karakteristik yang dijelaskan sebelumnya.
4. Rencana tindakan keperawatan
a. Rencana keperawatan membantu remaja memperoleh dan
mempertahankan kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat
tercapai. Beberapa rencana keperawatan yang dapat diterapkan untuk
diagnosis kesiapan peningkatan perkembangan remaja adalah
Menjelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan
menyimpang.
b. Menjelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan remaja yang normal.
1) Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan teman kelompok
sebaya
2) Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang
membuatnya nyaman mencurahlan perasaan nya, perhatian dan
kekawatiran
3) Anjurkan remaja ubtuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif ( olah raga, seni, bela diri, pramuka, pengajian)
4) Berteman sebagai teman curhat bagi remaja
12

5) Berperan sebagai contoh bagi remaja dalam melakukan interaksi


sosial yang baik
6) Beri lingkunga yang nyaman bagi remaja untuk melakukan
aktifitas bersama kelompoknya.
c. Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja
memperoleh identitas diri
d. Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk
memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup perubahan
atau respon masyarakat terhadap program kesehatan yang dilaksanakan
(Nugroho, 2014).
13

BAB III

KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. “A” DENGAN DIAGNOSA

MEDIS CA MAMAE (S) STADIUM IV POST OPERASI HARI KE-2

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Wonodadi 2
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Sumber informasi : Autoanamnese dan Riwayat Pengobatan
Pendidikan : Sarjana
Masuk Rumah Sakit : 18 Februari 2022
Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2022
Diagnosa Medis : Ca Mamae Sinistra stadium IV post op hari ke-2
2. Keluhan Utama

Nyeri pada luka operasi disebelah kiri.

3. Keluhan Saat ini

Klien mengatakan terasa nyeri pada luka post operasi payudara kiri, nyeri

seperti tersayat, terasa terus menerus skala nyari 5, nyeri ketika

beraktivitas, klien mengatakan tadi malam sulit tidur, lemas, klien

tampak meringis, sering menarik napas panjang. Luka operasi masih


14

terpasang perban dan terdapat bekas darah. Klien mengatakan takut

menggerakkan tangannya karena takut nyeri. Klien sulit untuk

beraktivitas.

Klien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui dengan penyakit yang

dideritanya. Klien takut akan kondisinya jika semakin memburuk dengan

penyakitnya sekarang

4. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan tidak pernah dioperasi sebelumnya, pasien

sebelumnya pernah dirawat dengan penyakit Hipertensi dan DM.

5. Riwayat alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan.

6. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan ibunya memiliki riwayat penyakit DM

7. Keadaan umum

Kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital: suhu 36,3˚C, nadi 84 x/mnt,

respirasi 24 x/mnt, tekanan darah 150/80 mmHg

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur opersai).

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi penyakit


15

C. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tidakan 1. Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan masalah nyeri Observasi
agen pencidera fisik akut berhubungan dengan a. Identifikasi lokasi,
(prosedur operasi). agen pencidera fisik karakteristik, durasi,
(prosedur operasi) dapat frekuensi, kualitas,
teratasi. intensitas nyeri.
1. Tingkat Nyeri b. Identifikasi skala
a. Keluhan nyeri nyeri.
menurun c. Identifikasi respons
b. Meringis menurun nyeri non verbal.
c. Sikap protektif Terapeutik
menurun a. Berikan teknik
d. Gelisah menurun nonfarmakologis
e. Kesulitan tidur untuk mengurangi
menurun rasa nyeri (mis,
f. Frekuensi nadi TENS, hipnosis,
membaik akupresur, terapi
g. Pola nafas membaik musik, biofeedback,
h. Tekanan darah terapi pijat,
membaik aromaterapi, teknik
2. Kontrol Nyeri imajinasi terbimbing,
a. Melaporkan nyeri kompres
terkontrol hangat.dingin, terapi
meningkat. bermain).
b. Kemapuan Edukasi
mengenali onset a. Anjurkan
16

