You are on page 1of 21

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA


KELAS X SEMESTER 2 SMKN 1 MARGOMULYO

OLEH:
TIKA SINDI FARDANI
NIM 19041022

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MODEREN NGAWI
Januari 2022
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar yang mcmpunyai peranan penting

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak siswa di sekolah

memandang matematika sebagai bidang studi yang paling ditakuti. Padahal

matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berguna dalam

kehidupan dan merupakan salah satu mata pelajaran yang di ujikan dalam

UN. lni berarti matematika merupakan sarana berpikir logis untuk

memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika

perlu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di sekolah. Guru mempunyai

peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran

matematika.

Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa,

namun guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang

memungkinkan pembelajaran berlangsung secara aktif. Salah satunya dengan

memperhatikan metode pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model

pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang

dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Pembelajaran matematika yang biasanya menggunakan metode ekspositori

memang sudah membuat siswa aktif, namun kurang dapat mengembangkan

keterampilan sosial siswa yang kelak dapat berguna dalam kehidupan

bermasyarakat.
Oleh karena harus ada perhaikan untuk guru datum memilih model

pembelajaran, Metode pembelajaran yang dipilih harus memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bekerja sama antar siswa.

Membentuk huhungan positif. mengembangkan rasa percaya diri, serta

meningkatkan kemampuan akademik secara kelompok. Sehingga konsep

yang diajarkan, oleh guru akan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa

sehingga tercapainya kualitas pembelajaran lebih baik.

Melalui pembelajaran seperti ini siswa akan selalu mengingat tentang

materi yang diajarkan. Selain itu, pembelajaran dengan teknik ini mempunyai

keunggulan yaitu meningkatkan pencapaian prestasi para siswa,

mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman

sekelas yang lemah dalam bidang studi akademik, meningkatkan rasa harga

diri, dan rnengembangkan hubungan antar siswa data latar belakang teknik

yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara

akademik dengan teman, sekelas mereka (Slavin dalam Cah Njeporo, 2010).

Salah satu metode pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh

sense siswa adalah metode nh pembelajaran kooperatif yaitu pambelajaran

yang secara sengaja didesain untuk melatih siswa mendengarkan pendapat-

pendapat orang lain dan merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan

(Oman Suherman, 2003 : 259). Bahkan Muslimin Ibrahim (2000 : 12)

mengatakan bahwa “model pembelajaran Kooperatif selain membantu siswa

rnenumbuhkan keterampilan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan

membantu teman”.
Diskusi yang terjadi dalam pe,mbelajaran kooperatif dapat digunakan

untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan

mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan

skema siswa akan rnenjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang

konsep yang mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dalam pembelajaran

kooperatif terjadi interaksi antar siswa, dari sini siswa yang lemah atau

kurang pandai akan dibantu siswa yang lebih pandai, sehingga akan

memperkarya pengetahuan siswa yang diharapkan hasil belajar siswa dapat

meningkat. Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempat pada siswa

dengan kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung

satu sama lain atas tugas -tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu

sama lain. Hal-hal tersebut diperlukan siswa ketika siswa berada dalam

rnasyarakat, dimana terdapat banyak perbedaan tetapi berusaha untuk hidup

bersosialisasi dalam suatu lingkungan.

Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi untuk meningkatkan keterampilan social siswa

(Muslimin Ibrahim, 2000 : 9). Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah

STAD (Student Teams Achievement Division) yang merupakan sebuah

pendekatan yang baik bagi guru baru untuk memulai menerapkan model

pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo Wijayanti dalam Skripslandh.

2011). Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dalam kelas dibagi

menjadi beberapa kelompok, dimana masing-masing kelompok

beranggotakan 4 - 5 siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas.


Gagasan utama dari Student Teams-Achievement Divisions (STAR) adalah

memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama

lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

Dalam STAR siswa belajar dalam kelompok, mereka akan dapat

bekerja sama dan membantu teman satu timnya untuk memahami rnateri yang

diberikan oleh guru sehingga mereka mernpunyai kesempatan sukses yang

sama. Be!ajar dalam tim ini sangat cocok untuk membangkitkam motivasi

dan peran aktif siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun

penyebabnya antara lain karena mereka boleh bekerja berpasangan dan

membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap tidak

kesesuaian, din saling membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam

memahami. Mereka bekerja dengan teman satu timnya, menilai kekuatan dan

kelemahan mereka untuk mambantu mereka berhasil dalam kuis (Slavin

dalam Cah Njcporo, 2010).

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) sangat baik untuk anak usia SMK karena sangat sederhana.

