You are on page 1of 30

“ALAT INDERA”

I. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk:
1. Praktikum Indera Pengecap
a. Menentukan kecermatan pengecapan praktikum pada penggunaan beberapa
bahan.
b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer,
berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.
c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer.

2. Praktikum Pembau
Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang.

3. Praktikum Indera Pembau dan Pengecap


Mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan pengecapan.

4. Praktikum Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit


Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit atau nyeri.

5. Kepekaan Sentuhan
a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit.
b. Melatih kepekaan terhadap sentuhan.

6. Bintik Buta
Menentukan jarak benda yang banyangannya jatuh pada bintik buta.

7. Refleks Pupil Terhadap Intensitas Cahaya


Mengetahui refleks pupil ketika ada cahaya yang masuk.

8. Refleks Pupil Terhadap Akomodasi Mata


Mengetahui refleks pupil terhadap akomodasi mata.
II. Dasar Teori
INDERA PENGECAP
A. Lidah
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang
terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit, dan rasa
manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh
lidah ditempat yang berbeda-beda. Letak masing-masing rasa berbeda-beda yaitu:
pangkal lidah sensitif terhadap rasa pahit, bagian samping belakang peka terhadap
rasa asam, bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin, dan ujung lidahnya
sensitif terhadap rasa manis.
d Keterangan:

a. Rasa manis =Lidahbagianujung


c b. Rasa asin = Lidahbagiansamping/
c
tepidepan
c. Rasa asam = Lidahbagiansamping/
b-
b tepibelakang
bbb d. Rasa pahit = Lidahbagianpangkal/
b++
belakang
+
a

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan


kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi
dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran
yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada
paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan
di permukaan papila berbentuk benang.
Alat indra lain yang juga merespon rangsangan berupa zat kimia
(kemoreseptor) adalah lidah. Permukaan lidah di tutupi oleh ribuan tonjolan kecil
yang dinamakan papila. Di dekat pangkal setiap papila, terdapat reseptor pengecap
yang berkelompok-kelompok dan disebut kuncup pengecap. Indera pengecap mampu
menerima rangsang dari zat-zat kimia yang larut. Kuncup pengecap dapat
membedakan 4 macam rasa, yaitu:
1. Rasa Manis, dibentuk oleh beberapa zat kimia organik (gula, glikol,
alkohol,aldehide, keton amida, asam amino, protein, asam sulfonat). Letaknya di
lidah bagian depan.
2. Rasa Asin, dihasilkan oleh garam yang terionisasi karena konsentrasi Na.
Letaknya di lidah bagian samping depannya.
3. Rasa Asam, disebabkan oleh asam karena konsentrasi ion hidrogen. Letaknya di
bagian samping belakang pada kedua sisi lidah.
4. Rasa Pahit, tidak terbentuk oleh satu zat kimia, zat pembentuk rasa manis bila
terjadi perubahan pada struktur kimianya dapat menjadi pahit (Zulayka, 2012).

INDERA PEMBAU

A. Hidung
Indera pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam
hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak
bergerombol seperti tunas pengecap. Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-
sel olfaktori yang khusus dengan aksonakson yang tegak sebagai serabut-serabut
saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung
beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan
di udara
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai
indra pembau. Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan
dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak
bergerombol seperti tunas pengecap.Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-
sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut
saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau (sel olfaktori) pada permukaan
epitelium mengandung beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap
bahan kimia bau-bauan di udara (Hadiyanti, 2009). Di dalam sel-sel olfaktori
terdapat sekumpulan rambut mikro atau silia. Silia akan mendeteksi partikel-
partikel pembawa bau tertentu dari udara, partikel ini larut dalam lapisan mucus.
Silia berhubungan dengan sel saraf olfaktori yang membawa impuls saraf menuju
otak. (Zulayka, 2012).
Proses penciuman dimulai saat zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap
masuk bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat larut
dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran
pada dendrit. Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-
ribu akson bergabung menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori).
Saraf otak ke I ini menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga
hidung kemudian bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls
dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan
(Hadiyanti, 2009).

INDERA PERABA
A. Kulit
Untuk merasakan rabaan, tekanan, panas, dingin dan nyeri, indra yang
digunakan adalah kulit. Saraf yang menuju kulit adalah saraf kutaneus. Saraf ini
mencapai daerah bagian epidermis dari kulit.Saraf sensoris yang berada pada kulit
merupakan saraf telanjang, artinya saraf yang tidak bermielin. Reseptor pada kulit
bentuknya bermacam-macam sesuai dengan fungsinya.
Saraf sensoris banyak terdapat pada kulit sehingga kulit tersebut juga
sebagai reseptor (penerima rangsang). Dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf
untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf tersebut memiliki fungsi masing-
masing.

Kulit adalah Indra peraba yang sederhana. Kepekaan peraba pada manusia
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya serabut-serabut saraf yang ada menyusunnya.
Semakin banyak saraf pada kulit tertentu maka semakin peka terhadap rangsang
begitu sebaliknya jika semakin sedikit saraf pada kulit maka kulit tersebut
semakin kurang peka terhadap rangsang. Dalam mengnali dan menanggapi
rangsang kulit memiliki beberapa macam reseptor.Klasifikasi reseptor antara lain:
1) Berdasarkan sumber rangsangan
a. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap
rangsangan eksterna atau luar.
b. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan
terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
c. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.
2) Berdasarkan morfologi
a. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan
dengan tipe sel lainnya.
b. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan
saraf di samping saraf badan akhir saraf.

Fungsi kulit diantaranya:


1. Monoreseptor, yang berkaitan dengan indera peraba, tekanan gerakan,
kinestesi.
2. Thermoreseptor, yang berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas
dan dingin.
3. Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme proyektif bagi kulit.
4. Kemoreseptor, yang mendeteksi rasa asam basah dan garam.

