You are on page 1of 17

METODOLOGI PENELITIAN STUDI TOKOH

Pendahuluan

Dalam studi histiografi, diketahui paling tidak ada lima yang


mengendalikan perjalanan sejarah, yaitu: (1) Para dewa, (2) Rencana besar Tuhan,
(3) Gagasan-gagasan besar yanPg pernah dilahirkan anak manusia, (4) Tokoh-
tokoh besar, serta (5) Keadaan sosial dan ekonomi. Dua dari lima pengendali
sejarah itu ternyata menyangkut tokoh, yakni tokoh-tokoh besar dan gagasan-
gagasannya. Oleh karenanya kajian mengenai tokoh menjadi demikian penting di
setiap zaman. Diduga keras itulah sebabnya mengapa banyak sekali studi yang
dilakukan para sarjana mengenai tokoh-tokoh besar sepanjang sejarah.1
Studi-studi tokoh yang ada selama ini dilakukan dalam dua bentuk.
Pertama, sebagai bagian dari pendekatan sejarah (historical approach), ia
disinggung secara sepintas dalam berbagai penjelasan metode penulisan bidang
sejarah. Kedua, studi ini seringkali dikelompokkan pada bidang yang dibicarakan
tokoh yang bersangkutan. Pengelompokkan semacam ini ternyata mengalami
kesulitan dalam penanganannya, sebab suatu studi tokoh memerlukan analisis-
analisis khusus, yang tidak semuanya dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan bidang ilmu yang dibicarakannya.2
A. STUDI TOKOH
1. Pengertian Studi Tokoh
Dalam perspektif filsafat ilmu, keabsahan studi tokoh sebagai salah satu
metode penelitian, dapat dianalisis dari sudut ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Secara ontologis studi tokoh bersifat alamiah (dijelaskan apa adanya),
induktif (dijelaskan data yang diperoleh dari seorang tokoh), mempertimbangkan
etik dan emik, serta verstehen (peneliti dapat menggali pikiran, perasaan, dan
motif yang ada di balik tindakan sang tokoh). Dari sudut epistemologi studi tokoh
dilakukan dengan pendekatan historis, sosio-cultural-religius (tidak
melepaskannya dari konteks sosio-kultural dan agama sang tokoh) dan bersifat
1
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqamah Mulya
Press, 2006), hlm 4
2
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 5

1
kritis-analisis. Sedangkan dari sudut aksiologis studi tokoh dapat dilihat dari nilai
gunanya, teruatama dari sudut keteladanan, bahan intropeksi bagi tokoh-tokoh
belakangan, dan memberi sumbangan bagi perkembangan masyarakat dan ilmu
pengetahuan. Salah satu peneliti ketika hendak melakukan studi tokoh adalah
melihat kelayakan orang yang hendak ditelitinya untuk dijadikan objek penelitian
studi tokoh.3
Ketokohan seseorang paling tidak dapat dilihat dari tiga indikator.
Pertama, integritas tokoh tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kedalaman ilmunya,
kepemimpinannya, keberhasilannya dalam bidang yang digelutinya, hingga
memiliki kekhasan atau kelebihan dibanding orang-orang segenerasinya.
Integritas tokoh juga dapat dilihat dari sudut integritas moralnya. Kedua, karya-
karya monumental. Karya-karya tersebut bisa berupa karya tulis, karya nyata
dalam bentuk fisik maupun non fisik yang bermanfaat bagi masyarakat atau
pemberdayaan manusia, baik sezamannya, ataupun masa sesudahnya. Ketiga,
kontribusi (jasa) atau pengaruhnya terlihat atau dirasakan secara nyata oleh
masyarakat, baik dalam bentuk pikiran, karena pikiran seperti disebut Kabir
Helminski adalah merupakan bentuk aksi.kontribusi tokoh juga dapat dilihat dari
kepemimpinan dan keteladanannya, hingga ketokohannya diakui, diidolakan,
diteladani, dan dianggap memberikan inspirasi bagi generasi sesudahnya.4
Dengan demikian yang menjadi objek penelitian studi tokoh, bisa
seseorang tokoh yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.5
2. Relevansi Studi Tokoh
Seperti disebut dimuka bahwa dalam studi historiografi, ditemukan paling
tidak 5 yang mengendalikan perkembangan sejarah: Pertama, pendapat yang
mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah para dewa.
Pendapat ini berkembang pada masyarakat primitif kuno. Kedua, di kalangan
umat beragama dikenal adanya pendapat yang mengatakan bahwa yang
mengendalikan perkembangan sejarah adalah rencana besar Allah. Pendapat ini
terabadikan umpamanya dalam berbagai perbincangan teologi agama-agama.
3
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 8
4
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 9
5
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 10

