You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

NAMA : CANDRA RETNO NINGRUM

NIM : P17240201003

TINGKAT : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

2022
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax (0341)
556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : CANDRA RETNO NINGRUM


NIM : P17240201003
RUANG : BIMA
MASALAH KESEHATAN : AREA KEPERAWATAN
.......................................................... (………) Masalah Oksigenasi

......................................................... (………) Masalah Cairan dan Elektrolit

.......................................................... (...........) Masalah Nutrisi


.......................................................... (...........) Masalah Eliminasi

.......................................................... (  ) Masalah Aktivitas

.......................................................... (...........) Masalah Istirahat Tidur


.......................................................... (...........) Masalah Keseimbangan Suhu Tubuh
.......................................................... (...........) Masalah Seksual
.......................................................... (……...) Masalah Perawatan Diri
.......................................................... (...........) Masalah Aman dan Nyaman
.......................................................... (...........) Masalah Psikososial
I. DEFINISI KASUS :
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat
diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Intoleransi aktivitas
adalah ketidakcukupan energi  psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari yang harus atau yang ingin dilakukan
(NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi , 2018).
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (PPNI, 2017)
II. PATOFISIOLOGI :
A. SKEMA

Mikobacterium Alveolus Respon Jaringan


inflamasi granulomas

Skar Klasifikasi Masa


kolagenosa fibrosa

System imun TBC aktif


Dormant
menurun

Efek GI
tract

Aneroksia

Asupan nutrisi
tidak adekuat

Cadangan
energy menurun

Kelemahan
B. URAIAN
Intoleransi
Menurut Somatri (2009), terinfeksinya dari awal karena aktivitas seseorang yang
menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar dari jalan napas
menuju alveoli lalu berkembang biak dengan terlihat bertumpuk. Selanjutnya system
kekebalan daya tubuh memberikan suatu respon dengan cara reaksi inflamasi.
Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan system kekebalan tubuh pada
penderita awalnya infeksi membentuk sesuatu massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terbagi atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi
oleh makrofag seperti dinding. Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang bentuknya seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan juga dapat membentuk jaringan kolagen,
kemudian banteri menjadi nonaktif. Setelah terinfeksi awal jika respon system imun
tidak adekuat maka penyakit akan semakin parah. Penyakit semakin parah akan
menimbulkan infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif
kembali.

III. ETIOLOGI
Menurut data dari etiologi/penyebab intoleransi aktivitas :
a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Terjadi apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk
kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat
menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah di
paru-paru. Sehingga oksigenisasi pada arteri berkurang dan mengalami
ketidakseimbangan dan terjadi peningkatan karbondioksida yang akan
menbentuk asam di dalam tubuh
b. Kelemahan
Kelemahan yang menyertai gagal jantung disebabkan karena menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer & Bare, 2013). Pada aktivitas fisik ringan,
terutama yang hilang dengan istirahat, dapat mengindikasikan awal gagal
jantung. Pada gangguan ini, jantung tidak dapat menyediakan cukup darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolic sel yang sedikit meningkat (Hidayat,
2012).
c. Imobilitas
Perubahan akibat imobilitas pada pasien gagal jantung kongestif dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik dan meningkatnya kerja jantung.
Menurunnya kemampuan saraf otonom menjadi penyebab terjadinya hipotensi
ortostatik. Hal ini biasanya ditandai dengan sakit kepala ringan, pusing,
kelemahan, kelelahan, kehilangan energi, gangguan visual, dispnea,
ketidaknyamanan kepala atau leher, hampir pingsan ataupun pingsan (Widuri,
2010)
d. Gaya hidup monoton
Perubahan gaya hidup pada penderita gagal jantung kongestif dapat
memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak
pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari (Hidayat, 2012).