B. Rasa Nyeri/Sakit Pada Kulit


Secara umum nyeri atau sakit dapat didefinisikan sebagai suatu rasa yang
tidak nyaman baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dibedakan nyeri akut dan
nyeri kronis (Priharjo dalam Istichomah, 2007). Nyeri juga merupakan
mekanisme protektif bagi tubuh, yang timbul bila jaringan rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi yang
digambarkan dengan kata-kata kerusakan jaringan ( Torrance dalam Istichomah,
2007). Jenis nyeri yang muncul mendadak atau nyeri yang terus menerus dalam
jangka waktu lama, dapat dalam bentuk ringan atau hebat. Kompres dingin adalah
memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan menggunakan kain yang
dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi efek rasa dingin pada
daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa
nyeri akibat odema atau truma, mencegah kongesti kepala, memperlambat
denyutan jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah
local. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung lokasinya. Pemberian
kompres hangat dan dingin diberikan untuk mendukung tubuh terhadap proses
yang melibatkan perbaikan dan penyembuhan jaringan (Istichomah, 2007).
Menurut Kozier dalam Kartika (2003), bahwa nyeri merupakan keadaan
tertinggi dari ketidaknyamanan sensasi yang sangat bersifat subyektif sehingga
tidak dapat disamakan dengan orang lain. Meskipun setiap individu mendapatkan
stimulus nyeri yang sama tetapi reaksi yang ditimbulkan oleh setiap individu
berbeda. Mekanisme penurunan nyeri dengan pemberian kompres dingin
berdasarkan atas "Teori Endorphins“. Endhorpin merupakan zat penghilang rasa
nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Semakin tinggi kadar endorphin seseorang,
semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan. Produksi endorphin dapat ditingkatkan
melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit meliputi massase, penekanan jari-jari dan
pemberian kompres hangat atau dingin. (Arthur dalam Kartika, 2003). Stimulasi
kulit dengan pemberian kompres dingin ini merangsang serabut saraf berdiameter
luas dan lebih cepat mengahantar impuls (serabut A-delta) yang banyak terdapat
di kulit yang mengakibatkan pintu gerbang spinal cord menutup, sehingga impuls
nyeri tidak dapat memasuki spinal cord dan tidak dapat diteruskan ke kortek
serebri untuk diintepretasikan sebagai nyeri (Guyton dalam Kartika 2007).

C. Lokalisasi Taktil
Kemampuan sensori taktil dikategorikan dalam dua hal yaitu diskriminasi
intensitas dan diskriminasi spasial. Diskriminasi intensitas (misal sensitivitas)
merujuk kepada kemampuan menilai kekuatan simulus; diskriminasi spasial
merupakan kemampuan membedakan lokasi atau titik asal rangsang. Basis saraf
dari sensitivitas membedakan taktil terletak pada jumlah cabang sensori dan unit
sensori pada setiap area di kulit.
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya
pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan
lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan
perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel
terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf
menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai
dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus
ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik
(mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).

INDERA PENGLIHATAN

A. Bagian-bagian Mata
Bagian mata terbagi dalam 2 kategori yaitu bagian mata dalam dan bagian
mata luar. Kita mulai dari bagian mata dalam.
1) Mata bagian dalam:
a. Sklera: Sklera merupakan lapisan bola mata paling luar dan berwarna
putih. Fungsinya adalah untuk melindungi bola mata.
b. Kornea atau selaput tanduk: Kornea adalah bagian dari mata yang
merupakan lapisan transparan yang dapat ditembusi oleh cahaya dan tidak
memiliki pembulu darah. Kornea dibungkus oleh lapisan tipis konjungtiva
yang fungsinya untuk melindungi Kornea dari gesekan langsung.
c. Koroid: Koroid merupakan lapisan mata bagian tengah dan banyak
mengandung pembuluh darah dan juga pigmen.
d. Iris: Iris berfungsi uhntuk memberi warna pada mata dan mengatur besar
kecilnya pupil.
e. Pupil: Pupil berguna untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam
mata dan melindungi retina. Apabila cahaya yang masuk ke pupil banyak
maka pupil akan mengecil dan sebaliknya.
f. Lensa: Lensa berfungsi memfokuskan bayangan benda agar jatuh tepat
pada retina. Lensa memiliki kemampuan untuk mencembungkan dan
memipihkan (mencekungkan). Kemampuan ini kemudian disebut dengan
Daya Akomodasi Lensa Mata.
g. Badan Bening: Badan Bening berfungsi untuk meneruskan cahaya dari
lensa mata ke retina.
h. Retina: Retina berfungsi untuk menerima bayangan benda yang diteruskan
oleh lensa mata. Di dalam retina inilah terdapat saraf Optik atau saraf
Penglihatan yang fungsinya meneruskan rangsang cahaya dari retina ke
susunan saraf pusat di otak. Dan di retina uga terdapat bagian yang paling
peka tehadap cahaya yang disebut dengan Bintik Kuning.
2) Mata Bagian Luar:
a. Alis: Alis berfungsi untuk melindungi mata dari keringat.
b. Kelopak Mata: Kelopak Mata berfungsi untuk melindungi mata dari
benda-benda asing semisal debu dan membuang kotoran yang menempel
pada mata.
c. Bulu mata: Berfungsi melindungi mata dari debu dan cahaya.
d. Kelenjar Air mata: Berfungsi untuk menghasilkan air mata yang bertugas
untuk menjaga mata agar tetap lembab alias tidak kekeringan.
e. Kelenjar Meibom: Kelenjar ini berfungsi menghasilkan lemak sehingga
mencegah kedua kelopak mata untuk saling mendekat.

