Professional Documents
Culture Documents
NIM : P17240201003
TINGKAT : 2A
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
2022
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341)
556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
Efek GI
tract
Aneroksia
Asupan nutrisi
tidak adekuat
Cadangan
energy menurun
Kelemahan
B. URAIAN
Intoleransi
Menurut Somatri (2009), terinfeksinya dari awal karena aktivitas seseorang yang
menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar dari jalan napas
menuju alveoli lalu berkembang biak dengan terlihat bertumpuk. Selanjutnya system
kekebalan daya tubuh memberikan suatu respon dengan cara reaksi inflamasi.
Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada
penderita awalnya infeksi membentuk sesuatu massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terbagi atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi
oleh makrofag seperti dinding. Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang bentuknya seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan juga dapat membentuk jaringan kolagen,
kemudian banteri menjadi nonaktif. Setelah terinfeksi awal jika respon system imun
tidak adekuat maka penyakit akan semakin parah. Penyakit semakin parah akan
menimbulkan infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif
kembali.
III. ETIOLOGI
Menurut data dari etiologi/penyebab intoleransi aktivitas :
a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Terjadi apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk
kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat
menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah di
paru-paru. Sehingga oksigenisasi pada arteri berkurang dan mengalami
ketidakseimbangan dan terjadi peningkatan karbondioksida yang akan
menbentuk asam di dalam tubuh
b. Kelemahan
Kelemahan yang menyertai gagal jantung disebabkan karena menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer & Bare, 2013). Pada aktivitas fisik ringan,
terutama yang hilang dengan istirahat, dapat mengindikasikan awal gagal
jantung. Pada gangguan ini, jantung tidak dapat menyediakan cukup darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolic sel yang sedikit meningkat (Hidayat,
2012).
c. Imobilitas
Perubahan akibat imobilitas pada pasien gagal jantung kongestif dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik dan meningkatnya kerja jantung.
Menurunnya kemampuan saraf otonom menjadi penyebab terjadinya hipotensi
ortostatik. Hal ini biasanya ditandai dengan sakit kepala ringan, pusing,
kelemahan, kelelahan, kehilangan energi, gangguan visual, dispnea,
ketidaknyamanan kepala atau leher, hampir pingsan ataupun pingsan (Widuri,
2010)
d. Gaya hidup monoton
Perubahan gaya hidup pada penderita gagal jantung kongestif dapat
memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak
pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari (Hidayat, 2012).
V. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas pasien
Data biografi merupakan data yang perlu diketahui, yaitu dengan
menanyakan nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama
yang dianut oleh pasien (Mutaqqin, 2014b).
b. Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat
beraktivitas dan sesak napas (Mutaqqin, 2014b).
c. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai kelemahan fisik
klien secara PQRST.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah
sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
e. Riwayat kesehatan
Keluarga Perawat memfokuskan bertanya tentang penyakit yang pernah
dialami oleh anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang
meninggal pada usia produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor
risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya
(Mutaqqin, 2014b).
f. Data psikososial Perubahan integritas ego yang ditemukan pada pasien
adalah biasanya pasien seringkali menyangkal, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu, khawatir
tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan dan terjadi perubahan peran
yang kadang menyebabkan pasien jatuh dalam keadaan depresi
(Mutaqqin, 2014b).
g. Pengkajian data terkait aktivitas menurut (Widuri, 2010) :
1. Data Obyektif
a. Kaji tingkat ketergantungan : level 0,1,2,3,4 Level 0 : mandiri Level
1 : membutuhkan penggunaan alat bantu Level 2 : membutuhkan
supervisi/ pengawasan orang lain Level 3 : membutuhkan bantuan dari
orang lain Level 4 : ketergantungan / tidak berpartisipasi
b. Tes ROM sendi.
c. Tes kekuatan, tonus dan masa otot.
d. Tes keseimbangan
e. Palpasi nadi : teraba/tidak, rate, irama dan kualitas
f. Catat bunyi jantung dan adanya mur mur
g. Rekam tekanan darah, catat adanya perubahan dengan posisi atau
aktivitas
h. Auskultasi bunyi napas, catat adanya suara napas tambahan
i. Catat rate dan karakter pernafasan, adanya kesulitan/ kelainan
(retraksi, batuk, sputum, penggunaan otot aksesoris, flaring) serta
kebutuhan penggunaan O2
j. Kaji status vaskuler, misal : pulsasi perifer, varises, kapilary refill,
tanda perubahan kuliut atropik, warna kulit dan kuku, edema, kulit
kering/edema.
k. Observasi hygiene umum, penampilan berpakaian dan berhias.
l. Hasil pemeriksaan lab, x- ray, EKG, AGD, enzim jantung, pulse
oksimetri, sputum kultur.
m. Observasi pola istirahat/ tidur
n. Observasi gangguan istirahat/ tidur
Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
DX (NANDA)
( NOC ) (NIC )
1 Intoleransi aktifitas D. 0056 Setelah dilakukan Asuhan keperawatan a. Manajemen energi I.05178
berhubungan dengan kelemahan selama 3 x24 jam, maka toleransi aktivitas Observasi :
ditandai dengan L.05047 meningkat, dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
a) Frekuensi nadi menurun - Monitor kelelahan fisik dan
a. Mayor :
b) Keluhan Lelah menurun emosional
DS : mengeluh lelah
c) Dispenea saat aktivitas menurun Terapeutik :
DO: frekuensi jantung meningkat
d) Dispnea setelah aktivitas menurun - Lakukan latihan rentang gerak pasif
>20% dari kondisi istirahat
e) Perasaan lemah menurun atau aktif
b. Minor :
Edukasi :
DS :
- Anjurkan tirah baring
- Dispnea saat / setelah
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
aktivitas
bertahap
- Pasien merasa tidak
- Anjurkan menghubungi perawat jika
nyaman setelah aktivitas
tanda dan gejala kelelahan tidak
- Pasien merasa lemah
berkurang
DO :
Kolaborasi :
- TD berubah >20% dari
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
kondisi istirahat
cara meningkatkan asupan makanan
- Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat /
setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukkan iskemia,
sianosis