IV. MANIFESTASI KLINIS


Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) manifestasi
klinis dari intoleransi aktivitas, yaitu:
Gejala dan Tanda Mayor :
1. Subjektif (mengeluh Lelah)
2. Objektif (Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat)
Gejala dan tanda minor
1. Subjektif (dispnea, saat/setelah aktivitas)
2. Objektif (tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran
EKG menunjukkan iskemia, sianosis)

V. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas pasien
Data biografi merupakan data yang perlu diketahui, yaitu dengan
menanyakan nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama
yang dianut oleh pasien (Mutaqqin, 2014b).
b. Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat
beraktivitas dan sesak napas (Mutaqqin, 2014b).
c. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai kelemahan fisik
klien secara PQRST.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah
sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
e. Riwayat kesehatan
Keluarga Perawat memfokuskan bertanya tentang penyakit yang pernah
dialami oleh anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang
meninggal pada usia produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor
risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya
(Mutaqqin, 2014b).
f. Data psikososial Perubahan integritas ego yang ditemukan pada pasien
adalah biasanya pasien seringkali menyangkal, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu, khawatir
tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan dan terjadi perubahan peran
yang kadang menyebabkan pasien jatuh dalam keadaan depresi
(Mutaqqin, 2014b).
g. Pengkajian data terkait aktivitas menurut (Widuri, 2010) :
1. Data Obyektif
a. Kaji tingkat ketergantungan : level 0,1,2,3,4 Level 0 : mandiri Level
1 : membutuhkan penggunaan alat bantu Level 2 : membutuhkan
supervisi/ pengawasan orang lain Level 3 : membutuhkan bantuan dari
orang lain Level 4 : ketergantungan / tidak berpartisipasi
b. Tes ROM sendi.
c. Tes kekuatan, tonus dan masa otot.
d. Tes keseimbangan
e. Palpasi nadi : teraba/tidak, rate, irama dan kualitas
f. Catat bunyi jantung dan adanya mur mur
g. Rekam tekanan darah, catat adanya perubahan dengan posisi atau
aktivitas
h. Auskultasi bunyi napas, catat adanya suara napas tambahan
i. Catat rate dan karakter pernafasan, adanya kesulitan/ kelainan
(retraksi, batuk, sputum, penggunaan otot aksesoris, flaring) serta
kebutuhan penggunaan O2
j. Kaji status vaskuler, misal : pulsasi perifer, varises, kapilary refill,
tanda perubahan kuliut atropik, warna kulit dan kuku, edema, kulit
kering/edema.
k. Observasi hygiene umum, penampilan berpakaian dan berhias.
l. Hasil pemeriksaan lab, x- ray, EKG, AGD, enzim jantung, pulse
oksimetri, sputum kultur.
m. Observasi pola istirahat/ tidur
n. Observasi gangguan istirahat/ tidur

VI. MASALAH KEPERAWATAN


Intoleransi aktivitas

VII. MASALAH KOLABORATIF


Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita bila intoleransi aktivitas yang
diakibatkan karena tidak ditangani penyakit TB Paru aktif yang tidak diobati
biasanya dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah. Berikut ini
adalah beragam contoh komplikasi tuberkulosis yang perlu diwaspadai:
1. Nyeri tulang belakang
TBC dapat menyerang bagian tulang mana pun, tapi paling sering menyerang
tulang belakang. Oleh sebab itu, sakit punggung dan kekakuan adalah komplikasi
umum tuberkulosis. TBC pada tulang juga menyebabkan komplikasi lain, seperti
munculnya penyakit saraf dan rusaknya bentuk tulang belakang.
2. Kerusakan sendi
Artritis tuberkulosis biasanya menyerang pinggul dan lutut.

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penunjang yang dapat dianjurkan dengan diagnosa intoleransi
aktivitas pada penderita gagal jantung kongestif diantaranya:
a. EKG (Elektrokardiografi).
Pemeriksaan ini merupakan suatu penilaian yang berguna untuk mencatat
data tentang aktivitas listrik jantung, denyut jantung, dan integritas
konduksi listrik jantung. fungsi dari pemeriksaan EKG yaitu untuk
mengetahui aritmia jantung, hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemia dan
infark miokard, efek obat-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia,
gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium, serta penilaian
fungsi pacu jantung (Mutaqqin, 2011).
b. ECG (Echocardiography)
Echocardiography adalah tes ultrasound non-invasif yang digunakanan
untuk memeriksa ukuran, bentuk dan pergerakan struktur jantung. fungsi
dari ECG yaitu mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi
atrium, ventrikel hipertrofi. Selain itu ECG juga dapat dipergunakan
dalam membedakan berbagai murmur jantung (Mutaqqin, 2011).
c. Rontgen dada
Pemeriksaan rontgen dada dilakukan bertujuan untuk menunjukkan
adanya pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan
tekanan pulmonal (Wijayaningsih, 2013).
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kiri dan kanan, stenosis katup atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner (Wijayaningsih, 2013).