B. Cara Kerja Mata


Manusia memiliki indera penglihatan sebagai alat untuk melihat. Melihat
adalah suatu proses interpretasi benda oleh indera penglihatan dengan
memanfaatkan pantulan cahaya.Setiap benda memiliki energi yang sebanding
dengan panjang gelombang tertentu. Saat suatu benda terkena radiasi cahaya pada
panjang gelombang sinar tampak (visible), maka energi yang sebanding dengan
panjang gelombang yang dimiliki oleh benda tersebut akan diteruskan, sedangkan
energi yang sebanding dengan panjang gelombang yang berbeda akan diserap.
Sehingga panjang gelombang yang diteruskan tersebut akan sampai pada mata
kita.
Cahaya yang masuk pertama-tama akan melewati selaput kornea sebagai
lapisan terluar dari mata. Selanjutnya cahaya akan diteruskan ke dalam rongga
mata oleh pupil. Pupil adalah lubang di tengah bola mata yang dibentuk oleh iris.
Fungsi iris sama seperti diafragma pada kamera, yaitu untuk mengatur banyak
dan sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam rongga mata. Saat cahaya tersedia
banyak, maka iris akan membuat pupil mengecil agar cahaya yang masuk tidak
berlebih. Sementara saat cahaya yang tersedia sedikit, maka iris akan membuat
pupil melebar sehingga cahaya yang masuk akan semakin banyak.
Setelah melalui pupil, cahaya akan menuju lensa mata yang menjadikan
bayangan benda menjadi nyata, tegak dan diperkecil. Selanjutnya bayangan benda
akan jatuh pada retina tepat di bintik kuning. Bayangan benda kemudian akan
diteruskan ke pusat syaraf (otak) dan di otak, bayangan benda dikembalikan ke
bentuk semula, sehingga kita mendapat kesan melihat.Dapat disimpulkan
mekanisme melihat yaitu:
1. Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.
2. Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda
yang dimaksud jatuh tepat di retina mata.
3. Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan
benda tersebut ke otak.
4. Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat
melihat benda tersebut.

C. Fungsi Mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami
pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor,
lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata
normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang
paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan
sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi
pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama
pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel
basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus
berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke
tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning
hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari,
maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali
pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan
waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu
adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang
merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu
sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel
konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel
konus akan menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum
proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik
jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang
masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari
obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar
tampak paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus
direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar
obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang
jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek
yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan
dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat
pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh
difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat
difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini
akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga
memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal
dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga apertura yang
mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah.
Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa
memanjang dan pipih.Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda
disebut daya akomodasi.
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera,
kecuali cara mengubah fokus lensa.

III. Prosedur Kerja


1. Pengecap
A. Alat dan Bahan
 Alat: Cotton bud, cawan petri, gelas kimia, sapu tangan, peta rasa,
tissu atau kapas.
 Bahan: Larutan NaCl (asin), larutan asam, larutan glukosa (manis),
larutan kopi tanpa gula (pahit), larutan cabe/merica (pedas), dan air
putih.
B. Langkah Kerja
a. Sebelum percobaan dimulai, membersihkan dulu gusi dan lidah dari sisa-
sisa makanan dengan berkumur. Kemudian membersihkan lidah dengan
tissue/kapas agar tidak basah oleh air ludah.
b. Menuangkan cairan pada cawan Petri, agar tidak mengetahui larutan apa
yang dipergunakan.
c. Menutup mata praktikan agar tidak mengetahui larutan apa yang
digunakan.
d. Menyentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan
praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali
sentuhan dan pada tempat mana yang paling terasa macam larutan yang
disentuhkan.
e. Mengulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya.
Menanyakan : Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan
tertentu (sesuai/tidak dengan macam larutan yang dicobakan).
f. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada
gambar lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda -.
g. Mengulangi percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang
berbeda. Kemudian membandingkan hasilnya.
h. Setiap penggantian larutan praktikan harus berkumur terlebih dahulu.

2. Pembau
A. Alat dan Bahan
 Alat: Spuit/Syringe 2,5 ml, sapu tangan dan kapas.
 Bahan: Minyak menthol, minyak angin, parfum, dan minyak cengkih.
B. Langkah Kerja
a. Praktikan tidak boleh flu/ pilek
b. Menutup mata yang bersangkutan (praktikan)
c. Mengambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian
melepaskan jarum dan membiarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik
(lubang jarum menghadap ke atas).
d. Menyisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui
lubang hidung satu sisi, sedangkan satu sisi lain lubang hidung ditutup
dengan kapas agar yang membau hanya satu sisi saja. Kemudian praktikan
membau atau menghirup. Tanyakan bau apa yang dibaunya. Lalu
mencatat hasilnya.
e. Setelah itu, posisi syringe diarahkan ke atas, dan praktikan disuruh
menghirup lagi. Menanyakan bau apa yng dibaunya dan mana yang lebih
bau pada posisi pertama atau posisi kedua, lalu membandingkannya.
Kemudian mencatat hasilnya.
f. Mengulangi percobaan tersebut dengan bahan yang lain.
g. Menutup lubang hidung yang satu dengn kapas dan yang satu tetap
terbuka.
h. Menuang bahan pada spuit secukupnya

3. Hubungan Pembau dan Pengecap


A. Alat dan Bahan
 Alat: Tusuk gigi, pisau, kapas/tissue, sapu tangan
 Bahan: Bengkoang, kentang, apel, air putih
B. Langkah Kerja
1. Menutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan,
2. Lidah dibersihkan dengan kapas/tissue
3. Meletakkan sekerat bahan, secara bergantian. Menanyakan apa yang
dirasakan setiap kali bahan diletakkan di lidah dan tanyakan juga apakah
ia dapat membau atau mengecap.
4. Mengulangi percobaan, akan tetapi hidung terbuka
5. Mengulangi percobaan dua kali pada praktikan yang sama dan mengulangi
percobaan untuk praktikan yang lain lalu bandingkan.

4. Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit


A. Alat dan Bahan
 Alat: jam/stopwatch dan tissue
 Bahan: es batu
B. Langkah Kerja
1. Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja.
2. Mencubit telapat tangannya dengan intensitas sedang hingga dia mulai
sakit dan meneruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri
3. Mengulangi cubitan pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan
beberapa saat
4. Mengusap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan
mengeringkan dengan tissue
5. Mencatat waktu begitu ia tidak merasakan sakit
6. Mengusap es tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi
7. Melakukan pada telapak tangan yang lain
8. Melakukan pada praktikan yang lain dan bandingkan.

