Professional Documents
Culture Documents
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
OLEH
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu ,penulis Sangat berterimakasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah yangberjudul
“KOMUNIKASI TERAPEUTIK”.
Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
KOMUNIKASI KEPERAWATAN. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Makalah ini
masih banyak kekurangan untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
C. Pengertian Terapeutik..................................................................................................3
D. Tujuan............................................................................................................................3
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan komunikasi terapeutik.dan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca pada umumnya,serta
meningkatkan keingintahuan ilmu-ilmu yang bersangkutan.
TUJUAN KHUSUS
1. Mampu Menjelaskan Pengertian Komunikasi Teraupeutik
2. Mampu Menjelaskan Tujuan Komunikasi Teraupeutik
3. Mampu Menjelaskan Indikator Komunikasi Teraupeutik
4. Mampu Menjelaskan Teknik-Teknik Komunikasi Teraupeutik
5. Mampu Menjelaskan Hambatan Komunikasi Teraupeutik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Terapeutik
B. Tujuan
3
Attending skill (AS) merupakan keterampilan komunikasi dengan pasien, hadir secara
utuh (fisik dan psikologis) saat melakukan komunikasi terapeutik. AS perawat ditunjukkan
dalam lima cara komunikasi (SOLER) yaitu Squarely, Open posture, Lean, Eye contact,
Relaxed (Lestiani et al., 2020).
1. Squarely / berhadapan adalah sikap siap untuk melayani pasien.
2. Open posture adalah sikap terbuka; tidak melipat kaki/tangan, berkacak pinggang saat
berkomunikasi.
3. Lean berarti membungkuk ke arah pasien, menunjukkan keinginan untuk mengatakan
sesuatu atau mendengarkan pasien.
4. Eye contact berarti mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi, yang berarti
menghargai dan tetap ingin berkomunikasi dengan pasien.
5. Relaxed berarti perawat mengontrol
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam berespons dan bertindak kepada
pasien.
b. Respect
Stuart & Sundeen (dalam Stuart & Laraia, 2005) memaparkan respect sebagai sikap dan
perilaku hormat yaitu sikap peduli yang ditunjukkan dengan selalu memperhatikan keluhan
pasien, untuk mempercepat kesembuhan pasien dan melayani pasien tanpa syarat.
c. Empathy
Stuart & Sundeen (dalam Stuart & Laraia, 2005) memaparkan empathy sebagai sikap
dan perilaku perawat untuk mau mendengarkan, mengerti, dan memperhatikan pasien.
Perawat sebatas mengerti perasaan klien tanpa menunjukkan respons emosional yang
berlebihan ketika melihat pasien dalam masalah pribadinya
d. Responsiveness
Responsiveness merupakan sikap dan perilaku perawat untuk segera melayani bila
diperlukan. Kesegeraan merupakan perasaan yang sensitif serta peduli akan masalah yang
menimpa pasien.
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat meng- gunakan
berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Mundakir, S.Kep.,Ns., 2016) :
1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien, memberi kesempatan lebih banyak pada kli- en untuk bicara. Perawat
4
harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang
disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan tehnik ini adalah memberi rasa aman klien
dalam mengungkap- akan perasaannya dan menjaga kesetabilan emosi/psikologis klien.
Misalnya: ”silahkan mengungkapkan semua perasaan saudara, saya akan mendengarkan
disini dengan baik”.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Tehnik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan- nya sesuai
kehendak klien tanpa membatasi, contoh: “apa yang sedang saudara pikirkan?”, “apa
yang akan kita bicarakan hari ini?. Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan
perasaannya, perawat
dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan ”saya mengerti apa
yang saudara katakan”
3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya:
”Ooh… jadi saudara tadi malam tidak bisa tidur karena.….”
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien ber- henti karena
malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “da- patkah anda menjelaskan kembali
tentang.…?” Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi perawat-
klien.
5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komu- nikasi. Refleksi
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Refleksi isi, bertu- juan memvalidasi apa yang
didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat, dan
Refleksi perasaan, yang bertujuan memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar kli- en mengetahui dan menerima perasaannya.
Tehnik refleksi ini berguna untuk:
a. mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b. mengoreksi
c. memberi keterangan lebih jelas.