2
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan
sejarah adalah gagasan-gagasan besar. Seperti yang pernah disebut Hassan Hanafi,
bahwa gerakan yang hakiki sekarang ini adalah gerakan pemikiran dan peradaban
yang urgensinya tidak lebih kecil dibanding gerakan ekonomi, atau gerakan
lainnya. Keempat, pendapat yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh besarlah yang
mengendalikan perkembangan sejarah. Pendapat ini berkembang terutama mulai
pada abad ke delapan belas. Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa
perkembangan sejarah dikendalkan oleh keadaan sosial ekonomi. Pendapat
semacam ini sangat kentara terlihat pada pemikiran Karl Marx.6
Dengan demikian kepentingan dan relevansi studi tokoh untuk zaman kita
dapat dilihat, paling tidak, dari tiga jurusan. Pertama, sifatnya yang demikian
menarik bagi manusia, sebagai cara untuk mengetahui perkembangan sejarahnya.
Kedua, studi tokoh juga bisa dijadikan sebagai tempat berpijak untuk memulai
gagasan yang lebih besar di masa depan dari apa yang pernah dipikirkan dan
digagaskan tokoh-tokoh terdahulu. Atau sebagai pelajaran agar generasi kemudian
tidak terjebak pada kegagalan yang pernah dialami. Ketiga, sebagai seleksi
validitas perkembangan bebagai penemuan. Artinya dengan melakukan studi
terhadap tokoh-tokoh terdahulu dan gagasan-gagasannya, kita akan dapat
mengukur apakah yang dipikirkan atau digagaskan pemikir kemudian dapat
diklaim sebagai penemuan baru, atau sebaliknya. 7 Tiga argumentasi ini
tampaknya dapat dijadikan alasan kuat untuk mengatakan bahwa studi tokoh amat
penting dan selalu relevan untuk dilakukan di setiap zaman.8
B. Unsur-unsur Metodik Umum dan Konsep-Konsep yang Berkaitan dengan
Studi Tokoh
1. Penegasan Objek Kajian
Objek kajian studi Tokoh meliputi dua hal yaitu: objek material dan objek
formal. Objek Material dalam hal ini adalah pikiran salah seorang tokoh
(pemikir), seluruh karyanya atau salah satunya. Objek Formal adalah pikiran atau

6
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 10
7
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 11
8
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm 13

3
gagasan seorang tokoh yang sedang dikaji, diselidiki dan dikaji sebagai pemikiran
Islam, dengan pendekatan pemikiran.9
2. Pengenalan Tokoh
Dalam pengenalan tokoh yang hendak diteliti ada beberapa konsep yang
perlu diketahui:
Pertama, Latar Belakang Internal dan Eksternal. Tokoh yang sedang
diteliti pemikirannya dikenali dari sudut latar belakang internal, yang mencakup:
 Latar belakang kehidupan (masa kecil dan keluarga)
 Pendidikan
 Segala macam pengalaman yang membentuk pandangannya
 Perkembangan pemikirannya
Disamping latar belakang internal, tokoh juga diperkenalkan dari sudut
eksternal yaitu keadaan khusus zaman yang dialaminya seorang tokoh. Hal ini
penting mengingat seorang tokoh adalah anak zamannya dan tidak ada pemikiran
seorang tokoh yang muncul tanpa konteks. Maka terdapat beberapa faktor yang
perlu diterangkan adalah
 Apakah pemikiran itu merupakan jawaban dan sanggahan terhadap
pemikiran orang lain.
 Ide-ide apa yang berkembang ketika itu yang menyebabkan gagasan itu
muncul
Kedua, Metode Berfikir dan Perkembangan Pemikiran. Setiap pemikir
menggunakan metode tertentu dalam pemikirannya. Metode berfikir tersebut
biasanya mewarnai seluruh pemikirannya. Pendekatan yang digunakan seorang
tokoh pemikiran dapat dilihat paling tidak dari tiga sisi. Pertama, dari sudut
pendekatan yang digunakan tokoh tersebut yaitu pada metode berfikir tokoh.
Misalnya, rasional, sosiologis dan lain sebaginya. Kedua, metode berfikir tokoh
dari pemungsian rasio (akal) terhadap nash-nash dan modernitas seperti berfikir
rasional. Ketiga, metode berfikir tokoh dapat dilihat dari sisi disiplin ilmu yang
digunakan dalam menganalisis setiap masalah.seperti halnya hanya pada bidang
tertentu seperti filosofis dan sosiologis dan jika interdisipliner yaitu
9
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 36