5. Kepekaan Sentuhan
A. Alat dan Bahan
 Sapu tangan
 Spidol
 Penggaris
 Jangka
B. Langkah Kerja
1. Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas
meja
2. Kaki jangka diletakkan pada jarak 3 cm dan disentuhkan dengan tekanan
ringan kedua kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral
lengan bawah praktikan. Jika dia merasakan dua titik maka kedua kaki
jangka diperkecil, sebaliknya bila praktikan merasakan satu titik maka
jarak ke dua kaki diperbesar.
3. Dilakukan sedikit demi sedikit sampai memperoleh jarak yang terpendek
yang masih dirasakan dua titik oleh praktikan.
4. Data yang diperoleh dicatat
5. Diulangi pada praktikan lain
6. Mengulangi kegiatan diatas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak
tangan bagian ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan,
dahi, pipi, tengkuk, dan bibir.

6. Bintik Buta
A. Alat dan Bahan
 Mata uang logam 5 buah
 Kertas karton
 Penggaris
B. Langkah Kerja
1. Lima buah mata uang logam disusun berdiri lurus ke belakang dengan
jarak masing-masing 4 mm, 8 mm dan 16 mm.
2. Salah satu mata praktikan ditutup dengan kertas karton tebal. Sedangkan
mata yang satunya tertuju pada bagian tengah dari uang logam yang
terdepan.
3. Kepada praktikan ditanyai berapa mata uang yang tampak dan mata uang
mana yang tidak kelihatan. Jarak mata uang logam itu ke mata merupakan
jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta.
4. Mencoba diubah (memperbesar/ memperkecil) jarak antar mata uang
logam itu dan hasilnya dibandingkan.
5. Mata yang satunya juga diuji dan diulangi pada praktikan lain. Benda
yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata, bayangannya tidak
akan jatuh pada bintik buta sebelahnya. Orang tidak memperoleh kesan
penglihatan dari bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak mengandung
sel batang dan sel kerucut.

7. Refleks Pupil Terhadap Intensitas Cahaya


A. Alat dan Bahan
 Penggaris
 Sapi tangan
 Senter
B. Langkah Kerja
1. Ukur dan catat diameter pupil praktikan, dengan meletakkan penggaris di
bawah salah satu matanya.
2. Praktikan diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan
atau sapu tangan, sedang penggaris tetap dipegang.
3. Secara mendadak mintalah praktikan dan ukur diameter pupil matanya.
Bandingkan dengan hasilnya!
4. Praktikan diminta untuk kembali memejamkan matanya. Akan lebih baik
hasilnya apabila praktikan berada di tempat gelap.
5. Secara mendadak terangi mata dengan senter, ukur diameter pupil.
6. Ulangi pada manusia coba yang yang lain. Bandingkan!

8. Refleks Pupil Terhadap Akomodasi Mata


A. Alat dan Bahan
 Penggaris
B. Langkah Kerja
1. Mengukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan
meletakkan penggaris di bawah salah satu matanya.
2. Praktikan di minta melihat benda-benda yang jauh letaknya, kemudian
mengukur diameter pupilnya.
3. Praktikan di minta melihat benda-benda yang dekat letaknya, kemudian
mengukur diameter pupilnya.
4. Mengulangi percobaan pada praktikan yang lain. Dan membandingkan
hasilnya.

IV. Hasil dan Pembahasan


1. Pengecap

Rasa Subyek 1 Subyek 2

-
-
-
- -
-
-
Manis - - -
b - -
b b
++ b b
+ ++ b
+ b
+ +
+
+
- -

+- ++
Asam +- ++

++ ++
- + - +
+bb +bb
bb+ bb+
++ ++ ++ ++

- -

++ ++
Asin ++ ++

++ ++
- + - +
+b +b
bb bb
++ b+ ++ b+
+ +
+ +
++ ++

- -
Pahit - -

- -
- - - -
b b
b b
- b - b
b b
+ +
- + - +
+ +
++ ++
Pedas ++ ++

++ ++
- ++ - ++
bb bb
bb bb
++ ++ ++ ++
+ +
Pada eksperimen indera pengecap praktikan mempunyai kecermatan
yang baik dalam mengetahui bahan yang digunakan. (larutan asin, asam,
manis, pahit dan pedas). Kelima rasa tersebut direspon oleh lidah pada tempat
yang berbeda-beda. Rasa asin direspon oleh lidah bagian samping depan dan
belakang, pangkal lidah sensitif terhadap rasa pahit, bagian samping belakang
dan depan juga peka terhadap rasa asam, ujung lidahnya sensitif terhadap rasa
manis, dan rasa pedas direspon oleh seluruh permukaan lidah kecuali pada
pangkal lidah.
Praktikan mempunyai kecermatan yang baik dalam mengetahui bahan
yang digunakan. (larutan asin, asam, manis, pahit dan pedas). Hal ini
disebabkan karena terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin,
asam, pahit, dan rasa manis. Tiap rasa tersebut direspon oleh lidah pada
tempat yang berbeda-beda. . Rasa asin direspon oleh lidah bagian samping
depan dan belakang, pangkal lidah sensitif terhadap rasa pahit, bagian
samping belakang dan depan juga peka terhadap rasa asam, ujung lidahnya
sensitif terhadap rasa manis, dan rasa pedas direspon oleh seluruh permukaan
lidah kecuali pada pangkal lidah.
Lidah merupakan indera pengecap, yang mempunyai kuncup-kuncup
pengecap yang merupakan reseptor rasa. Kuncup pengecap tersebut berbentuk
seperti bawang kecil, terletak pada permukaan epitelium dan pada tonjolan-
tonjolan kecil (papilla) pada permukaan atas lidah. Kuncup pengecap juga
terdapat pada langit-langit rongga mulut, laring, dan faring.
Kuncup pengecap tergolong kemoreseptor yang menerima rangsangan
zat-zat kimia dalam makanan. Zat-zat kimia tersebut mencapai kuncup
pengecap melalui pori pengecap (taste pores). Pada ujung sel reseptor yang
menghadap ke lubang pengecap dilengkapi dengan mikrifili yang disebut
rambut pengecap (rambut gustatori). Sel-sel reseptor tersebut akan
berhubungan dengan ujung dendrite saraf pengecap yang akan meneruskan
impulsnya ke korteks otak, kemudian korteks otak akan menanggapi atau
memberi respon terhadap zat-zat kimia tersebut, selanjutnya indera pengecap
(lidah) dapat mengatahui rasa apa yang sedang dirasakan.