Pembelajaran matematika dengan metode ini memungkinkan siswa untuk

terlibat secara aktif dan langsung dalam pembelajan, mengembangkan

kemampuan individual, serta untuk melatih siswa untuk bertanggung jawab.

Pembelajaran tipe STAR memungkinkan terciptanya suasana kelas yang

kondusif untuk belajar dan secara individu siswa akan secant aktif. Hal ini

akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran sehingga akan berdampak

positif terhadap pencapaian hasil belajar yang lebih baik.


Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar, sehingga

model pembelajaran yang selama ini digunakan di sekolah dapat

disempurnakan melalui model kooperatif tipe STAD.

B. Identifiguasi Masalah

Dari kenyataan tersebut peneliti meminta bantuan teman sejawat

untuk ikut serta membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan

cara mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi pada siswa kelas X

SMKN 1 Margomulyo.

Dari hasil diskusi antara teman sejawat dan dibantu oleh Kepala

Sekolah akhimya diketahui beberapa pernasalahan yang menjadi penghambat

kelancaran proses belajar mengajar di kelas X SMKN 1 Margomulyo,

diantaranya adalah :

1. Kurangnya siswa merespon materi pelajaran yang disampaikan guru

sebagai akibat dari suasana pernbelajaran yang kurang menarik.

2. Ren ckura terharinn materi pelajaran.

3. Banyak siswa yang tidak dapat menyelcsaikan tugas-tugas dari gurunya di

sekolah.

Dari beberapa permasalahan yang telah teridentifikasi tersebut,

melalui diskusi kecil antara penelitian dan teman sejawat akhirnya ditemukan

beberapa penyebab permasalahan diatas diantaranya adalah :

1. Kurangnya kreatifitas metode pembelajaran dalam pembelajaran

Matematika.
2. Kurangnya kreatifitas guru dalam mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran.

3. Pembelajaran yang di lakukan guru kurang menarik minat siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian

ini dapat dirumuskan. sebagai berikut :

1. Bagaimanakah aktifitas siswa selama proses belajar mengajar dengan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X SMKN 1

Margomulyo?

2. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan proses belajar mengajar

dengan metode pembelajaran kooperafif tipe STAD pada siswa kelas X

SMKN 1 Margomulyo?

D. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan pada rumusan masalah yang diteliti,maka peneliti secara

umum mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan aktifitas prestasi belajar matematika pada siswa kelas X

SMKN 1 Margomulyo.

2. Untuk mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan proses belajar

mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa

kelas X SMKN 1 Margomulyo.