4
menggabungkan tinjauan dua atau lebih disiplin ilmu dalam menganilisis sesuatu
masalah.
Ketiga, Pengaruh dan keterpengaruhan. Pengaruh dan keterpengaruhan
merupakan proses peradaban yang kompleks yang terjadi dalam berbagai
tingkatan: bahas, makna dan sesuatu. Contohnya: sejarah seringkali menyebabkan
terjadinya peminjaman bahasa dan kemiripan pemikiran, bahkan keterpengaruhan
antara budaya suatu budaya dengan budaya lainnya atau antara seorang tokoh
dengan tokoh lainnya, sebelum atau semasanya. Menurut “Hassan Hanafi”
pemikiran para pemikir sebelumnya menjadi referensi bagi pemikir setelahnya,
dari referensi itu dilahirkan gagasan yang khas, sebab dalam keterpengaruhan
tidak berarti menghilangkan kekhasan seorang pemikir atau budaya suatu
bangsa.10
3. Tujuan Penelitian dan Beberapa Konsep mengenainya
Dalam merumuskan tujuan penelitian, ada beberapa konsep yang perlu
diperhatikan:
a. Inventarisasi
Membaca dan mempelajari secara luas dan mendalam pemikiran tokoh
yang bersangkutan agar dapat diuraikan setepat dan sejelas mungkin.
b. Evaluasi Kritis
Peneliti memperlihatkan kekuatan dan kelemahan analisis mereka.
c. Sintesis
Dengan menentukan pendapat mana yang memperkaya dan yang
menyeleweng.11
4. Analisis dan Beberapa Konsep mengenainya
Dalam menganilis data penelitian studi tokoh, ada beberapa konsep yang
perlu diperhatikan:

a. Koherensi Intern

10
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 38-40
11
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 41-42

5
Agar dapat menganalisis secara tepat dan mendalam semua konsep dan
aspek pemikiran tokoh tersebut, harus dilihat menurut keselarasannya satu
sama lainnya.
b. Bahasa Inklusif dan Analogal
Bahasa yang digunakan seorang pemikir dalam pemikirannya pada
hakikatnya tidak bertentangan satu dengan yang lainnya dan begitupula
dimaksudkan untuk menegakkan kebenaran Islam dan tidak untuk menentang
atau menyalahinya.
c. Kontribusi Tokoh
Pemikran, ide-ide dan gerakan seorang tokoh selalu dimaksudkan untuk
memberikan analisis, pemaknaan, metode bahkan solusi bagi berbagai
persoalan seperti dalam keilmuan, sosial, politik agama dan masalah-masalah
lain yang dihadapi masyarakat baik pada masanya atau pada masa setelahnya.
Maka studi tokoh mesti menelaah dan memperlihatkan kontribusi tokoh itu
pada zamannya atau zaman sesudahnya.12
C. USULAN PENELITIAN STUDI TOKOH PEMIKIRAN ISLAM
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah harus tersusun secara sistematis mengenai
fenomena dan masalah problematika yang menarik untuk diteliti. Latar belakang
harus menjelaskan alasan mengapa masalah dalam penelitian ingin diteliti,
pentingnya permasalahan dan pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis. Cara membuat latar belakang
adalah dengan membuat gambaran umum tentang masalah yang akan diangkat.
Kemudian kita buat gambar piramida terbalik untuk menggambarkan tentang
masalah yang akan diteliti dari hal yang umum sampai semakin mengerucut ke
masalah inti, objek serta ruang lingkup yang akan diteliti.13

12
Anton Bakker et.al., Metodologi Penelitian Filsafat, hlm.45
13
Ade Suyitno, Cara Membuat Latar Belakang Masalah, www.kompasiana.com, diakses pada
tanggal 20 Agustus 2018 pada pukul 21.00 WIB