2. Pembau

Subyek Bahan Pengulan Tegak Miring


gan OFT ORF OFT ORF
(detik) (detik) (detik) (detik)
I 138 5 77 23
Minyak II 142 10 92 17
menthol
III 110 8 83 15
(balsem)
X 130 7,67 84 18,33
I 76 10 50 37
II 131 21 108 25
Minyak angin
(kayu putih) III 118 15 87 27
X 108,33 15,33 81,67 29,67
I
I 103 10 127 27
Parfum(cend II 122 5 149 18
ana) III 145 19 133 23
X 123,33 11,33 136,33 22,67
I 131 9 81 29
II 172 8 148 25
Minyak kapak
III 155 6 136 31
X 152,67 7,6 121,67 28,33
I 96 6 85 11
Minyak II 81 13 62 23
menthol
III 59 20 43 18
(balsem)
X 78,67 13 63,33 17,33
I 57 21 46 7
II 196 48 104 19
Minyak angin
(kayu putih) III 162 7 153 11
X 138,33 25,33 101 12,33
II
I 343 6 256 22
Parfum(cend II 128 30 188 35
ana) III 112 10 171 41
X 194,33 15,33 205 32,67
I 275 5 215 6
II 276 5 187 13
Minyak kapak
III 110 8 243 10
X 220,33 6 215 9,67
Pada eksperimen indera pembau praktikan (subjek I dan II)
mempunyai kepekaan yang baik dalam rangsangan bau minyak menthol,
minyak angin, parfum dan minyak tanah. Kedua-duanya dapat membedakan
jenis bau-bauan meskipun dengan mata tertutup. Hal ini disebabkan karena sel
pembau pada permukaan epitelium mengandung beberapa rambut-rambut
pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara.
Praktikan (subjek I dan II) mempunyai kepekaan yang baik dalam
rangsangan bau minyak menthol, minyak angin, parfum dan minyak tanah.
Kedua-duanya dapat membedakan jenis bau-bauan meskipun dengan mata
tertutup Hal ini disebabkan karena adanya kemoreseptor di permukaan dalam
hidung yang mampu menanggapi rangsangan berupa bau. Sel epitelium
pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus dengan aksonakson
yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau yang bereaksi terhadap
bahan kimia bau-bauan di udara.
Pada praktikum indra pembau ini didapatkan OFT dan ORF pada
masing-masing posisi yaitu tegak dan miring sangat beragam, pada subyek 1
dan subyek 2 pun juga memiliki nilai kecepatan membau bervariasi dalam
setiap pengulangan dan jenis zat yang dibau. Didapatkan bahwa pada posisi
sumber bau tegak lebih cepat dalam proses indra pembau untuk membau
(OFT) dan membau kembali setelah kemampuan membau hilang untuk
sementara waktu (ORF). Pada subyek satu maupun subyek dua pun juga
memperlihatkan hal yang sama. Hal ini dapat diakibatkan karena pada posisi
tegak, zat kimia yang ditangkap oleh olfaktori lebih banyak, sehingga
rangsangan yang dihasilkan menjadi semakn banyak. Selain itu, apabila zat
kimia yang diposisikan sejajar dengan lubang hidung akan lebih sering
terkena hembusan nafas, sehingga cepat berkurang. Akibatnya adalah
kurangnya rangsangan yang dihasilkan.

3. Hubungan Pembau dan Pengecap


Buah-buahan
Subjek Keadaan
Apel Bengkoang Kentang
Hidung tertutup + + -
I
Hidung terbuka + + +
Hidung tertutup + + +
II
Hidung terbuka + + +

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada keadaan hidung tertutup
maka indera pengecapan kurang terasa. Hal ini karena subjek 1 saat tidak
dapat menebak nama bahan yang di ujikan yakni kentang saat hidung tertutup.
Sedangkan untuk subjek 2, semuanya dapat tertebak dengan benar. Hal ini
berarti tingkat kepekaan indra pengecap subjek 2 lebih baik dibandingkan
subjek 1. Akan tetapi baik menurut subjek 1 maupun 2, ketika hidung tertutup
mereka hanya mengandalkan rasa manis dari masing-masing bahan untuk
menebak nama bahan makanan tersebut. Dari ketiga bahan yang ada apel
memiliki rasa yang paling manis, disusul dengan bengkoang lalu yang terakhir
kentang. Pada keadaan hidung tertutup, saat makanan dimasukkan kemulut
subjek tidak dapat menebak nama bahan, baru ketika subjek mengunyah
bahan makanan tersebut mereka mencoba menebak nama bahan berdasarkan
tingkat kemanisannya. Sedangkan pada keadaan hidung terbuka, ketika bahan
makanan dimasukkan ke mulut secara bergantian mereka sudah dapat
menebak nama bahan makanan tersebut tanpa harus mengunyahnya terlebih
dahulu. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada hubungan antara indera
pembau dan pengecap. Masing-masing makanan memiliki bau yang khas, dan
biasanya dari bau itulah kita dapat mengenali jenis makanan itu walaupun
tanpa memakannya. Ketika makanan masuk ke mulut, hidung sebagai indra
pembau terlebih dahulu mengirimkan impuls ke otak untuk mengenali jenis
makanan tersebut. Dan dari situ setidaknya kita sudah dapat membayangkan
rasa makanan tersebut, sensasi ini akan diperkuat ketika papilla-papila pada
lidah sebagai indera pengecap sudah menerima rangsangan zat kimia dari
makanan tentang rasa makanan apakah manis, asam, asin atau pahit. Sehingga
di sini dapat dikatakan bahwa antara indra pembau dan pengecap memiliki
hubungan yang dapat menguatkan sensasi rasa dan bau dari makanan
sehingga subjek akan dengan mudah menebak bahan makanan bila indra
pembau (hidung) dan indra pengecap (lidah) bekerja dengan baik.

4. Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit

Subjek I (sekon) Subjek II (sekon)


Perlakuan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sebelum diusapkan es
14 15 17 5
batu
Setelah diusapkan es
9 9 9 8
batu

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa rata-rata rasa sakit


atau nyeri pada subjek 1 dan 2 akibat cubitan akan hilang lebih lama sebelum
diusap es batu, dan kebalikan dari itu sakit atau nyeri akan cepat hilang bila
diusap dengan es batu. Sakit atau nyeri yang timbul diakibatkan oleh cubitan
yang memang disengaja. Pada praktikum kali ini tidak bisa dikontrol kadar
cubitan, karena subjek akan dicubit hingga mereka merasa kesakitan. Hal ini
sesuai dengan Kozier dalam Kartika (2003), bahwa nyeri merupakan keadaan
tertinggi dari ketidaknyamanan sensasi yang sangat bersifat subyektif
sehingga tidak dapat disamakan dengan orang lain. Meskipun setiap individu
mendapatkan stimulus nyeri yang sama tetapi reaksi yang ditimbulkan oleh
setiap individu berbeda. Adapun rasa nyeri tersebut dapat berangsur-angsur
hilang karena kemampuan tubuh yang dapat memproduksi hormon endorphin.
Tapi produksi hormon ini pada tubuh secara alami relatife sedikit sehingga
hilangnya rasa nyeri sedikit lebih lama. Pemberian rasa dingin oleh es batu
pada area yang terasa nyeri akan memberikan stimulus bagi kulit untuk
meningkatkan produksi hormon endorphin sehingga rasa nyeri yang
ditimbulkan akan lebih cepat hilang. "Teori Endorphins“. Endhorpin
merupakan zat penghilang rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh. Semakin
tinggi kadar endorphin seseorang, semakin ringan rasa nyeri yang dirasakan.
Produksi endorphin dapat ditingkatkan melalui stimulasi kulit. Stimulasi kulit
meliputi massase, penekanan jari-jari dan pemberian kompres hangat atau
dingin. (Arthur dalam Kartika, 2003). Stimulasi kulit dengan pemberian
kompres dingin ini merangsang serabut saraf berdiameter luas dan lebih cepat
mengahantar impuls (serabut A-delta) yang banyak terdapat di kulit yang
mengakibatkan pintu gerbang spinal cord menutup, sehingga impuls nyeri
tidak dapat memasuki spinal cord dan tidak dapat diteruskan ke kortek serebri
untuk diintepretasikan sebagai nyeri (Guyton dalam Kartika 2007). Oleh
karena itu baik subjek 1 dan 2 pada praktikum kali ini rata-rata merasakan
nyeri akan cepat hilang bila diusap dengan es batu. Akan tetapi pada
percobaan tangan kiri subjek 2 rasa sakit sebelum diusap es batu lebih cepat
hilang dibandingkan dengan diusap es batu. Kemungkinan hal ini dikarenakan
cubitan yang diberikan tidak sekeras saat sesudah diusap es batu.

5. Kepekaan Sentuhan

Bagian Kulit Subjek I (mm) Subjek II (mm)


1. Lengan bawah bagian dorsal 4 1
2. Telapak tangan bagian 3 1
ventral
3. Telapak tangan bagian 1 1
dorsal
4. Ujung jari tangan kiri 1 1
5. Ujung jari tangan kanan 1 1
6. Dahi 2 3
7. Pipi 5 5
8. Tengkuk 2 2
9. Bibir 1 1
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya
pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan
lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan
perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah
korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa
sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak
cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung
mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik
yang letaknya berdekatan).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan praktikan/ subjek 1
memiliki kepekaan kulit yang berbeda dengan praktikan II yakni pada bagian
kulit lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral, dan dahi. Hal
ini menunjukkan bahwa kepekaan kulit setiap orang itu berbeda-beda.
Pada telapak tangan bagian dorsal, ujung jari kiri dan kanan, dan bibir
terdapat banyak sekali sel saraf sensorik yang menyuplai setiap korpuskel dan
serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin
maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap
sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu
membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan). Dengan demikian,
telapak tangan, ujung jari kanan dan kiri, dan bibir dapat membedakan dua
titik rangsangan bahkan bila jarak kedua titik 1 mm. Sedangkan pada kulit
pipi dan tengkuk yang pada kedua subjek menunjukkan jarak yang lebih dari
1 mm, yakni pipi (5 mm) dan tengkuk (2 mm). Hal ini dapat diartikan bahwa
kedua kulit memiliki sel-sel saraf yang tidak terlalu banyak untuk menanggapi
rangsang sehingga jarak terpendek yang dirasakan adanya 2 titik jangka
diperoleh pada jarak yang lebih lebar.