Sedangkan kerugiannya adalah:
a. mengulang terlalu sering tema yang sama
5
b. dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, le- bih jelas dan berfokus pada
realitas. Contoh:
Klien ”Petugas kesehatan yang ada dirumah sakit ini kurang perhati- an kepada
pasiennya”.
Perawat : ”Apakah saudara sudah minum obat?”.
7. Membagi Persepsi Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan
pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi in- formasi.
Contoh: ”Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah kepada saya”
8. Identifikasi
Tema Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang mun- cul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang
penting.
6
konsentrasi dan fokus, agar pesan dapat diterima dengan baik. Pesan yang
disampaikan jangan terlalu banyak karena komunikan akan sulit untuk menangkap
isi dari pesan tersebut. Dalam penyampaian pesan gunakan bahasa yang bisa
dimengerti oleh penerima pesan, dan tidak terlalu cepat dalam penyampaian.
3. Pesan yang membingungkan
Komunikasi tidak akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
membingungkan. Isi pesan harus jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh
komunikan. Pesan yang terlalu panjang, dan bertele-tele akan menyulitkan
penerima pesan dalam mengartikan pesan. Pesan yang tidak jelas bisa
menimbulkan salah arti atau terjadi mis-komanikasi.
4. Asumsi yg tidak sama
Komunikasi akan gagal apabila antara komunikator dan komunikan mempunyai
asumsi yang tidak sama terhadap isi pesan. Masalah asumsi yang tidak sama bisa
disebabkan karena adanya perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya (culture).
Sebagai contoh pengertian sehat atau sejahtera bagi masing-masing individu sangat
berbeda. Bagi orang miskin sehat berarti dapat mencari nafkah sedangkan bagi
orang kaya, pengertian sehat bisa berupa kondisi yang menyenangkan dan nyaman.
Oleh karena itu dalam berkomunikasi, antara komunikator dan komunikan harus
mempunyai pengertian yang sama terhadap isi pesan. Komunikasi akan berjalan
baik apabila komunikator dan komunikan mempunyai pengertian yang sama
terhadap isi pesan.
5. Ketidak sesuaian arah pembicaraan
Komunikasi akan berjalan baik apabila komunikator dan komunikan mempunyai
kesesuaian dalam arah pembicaraan, atau nyambung. Antara pengirim dani
penerima pesan mempunyai tujuan atau topik yang sama dalam berkomunikasi.
Komunikasi tidak akan terjalin apabila masing masing individu berbicara sendiri-
sendiri, atau mempunyai persepsi yang berbeda.
6. Pengaruh dari mekanisme ketidak-sadaran
Komunikasi akan mengalami kegagalan apabila ada faktor-faktor lain diluar
ketidak sadaran yang mempengaruhi komunikasi.
7. Tidak ada saluran
Komunikasi tidak akan efektif jika tidak ada media atau saluran yang
memperjelas isi pesan. Agar penerima pesan tidak bingung dalam mengartikan
suatu pesan, bisa digunakan media yang cocok atau menunjang untuk
7
memperkuat arti pesan itu sendiri. Sebagai contoh; saluran untuk menyampaikan
pesan berupa suara adalah pendengaran, apabila seseorang mengalami gangguan
pendengaran tuli dengan sendirinya komunikator tidak bisa menggunakan pesan
suara, tetapi bisa menggunkan pesan tertulis atau bahasa tubuh/isyarat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
9
DAFTAR PUSTAKA
Lestiani, E., Maryam, S., & Widayanti, R. (2020). Bongaya Journal of Research in
Management. Bongaya Journal of Research in Management, 3(2), 7–13.
Mundakir, S.Kep.,Ns., M. K. (2016). KOMUNIKASI PELAYANAN KESEHATAN. Indomedia
Pustaka Penerbit & Distributor.
Ns. Rika Sarfika, S.Kep., M.Kep, Ns. Esthika Ariani Maisa, S.Kep., M.Kep, Ns. Windy
Freska, S.Kep., M. K. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Pertama).
Andalas University Press.
Prasanti, D. (2017). Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis dalam Pemberian Informasi
tentang Obat Tradisional bagi Masyarakat. Mediator: Jurnal Komunikasi, 10(1), 53–64.
https://doi.org/10.29313/mediator.v10i1.2624
Tri Anjaswarni, S.Kp., M. K. (2016). KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN. Kemenkes
RI.
10