6
Penjelasan Global Mengenai Ilmu atau problematika yang akan
dibahas

Pemikiran Tokoh2 yang membahas tentang


ilmu/ problematika tersebut

Objek/ Tokoh
Maksyang ingin
diteliti diantara
ud tokoh2
yang
danada
Tujua
n
Mene
liti
tokoh
terse
but
Tabel 1.1 Piramida Latar Belakang Masalah

Ada 3 unsur yang harus dikemukakan oleh peneliti ketika ia mengerjakan


latar belakang masalah, yaitu: 1. Faktor yang mendorong si peneliti untuk
melakukan penelitian tersebut. 2. Objek material yang terdiri dari pemikiran
tokoh pemikir Islam. 3. Objek Formal, yang menjelaskan bahwa gagasan tersebut
dilihat sebagai pemikiran bukan dalam perspektif normatif.14
2. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah, si peneliti menjelaskan spesifikasi masalah yang
akan ditelitinya. Misalnya dari pemikiran tokoh, kemudian diruncingkan menjadi
bidang tertentu dari keseluruhan gagasan tokoh yang bersangkutan. Dalam
perumusan masalah, perlu dipertimbangkan dua hal. Pertama, relevansi dan
tingkat kemampuan peneliti, yang mencakup: Relevansi atau peranan dan
kontribusi tokoh yang dibahas, waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh si
peneliti, bahasa yang dikuasai atau tidak dikuasai oleh si peneliti, tingkat studi
atau penelitian yang direncanakan. Kedua, permasalahan haruslah sesuatu yang
memang betul-betul belum ditemukan jawabannya oleh siapapun.15

14
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, hlm. 52
15
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, hlm. 53

7
3. Tujuan Penelitian
Seperti yang kita pelajari bersama, bahwa tujuan penelitian merupakan
jawaban dari rumusan masalah. Tujuannya mungkin akan terdiri dari beberapa
tujuan, namun harus memilih salah satu sasaran yang akan dia capai nantinya
untuk penelitiannya tersebut. Sasaran-sasaran tersebut antara lain:
a. Inventarisasi (mempelajari karya pemikiran tokoh agar dapat diuraikan
dengan tepat dan sejelas mungkin, menjelaskan kontribusi tokoh
tersebut)
b. Evaluasi Kritis (membuat evaluasi kritis mengenai kekuatan dan
kelemahan pemikiran tokoh tersebut, ketepatan dan kesalahannya)
c. Sintesis (menyusun sintesis yang memformulasi semua unsur baik
pada sisi tokoh dan menyisihkan yang tidak baik).
d. Pemahaman baru (membuat bahan pendekatan baru, lebih dari hanya
sintesis dari semua bahan yang ada, dan merupakan penemuan yang
baru dari penemuan yang ada).16
4. Studi Pustaka
Membuat deskripsi tentang bahan yang dihasilkan oleh peneliti
sebelumnya; bisa dalam bentuk microfilm, laporan penelitian, artikel di jurnal
dan koran, ataupun laporan dalam berbagai situs di dunia maya (internet)
mengenai masalah (topik) penelitian. Kemudian diberikan evaluasi mengenai
bahan-bahan yang tersedia itu. Namun uraian jangan terlalu umum, tetapi
langsung mengenai masalah atau tokoh yang sedang diteliti.17
5. Hipotesis
Dalam hipotesa, si penulis menyatakan satu atau beberapa pemikiran tokoh
yang bersangkutan, yang diperkirakan dapat ditemukan sebagai kesimpulan
penelitian. Mungkin pula dapat mengajukan pertanyaan mengenai perkembangan
pemikirannya, atau metodenya. Bisa juga merupakan pemahaman baru mengenai
pemikiran tokoh yang bersangkutan.18
6. Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran
Peneliti mencamtumkan beberapa teori yang tersedia mengenai studi
tokoh, baik yang berkaitan dengan stressing utama penelitian maupun mengenai
metode-metode pengambilan konklusi-konklusi yang terdapat didalamnya,
terutama dalam mengambil kesimpulan. Kerangka teoritis dijadikan sebagai
bahan dalam menetapkan kerangka fikir yang akan digunakan dalam penelitian.
Kerangkan penelitian harus disusun secara sistematis.