nyeri meningkat. menggunakan


c. Kemampuan analgesik secara tepat.
mengenali penyebab b. Ajarkan teknik
nyeri meningkat. nonfarmakologis
d. Kemampuan untuk menguramgi
menggunakan teknik rasa nyeri
non-farmakologis
meningkat.
e. Keluhan nyeri
menurun.
2 Ansietas Setelah dilakukan tidakan 1. Terapi relaksasi
berhubungan dengan keperawatan masalah Observasi
ancaman terhadap ansietas berhubungan a. Identifikasi penurunan
kematian. dengan ancaman terhadap tingkat energi,
kematian dapat teratasi. ketidakmampuan
1. Tingkat ansietas berkonsentras, atau
a. Verbalisasi gejala lain yang
kekhawatiran akibat menganggu
kondisi yang kemampuan kognitif.
dihadapi menurun. b. Periksa ketegangan
b. Perilaku gelisah otot, frekuensi nadi,
menurun. tekanan darah, dan
c. Perilaku tegang suhu sebelum dan
menurun. sesudah latihan.
d. Konsentrasi Terapeutik
membaik. a. Gunakan relaksasi
e. Pola tidur membaik sebagai strategi
penunjang dengan
analgesik atau
tindakan medis lain,
jika perlu.
Edukasi
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot
progresif.
b.Anjurkan mengambil
posisi yang nyaman.
17

3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI (I.


Aktivitas keperawatan masalah 05178)
Intoleransi aktivitas dapat
teratasi dengan Kriteria Observasi
Hasil : - Identifkasi gangguan
- mampu melakukan fungsi tubuh yang
aktivitas secara mandiri, mengakibatkan
kelelahan
- berpartisipasi dalam
- Monitor kelelahan fisik
aktivitas fisik tanpa dan emosional
disretai peningkatan - Monitor pola dan jam
TTV tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
18

D. Implementasi

Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah

disusun dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan

dua intervensi yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner

(NANDA, 2015). Tujuan dari implementasi antara lain adalah:

melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan

sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan yang

berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang

relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien

(Asmadi, 2008).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas

tindakan dan pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap

langkah dalam proses keperawatan, serta rencana perawatan yang telah

dilaksanakan (NANDA, 2015). Tujuan dari evaluasi adalah untuk

melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,

menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta

mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

(Asmadi, 2008). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan

pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan

mengadakan hubungan dengan pasien.

1. Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera


19

pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada

catatan perawat.

2. Evaluasi Sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status

kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan

perkembangan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP,

yaitu:

S: Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan

pandangannya terhadap data tersebut.

O: Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi

perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan

dengan penyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan

pemeriksaan tenaga kesehatan).

A: Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan

data objektif.

P: Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan

datang untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal.

(Hutahaen, 2010).

Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan

meliputi:

a. Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

b. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan


20

sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

c. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan

dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul

masalah/diagnosa keperawatan baru.


21

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sikap dalam perawatan pasien merupakan hal yang utama dimiliki oleh

perawat dalam upaya peningkatan status derajat kesehatan pasien menjelang

ajal. Makalah tentang perawatan terminal saat ini menunjukkan bahwa pasien

menjelang ajal mempunyai kebutuhan yang beragam dalam perawatannya,

tidak hanya masalah fisik namun masalah psikologis, spiritual, dan dukungan

sosial. Kebutuhan tersebut tidak lepas dari pentingnya peningkatan sikap

dalam merawat pasien dengan menjelang ajal. Keberhasilan perawatan pasien

menjelang ajal dipengaruhi oleh sikap perawat dalam proses perawatannya.

Makalah ini memberikan pemahaman tentang pengalaman perawat dalam

memberikan perawatan terminal.

4.2 Saran

a. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya mahasiswa

dalam merawat pasien terminal. Meningkatkan mekanisme koping bagi

mahasiswa untuk menghadapi pasien terminal

b. Bagi pelayanan keperawatan

Peningkatan pelayanan kesehatan khususnya oleh perawat dalam

memberikan perawatan seperti memberikan motivasi, bersyukur kepada

kehidupan, berkomunikasi yang baik sesuai dengan tahapan berduka


22

pasien. Selain itu juga perawat hendaknya berkolaborasi dengan

multidisiplin ilmu untuk memberikan pelayanan yang baik.


23

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. (2015). Stop Kanker. Penerbit : Istana Media.

Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth

Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Indah, Y. (2010). Stop Kanker: Panduan deteksi dini & pengobatan menyeluruh

berbagai jenis kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka

Kowalak , Jennifer .2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC

Lubis, N. L. (2009). Dukungan Sosial Pada Pasien Kanker, Perlukah? Medan:

USU Press.

Padila. (2013). Buku Ajar Gerontik. Jakarta: Nuha Medika.

PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Edisi: 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi :

1 : Jakarta : DPP PPNI

Rasjidi. 2009. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung

Seto

You might also like