FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2022 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang adalah salah satu hewan yang masuk kedalam ordo decapoda dan merupakan komoditas utama dalam industrialisasi budidaya perikanan, budidaya udang dengan pola intensif menjadi salah satu pilihan budidaya masa depan yang mempunyai keunggulan tempat budidaya relatif kecil namun hasil yang diperoleh lebih maksimal, produktivitas yang tinggi dan minim menghasilkan limbah. Dalam upaya budidaya pola ini peran kincir air sangat dibutuhkan mengingat pentingnya kincir air pada tambak udang (Makmur, dkk, 2018) Fungsi kincir air sendiri di perairan buatan adalah untuk menciptakan aerasi. Aerasi merupakan upaya proses meningkatan kandungan oksigen di area air, yang bertujuan membuat organisme hidup di dalamnya tumbuh lebih sehat dan cepat. Nutrisi atau pakan yang diberikan ke kolam menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen di dalam air, terutama pada cuaca panas dimana tingkat O2 (oksigen terlarut) lebih rendah, dan dapat menyebabkan kondisi yang dapat membunuh pertumbuhan udang dan pertumbuhan alga semakin meningkat. Kebanyakan cara yang dipilih oleh para petani perikanan khususnya udang dalam menggerakan kincir air untuk aerasi tambak ialah menggunakan mesin diesel dengan berbahan bakar dasar solar. Mesin diesel diperlukan untuk menggerakkan kincir air proses ini bertujuan untuk menciptakan aerasi dalam tambak dan diharapkan dengan munggunakan cara ini kadar oksigen dapat semakin tinggi. Namun Pemakaian diesel masih mempunyai beberapa permasalahan, diantaranya ketersediaan bahan bakar minyak bumi yang semakin berkurang dan harga yang terbilang semakin mahal. Energi terbarukan saat ini merupakan solusi bagi kebutuhan listrik untuk operasional budidaya dengan segala kelebihannya. Energi terbarukan yang paling banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik pada budidaya adalah energi matahari (surya) dan energi angin. Kedua jenis energi terbarukan tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, energi surya merupakan energi alternatif yang murah, sesuai dengan daerah tropis tetapi memiliki keterbatasan waktu (hanya dapat digunakan siang hari) dan membutuhkan investasi yang cukup besar. Potensi untuk pengembangan dan pengaplikasian sistem energi surya pada budidaya perikanan khususnya budidaya udang di Indonesia sangat besar karena Indonesia memiliki potensi energi surya sangat besar, letak Indonesia di daerah khatulistiwa membuat hampir seluruh wilayah Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Buidaya udang sangat potensial dikembangkan di kabupaten Barru, hal ini disebabkan karena Kabupaten Barru secara geografis sesuai dengan kondisi alam yang dibutuhkan untuk budidaya udang khususnya udang vanname. Pemanfaatan energi surya pada budidaya udang vanname menjadi alternatif untuk mengatasi penggunaan motor diesel yang dimana ketersediaan bahan bakar minyak bumi yang semakin berkurang. Dengan pembuatan kincir air tenaga surya ini diharapkan nantinya dapat diadopsi oleh praktisi budidaya udang vanname serta dapat menjadi referensi bagi pengembangan pemanfatan energi surya untuk budidaya perikanan. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana proses perancangan dan pembuatan jet aerator tenaga surya. 2. Berapa energi yang diperlukan untuk menggerakkan jet aerator dan berapa efisiensi termal dari jet aerator tenaga surya. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk membuat rancang bangun sistem jet aerator tenaga surya. 2. Untuk mengetahui energi yang diperlukan untuk menggerakkan jet aerator dan berapa efisiensi termal dari jet aerator tenaga surya. 1.4 Batasan masalah 1. Sel surya yang digunakan adalah sel surya photovoltaic. 2. Aerator yang digunakan adalah jet aerator. 3. Proses pengujian alat dilakukan pada pukul 08.00 – 17.00 WIB 1.5 Manfaat penelitian 1. Memanfaatkan photovoltaic sebagai sumber energi untuk menggerakkan jet aerator. 2. Mengurangi penggunaan listrik dan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. 3. Sebagai acuan desain untuk aplikasi nyata pemaanfaatan teknologi energi terbaharukan untuk kepentingan masyarakat. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sel Surya
Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yangdihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timurIndonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. 2.2 Fotovoltaik (Photovoltaic/PV) Photovoltaic system merupakan salah satu contoh devais yang mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik sehingga tidak lagi memanfaatkan bahan bakar minyak yang lambat laun akan habis. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, terutama dibidang pengembangan sumber energi alternatif yang dikombinasikan dengan rangkaian elektronika pendukung lainnya, diharapkan dapat menciptakan suatu informasi baru dalam bidang energi alternatif, khususnya terkait dengan photovoltaic system. Konversi langsung radiasi matahari menjadi energi listrik adalah cara paling nyaman dalam pemanfaatan energi matahari dari menggunakan efek fotovoltaik ( Fhotovoltaic / PV ) untuk menghasilkan energi listrik adalah tidak memproduksi polutan selama operasi,tidak menimbulkan suara/hening,usia pakai dalam waktu lama dan pemeliharaan yang rendah.Selain itu energi matahari berlimpah,bebas,bersih dan tidak ada habisnya. Kinerja sebuah modul PV sangat tergantung pada ketersediaan radiasi matahari dan suhu modul PV. Dengan demikian, pengetahuan yang dapat dipercaya dan pemahaman tentang kinerja modul PV di bawah kondisi operasi yang berbeda adalah sangat penting untuk pemilihan produk yang benar dan prediksi yang akurat akan kinerjanya. Banyak penelitian yang telah dilakukan pada analisis faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja modul PV. Kerr dan Cuevas menyajikan sebuah teknik baru, yang dapat menentukan karakteristik arus - tegangan (I-V) pada modul PV didasarkan pada mengukur secara bersamaan rangkaian tegangan V terbuka sebagai fungsi dari intensitas cahaya yang bervariasi secara perlahan lahan. Peneliti lainnya umumnya menganalisis pengaruh suhu terhadap kinerja modul PV. Ada juga beberapa model efisiensi daya, yang dapat memprediksi kinerja secara dinamis sesaat atau rata-rata dari sebuah sistem PV di bawah kondisi iklim bervarias. 2.3 Panel Surya Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya menjadi listrik. Mereka disebut surya atas matahari karena matahari merupakan sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Panel surya sering kali disebut sel photovoltaic. Sel surya atau sel PV bergantung pada efek photovoltaic untuk menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan. (P. Slamet, 2017) Jenis - jenis panel surya: 1. Monokristal (Mono-crystalline)
Gambar 2.1 Panel Surya Monokristal
Merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini & menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim ekstrim dan dengan kondisi alam yang sangat ganas. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akanturun drastis dalam cuaca berawan. 2. Polikristal (Poly-Crystalline)
Gambar 2.2 Panel Surya Polikristal
Merupakan Panel Surya yang memiliki susunan kristal acak karena dipabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel suraya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipemonokristal, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah. 3. Thin Film Photovoltaic
Gambar 2.3 Panel Surya Thin Film
Merupakan Panel Surya (dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis mikrokristalsilicon dan amorphous dengan efisiensi modul hingga 8.5% sehingga untuk luas permukaan yang diperlukan per watt daya yang dihasilkan lebih besar daripada monokristal & polykristal. 2.4 Aki (Battery)
