You are on page 1of 7

MAKALAH

TEORI PRODUKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Islam
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Dahlan M.S.I.

Oleh:
1. Maya Anggita Afriliyanti ( 2017202136 )
2. Rizka Maulida Putri ( 2017202137 )
3. Desta Nopri Ariyani ( 2017202138 )
4. Akhlina Tijani Prabawa ( 2017202139 )

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
1. Pengertian produksi
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Produksi diartikan menciptakan nilai barang atau
menambah nilai terhadap suatu produk, barang dan jasa. Pendefinisian produksi
mencakup tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat
padanya. Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan definisi yang berbeda mengenai
pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksi menurut
para ekonomi muslim kontemporer.
a. Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai usaha manusia
untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas,
sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama
Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Mannan menekankan pentingnya motif altruisme (altruism) bagi produsen yang
Islami sehingga ia menyikapi dengan hati-hati konsep pareto Optimality dan Given
Demand Hypothesis yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam
ekonomi konvensional.
c. Rahman menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi
produksi secara merata).
d. Al-Haq menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang
dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang
pemenuhannya bersifat wajib.
e. Siddiqi mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan
memperhatikan nilai keadilan dan kebajikan / kemanfaatan (Maslahah) bagi
masyarakat. Dalam pandangannya sebagai produsen telah bertindak adil dan
membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami.
Dalam definisi-definisi tersebut di atas terlihat sekali bahwa kegiatan produksi dalam
perspektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya,
meskipun definisi-definisi tersebut berusaha mengelaborasi dari perspektif yang berbeda.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia yang sejalan dengan
moral Islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiatan produksi. Produksi adalah
proses mencari, mengalokasikan dan mengolah sumber daya menjadi output dalam
rangka meningkatkan Maslahah bagi manusia. Produksi juga mencakup aspek tujuan
kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan
hasilnya
2. Faktor Produksi
Faktor produksi merupakan suatu siklus kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan
barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam jangka
waktu tertentu. Berikut beberapa faktor produksi :
a. Faktor Tanah dan Sumber Alam
Tanah sebagai faktor produksi mencakup semua sumber daya alam yang digunakan
dalam proses produksi, baik yang ada di atas permukaan bumi maupun yang terkandung
dalam bumi itu sendiri. Islam mengakui adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang
ada dengan selalu mengupayakan pemanfaatan dan pemeliharaan yang baik atas sumber
daya alam sebagai salah satu faktor produksi. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi
dorongan kepada seseorang dalam mengembangkan (mengelola) tanah.
b. Faktor Tenang Kerja
Tenaga kerja merupakan asset bagi keberhasilan suatu perusahaan, karena kesuksesan
suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Tenaga
kerja merupakan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang/jasa apapun tanpa adanya tenaga. Sebagian ahli ekonomi
membagi tenaga kerja menjadi dua, yaitu tenaga kerja produktif dan tenaga kerja non
produktif. Disebut produktif apabila tenaga tersebut mampu menambah nilai material,
seperti pekerja di sektor pertanian dan manufaktur. Begitupun sebaliknya, jika perkerja
tidak mampu memberikan kontribusi material, maka disebut dengan tenaga kerja non
produktif. Namun, dalam perspektif ekonomi modern, semua tenaga pada dasarnya
merupakan tenaga kerja produktif karena termasuk dalam usaha memperoleh pendapatan.
c. Faktor Modal
Modal merupakan faktor produksi yang memiliki peranan dalam mempercepat serta
membantu kelancaran proses produksi. Modal (capital) yaitu meliputi semua jenis barang
yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa atau
peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal terbagi ke
dalam beberapa bagian sesuai dengan penilaiannya yang beragam dan yang paling
penting diantaranya, bahwa modal dibagi menjadi dua, yaitu modal barang, dan modal