6. Bintik Buta

Subjek I Subjek II
Jumlah mata No. Mata uang Jumlah mata No. Mata uang
Jarak uang yg yg tak tampak uang yg yg tak tampak
tampak tampak
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
4 mm 1 1 1 1 1 1 1 1
8 mm 1 2 1 1 1 1 2 1
16 mm 2 4 1 1 3 2 4 3
Berdasarkan analisis data, pada subjek I diperoleh pada jarak 4 mm
(jarak terkecil) hanya bisa melihat 1 mata uang dan yang tak terlihat nomor 1
baik pada mata kiri dan mata kanan. Hal ini menandakan bahwa dia melihat 4
keping mata uang (nomor 2,3,4,5) seperti melihat 1 keping saja.
Pada jarak 8 mm, dia dapat melihat 1 mata uang pada mata kanan, hal
ini menandakan bahwa dia melihat 4 keping mata uang seperti melihat 1
keping saja. Melihat 2 mata uang pada mata kiri, berarti melihat 4 keping
tampak 2 keping saja. Sedang pada jarak 16 mm subjek 1 dapat melihat 2
mata uang pada mata kanan, berarti melihat 4 keping tampak 2 keping saja.
Melihat 4 mata uang pada mata kiri, berarti bisa melihat 4 keping.
Pada subjek II diperoleh pada jarak 4 mm (jarak terkecil) hanya bisa
melihat 1 mata uang dan yang tak terlihat nomor 1 baik pada mata kiri dan
mata kanan. Hal ini menandakan bahwa dia melihat 4 keping mata uang
(nomor 2,3,4,5) seperti melihat 1 keping saja.
Pada jarak 8 mm, dia dapat melihat 1 mata uang pada mata kanan, hal
ini menandakan bahwa dia melihat 4 keping mata uang seperti melihat 1
keping saja. Melihat 2 mata uang pada mata kiri, berarti melihat 4 keping
tampak 2 keping saja. Sedang pada jarak 16 mm dapat melihat 3 mata uang
pada mata kanan, berarti melihat 4 keping seperti hanya tampak 3 keping saja,
dan pada mata kiri melihat 2 keping, berarti dia melihat 4 keping seperti 2
keping saja yang tampak.
Dengan demikian jarak benda (di 16 mm) yang masuk ke bintik buta
lebih sedikit dari pada yang jaraknya 4 dan 8 mm, sehingga benda yang
semula pada jarak yang berdekatan (4 mm dan 8 mm) hanya bisa tampak 1
atau 2 keping saja akan berubah menjadi lebih banyak yang kelihatan, karena
bayangan benda sebagian besar bisa ditangkap oleh retina.

7. Refleks Pupil Terhadap Intensitas Cahaya


Tabel Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Refleks Pupil

Diameter Pupil Subjek I (mm) Subjek II (mm)


Sebelum terpejam 3 5
Sesudah terpejam 4 6
Setelah terpejam 2 3

Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa refleks


pupil pada saat disinari dengan cahaya menyebabkan ukuran pupil mengecil,
sedangkan pada saat menutup atau memejamkan mata maka refleks pupil akan
menyebabkan ukuran pupil membesar. Hal tersebut disebabkan karena jika
cahaya disinari ke dalam mata, pupil akan mengecil ini disebut reflek cahaya
pupil. Bila cahaya mengenai retina maka terjadi impuls yang mula-mula
berjalan ke nervus opticus dan kemudian ke nukleus protektalis. Dari sini
impuls berjalan nukleus Edinger-Westphal dan akhirnya kembali melaui
syaraf parasimpatis untuk mengkoneksikan sfinger itu. Dalam keadaan gelap
reflek ini dihambat sehingga mengakibatkan dilatasi pupil.
Pada saat mata kita disinari dengan seberkas cahaya maka mata kita
akan melakukan suatu adaptasi yaitu adaptasi terang. Dalam mekanisme
adaptasi mata pada keadaan di tempat terang terjadi adaptasi pupil, iris dan
fotokimiawi.Adaptasi pupil dan iris terjadi setelah cahaya masuk ke mata. Bila
dalam keadaan terang mata akan menerima banyak cahaya. Oleh karena itu,
pupil yang berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya ke mata akan akan
melakukan mekanisme untuk mempertahankan kualitas cahaya yang masuk ke
bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan
yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya. Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris
inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata. Setelah pupil dan iris
beradaptasi maka adaptasi selanjutnya yang dilakukan oleh mata pada kondisi
cahaya yang sangat terang adalah adaptasi fotokimiawi. Adaptasi fotokimiawi
merupakan adaptasi yang terjadi pada sel kerucut dan sel batang pada retina
mata. Bila seseorang berada di tempat yang sangat terang untuk waktu yang
lama, maka banyak sekali fotokimiawi yang yang terdapat di sel batang dan
kerucut menjadi berkurang karena diubah menjadi retinal dan opsin.
Selanjutnya, sebagian besar retinal dalam sel batang dan kerucut akan diubah
menjadi vitamin A. Oleh karena kedua efek ini, maka konsentrasi bahan
kimiawi fotosensitif yang menetap dalam sel batang dan kerucut akan sangat
banyak berkurang, akibatnya sensitivitas mata terhadap cahaya juga turut
berkurang (Veteriner: 2011).
Sebaliknya pada saat mata kita tertutup atau terpejam, maka mata akan
melakukan adaptasi juga yang dinamakan adaptasi gelap. Ditempat yang gelap
dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan membesar, agar cahaya
dapat lebih banyak masuk ke mata. Ditempat yang sangat terang dimana
intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar
cahaya lebih sedikit masuk ke mata, bila cahaya diarahkan ke salah satu mata
pupil akan berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks
cahaya pupil. Bila mata terus berada di tempat gelap dalam waktu yang lama,
maka retinal dan opsin yang ada di sel batang dan kerucut diubah kembali
menjadi pigmen yang peka terhadap cahaya. Selanjutnya, vitamin A diubah
kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan pigmen peka cahaya
tambahan, dimana batas akhirnya ditentukan oleh jumlah opsin yang ada di
dalam sel batang dan kerucut (Veteriner: 2011).
Fungsi refleks cahaya adalah untuk membantu mata mengadakan
adaptasi dengan cepat sekali terhadap perubahan keadaan cahaya. Untuk
subjek I untuk ukuran pupil normalnya sebesar 3 mm. Sedangkan, pada saat
mata disinari dengan cahaya maka pupil akan mengecil menjadi 2 mm. Dan
pada saat dipejamkan beberapa saat maka ukuran pupil membesar menjadi 4
mm. Dalam hal ini ukuran pupil setiap orang memang berbeda, sehingga
diperoleh hasil yang berbeda pula pada saat pengukuran pupil. Selain itu, hal
tersebut dikarenakan jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil
sebanding dengan luas pupil atau dengan kuadrat diameter pupil. Diameter
pupil mata manusia dapat menjadi sekecil kira-kira 1,5 mm dan membesar 8
mm. Oleh karena itu, batas adaptasi cahaya dapat dipengaruhi oleh refleks
pupil sekitar 30 banding 1 (Ramses: 2008).

