Professional Documents
Culture Documents
id
SKRIPSI
Oleh:
RASTINI
NIM. X.5211017
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The aim of this study is to increase ability to count the summing 1-10
through a game using media image on the mentally retarded of elementary class
III SLB Negeri Salatiga in the school year 2011/2012.
The approach used in this study is Class Action Research (CAR). It is a
study done by teacher in the class where he or she teaches by stressing on
perfectness or increasing practice and process in teaching mathematics. The
subject of this study is all of elementary class III students semester II in SLB
Negeri Salatiga in the school year 2011/2012 that consisting of 7 students. This
study uses observation as the technique to collect the data. It observes the
teacher’s activity and the students’ activity in teaching the ability to count the
summing 1-10 through a game using media image. Documentation is used to get
the data of the early ability to count the summing 1-10, while the test is used to
get the data of the ability to count the summing 1-10 in the cycles I and II. To
analyze the data this sudy uses descriptive comparative analysis, that is by
comparing the ability to count the summing 1-10 inter-cycles. The data being
analyzed are the ability to count the summing 1-10 before applying a game using
media image and the ability to count the summing 1-10 after applying a game
using media image, two cycles .
The result of this study shows that the data of ability to count the
summing 1-10 in the early condition have average value 50.00, the classical
exhaustiveness is 28.57%. In the cycle I the ability to count the summing 1-10
through a game using media image the classical average value is 57.14, the
classical exhaustiveness is 57.14%. In the cycle II the ability to count the
summing 1-10 through a game using media image the classical average value is
65.71, the classical exhaustiveness is 100%. All of the sudents get a value 60.00
above. It is assumed that all of the students have finished their study classically.
Based on the study it can be concluded that a game using media image can
increase the ability to count the summing 1-10 on the mentally retarded of the
elementary class III SLB Negeri Salatiga in the school year 2011/2012.
Key words : the ability to count the summing 1-10, a game using media image,
the mentally retarded.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
- Suami tercinta.
- Anak-anak tersayang.
- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Halaman
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Halaman
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................... 59
Lampiran 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas Dasar III Negeri Salatiga
Tahun Pelajaran 2011/2012 Sebagai Subyek Penelitian ........ 60
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Berhitung Penjumlahan 1-10.................. 61
Lampiran 4. Silabus ................................................................................... 62
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................... 65
Lampiran 6. Post Test Siklus I................................................................... 71
Lampiran 7. Post Test Siklus I................................................................... 74
Lampiran 8. Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10 Siswa Tunagrahita
Kelas Dasar III SLB Negeri Salatiga Kondisi Awal ............. 77
Lampiran 9. Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10 Siswa Tunagrahita
Kelas Dasar III SLB Negeri Salatiga Siklus I ....................... 78
Lampiran 10. Kemampuan Berhitung penjumlahan 1-10 Siswa Tunagrahita
Kelas Dasar III SLB Negeri Salatiga Siklus II ...................... 79
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Penilaian Hasil Belajar Siklus I ........... 80
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Penilaian Hasil Belajar Siklus II ......... 84
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ........................ 88
Lampiran 14. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ...................... 89
Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian .............................................. 90
Lampiran 16. Perijinan Penelitian ................................................................ 92
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Permainan Dengan Media Gambar pada Siswa Tunagrahita Kelas Dasar III SLB
Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012."
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumusankan
masalah sebagai berikut: “Apakah permainan dengan media gambar dapat
meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 pada siswa tunagrahita
kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012?"
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan dengan media
gambar pada siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun
pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu tentang permainan dengan media gambar dalam
pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10.
2. Manfaat Praktis
a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuah berhitung 1-10
pada siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga.
b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa kelas dasar III tunagrahita
SLB Negeri Salatiga dalam meningkatkan kemampuan berhitung 1-10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
11
dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Jhonson yang dikutip Cece
Wijaya dan A. Tabrani Rusyan (2002:8) menjelaskan bahwa “kemampuan
merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan.”
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, kemampuan dapat disimpulkan
menjadi satu pengertian. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kekuatan dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (rasional).
Berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi,
dsb) (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Menurut Depdiknas
(2007: 1) berhitung merupakan bagian dari matematika diperlukan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar
bagi perkembangan kemampuan matematika bagi siswa tunagrahita kelas dasar
di SLB.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan berhitung adalah bagian dari
matematika atau mengerjakan hitungan misalnya menjumlahkan, mengurangi,
dan membilang yang diperlukan anak untuk menumbuh-kembangkan
keterampilan berhitung dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengertian kemampuan dan berhitung di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian kemampuan berhitung penjumlahan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan hitungan menjumlahkan
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan (rasional)
Kemampuan berhitung penjumlahan siswa tunagrahita kelas dasar IIII
adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan menjumlahkan serta
memanipulasi bilangan, lambang bilangan dan lambang matematika.
12
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
2) Guru menunjukkan kartu angka, anak menyebut kartu angka yang dibawa
guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
+ =
3 + 2 = 5
3) Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda.
Contoh: Mengurutkan gambar yang ada tulisan angkanya 1-5.
14
15
commit tosimbol-simbol
dalam mengenal dan menggunakan user matematika seperti +, -,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
=, >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh
adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya
gangguan persepsi visual.
6) Gangguan penghayatan tubuh
Anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya
sendiri. Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka
akan menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau
menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher tidak
tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagianya.
7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca
Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan
anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita
menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu,
anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula
dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.
8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.
Anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ
(Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor
VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Rendahnya skor PIQ pada anak
berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan
memahami konsep keruangan, gangguan pesepsi visual, dan adanya
gangguan asosiasi visual-motor.
17
Media pembelajaran terdiri daru dua kata, yaitu kata “media” dan
“pembelajaran”. Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar,
sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi untuk membantu
seseorangmelakukan suatu kegiatan belajar. (http://kazzuya.wordpress.com/
2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/: 1).
Menurut Oemar Hamalik (2004:12) “media pembelajaran adalah
metode dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.”
Menurut Association for Educational Communications Technology
(AECT) di Amerika yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002:3) media
pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi. Sementara itu Gagne yang dikutip Arief S.
Sadiman, dkk. (2009:6): “media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.”
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.
Penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan dalam
mengajar siswa dapat efektif artinya media tersebut akan lebih tepat guna dan
bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar tanpa
menggunakan media.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, sebelum mengetahui
fungsi media ada baiknya melihat diagram cone of learning dari Edgar Dale
yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam
pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Passive
Watching a Movie
50% of what we Looking at An Exhibit Visual Receiving
HEAR and SEE Watching a Demonstration
Seeing it Done on Location
Active
90% of what we Doing a Dramatic Pressentation
both SAY Simulating the Real Experience Doing
and DO Doing the Real Thing
19
20
d. Pengertian Bermain
Schwartzman yang dikutip Patmonodewo (2003: 102) mengemukakan
suatu batasan bermain sebagai berikut:
Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukan
sesuatu yang sungguh-sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yang
produktif; dan sebagianya .... bekerja pun dapat diarrikan bermain
sementara kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja,
demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya
sehingga seringkali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan
menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
Menurut Hartati (2005: 85) bermain merupakan kebutuhan anak yang
paling mendasar, saat anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya, melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
23
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
B. Kerangka Berpikir
26
Pembelajaran berhitung
Tindakan penjumlahan melalui permainan
dengan gambar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas dasar III
Tunagrahita SLB Negeri Salatiga pada pembelajaran matematika semester II
tahun pelajaran 2011/2012, dengan alasan bahwa hasil belajar matematika siswa
tunagrahita kelas dasar III masih rendah.
2. Jadwal Penelitian
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian
adalah siswa kelas dasar III SLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 7 siswa, terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
commit tosebagai
beberapa literatur diperoleh penjelasan user berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
30
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya
dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
berhitung penjumlahan 1-10 melalui permainan media gambar. Alasan
digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer
melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang
diteliti.
2. Dokumentasi
a. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,
dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “dokumentasi adalah cara pengumpulan
data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-
buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.”
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-
commit todengan
hukum dan lain-lain yang berhubungan user masalah penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
3. Tes
a. Pengertian Tes
Untuk mengetahui kemampuan berhitung diperlukan tes, agar peneliti
dapat pengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II
setelah dalam pembelajaran melalui permainan dengan media gambar.