E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan


manfaat yang besar bagi semua pihak. baik guru (peneliti), siswa, dan Kepala
Sekolah.
Manfaat yang diterapkan dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti :
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sekaligus memberi dorongan
bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis.
2. Bagi Siswa :
Untuk rnelatih keterampilan kooperatif siswa yang dapat digunakan dalam
kehidupan bermasyarakat kelak.
3. Bagi Guru :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan,
khususnya bagi guru Matematika SMKN 1 Margomulyo tentang suatu
altematif metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika, sehingga bermanfttat untuk perbaikam thin pcningkatan mutu
mengtijarnya.
4. Bagi Sekolah :
Sebagai bahan infomiasi bagi pihak sekolah, untuk dapat dijadikan bahan
pertimbangan agar metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
diterapkan pada semua mata pelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan
latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Menurut W.S.
Winkel," belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikisyang
berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman,
keterampilan, dan nilai-
sikap".Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Menurut teoribelajar
Operant Conditioning oleh
Skinner memandang belajar
adalah suatuproses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
Menurut Skinner (1973), jika suatu respon atau tingkah laku
diikuti oleh hadiah atau penguatan, maka probabilitas kemunculan
kembali tingkah laku tersebut akan besar. Skinner (1973) mengartikan
belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progesif. Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni
(2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal
dari pengalaman. C. T. Morgan (1962) mengartikan belajar sebagai suatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau
hasil dari pengalaman yang lalu. Dari uraian di atas konsep penting teori
belajar Skinner adalah bahwa jika kita ingin mengubah perilaku seseorang
dari yang tidak diharapkan menjadi yang diharapkan, maka mulailah
dengan memberikan funisment terhadap perilaku yang tidak diharapkan.
(Max Darsono dalam Cah Njeporo, 2010). Berdasarkan teori-teori belajar
di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
yang berlangsung secara progresif. Pengetahuan tersebut di atas dibentuk
oleh individu itu sendiri berupa pengetahuan fisik,logika, dan sosial.
2. Pengertian Matematika
Dalam Erman Suherman (1992: 119): In Short, the question what
is matematics? May be aus wered difficulty depanding on when the
questions is answered, where it is answered, who answered it, and what is
regareded as being included in mathematics." (pendeknya: " Apakah
matematika itu?" Dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada
bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang
menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam
matematika)."
Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Prancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick
wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan Yunani, mathematike, yang
berarti "relating to learning". Perkataan itu mempunyai akar kata
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, science).
Perkataan mathematike berhubungan pula sangat erat dengan sebuah kata
lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar
(berpikir).
Jadi berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti "Ilmu.
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar." Hal ini dimaksudkan
bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi
dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia ratio,
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi
atau eksperimen disamping penalaran.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh
karena itu, logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.
Sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Pada
permulaannya cabang cabang matematika yang ditemukan adalah
Aritmatika atau berhitung. Aljabar dan Geometri. Setelah itu ditemukan
Kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak penopang terbentuknya cabang
matematika baru yang lebih kompleks, antara lain Statistika, Topologi,
Aljabar (Linier, Abstrak, Himpunan), Geometri (Sistem Geor Geometri
Linier), Analisis Vektor dan lain-lain.
a. Matematika Sebagai Ilma Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses
pengerjaan matematis harus bersifat deduktif. Matematika tidak
menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi baru
berdasarkan pembuktian deduktif.
b. Matematika Sebagai Ilmu Terstruktur
Matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang
struktur yang terorganisasikan. Hal itu dimulai dari unsur-unsur yang
tidak didefinisikan (Undenfined terms, basic terms- primitive terms),
kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma / postulat, dan
akhirnya pada Acorema (E. Suherman & Udin S. Winata putra: 124).
Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis
dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada
konsep yang paling kompleks.
c. Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan
perkataan lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangan
bergantung dari matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan
cabang-cabang dari fisika dan kimia (modem) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep kalkulus khususnya tentang Persamaan
Diferensial; Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam
Biologi melalui konsep probabilitas; Teori Ekonomi mengenai
Permintaan dan Penawaran yang dikembangkan melalui konsep
Fungsi dan Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.
Dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan,
seperti telah diuraikan di atas tersirat bahwa matematika itu sebagai
suatu ilmu berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan
perkataan lain, matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya
sendiri sebagai suatu ilmu juga untuk melayani kebutuhan ilmu
pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Cabang
matematika yang memenuhi fungsinya seperti yang disebutkan
terakhir dinamakan dengan matematika terapan (Applied
Mathematics).
3. Pengertian prestasi belajar
Pengertian prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari
dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar
mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian
prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-
masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman
lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk
memudahkan dalam lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar
itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi
dan belajar menurut para ahli.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,
1994 : 19). Sedangkan menurut Mas'ud Hasan Abdul Dahar dalam
Djamarah (1994: 21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat


perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya
sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat
dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan. diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto (1995: 2) bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang
dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman
tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986: 62)
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai
atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam
diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa
prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu
baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan
kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam
angka atau pernyataan. 4. Pengertian Pembelajaran
Banyak definisi para ahli berkaitan dengan pembelajaran,
diantaranya adalah: Winkel (1991), mengartikan pembelajaran sebagai
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
peserta didik, dengan mamperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang
berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang
berlangsung didalam diri peserta didik. Dimyati dan Mudjiono, (1999)
mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha
usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar dalan diri siswa (Arief. S. Sadiman, rt al., 1990).
Iskandar, et al., (1995) mengartikan pembelajaran sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Pembelajaran menurut Degeng (1993) adalah
upaya untuk membelajarkan pebelajar.
Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, sapat
disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang
dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada siswa.
Lindgren (1976), menyebutkan bahwa focus sistem pembelajaran
mencakup tiga aspek, yaitu: (1) Siswa; Siswa merupakan faktor yang
paling penting sebab tanpa siswa tidak aka nada proses belajar. (2) Proses
belajar; Proses belajar adalah apa saja yang dihayati siswa apabila mereka
belajar, bukan apa yang harus dilakukan pendidik untuk membelajarkan
materi pelajaran. Dan (3) Situasi belajar; Situasi belajar adalah
lingkungan tempat terjadinya proses belajar dan semua faktor yang
mempengaruhi proses belajr seperti pendidik, kelas, dan interaksi
didalamnya.

Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Behavioristik Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah


laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).
b. Kognitif Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa
yang sedang dipelajari.
c. Gestalt Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi
pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah
mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola
bermakna).
d. Humanistik Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada
siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya
sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Max Darsono dalam Cah
Njeporo, 2010).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan
untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih
baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
5. Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi
pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada
diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, salah
satu ketrampilan guru yang memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran adalah ketrampilan memilih metode.
Pembelajaran koopeatif adalah solusi ideal terhadap masalah
menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal
kepada para siswa dari latar belakang teknik yang berbeda.
Metode pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang.
menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang
yang berbeda (Pradyo Wijayanti dalam 2011).
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah
untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan
pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota
masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Pembelajaran ini menekankan kerjasama dalam kelompok untuk
mencapai tujuan yang sama. Hal ini didukung pula oleh pendapat
Kauchak dan Eggen (Nurhayati Abba dalam Cah Njeporo, 2010) yang
mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari
strategimengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu sama
lain dalam mempelajari sesuatu.
Belajar kooperatif juga dinamakan "pembelajaran teman sebaya".
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, salingmendiskusikan dan beragumentasi untuk mengasah
kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing (Slavin dalam Cah Njeporo, 2010).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono dalam Cah Njeporo,
2010).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau
menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Sedangkan jika siswa duduk bersama mempersilahkan salah seorang
diantaranya untu dalam kelompok dan mengerjakan seluruh pekerjaan
kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran kelompok.
Manfaat metode pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut
Linda Lundgren (dalam Muslimin Ibrahim, 2000: 18), antara lain:
a. Lebih banyak meluangkan waktu pada tugas,
b. Rasa percaya diri menjadi lebih tinggi.
c. Memperbaiki sikap terhadap matematika, individu menjadi lebih
besar,
d. Penerimaan terhadap perbedaan
e. Konflik antar pribadi berkurang,
f. Sikap apatis berkurang,
g. Pemahaman lebih mendalam,
h. Motivasi lebih besar,
i. Hasil belajar lebih baik, dll.
6. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif, salah satunya
adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) atau Tim
Siswa Kelompok Prestasi. STAD merupakan salah satu tipe metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan metode
pembelajaran kooperatif dalam kelas (PradyoWijayanti dalam
Skripslandh, 2011).
Pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam
suatu kelasdibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing
beranggotakan 4 - 5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
dari laki-laki, memiliki kemampuan yang beragam, kalau dimungkinkan
berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan
atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi. Menurut (Slavin
dalam Cah Njeporo, 2010) "STAD terdiri dari lima komponen utama,
yaitu penyajian materi, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu,
dan penghargaan kelompok". Selanjutnya Slavin menjelaskan bahwa
STAD dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai
berikut.
a) Pengajaran
Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi
pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian
kelas. Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan
latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran
b) Belajar kelompok
Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang
diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai
materi tersebut. Siswadiberi lembar kegiatan yang dapat digunakan
untuk melatih keterampilan yangsedang diajarkan untuk mengevaluasi
diri mereka dan teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan
pembelajaran secara seksama, memperjelas perintah,mereview
konsep, atau menjawab pertanyaan.
c) Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri.
Tujuannya untuk meminjukkan apasaja yang telah diperoleh
siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuisdigunakan sebagai
nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai kelompok
d) Penghargaan kelompok
Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai
Perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu.
Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut: (a). Menyampaikan tujuan pembelajaran. (b).
Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan. (c).
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok.
beranggotakan 4-5 siswa. (d). Memberikan nama kelompok untuk
masing-masing kelompok. (e). Memberikan soal latihan yang
dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing. (f).
Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing
sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkang.
Memberikan bimbingan pada kelompok. (g). Presentase jawaban
kelompok, disertai bimbingan guru untuk membuat kesimpulani.
Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. (h). Memberikan
penghargaan kelompok.
e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1) Faktor dari dalam diri siswa (intern).
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu
dibahas menurut Slameto (1995: 54) yaitu faktor jasmani, faktor
psikologi dan faktor kelelahan.
i) Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu
faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

1.1. Faktor Kesehatan


Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses
belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat
lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika
keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada
gangguan kelainan alat inderanya.
1.2. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan.
Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah
tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 :55).
ii) Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi
kematangan, kesiapan.
1.1. Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau
kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
1.2. Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003: 56) bahwa
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun
bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau
sekumpulan obyek.
Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu
sesuai dengan hobi dan bakatnya.
1.3. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003: 57) bahwa bakat
adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003: 136) bahwa
bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang.
1.4. Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996: 214)
bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang
dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya
terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca
akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan
teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas
sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau
pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin
karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena
ada daya tarik baginya.
1.5. Motivasi
Menurut Slameto (2003: 58) bahwa motivasi erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam
belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi
itu sendiri sebagai daya penggeran atau pendorongnya.

You might also like