uang. Di mana yang dimaksudkan modal harta adalah modal material yang berfungsi
menambahkan produksi ketika dipergunakan dalam proses produksi. Sedangkan modal
uang adalah sejumlah uang yang dipergunakan dalam pembiayaan proses produksi. Dan
modal uang tidak dinilai sebagai salah satu unsur produksi jika tidak dipergunakan dalam
proses produksi untuk mendapatkan modal barang.
d. Organisasi (Manajemen)
Dalam sebuah produksi hendaknya terdapat sebuah organisasi untuk mengatur kegiatan
dalam perusahaan. Dengan adanya organisasi setiap kegiatan produksi memiliki
penanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Diharapkan semua individu
dalam sebuah organisasi melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas yang
diberikan.
e. Keahlian Berwirausaha
Faktor produksi ini berupa skill seseorang untuk mengelola berbagai macam kegiatan
produksi usaha secara efektif dan efisien sehingga akan memperoleh hasil yang
diharapkan.
3. Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan landasan teknis dari proses produksi yang antara faktor
produksi dengan kuantitas produksi. Dalam teori ekonomi digunakan asumsi dasar
mengenai sifat fungsi produksi dimana semua produsen tunduk pada hukum The Law of
Diminishing Return (Hukum yang menyatakan bahwa semakin banyak variabel yang
ditambahkan pada sejumlah sumber daya tetap, perubahan output yang diakibatkan akan
mengalami penurunan dan bisa menjadi negatif).
4. Tujuan Produksi
Menurut Siddiqi dalam Hendrie Anto15 beberapa tujuan kegiatan produksi ini, antara
lain:
a. Pemenuhan sarana kebutuhan manuasia pada takaran moderat
b. Menentukan kebutuhan masyarakat
c. Persediaan terhadap kemungkinan
d. Persediaan bagi generasi mendatang
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan manusia pada takaran
moderat akan menimbulkan setidaknya dua implikasi. Pertama produsen hana
menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan (need) bukan keinginan (want)
dari konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi
kehidupan yang Islami, bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen.
Karenanya prinsip costumer satisfaction yang banyak dijadikan pegangan produsen
kapitalis tidak dapat diimplementasikan begitu saja. Kedua kuantitas produksi tidak akan
berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan wajar. Produksi barang dan jasa secara
berlebihan tidak saja sering kali menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan
kemubadziran (wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini
secara cepat. Semakin menipisnya persediaan sumber daya alam dan kerusakan
lingkungan hidup merupakan salah satu asalah serius dalam pembangunan ekonomi
modern saat ini.
Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti bahwa
produsen sekedar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Produsen harus
proaktif, kreatif, inovatif menemukan berbagai barang dan jasa yang memang dibutuhkan
manusia. Penemuan ini kemudian disosialisasikan atau dipromosikan kepada konsumen
sehingga konsumen mengetahuinya. Sikap proaktif menemukan kebutuhan ini sangat
penting, sebab terkadang konsumen juga tidak mengetahui apa yang sesungguhnya
dibutuhkannya. Sikap proaktif ini juga harus berorientasi ke depan (future view) dalam
arti pertama, menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan masa
mendatang, kedua menyadari bahwa sumber daya ekonomi baik natural resources atau
non natural resources, tidak hanya diperuntukkan bagi manusia yang hidup sekarang kan
tetapi juga generasi mendatang.
Orientasi ke depan ini akan mendorong produsen untuk terus-menerus melakukan riset
dan pengembangan ( research and development) guna menemukan berbagai jenis
kebutuhan teknologi yang diterapkan, serta berbagai standar ain yang sesuai dengan
tuntutan masa depan. Efisiensi dengan sendirinya juga senantiasa dikembangkan, sebab
dengan cara inilah kelangsungan dan kesinambungan (sustainability) pembangunan akan
terjaga. Dengan konteks ini maka produksi yang berwawasan lingkungan (green
production) akan menjadi konsekuensi logis. Ajaran Islam memberikan peringatan yang
keras terhadap perilaku manusia yang gemar membuat kerusakan, dan kebinasaan
termasuk kerusakan lingkungan hidup demi mengejar kepuasan.
Implikasi dari aktivitas diatas adalah tersedianya secara memadai berbagai kebutuhan
bagi generasi mendatang. Konsep pembangunan yang berkesinambungan yang relatif
baru dikembangkan dalam pembangunan ekonomi konvensional pada dasarnya adalah
suatu konsep pembangunan yang memberikan persediaan memadai bagi generasi