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah
suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa baik secara individu atau kelompok.
b. Macam-macam Tes
Tes terdiri dari bermacam-macam. Macam-macam tes antara lain
sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan,
4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat (Suharsimi Arikunto,
2006:139).
c. Tes yang Digunakan
Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes
yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta
untuk menunjukkan jawaban yang terbaik dari tes objektif isian atau
melengkapi tentang penjumlahan 1-10 dengan gambar yang terdiri dari 20 item
pertanyaan. Skor penilaian jawaban betul mendapat nilai 5 dan jawaban salah
commit
mendapat nilai 0. Skor maksimal to user
100 dan skor minimum 0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
E. Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).
Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi
untuk mengetahui kemampuan berhitung penjumlahan dan faktor penyebabnya.
Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode
antara lain dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi data dilakukan
dengan cara :
1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil
metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan
dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan
memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.
2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data (setting).
F. Analisis Data
33
gambar; sebanyak dua siklus. Data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut
dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah
didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan
pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16)
mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian
tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu:
1. Perencanaan atau planning
Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario
pembelajaran dengan pengenalan lingkungan sekitar, observasi, dan evaluasi).
2. Tindakan atau acting
Berisi uraian tahapan-tahapn tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti maupun siswa dalam pembelajaran.
3. Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan
siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti.
4. Refleksi atau reflecting
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil
observasi. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase
mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah
memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami
perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
commit to user
sesuai target atau bahkan melebihnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Kesimpulan
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua
komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
commit to user
seharusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui
kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 dilakukan tes. Hasil sebagai dasar untuk
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan
berhitung penjumlahan 1-10.
1. Persiapan
Siklus 2. Diskripsi awal Kemampuan berhitung penjumlahan
I 1-10 rendah
3 Penyusunan Rencana a. Merencanakan pembelajaran melalui
Tindakan permainan media gambar
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario
pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar.
e. Mengembangkan faktor evaluasi.
f. Mengembangkan faktor observasi.
4 Pelaksanaan Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada
skenario pembelajaran.
5 Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai
format observasi.
6 Evaluasi / Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk mem-
bahas hasil evaluasi tentang skenario
pembelajaran.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
siklus berikutnya.
d. Evaluasi tindakan I.
Siklus 7 Perencanaan dan a. Atas dasar hasil siklus I, dilakukan
II penyempurnaan penyempurnaan tindakan.
tindakan b. Pengamatan program tindakan II
8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II
9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
10 Evaluasi / Refleksi Evaluasi tindakan II (berdasarkan
indikator pencapaian )
Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
H. Indikator Kinerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Selama siswa menjawab soal-soal, guru duduk di kursi guru sambil sesekali
melihat siswa mengerjakan soal. Guru tidak mengontrol atau memberikan
bimbingan kepada siswa.
Kegiatan pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 materi berhitung
penjumlahan 1-10 dilakukan hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru
menyuruh mengumpulkan hasil jawaban siswa. Pembelajaran diakhiri tanpa
diberikan penguatan atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Guru tidak memberikan motivasi dari hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran berhitung penjumlahan
1-10 di kelas dasar III SLB Negeri Salatiga yang telah diamati tersebut, maka
berikut ini dapat disajikan hasil belajar berhitung penjumlahan 1-10 yang terkait
dengan kondisi awal.
Tabel 4.1. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar III SLB
Negeri Salatiga pada Kondisi Awal.
No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan *)
1 UA 60 Sudah tuntas
2 IA 40 Belum tuntas
3 GS 60 Sudah tuntas
4 SS 50 Belum tuntas
5 AF 50 Belum tuntas
6 MT 50 Belum tuntas
7 RR 40 Belum tuntas
Jumlah 350
Rata-rata 50,00
Ketuntasan Klasikal 28,58% Belum tuntas
*) Batas tuntas (KKM) = 60
Sumber data: Lampiran 8 halaman 77.
39
pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 pada siswa kelas dasar III SLB Negeri
Salatiga belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada
kondisi awal ini pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10 dapat dikatakan belum
mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil belajar berhitung penjumlahan 1-10 yang masih rendah,
maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar hasil belajar
berhitung penjumlahan 1-10 dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas
serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan
inovasi pembelajaran melalui permainan dengan media gambar dengan tujuan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran berhitung penjumlahan 1-10.