7. Pendekatan dan Metode Penelitian


16
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, hlm. 54
17
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, hlm. 56
18
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, hlm. 56

8
Studi tokoh juga menggunakan metode sebagaimana lazimnya dalam
penelitian kualitatif, yakni wawancara, observasi, dokumentasi, dan catatan-
catatan perjalanan hidup sang tokoh. Sebenarnya sebagai varian metode dan jenis
penelitian kualitatif, studi tokoh sangat baik untuk menggali pikiran dan
pandangan seorang tokoh dalam bidangnya.19 Pendekatan penelitian tokoh dalam
bidang pemikiran Islam mengacu pada bidang ilmu yang dijadikan landasan bagi
objek penelitian. Misalnya, teologis, sufistis, filosofis, filsafat Islam (hukum,
pendidikan) dan lain-lain. Sedangkan metode penelitian dilakukan dalam
langkah2 berikut:20
a. Instrumen pengumpulan data
Pertama, mengumpulkan karya-karya tokoh yang bersangkutan
baik secara pribadi maupun karya bersama (antologi) nya mengenai
topik yang sedang diteliti (sebagai data primer). Kedua, menelusuri
karya-karya orang lain mengenai tokoh yang bersangkutan atau
mengenai topik yang diteliti (sebagai sumber data sekunder). Juga bisa
dicari di ensiklopedia. Ketiga, wawancara kepada seseorang yang
bersangkutan (bila masih hidup), atau sahabat atau muris, sebagai salah
satu upaya pencarian dana.
b. Metode analisis data
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menganalisis data:
1. Interpretasi
Adalah upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta,
data dan gejala. Contoh pemahaman terhadap fakta atau data atau
gejala misalnya dalam terminologi-terminologi Islam: Qurban tidak
hanya menyembelih hewan, tetapi merupakan ibadah dan pendekatan
diri kepada Tuhan.
2. Induksi dan deduksi
Kasus-kasus dan unsur-unsur pemikiran tokoh dianalisis kemudian
pemahaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan dalam statement
umum (generalisasi). Sedangkan deduksi dipahami sebagai upaya
eksplisitasi dan penerapan pikiran-pikiran seseorang tokoh yang
bersifat umum. Induksi dan deduksi ini hendaknya dapat dicek dalam
kenyataan analisis peneliti, tidak hanya tertera dalam rumusan
metodologinya.
3. Koherensi intern
Agar pemikiran tokoh dapat dipahami secara tepat, maka
seluruh konsep pemikirannya dilihat menurut keselarasannya
antara satu dengan yang lain. Selain itu perlu ditetapkan pula
19
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Biografi dan Penulisan Biografi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hlm. 48
20
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, hlm. 57-58

9
pemikirannya yang paling mendasar dan topik-topik yang paling
sentral.
4. Holistika
Pikiran seseorang tidak dilihat dari atomistik, baik antara aspek
pemikirannya maupun dalam interaksinya dengan seluruh
kenyataan yang ada disekelilingnya. Dengan demikian holistika itu
adalah pandangan menyeluruh atau totalitasi; semua dipandang
dalam kesinambungannya dengan satu totalitas.
5. Kesinambungan historis
Dalam melaukan analisis terhadap tokoh, kita juga harus
menghubungkan pemikiran-pemikirannya terhadap sejarah
hidupnya, seperti lingkungan historis, dan pengaruh-pengaruh yang
dialaminya maupun perjalanan hidupnya sendiri.
6. Heuristika
Berdasarkan bahan-bahan baru, metodologi baru, maka peneliti
berusaha untuk menemukan pemahaman baru.
7. Bahan Inklusif dan Analogal
Dalam analisis data menggunakan bahasa tokoh, kemudian
harus diterjemahkan ke dalam pemahaman yang sesuai dengan cara
berfikir yang aktual dan masyarakat kontemporer.
c. Sistematika Penulisan Laporan
Menjelaskan secara umum bagaimana laporan hendak ditulis agar
isinya dapat dipahami secara runtut dan analistis. Namun perlu digaris
bawahi disini bahwa dalam usul penulisan sistematika, yang diajukan
bukan dalam bentuk daftar isi, melainkan penjelasan-penjelasan
bagian-bagian yang hendak ditulis secara bersistem.
D. METODE PENULISAN STUDI TOKOH
1. Merumuskan Judul
Judul merupakan nama yang diberikan dalam mengungkapkan sebuah
pembahasan. Dimana judul yang telah ditetapkan diharapkan mampu
menggambarkan isi daripada pembahasan yang dilakukan. Karenanya sebuah
judul harus dibuat menarik dan dapat mewakili pembahasan agar dapat
merangsang minat seseorang untuk membaca. Judul sendiri dirumusakan dari
kata-kata kunci dan disusun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.21