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah aktivitas adalah :
1. Intoleransi aktivitas D.0056 berhubungan dengan kelemahan yang ditandai
dengan tanda dan gejala
a. Mayor :
DS : pasien mengeluh lelah
DO : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
b. Minor :
DS : dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah aktivitas,
merasa lemah
DO : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan
iskemia, sianosis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen
untuk aktivitas yang dibuktikan dengan :
DS :
- Pasien mengatakan badannya lemas
- Pasien mengatakan kepalanya pusing
- Pasien mengatakan sesak napas / dispnea
DO :
- Pasien hanya ditempat tidur dan saat beraktivitas dibantu oleh keluarga
- RR = 28 x/menit
- Hb = 11,1 g/dl
X. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
DX (NANDA)
( NOC ) (NIC )

1 Intoleransi aktifitas D. 0056 Setelah dilakukan Asuhan keperawatan a. Manajemen energi I.05178
berhubungan dengan kelemahan selama 3 x24 jam, maka toleransi aktivitas Observasi :
ditandai dengan L.05047 meningkat, dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
a) Frekuensi nadi menurun - Monitor kelelahan fisik dan
a. Mayor :
b) Keluhan Lelah menurun emosional
DS : mengeluh lelah
c) Dispenea saat aktivitas menurun Terapeutik :
DO: frekuensi jantung meningkat
d) Dispnea setelah aktivitas menurun - Lakukan latihan rentang gerak pasif
>20% dari kondisi istirahat
e) Perasaan lemah menurun atau aktif
b. Minor :
Edukasi :
DS :
- Anjurkan tirah baring
- Dispnea saat / setelah
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
aktivitas
bertahap
- Pasien merasa tidak
- Anjurkan menghubungi perawat jika
nyaman setelah aktivitas
tanda dan gejala kelelahan tidak
- Pasien merasa lemah
berkurang
DO :
Kolaborasi :
- TD berubah >20% dari
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
kondisi istirahat
cara meningkatkan asupan makanan
- Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat /
setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukkan iskemia,
sianosis

2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Observasi :


dengan keletihan dan inadekuat selama 3 x 24 jam aktivitas pasien - Respon pasien terhadap aktivitas.
oksigen untuk aktivitas ditandai kembali efektif dengan kriteria hasil : - Catat laporan dispnea, peningkatan
dengan kelemahan atau kelelahan.
Pasien mampu melakukan ADL secara
- Berikan lingkungan tenang dan
DS : mandiri dan tidak kelelahan setelah
batasi pengunjung selama fase
beraktivitas
- Pasien mengatakan akut sesuai indikasi.
badannya lemas Terapeutik :
- Pasien mengatakan - Lakukan rencana pengobatan dan
kepalanya pusing perlunya keseimbangan aktivitas
- Pasien mengatakan sesak dan istirahat.
napas / dispnea Edukasi :
- Anjurkan pasien memilih posisi
DO :
nyaman untuk istirahat
- Pasien hanya ditempat - Anjurkan keluarga untuk
tidur dan saat beraktivitas membantu pasien saat beraktivitas.
dibantu oleh keluarga Kolaborasi
- RR = 28 x/menit - Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi
- Hb = 11,1 g/dl
XI. DAFTAR PUSTAKA

Adhi, I. S. (2020, November 28). 5 Komplikasi TBC yang Perlu Diwaspadai.


Retrieved from https://health.kompas.com/read/2020/11/28/140600368/5-
komplikasi-tbc-yang-perlu-diwaspadai?page=all
NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi . (2018). Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA . Jakarta:
Dewan penggurus pusat PPNI.
ULFA, N. M. (2012). Naskah Publikasi. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/21032/29/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

You might also like