40
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pendahuluan (10 menit)
a) Memulai pembelajaran dengan menyapa, berdoa, memberi salam dan
absensi.
b) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
2) Kegiatan Inti (40) menit)
a) Eksplorasi
(1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran
penjumlahan 1-10.
(2) Menjelaskan tentang alat/media gambar kartu yang digunakan.
(3) Menjelaskan tentang cara-cara penjumlahan melalui permainan
dengan kartu gambar.
(4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas.
(5) Memberi tugas/soal luntuk diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
b) Elaborasi
(1) Membiasakan anak menghitung penjumlahan melalui permainan
dengan gambar.
(2) Anak (peserta didik) melakukan kegiatan yang menumbuhkan rasa
kebanggaan dan percaya diri melalukan tugas.
(3) Guru memberi tugas PR.
c) Konfirmasi
(1) Memberikan umpan balik dan penguat terhadap keberhasilan anak.
(2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan refleksi
(siswa yang mengalami kesulitan) dalam bimbingan guru.
(3) Memberikan motivasi untuk selalu belajar di rumah kepada anak
yang kurang/belum berpartisipasi aktif.
(4) Mengkaitkan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan sehati-hari.
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
b) Mengulas kembali tentang penjumlahan yang telah disampaikan.
c) Pemberian tugas PR.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat
pada saat guru memberikan penjelasan melalui permainan media gambar,
tidak semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang
memperhatikan pembelajaran dari guru, ada pandangan siswa terpaku pada
media gambar yang akan dimainakn, bahkan masih ada siswa yang kurang
paham terhadap permainan media gambar yang ditunjukkan guru tentang
teknik mempelajari berhitung penjumlahan 1-10. Hal ini terjadi karena
siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia
sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan
pada diri siswa. Masih ada commit
di antaratomereka
user yang hanya sekedar membawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
buku catatan dan alat tulis pada saat guru memberikan pelajaran dengan
permainan media gambar, siswa tanpa banyak melakukan aktivitas. Mereka
tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam berhitung
penjumlahan 1-10 melalui permainan media gambar.
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum
melakukannya dengan segera melakukan permainan media gambar yang
praktis sehingga waktu kurang efektif. Siswa juga masih pasif dalam
bertanya, belum banyak memberikan komentar terhadap materi yang
dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan tanya
jawab dalam diskusi kelas. Siswa belum biasa mengeluarkan pendapat di
hadapan teman-temannya.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi,
peran guru untuk membangkitkan semangat siswa masih kurang. Guru
kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan
baik. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang maksimal dalam
menampilkan permainan dengan media gambar, karena guru kelas sudah
sangat terbiasa dengan pembelajaran melalui ceramah, yang segala
sesuatunya banyak mendapatkan intervensi guru.
Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran berhitung
penjumlahan 1-10 dari guru kelas berdasarkan hasil observasi pada siklus I
aktivitas siswa masih kurang, terutama pada aspek psikomotor. Aspek
tersebut perlu ditingkatkan pada siklus II, karena aktivitas siswa secara
keseluruhan masih rendah yang dapat mempengaruhi hasil belajar berhitung
penjumlahan 1-10, skor kinerja proses 2 siswa sudah bisa dan 5 siswa belum
bisa, kinerja psikomotor 2 siswa sudah bisa dan 5 siswa belum bisa, kinerja
berkarakter 3 siswa sudah bisa dan 4 siswa belum bisa, dan kinerja
keterampilan sosial 2 siswa sudah bisa dan 5 siswa belum bisa (Lampiran 11
halaman 80).
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I berhitung penjumlahan
1-10, diperoleh dari pengamatan aktivitas guru masih perlu ditingkatkan,
commit
terutama aktivitas guru dalam to user RPP, melaksanakan permainan
menyiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
44
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat
pada saat guru memberikan penjelasan melalui permainan media gambar,
Hampir semua siswa memperhatikan, seluruh siswa memperhatikan
pembelajaran dari guru, pandangan berpokus pada permainan dengan
media gambar, hampir seluruh siswa paham terhadap permainan media
gambar yang ditunjukkan guru tentang teknik mempelajari berhitung
penjumlahan 1-10. Hal ini terjadi karena siswa sudah dapat memikirkan
betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka sudah
dapat memanfaatkan waktu yang baik.
