You are on page 1of 13

“ KOMUNIKASI TERAPEUTIK”

OLEH

1. CECILIA DEBRINA PUTRI HANTIP (PO5303209211476)


2. DEWI SISKAWATI LAY (PO5303209211477)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG

PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu ,penulis Sangat berterimakasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah yangberjudul
“KOMUNIKASI TERAPEUTIK”.

Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
KOMUNIKASI KEPERAWATAN. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Makalah ini
masih banyak kekurangan untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

C. Pengertian Terapeutik..................................................................................................3

D. Tujuan............................................................................................................................3

E. Indikator Komunikasi Teraupeutik............................................................................3

F. Teknik-Teknik Komunikasi Teraupeutik...................................................................4

G. Hambatan Komunikasi Terapeutik.............................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

A. Kesimpulan....................................................................................................................9

B. Saran...............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare-communicatio dan


communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan
penerimaan berita, seperti telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Komunikasi adalah
bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan kehidupan kita. Setiap saat,
manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya dalam berinteraksi dengan manusia
lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah
komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah
komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih
dinamis (Tri Anjaswarni, S.Kp., 2016).
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi
alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan
karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap
aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi dan
komunikasi terapeutik sangat penting terkait dengan tugas-tugas Anda dalam melakukan
asuhan keperawatan dan dalam melakukan hubungan professional dengan tim kesehatan
lainnya. Sebagai calon perawat ahli madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda
kuasai adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan Anda melaksanakan praktik keperawatan secara
berkualitas (Tri Anjaswarni, S.Kp., 2016).
Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan mengalami rasa
berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal
tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis merupakan komunikasi
yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan tentang penyakit yang mereka
alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi
perewat menggunakan konsep komunikasi terapeutik NS RIKA dkk.

1
B. Tujuan

 TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan komunikasi terapeutik.dan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca pada umumnya,serta
meningkatkan keingintahuan ilmu-ilmu yang bersangkutan.
 TUJUAN KHUSUS
1. Mampu Menjelaskan Pengertian Komunikasi Teraupeutik
2. Mampu Menjelaskan Tujuan Komunikasi Teraupeutik
3. Mampu Menjelaskan Indikator Komunikasi Teraupeutik
4. Mampu Menjelaskan Teknik-Teknik Komunikasi Teraupeutik
5. Mampu Menjelaskan Hambatan Komunikasi Teraupeutik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapeutik

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan fokus adanya


saling pengertian antarperawat dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi
pribadi antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
(Indrawati, 2003) dalam (Tri Anjaswarni, S.Kp., 2016)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang
dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta
memperbaiki pengalaman emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien
(Tri Anjaswarni, S.Kp., 2016).
Komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi
yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam
mengatasi persoalan yang dihadapinya (Prasanti, 2017)

B. Tujuan

Berdasarkan definisi komunikasi terapeutik, berikut ini tujuan dari komunikasi


terapeutik (Tri Anjaswarni, S.Kp., 2016).
1. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
3. Memperbaiki pengalaman emosional klien. d. Mencapai tingkat kesembuhan yang
diharapkan.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan
perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang
mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

C. Indikator Komunikasi Teraupeutik

Indikator-indikator komunikasi terapeutik yang dapat menunjang pelayanan


keperawatan menurut Supriyanto dan Ernaawaty (2010) diantaranya:
a. Attending skill

3
Attending skill (AS) merupakan keterampilan komunikasi dengan pasien, hadir secara
utuh (fisik dan psikologis) saat melakukan komunikasi terapeutik. AS perawat ditunjukkan
dalam lima cara komunikasi (SOLER) yaitu Squarely, Open posture, Lean, Eye contact,
Relaxed (Lestiani et al., 2020).
1. Squarely / berhadapan adalah sikap siap untuk melayani pasien.
2. Open posture adalah sikap terbuka; tidak melipat kaki/tangan, berkacak pinggang saat
berkomunikasi.
3. Lean berarti membungkuk ke arah pasien, menunjukkan keinginan untuk mengatakan
sesuatu atau mendengarkan pasien.
4. Eye contact berarti mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi, yang berarti
menghargai dan tetap ingin berkomunikasi dengan pasien.
5. Relaxed berarti perawat mengontrol
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam berespons dan bertindak kepada
pasien.
b. Respect
Stuart & Sundeen (dalam Stuart & Laraia, 2005) memaparkan respect sebagai sikap dan
perilaku hormat yaitu sikap peduli yang ditunjukkan dengan selalu memperhatikan keluhan
pasien, untuk mempercepat kesembuhan pasien dan melayani pasien tanpa syarat.
c. Empathy
Stuart & Sundeen (dalam Stuart & Laraia, 2005) memaparkan empathy sebagai sikap
dan perilaku perawat untuk mau mendengarkan, mengerti, dan memperhatikan pasien.
Perawat sebatas mengerti perasaan klien tanpa menunjukkan respons emosional yang
berlebihan ketika melihat pasien dalam masalah pribadinya
d. Responsiveness
Responsiveness merupakan sikap dan perilaku perawat untuk segera melayani bila
diperlukan. Kesegeraan merupakan perasaan yang sensitif serta peduli akan masalah yang
menimpa pasien.