8. Refleks Pupil Terhadap Akomodasi Mata

Diameter Pupil Subjek I (mm) Subjek II (mm)


Keadaan Normal 4 4
Setelah melihat benda-
5 3
benda yang jauh
Setelah melihat benda-
6 5
benda yang dekat

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat diketahui bahwa


akomodasi mata dapat mengalami perubahan terhadap diameter pupil. Pada
keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal
ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan
pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda
akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata
untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat
akomodasi, daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat.
Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda
makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila
mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh
bayangan akan terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka
bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan
penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi dengan
mencembungkan lensa.
Refleks akomodasi adalah gerak refleks yang terjadi pada pupil. Mata
sebagai reseptor rangsangan harus menyesuaikan posisi benda yang dekat
dengan posisi benda yang jauh. Pada pengamatan tersebut pupil mata akan
mengecil jika melihat benda pada posisi yang jauh dari mata sedangkan pupil
mata akan membesar jika melihat benda pada posisi yang dekat dari mata. Hal
ini disebabkan karena adanya rangsangan berupa cahaya yang diterima oleh
pupil. Proses ini melewati lengkung saraf dengan satu sinaps sehingga
termasuk refleks monosinaps. Atau lensa mata akan cembung jika melihat
benda yang dekat dan akan memipih jika melihat benda yang jauh. Ini adalah
cara lensa mata agar menempatkan bayangan yang dilihat secara tepat pada
retina.
Dari praktikum yang telah dilakukan untuk subjek I dengan jenis
kelamisn laki-laki dan subjek II dengan jenis kelamin perempuan didapatkan
hasil yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada subjek laki-laki memiliki sedikit
gangguan dengan matanya. Oleh karena itu hasil yang didapaatkan tidak
sesuai dengan teori yang ada.

V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan mengenai pengaruh berbagai stimulus terhadap tipe reseptor
pada masing-masing indera, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Indera Pengecap
Daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer berdasarkan
kepekaan tertinggi terhadap bahan yang digunakan dibagi menjadi 4 daerah
penyebaran yaitu: rasa asin dapat direspon oleh lidah bagian samping depan, rasa
pahit direspon oleh pangkal lidah, lidah bagian tepi belakang peka terhadap rasa
asam, ujung lidahnya sensitif terhadap rasa manis, dan adanya rasa pedas direspon
oleh seluruh permukaan lidah kecuali pangkal lidah.
2. Indera Pembau
Proses pembauan disebabkan karena adanya kemoreseptor di permukaan dalam
hidung yang mampu menanggapi rangsangan berupa bau yaitu zat kimia.
Semakin banyak zat yang ditangkap oleh olfaktori, semakin kuat rangsangan yang
dihasilakan
3. Indera Pembau dan Pengecap
Ada pengaruh bau terhadap pengecapan, jika hidung dalam keadaan tertutup
maka indera pengecapan kurang terasa karena melalui bau sensasi rasa dari
makanan lebih terasa.
4. Pengaruh Dingin Terhadap Kepekaan Rasa Sakit
Ada pengaruh dingin tehadap rasa nyeri, yakni rasa dingin oleh es batu yang
diberikan pada area yang terasa sakit akan membuat rasa nyeri cepat hilang
5. Kepekaan Sentuhan
Setiap orang memiliki kepekaan kulit yang beda, dan tingkat kesensitifannya
berbeda pula pada setiap masing-masing kulit. Bagian kulit tubuh yang paling
sensitif berada pada telapak tangan bagian dorsal, ujung jari kanan dan kiri, dan
bibir. Sedangkan bagian kulit tubuh yang kurang sensitif terdapat pada kulit pipi
dan tengkuk.
6. Bintik Buta
Ada pengaruh jarak benda yang jatuh pada bintik buta. Semakin jauh jarak antar
koin maka peluang jatuh di bintik buta makin kecil dan semakin banyak yang
jatuh pada bintik buta dan sebaliknya semakin dekat jarak antar koin maka
peluang jatuh di bintik buta makin besar dan makin sedikit yang jatuh di bintik
buta.
7. Refleks Pupil Terhadap Intensitas Cahaya
Semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam mata maka pupil akan semakin
mengecil sedangkan apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sedikit maka
pupil akan membesar.
8. Refleks Pupil Terhadap Akomodasi Mata
Pupil mata akan mengecil jika melihat benda pada posisi yang jauh dari mata
sedangkan pupil mata akan membesar jika melihat benda pada posisi yang dekat
dari mata.
VI. Daftar Pustaka
Armadi. Gerak refleks. Blog Armadi. http://armadibioz.wordpress.com diakses pada
tanggal 18 Maret 2013.

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, 2004. Biologi Edisi ke
5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Hadiyanti. 2009. Hidung Indera Penciuman.(online) http://biologi-


itey.blogspot.com/2010/01/hidung-indera-penciuman.html Pada tanggal 17
Maret 2013

Hala, Yusminah.2007. Biologi Umum 2. Makassar: Alauddin press.


Halwatiah.2009. Fisiologi. Makassar: Alauddin press.

Istchomah. 2007. “Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala


Nyeripada Klien Kontusio di RSUD Sleman”, SNT 2007, hal E1-E-9

Kartika, Annisa Wuri. 2003. “Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Bendungan Payudara Pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo”, Tugas Akhir,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran. Universitas
Brawijaya Malang.

Malyno, Jufry. 2012. Bagian-bagian Mata Yang Merupakan Indera Penglihatan.


Diakses dalam situs http://juprimalino.blogspot.com/2012/04/bagian-bagian-
mata-alat-indra.html. Pada tanggal 18 Maret 2013

Zulayka. 2012. Hidung dan Lidah. (online) http://lykamsolihah.blogspot.com Pada


tanggal 17 Maret 2013.

You might also like