2. Merumuskan Masalah Pokok


Masalah pokok merupakan persoalan yang akan dijawab melalui
penelitian yang dilakukan. Dalam perumusan masalah, topic yang diangkat
21
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 70

10
merupakan satu segi dari permasalahan yang luas. Adapun yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah pokok diantaranya:
1. Masalah harus singkat dan jelas, serta terpusat pada satu permasalahan saja
2. Masalah yang diteliti memungkinkan untuk dicari jawabannya
3. Data yang diperlukan tersedia dan dapat dicari
4. Masalah tersebut sangat perlu untuk diteliti
5. Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang dapat menarik
perhatian22
3. Mengembangkan Pembahasan
Dalam pengembangan bahasan terdapat delapan macam, diantaranya:
Penjelasan, contoh-contoh, analogi, analisis tentang kekuatan dan kelemahan
pemikiran tokoh, testimony (kesaksian dan pembuktian, termasuk pernyataan para
ahli), bagan dan skema-skema, statistic serta perulangan.
Dari pengembangan yang dijelaskan diatas, terdapat unsur yang juga
penting dalam sebuah pengembangan pembahasan, yaitu: pertama, logika ilmu
yang tepat dan mencakup sikap moral keilmuan, yaitu: mempercayai cara berpikir
rasional, mempercayai verifikasi argumentasi secara objektif berdasarkan
kenyataan faktual, menerapkan sikap kritis terhadap kritik dan kebenaran yang
lain, bersifat pragmatis memilih objek penelaahan secara etik. kedua, bahasa yang
digunakan harus jelas, lugas dan komunikatif agar tulisan mudah dimengerti. Jelas
artinya bahasa yang diguanakn memperlihatkan secara jelas unsur-unsur kalimat
(subjek, predikat, objek dan keterangan). Lugas berarti bahasa yang digunakan
tidak menimbulkan sebuah tafsir ganda. Komunikatif berarti apa yang ditangkap
pembaca dari wacana yang disajikan sama dengan yang dimaksud
penulisanya.ketiga, menggunakan gaya bahasa inklusif atau analogal yaitu harus
menggunakan teknis bidang pemikiran. Sebagai contoh yakni menggunakan
istilah tokoh yang sedang dibahas, istilah-istilah dalam konsep yang sedang
dibahas dan lain sebagainya.23

4. Menyusun Komposisi
Dalam penyusunan sebuah komposisi harus didasarkan pada tiga prinsip
dasar yaitu kesatuan (unity), pertautan (coherence) dan titik berat (emphasis).
Kesatuan yang baik adalah suatu keterkaitan secara utuh antara isi dan judul.
Pertautan (coherence) menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan antara
satu dengan yang lain. sedangkan titik berat (emphasis) adalah bagian-bagian
penting dalam tulisan yang perlu diperhatikan. Yang termasuk dalam kategori titik
berat dalam sebuah karya ilmiah studi tokoh dalam bidang Pemikiran Islam antara

22
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 72
23
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 73-75

11
lain, gagasan utama, pemikiran baru, perbedaan pokok dengan pemikiran lain, dan
hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian khusus menyangkut tokoh itu.24
Secara sederhana komposisi sebuah tulisan studi tokoh dalam bidang
pemikiran Islam dapat digambarkan sebagai berikut:
 Topic/Judul
 Pendahuluan
 Permasalahan
 Pengenalan Tokoh
 Pengembangan Pembahasan
 Solusi/Kesimpulan
 Penutup25
5. Mengedepankan Kesimpulan
Mengemukakan kesimpulan merupakan kewajiban bagi setiap peneliti
yang mengedepankan masalah dalam melakukan studi tokoh. Disini seorang
peneliti harus mengemukakan jawaban dari permasalahan yang diteliti sehingga
tidak membiarkan pembaca terjerat dalam suatu permasalahan yang dibaca tanpa
jawaban dari sang peneliti.26
E. KUTIPAN, CATATAN PUSTAKA, FOOT NOTE, BIBLIOGRAFI DAN
INDEKS
1. Kutipan
Sebagai suatu kajian yang bersifat analistis dan kritis mengenai pikira atau
gagasan seorang tokoh, karya ilmiah studi tokoh sangat membutuhkan kutipan;
baik kutipan langsung dan tidak langsung, maupun kutipandari pendapat penulis
lain yang pernah menganalisis pemikiran atau gagasan tokoh yang bersangkutan.
a. Fungsi kutipan dalam studi tokoh:
Pertama, sebagai bukti keterbukaan dan kejujuran ilmiah seorang
penulis.
Kedua, kutipan juga dibutuhkan sebagai konfirmasi bagi penulis
dalam pengayaan analisisnya.
b. Macam-macam kutipan
Secara garis besar kutipan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua):