D. Teknik-Teknik Komunikasi Teraupeutik

Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat meng- gunakan
berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Mundakir, S.Kep.,Ns., 2016) :
1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien, memberi kesempatan lebih banyak pada kli- en untuk bicara. Perawat

4
harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang
disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan tehnik ini adalah memberi rasa aman klien
dalam mengungkap- akan perasaannya dan menjaga kesetabilan emosi/psikologis klien.
Misalnya: ”silahkan mengungkapkan semua perasaan saudara, saya akan mendengarkan
disini dengan baik”.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Tehnik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan- nya sesuai
kehendak klien tanpa membatasi, contoh: “apa yang sedang saudara pikirkan?”, “apa
yang akan kita bicarakan hari ini?. Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan
perasaannya, perawat
dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan ”saya mengerti apa
yang saudara katakan”
3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya:
”Ooh… jadi saudara tadi malam tidak bisa tidur karena.….”
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien ber- henti karena
malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “da- patkah anda menjelaskan kembali
tentang.…?” Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi perawat-
klien.
5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komu- nikasi. Refleksi
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Refleksi isi, bertu- juan memvalidasi apa yang
didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat, dan
Refleksi perasaan, yang bertujuan memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar kli- en mengetahui dan menerima perasaannya.
Tehnik refleksi ini berguna untuk:
a. mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b. mengoreksi
c. memberi keterangan lebih jelas.
Sedangkan kerugiannya adalah:
a. mengulang terlalu sering tema yang sama

5
b. dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, le- bih jelas dan berfokus pada
realitas. Contoh:
Klien ”Petugas kesehatan yang ada dirumah sakit ini kurang perhati- an kepada
pasiennya”.
Perawat : ”Apakah saudara sudah minum obat?”.
7. Membagi Persepsi Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan
pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi in- formasi.
Contoh: ”Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah kepada saya”
8. Identifikasi
Tema Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang mun- cul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang
penting.

E. Hambatan Komunikasi Terapeutik

Hambatan komunikasi yang diidentifikasi dalam literatur termasuk kecemasan pasien,


kurangnya pengakuan, perbedaan budaya antara pasien dan penyedia, perbedaan bahasa
sehari-hari antara pasien dan penyedia, penyedia terlalu banyak bekerja, kekurangan
waktu atau staf, takut disalahgunakan atau litigasi, dan harapan yang tidak realistis dari
pasien (Sharma N, Theareupetic Communication, 2022).
Menurut (Dr. Ah. Yusuf, 2017) Hambatan-hambatan dalam komunikasi bisa disebabkan
karena:
1. Kurangnya kemampuan dalam menyampaikan pesan
Seseorang yang mempunyai ide untuk mengirim pesan, harus menguasai
tentang makna pesan yang ingin disampaikan, apa tujuannya, siapa sasarannya
dan bagaimana supaya pesan tersebut dapat sampai sesuai dengan harapannya.
Orang yang menyampaikan pesan hanis menguasai model komunikasi apa yang
akan dipakai teknik-teknik komunikasi efektif harus dikuasai baik secara verbal
maupun nonverbal.
2. Terbatasnya kemampuan penerima pesan
Pada saat menyampaikan informasi, maka komunikator harus bisa memahami
kemampuan komunikan dalam menerima pesan. Sementara penerima pesan perlu