Gambar 2.4 Aki/Battery
Aki adalah sumber arus listrik searah yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Aki termasuk elemen elektrokimia yang dapat mempengaruhi zat pereaksinya, sehingga disebut sebagai elemen sekunder. (Setiono, 2015) 2.5 Solar Charge Controller (SCC)
Gambar 2.5 Solar Charge Controller
Solar Charge Controller (SCC) adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh) dan kelebihan voltase dari panel surya (solar cell). Solar charge controller menerapkan teknologi Pulse Width Modulation (PWM) untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban. Panel surya (solar cell) 12 Volt umumnya memiliki tegangan output 16 - 21 Volt. (A. Julisman, 2017) 2.6 Inverter
Gambar 2.6 Inverter
Inverter adalah rangkaian elektronika daya yang digunakan untuk mengkonversikan tegangan searah (DC) ke suatu tegangan bolak-balik (AC). Ada beberapa topologi inverter yang ada sekarang ini, dari yang hanya menghasilkan tegangan keluaran kotak bolak-balik (push pull inverter) sampai yang sudah bisa menghasilkan tegangan sinus murni (tanpa harmonisae). (Badriana, 2016) 2.7 Aerator Aerator adalah alat untuk membantu melarutkan oksigen yang ada di udara ke dalam air kolam atau akuarium. Prinsip kerja alat ini adalah membuat permukaan air sebanyak mungkin bersentuhan dengan udara. Tujuannya agar oksigen dalam air itu cukup dan gas serta zat yang biasanya menimbulkan bau busuk dapat terusir dari air. 1. Low speed surface aerator Ini adalah aerator vertikal dengan dayung berdiameter besar yang cambuk air dari bawah ke atas untuk pertukaran oksigen di udara. Dengan 1 – 100 tenaga kuda motor, bekerja dengan baik dengan kolam besar dengan kedalaman 1 – 5 meter dan dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air sekitar 1,2 – 1,5 KgO2 / Hp-jam.
Gambar 2.7 Low speed surface aerator
2. Jet aerator Ini adalah aerator dengan motor listrik tenaga 1 – 30 kuda yang dipasang pada pelampung yang terhubung ke poros dayung untuk mencambuk air. Hal ini membuat aliran turbulen di dalam air. Udara akan disedot ke area poros dan banyak gelembung diproduksi. Sangat cocok untuk menambahkan tingkat oksigen dan meningkatkan aliran air dengan kedalaman 1,5 di atas. Dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air sekitar 0,8 – 1,5 KgO2 / Hp-jam.
Gambar 2.8 Jet aerator
3. Paddle wheel aerator
Ini adalah aerator permukaan air yang menggunakan 1 – 3 tenaga kuda untuk mengemudi dayung untuk mencambuk air di permukaan. Hal ini menyebabkan oksigen meningkat pada tingkat horizontal dan gerakan air. Gelembung kecil yang dikocok dengan dayung akan meningkatkan kadar oksigen lebih banyak. Dia cocok untuk kolam fakultatif dengan kedalaman 1 – 2 dan dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air sekitar 0,8 – 1,2 KgO2 / Hp-jam. Gambar 2.9 Paddle wheel aerator 2.8 MOTOR AC Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor AC adalah sebuah motor listrik yang di gerakan oleh alternatingcurrent atau arus bolak balik (AC). Umumnya, motor AC terdiri dari dua komponen utama yaitu stator dan rotor. Stator merupakan komponen listrik statis. Rotor merupakan komponen listrik berputar untuk memutar as motor. Keistimewaan umum dari semua motor AC adalah medan-magnet putar yang diatur dengan lilitan stator. Konsep ini dapat diilustrasikan pada motor tiga-fase dengan mempertimbangkan tiga kumparan yang diletakan bergeser 120 listrik satu sama lain. Masing-masing kumparn dihubungkan dengan satu fase sumber daya tiga-fase. Apabila arus tiga-fase melalui lilitan tersebut, terjadi pengaruh medan-magnet berputar melalui bagian dalam inti stator. Kecepatn medan-magnet putar tergantung pada jumlah kutub stator dan frekuensi sumber daya.