Pada saat melakukan pengamatan, siswa sudah terlihat
mempersiapkan diri lebih awal, mempersiapkan buku catatan dan alat tulis
pada saat guru memberikan pelajaran dengan permainan media gambar,
seluruh siswa melakukan aktivitas sesuai perintah guru. Mereka
memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam berhitung penjumlahan
1-10 melalui permainan media gambar.
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat
melakukannya dengan segera melakukan permainan media gambar yang
praktis sehingga waktu sangat efektif. Siswa aktif dalam bertanya, banyak
memberikan komentar terhadap materi yang dibahas. Hal ini disebabkan
karena siswa sudah mulai terbiasa melakukan tanya jawab dalam diskusi
kelas. Siswa sudah mulai terbiasa mengeluarkan pendapat di hadapan
teman-temannya.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi,
peran guru untuk membangkitkan semangat siswa sudah baik. Guru dapat
mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah maksimal dalam
menampilkan permainan dengan media gambar, karena guru kelas sudah
dapat memahami permainan dengan media gambar dan dapat
mengilustrasikan permainancommit
media to user yang dirancang guru.
gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
48
Tabel 4.2. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar III
SLB Negeri Salatiga pada Siklus I.
No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)
1 UA 60 Sudah tuntas
2 IA 50 Belum tuntas
3 GS 70 Sudah tuntas
4 SS 50 Belum tuntas
5 AF 60 Sudah tuntas
6 MT 60 Sudah tuntas
7 RR 50 Belum tuntas
Jumlah 400
Rata-rata 57,14
Ketuntasan Klasikal 57,14% Belum tuntas
*) Batas tuntas (KKM) = 60
Sumber data: Lampiran 9 halaman 78.
49
Tabel 4.3. Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10 Siswa Kelas Dasar III
SLB Negeri Salatiga pada Siklus II.
No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)
1 UA 70 Sudah tuntas
2 IA 60 Sudah tuntas
3 GS 70 Sudah tuntas
4 SS 60 Sudah tuntas
5 AF 70 Sudah tuntas
6 MT 70 Sudah tuntas
7 RR 60 Sudah tuntas
Jumlah 460
Rata-rata 65,71
Ketuntasan Klasikal 100 % Sudah tuntas
*) Batas tuntas (KKM) = 60
Sumber data: Lampiran 10 halaman 79.
50
51
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut:
70
60
50
40
30
UA IA GS SS AF MT RR
52
70
65
60
55
50
45
40
35
30
Kemampuan Berhitung Penjumlahan 1-10
53
D. Pembahasan
54
dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajar lebih mudah memahami apa
yang dimaksud; 3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar,
dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat
diamati lebih jelas; dan 4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut
mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.
Manfaat media gambar bagi anak tunagrahita dengan garis sederhana
dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan
bayangan, ataupun gambar fotografi yang sebenarnya. Gambar dengan berbagai
warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat dan perhatian anak,
mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah
dipahami bila dibantu gambar, memperjelas bagian-bagian yang penting, dan
menyingkat suatu uraian.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui permainan
media gambar dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan 1-10
siswa tunagrahita kelas dasar III SLB Negeri Salatiga, media gambar dapat
dijadikan prediktor yang baik terhadap peningkatan kemampuan berhitung
penjumlahan 1-10.
Di samping memiliki kelebihan, media gambar juga memiliki kelemahan,
yaitu: kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar, tidak
dapat menunjukan gerak, dan siswa tidak selalu mengetahui bagaimana membaca
(menginterpretasi) gambar. Untuk mengatasinya ialah gambar dibuat tidak terlalu
kecil, gambar dibuat berwarna untuk mencari perhatian siswa, dan siswa
dikondisikan posisi tempat duduk melingkar, gambar yang tidak dapat
menunjukkan gerak, guru harus kreatif menerangkan maksud dari gambar dan
membimbing siswa yang kurang paham terhadap maksud gambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
kepada siswa dalam mengikuti permainan dengan media gambar. Pada akhirnya
kemampuan berhitung penjumlahan 1-10 siswa tunagrahita kelas dasar III menjadi
optimal sesuai dengan batas ketuntasan belajar baik secara individual maupun
secara klasikal.
C. Saran
commit to user