6
konsentrasi dan fokus, agar pesan dapat diterima dengan baik. Pesan yang
disampaikan jangan terlalu banyak karena komunikan akan sulit untuk menangkap
isi dari pesan tersebut. Dalam penyampaian pesan gunakan bahasa yang bisa
dimengerti oleh penerima pesan, dan tidak terlalu cepat dalam penyampaian.
3. Pesan yang membingungkan
Komunikasi tidak akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
membingungkan. Isi pesan harus jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh
komunikan. Pesan yang terlalu panjang, dan bertele-tele akan menyulitkan
penerima pesan dalam mengartikan pesan. Pesan yang tidak jelas bisa
menimbulkan salah arti atau terjadi mis-komanikasi.
4. Asumsi yg tidak sama
Komunikasi akan gagal apabila antara komunikator dan komunikan mempunyai
asumsi yang tidak sama terhadap isi pesan. Masalah asumsi yang tidak sama bisa
disebabkan karena adanya perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya (culture).
Sebagai contoh pengertian sehat atau sejahtera bagi masing-masing individu sangat
berbeda. Bagi orang miskin sehat berarti dapat mencari nafkah sedangkan bagi
orang kaya, pengertian sehat bisa berupa kondisi yang menyenangkan dan nyaman.
Oleh karena itu dalam berkomunikasi, antara komunikator dan komunikan harus
mempunyai pengertian yang sama terhadap isi pesan. Komunikasi akan berjalan
baik apabila komunikator dan komunikan mempunyai pengertian yang sama
terhadap isi pesan.
5. Ketidak sesuaian arah pembicaraan
Komunikasi akan berjalan baik apabila komunikator dan komunikan mempunyai
kesesuaian dalam arah pembicaraan, atau nyambung. Antara pengirim dani
penerima pesan mempunyai tujuan atau topik yang sama dalam berkomunikasi.
Komunikasi tidak akan terjalin apabila masing masing individu berbicara sendiri-
sendiri, atau mempunyai persepsi yang berbeda.
6. Pengaruh dari mekanisme ketidak-sadaran
Komunikasi akan mengalami kegagalan apabila ada faktor-faktor lain diluar
ketidak sadaran yang mempengaruhi komunikasi.
7. Tidak ada saluran
Komunikasi tidak akan efektif jika tidak ada media atau saluran yang
memperjelas isi pesan. Agar penerima pesan tidak bingung dalam mengartikan
suatu pesan, bisa digunakan media yang cocok atau menunjang untuk

7
memperkuat arti pesan itu sendiri. Sebagai contoh; saluran untuk menyampaikan
pesan berupa suara adalah pendengaran, apabila seseorang mengalami gangguan
pendengaran tuli dengan sendirinya komunikator tidak bisa menggunakan pesan
suara, tetapi bisa menggunkan pesan tertulis atau bahasa tubuh/isyarat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mempromosikan komunikasi yang efektif dalam perawatan kesehatan menuntut dan


menantang karena sifat lingkungan kerja. Perawat yang telah mendapatkan pelatihan
keterampilan komunikasi berkomunikasi secara efektif dan menunjukkan peningkatan
kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan pasien. Banyak perawat memilih untuk
bekerja di negara lain, memberikan kesempatan untuk memperluas pengalaman dan
pengetahuan mereka. Namun, penting bahwa perawat yang memiliki kesempatan untuk
bekerja di negara lain mengembangkan keterampilan komunikasi, kesadaran budaya dan
kepekaan sebelum tiba. Misalnya, di Cina berbicara tentang kematian adalah hal yang tabu
Artikel ini memberikan gambaran reflektif tentang pengalaman salah satu penulis bekerja di
luar negeri. Bab ini memberikan komunikasi efektif dan keterampilan interpersonal yang
meningkatkan praktik keperawatan profesional dan hubungan keperawatan dengan
menjelaskan prinsip-prinsip komunikasi, proses komunikasi, tujuan komunikasi, jenis
komunikasi, hambatan komunikasi yang efektif, model komunikasi dan strategi
meningkatkan komunikasi dan pedoman untuk interaksi terapeutik yang sukses.

B. Saran

Dalam berkomunikasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang atau lebihdengan


menggunakan bahasa yang baik,sopan dan apabila menggunakanbahasa tubuh, gunakan
bahasa tubuh yang sopan dan tidak membuat temanyang berkomunikasi kita tersinggung
dengan perkataan dan gerak tubuh kita.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Lestiani, E., Maryam, S., & Widayanti, R. (2020). Bongaya Journal of Research in
Management. Bongaya Journal of Research in Management, 3(2), 7–13.
Mundakir, S.Kep.,Ns., M. K. (2016). KOMUNIKASI PELAYANAN KESEHATAN. Indomedia
Pustaka Penerbit & Distributor.
Ns. Rika Sarfika, S.Kep., M.Kep, Ns. Esthika Ariani Maisa, S.Kep., M.Kep, Ns. Windy
Freska, S.Kep., M. K. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Pertama).
Andalas University Press.
Prasanti, D. (2017). Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis dalam Pemberian Informasi
tentang Obat Tradisional bagi Masyarakat. Mediator: Jurnal Komunikasi, 10(1), 53–64.
https://doi.org/10.29313/mediator.v10i1.2624
Tri Anjaswarni, S.Kp., M. K. (2016). KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN. Kemenkes
RI.

10

You might also like