Gambar 2.10 Motor AC
2.9 Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan sebagai berpindahnya panas dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah (Kreith,F, 1986). Analisis thermodinamika berkaitan dengan banyaknya perpindahan panas pada suatu sistem, yang selalu terjadi dari temperatur tinggi ke temperatur rendah hingga mencapai titik seimbang (tidak ada perbedaan temperatur). Perpindahan panas sangat banyak ditemui dalam Engineering system ataupun kehidupan sehari-hari. Pada penelitian kali ini perpindahan panas yang terjadi ada 3 yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. 1. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi pada satu medium atau pada medium yang berlainan tanpa disertai perpindahan partikel zat (Kreith,F, 1986). Energi yang dipindahkan dari konduksi dapat dituliskan dengan persamaan : 𝑄 = 𝑘 × 𝐴 ∆𝑇 ∆𝑥 (1) Dimana : Q : Banyaknya energi yang dipindahkan (joule) 𝑘 : Konduktivitas benda (W/m.oC) ∆T : perbedaan temperatur ∆x : Ketebalan benda (m) 2. Konveksi Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi karena partikel zat bersuhu tinggi berpindah tempat ke partikel zat bersuhu lebih rendah. Umumnya konveksi terjadi pada satu medium cair dan gas (Kreith,F, 1986). Konveksi paksa dan konveksi bebas Adapun persamaan untuk menghitung besarnya panas yang terjadi akibat konveksi ialah (Cengel, 2003) : 𝑄 = ℎ𝐴(𝑇𝑆 − 𝑇∞) (2) Dimana: 𝑄 : Besarnya kalor yang dikonveksikan (joule) ℎ : koefisien konveksi (W/m2 . oC) A : luas permukaan terjadinya konveksi (m2 ) Ts : temperatur permukaan benda padat (oC) T∞ : temperatur fluida yang cukup jauh (oC) 3. Radiasi Radiasi adalah energi yang dipancarkan oleh material dalam bentuk gelombang elektromagnetik (atau cahaya) yang merupakan perbukan konfiguasi atom atau molekul. Tidak seperti konduksi dan konveksi, perpindahan energi melalui radiasi tidak memerlukan medium perantara untuk berpindah. Faktanya energi radiasi bergerak lebih cepat dibandingkan konduksi dan konveksi (secepat cahaya) dan tetap dapat bergerak dalam hampa udara, dengan inilah panas dari matahari dapat mencapai bumi. Radiasi adalah fenomena volumetric yang dimana semua benda baik padat cair maupun gas memancarkan dan menyerap radiasi, dan biasanya radiasi dihubungkan dengan benda padat yang buram, misalnya metal, kayu ataupun batu,adapun besarnya radiasi yang dapat diserap oleh suatu benda dapat dituliskan dalam persamaan (Cengel, 2003). 𝑄 = 𝜀𝜎𝐴𝑇𝑠 4 (3) Dimana: Q : Kalor radiasi yang diserap (joule) 𝜀 : Emisivitas benda 𝜎 : 5.67×10-8 W/m2 .K4 Ts : Temperatur permukaan benda (K) BAB III METODE PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fahrur, (2021). Penerapan Pembangkit Hybrid Sebagai Penggerak Kincir
Air Pada Tambak Udan. Unesa. Surabaya. Cengel and Cimbala, 2003 Heat And Mass Transfer A Partical Approach 3rd Edition, Mcgraw Hill. Chow A T.T,Dkk. (2007). An Experimental Study Of Fac¸Ade-Integrated Photovoltaic/Water-Heating System.Applied Thermal Engineering. Chonmapat Torasa & Nichanant Sermsri, (2019). Solar Energy Paddle Wheel Aerator. Suan Sunandha Rajabhat Universit. Bangkok. Harisjon, dkk (2021). Penerapan Kincir Air Tenaga Surya Untuk Tambak Udang Vanname. Politeknik Kelautan Dan Perikanan Pariaman. Sumatera Barat. Sofiah & Yosi Apriani, (2019). Pengaturan Kecepatan Motor Ac Sebagai Aerator Untuk Budidaya Tambak Udang Dengan Menggunakan Solar Cell. Universitas Muhammadiya Palembang. Palembang.