1) Kutipan Langsung

24
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 80
25
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 81
26
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 82

12
Kutipan langsung adalah kutipan yang diungkapkan
dengan bahasa, kata-kata, dan gaya, persis secara apa adanya
dari sumber, tanpa mengadakan perubahan apapun mengenai
bagian yang dikutip. Contoh: kata taqwa serta kata-kata kerja
dan kata benda yang dikaitkan dengannya memiliki tiga arti
penting, paling tidak menurut Abdullah Yusuf Ali. Pertama,
takut kepada Allah, merupakan awal sari ke’arifan.kedua,
menahan atau menjaga lidah, tangan dan hati dari segala
kejahatan. Ketiga, ketaqwaan, ketaatan, dan kelakuan baik.
Kemudian dalam catatan kaki dituliskan: Taqwa, and the verbs
and nouns connected with the root, signity: 1) the fear of
Allah, which according to the writer of Proverbs… 2) restraint,
or guarding one’s tongue, hand, and heart from evis; 3) hence
righteousness, piety, good conduct.
Dalam mengerjakan kutipan langsung, ada dua hal yang
perlu di perhatikan:
Pertama, kutipan langsung singkat (kurang dariempat
baris) ditempatkan di dalam teks di antara tanda petik dengan
jarak sama dengan baris dalam teks. Contoh:
Menurut Thaha Husein, “Jika agama hendak didekati
secara ilmiah, dengan sendirinya metode ilmiah menghendaki
jawaban fakta-fakta, dengan menggunakan kesangsian
metodis”. Itulah sebabnya ia selalu taat pada patok-patok imiah
yang berlaku.
Kedua, kutipan langsung yang terdiri dari empat baris
atau lebih, ditempatkan di bawah baris terakhir teks yang
mendahuluinya. Kutipan ditulis tanpa tanda petik dengan jarak
satu spasi menjorok masuk lima ketukan dari margin kiri.
Contoh:
Abdurrahman Bazzaz, seorang nasionalis Arab
menuding para penulis sejarah Islam sebagai yang bertanggung

13
jawab terhadap gambaran yang salah mengenai bangsa Arab,
pada saat nabi Muhammad tampil. Ia mengatakan:
Mereka mengira bahwa semakin mereka
menggambarkan keadaan yang serba buruk tentang
orang-orang Arab sebelum Islam, maka semakin
tinggilah mereka mengagungkan Nabi Muhammad
SAW. Karena itu tidak ada bentuk kezhaliman,
kesewenangan, kekacauan, tirani, dan kebengisan yang
tidak dinisbahkan kepada orang-orang Arab.27
2) Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung (paraphrase) adalah kutipan
yang mengambil maksud suatu teks tanpa terikat pada bahasa
atau bentuk kalimat yang dikutip. Di sini ada kebebasan
penulis untuk merubah bentuk ungkapan bahan uang dikutip,
tetapi sedikit pun tidak merubah maksudnya. Contoh:
Memang seperti disebut Myrdal, suatu ilmu social yang
tidak memihak, tidak pernah ada dan untuk alas an-alasan yang
logis tidak akan pernah ada, sebab setiap orang, termasuk
seorang pemikir, berada di bawah tradisi dalam ilmunya,
dibawah pengaruh lingkungan kebudayaan dan politik, serta
pembentukan pribadinya yang khas.
Dalam mengerjakan kutipan tidak langsung, ada satu
hal yang perlu diperhatikan seorang yang sedang menulis studi
tokoh, yakni adakalanya terdapat sebuah bahan yang dianggap
penting untuk dikutip, namun bahan itu terlalu panjang. Untuk
mengatasinya ia dapat membuang beberapa kata, memotong
kalimat tertentu. Tetapi denga syarat bahwa penyingkatan yang
dilakukan haruslah berarti hanya menghilangkan beberapa
bagian untuk memadatkan ungkapan, tidak merubah sedikitpun
maksud pendapat yang dikutip. Contoh:

27
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 90

14
…Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri
bahwa orangorang Eropa telah mengambil metode-metode itu
dari pada abad pertengahan. Mereka telah melakukan
sebagaimana kita mengambil dari mereka… Perbedaan antara
kita dan mereka sebenarnya tidak terletak pada substansinya,
melainkan hanya pada waktu saja.28
2. Catatan Pustaka dan Foot Note (catatan kaki)
Dalam sebuah karya ilmiah studi tokoh, catatan pustaka dan catatan kaki
(foot note) mutlak sangat di peerlukan. Catatan pustaka adalah catatan mengenai
sumber-sumber yang dikutip dalam pembahasan baik berupa buku, bagian dari
buku (antalogi), majalah, artikel, makalah, manuskrip, dokumen-dokumen, surat
kabar, dan lain-lain. Sedangkan catatan kaki (foot note) adalah catatan tersebut
tidak dimasukkan dalam uraian karena dikhawatirkan akan mengalihkan perhatian
pembaca dari pokok bahasan.
Ada beberapa cara yang digunakan dalam menulis catatan pustaka, di
antaranya dinyatakandalam teks, dengan menyebut nama pengarang, tahun terbit,
dan halaman buku yang dirujuk nomor halaman dipisahkan dengan tanda titik dua
dari tahun terbit, tanpa jarak satu ketukan). Misal:
Menurut Thaha Husein (1973:68) Mesir adalah bagian Barat, bukan bagian
dari Timur.
Namun dalam studi tokoh bidang pemikiran Islam, catatan pustaka dan
catatan kaki (foot note), lebih sering diletakkan di bagian bawah halaan,
dipisahkan dari teks dengan garis panjang 14 ketukan dari margin kiri. Garis
pemisah itu berjarak dua spasi dari baris terakhir teks. Nomor catatan pustaka atau
catatan kaki yang pertama berjarak dua spasi dari garis pemisah. Jarak anata dua
catatan kaki adalan dua spasi. Missal:
4
Gianbatista Vico, The New Science, terjemahan T.G. Bergin dan Max
Fisch, (Ithaca, N.Y : Cornel University Press, 1968), hlm. 96

28
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 91

15
5
Observasi Thaha Husein ini memang beralasan, mengingat fakultas dan
jurusan-jurusan yang ada di Fakultas Adab merupakan kunci untuk
pengalihan peradaban Barat itu.

Dengan demikian dalam menulis catatan pustaka atau catatan kaki di sini
menggunkan singkata ibid (Latin = ibidiem, yang berarti pada tempat yang sama),
op.cit 9opera citato, berarti karya yang telah dikutip lebih dahulu,,). Dan loc.cit
(loco citato, yang berarti, pada tempat yang dikutip.29

3. Daftar Pustaka (Bibliografi)


Bibliografi adalah daftar buku-buku, jurnal-jurnal, majalah-majalah,
makalah-makalah, artikel-artikel, bahan-bahan pada situs-situs internet dan lain-
lain, yang dijadikan rujukan dalam penulisan. Dalam penulisdaftar pustaka ini ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan:

1. Buku, majalah, jurnal, makalah, dan lain-lain, disusun menurut


abjad nama-nama penulis atau lembaga yang menerbitkan. Jika
tidak ada nama penulis atau lembaga, maka penyusunan daftar
pustaka didasarkan pada kata pertama judul;
2. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut;
3. Semua sumber acuan yang disebutkan dalam catatan pustaka harus
dicantumkan dalam daftar pustaka,
4. Jika data sumber acuan tidak termuat dalam satu baris, maka dapat
disambung pada baris kedua dan seterusnya. Baris tambahan itu
menjorok ke dalam 10 ketukan dari margin kiri.
Buku Sebagai Sumber Acuan
Menuliskan buku sebagai sumber acuan dalam daftar pustaka
dikerjakan dengan urutan-urutan sebagai berikut:
a. Nama pengarang
b. Judul buku
c. Tempat penerbit
d. Tahun penerbit
29
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 93

16
(c,d,e ditempatkan dalam kurung)
Contoh:
Majid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan
Paramadina, 1992), hlm. 117-118.30

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Syahrin. Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014)
Harahap, Syahrin. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqamah
Mulya Press, 2006)

30
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh (Pemikiran Islam), hlm. 95

17

You might also like