mendatang. Ala mini bukan hanya diperuntukkan bagi manusia di satu masa atau tempat
saja, tetapi untuk manusia di sepanjang jaman hingga Allah menentukan Hari
penghabisan alam semesta.
5. Motivasi Produsen Dalam Berproduksi
Motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material uang secara maksimal
dalam ekonomi konvensional sangatlah dominan, meskipun terdapat motivasi lainnya.
Produsen adalah seorang profit seeker sekaligus profit maximizer strategi, konsep, dan
teknik berproduksi semuanya diarahkan untuk mencapai keuntungan maksimum, baik
dalam jangka pendek (sort run profit) maupun jangka panjang (long run profit).
Keuntungan maksimal telah menjadi sebuah insentif yang kuat bagi produsen untuk
melakukan produksi. Keuntungan maksimal telah menjadi sebuah insentif yang
teramat kuat bagi produsen untuk melaksanakan produksi. Akibatnya, motivasi untuk
mencari keuntungan maksimal sering kali menyebabkan produsen mengabaikan
etika dan tanggung jawab sosialnya, meskipun mungkin tidak melakukan
pelanggaran hukum formal. Segala hal perlu di lakukan untuk mencapai keuntungan
setinggi-tingginya.
6. Maslahah Produsen
Maslahah adalah segala bentuk keadaan baik material mapun non material, yang
meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Dalam pandangan
ekonomi islam motivasi produsen itu sejalan dengan tujuan produksi juga tujuan
kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi itu menyediakan kebutuhan material
dan spiritual untuk menciptakan maslahah, maka motivasi produsen juga mencari
maslahah, dimana ini juga sejalan dengan kebutuhan seorang muslim. Dengan demikian
produsen dalam pandangan ekonomi islam adalah maslahah maximizer. Mencari
keuntungan dalam produksi dan bisnis lainya memang tidak dilarang, sepanjang dalam
bingkai tujuan dan hukum islam.
7. Perspektif Islam dan Nilai-Nilai Islam Dalam Produksi
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan manusia dan
eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan menciptakan
kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi lazim diartikan
menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu produk, barang dan jasa
yang diproduksi itu haruslah yang diperbolehkan dan menguntungkan (yakni halal dan
baik) menurut Islam.
Upaya produsen memperoleh maslahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen
mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat
pada tatanan nilai moraldan teknikal yang islami. Nilai-nilai islam dan berproduksi antara
lain:
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal maupun eksternal
3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis
5. Memuliakan prestasi/produktifitas
6. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi
7. Menghormati hak milik individu
8. Mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi
9. Adil dalam bertransaksi
10. Memiliki wawasan sosial
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam islam
Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan
bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah
yang diperoleh oleh produsen merupakan satu maslahah yang akan memberi kontribusi
bagi tercapainya falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan
yang hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja didunia tetapi juga diakhirat.
Referensi
1. Turmudi, M. (2017). Produksi Dalam Perspektif Eonomi Islam. Islamadina: Jurnal
Pemikiran Islam, 37-56.
2. Azizah, N. N. (20202). Produksi Dalam Ekonomi Islam. Journal of Islamic Banking,
1(2), 189-201.
3. Ali, M. (2013). Prinsip dasar produksi dalam ekonomi islam. LISAN AL-HAL: Jurnal
Pengembangan Pemikiran Dan Kebudayaan, 7(1), 19-34.
4. Sholiha, I. (2018). Teori Produksi dalam Islam. Iqtishodiyah: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam, 4(2).
5. Sugiatni, E., Kampa, R. R. A., & Ramadhan, S. (2021). TEORI PRODUKSI.
6. Fadilah, N., & Asy'ari, S. F. (2017). Aktivitas Produksi Kapitalis Dalam Perspektif
Ekonomi Islam. Jurnal An-Nisbah, 4(01).
7. FAIZAH, F. N. (2018). Teori produksi dalam studi ekonomi islam modern. UIN
Walisongo Semarang.
8. Taha, M. R., & Annisa, I. N. (2021). Teori Produksi.
9. Rachman, M. A. (2020). TEORI PRODUKSI PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH. Teori Produksi pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, 1-17.
10. Sari, W. (2014). Produksi, Distribusi, Dan Konsumsi Dalam Islam.
ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam , 5 (2).
11. Wahyuni, S. (2013). Teori Konsumsi Dan Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Akuntabel, 10(1).

You might also like