You are on page 1of 81

BAHASA INDONESIA

Nama Kelompok
1. Ina Dwi Habsari (202013015)
2. Tiara Agustin (202013011)
3. Haslina (202013027)
4. Jelina Jini (202013006)

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG


T. A 2022/2023
Modul 1

Hakikat Bahasa
Dra. Lis Setiawati, S.Pd., M.Pd.

Saudara, melalui modul 1 Anda memperoleh pengetahuan dan pemahaman


yang cukup mengenai sejarah kelahiran bahasa Indonesia. Anda juga memahami
manfaat bahasa Indonesia bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Pengetahuan yang
mendalam tentang sejarah dan manfaat bahasa Indonesia kami mengharap Anda
dapat mengimplementasikan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari dengan percaya diri yang tinggi, bangga, dan membanggakan bahasa
ini di hadapan siapapun untuk meraih kemajuan di segala bidang yang pada
akhirnya akan mengangkat derajat bangsa Indonesia di mata dunia.
Menggunakan bahasa memerlukan tata tertib atau memiliki etika dan
estetika yang harus diperhatikan oleh pengguna. Namun, sebelum Anda
mempelajari perihal tersebut, Anda perlu paham tentang hakikat bahasa. Hal ini
sangat penting agar pemahaman Anda tentang bahasa menjadi utuh sehingga
ketika menggunakan bahasa baik lisan maupun tulis, tidak timbul keraguan
dalam menerapkan kaidah-kaidah bahasa secara konsisten. Tujuan penyajian
materi ini adalah agar pemahaman Anda terhadap bahasa khususnya bahasa
Indonesia menjadi lebih mendalam dan lebih mantap sehingga Anda dapat
memanfaatkan kemampuan berbahasa Anda untuk berbagai keperluan, keperluan
sehari-hari dan keperluan studi atau keperluan akademik.
Secara rinci, tujuan mempelajari modul ini adalah agar Anda memiliki
kompetensi yang memadai, yakni dapat: (1) menjelaskan hakikat bahasa, (2)
menjelaskan sifat-sifat bahasa, (3) menjelaskan fungsi bahasa, (4) menjelaskan
hubungan keterampilan berbahasa yang satu dengan keterampilan berbahasa
yang lain, dan (5) memberi contoh cara berbahasa yang baik dan benar.
Kompetensi-kompetensi tersebut sangat bermanfaat bagi Anda dalam
mempelajari modul-modul berikutnya. Di samping itu, kompetensi tersebut juga
akan membantu Anda dalam menerapkan sikap disiplin dalam berbahasa atau
berkomunikasi.
Untuk memperoleh kompetensi-kompetensi di atas, Anda harus menguasai
materi-materi yang disajikan dalam modul ini. Materi-materi tersebut akan
disajikan dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 berisi materi tentang
hakikat, sifat, dan fungsi bahasa, sedangkan Kegiatan Belajar 2 tentang
hubungan antarketerampilan berbahasa.
Untuk memudahkan Anda dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk
mempelajari modul berikut ini.
1. Bacalah uraian materi modul ini dengan sungguh-sungguh!
2. Kerjakan soal-soal latihan dengan sungguh-sungguh!
3. Kerjakan pula soal-soal tes formatif dengan baik (tanpa melihat kunci
jawaban) terlebih dulu!
4. Pelajari kembali bagian-bagian materi yang belum Anda pahami!

Belajarlah bersama teman sejawat/kelompok! Jika ada yang tidak dapat Anda
pahami, bertanyalah pada tutor Anda di daerah atau di pusat melalui surat,
telepon, fax, atau e-mail.

Selamat belajar!

Kegiatan Belajar 1
Hakikat, Sifat, dan Fungsi Bahasa

A. HAKIKAT BAHASA
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial tentu dengan tujuan
untuk kebaikan manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang paling lemah
dibandingkan dengan makhluk yang lain, tetapi juga makhluk paling sempurna
karena kelebihan-kelebihan atas kuasa-Nya. Salah satu kelebihan manusia adalah
akal budi yang melekat pada setiap insan. Akal budi manusia dapat digunakan dan
diberdayakan dengan bantuan bahasa. Dalam konteks itu, bahasa berfungsi
sebagai media untuk berpikir dan bernalar. Boleh dikatakan bahwa tanpa bahasa,
manusia tidak dapat berpikir.
Begitu pentingnya bahasa bagi manusia. Pertanyaan yang segera muncul
adalah apa bahasa itu? Untuk dapat menjawabnya, mari perhatikan seseorang
yang sedang berbicara. Apa yang dapat ditangkap dari ujarannya itu? Anda akan
menjawab saya mendengar kalimat, kata, pembicaraan, dan mungkin ada di
antara Anda yang menjawab bunyi yang diujarkan atau dilafalkan secara lisan.
Semua jawaban tersebut benar, tetapi secara mendasar kata atau kalimat yang
diujarkan oleh seorang pembicara adalah susunan bunyi-bunyi yang teratur, dalam
hal ini adalah bunyi bahasa.
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa bahasa merupakan (1) kumpulan
dan untaian bunyi-bunyi yang tersusun secara teratur sehingga menimbulkan
makna; (2) diujarkan secara lisan; (3) digunakan untuk mengungkapkan pikiran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah kumpulan bunyi-bunyi
yang bermakna yang diujarkan dengan tujuan mengungkapkan pikiran.

Saudara sebelum Anda melanjutkan membaca uraian materi kegiatan belajar1,


silakan Anda saksikan tayangan video berikut ini.

Bagaimana Saudara? Semoga penjelasan dalam video tersebut membantu


Anda memahami uraian materi Kegiatan Belajar 1 ini. Silakan Anda lanjutkan
kegiatan belajar Anda.
Dari tayangan video, Anda mengetahui bahwa bahasa memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1. Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi ujar (lisan) yang berwujud lambang.
2. Bahasa memiliki sistem.
3. Bahasa itu bermakna.
4. Bahasa memiliki fungsi.

Pada hakikatnya bahasa adalah bunyi ujar atau lisan. Hal ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan fakta sejarah bahwa orang atau kelompok orang
(masyarakat) sejak dahulu kala telah dapat melakukan komunikasi dengan
menggunakan bahasa yang telah disepakati bersama secara lisan. Bahasa tulis
baru datang kemudian setelah muncul para ahli linguis yang menciptakan
lambang-lambang tulis yang juga didasari atas kesepakatan bersama. Kesepakatan
masing-masing kelompok/lingkungan masyarakat penggunan bahasa tersebut.
Bahasa memiliki sistem. Bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan disusun
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh kelompok masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Contoh, suatu masyarakat (sebut saja sebagai
kelompok A) menyusun bunyi yang berasal dari fonem-fonem /a/, /t/, /o/, /s/
→ [a t o s] dan memberi makna ‘keras’, namun ada pula kelompok masyarakat
lain (kelompok B) menyusun bunyi-bunyi yang sama [a t o s] dengan makna yang
berbeda, yakni ‘sudah’. Jika bunyi-bunyi tersebut disusun menjadi [t s o a]
masing-masing kelompok tersebut tidak akan pernah mengenalnya dan tidak
mengerti maknanya karena di dalam kelompok mereka tidak pernah ada
kesepakatan susunan bunyi atau sistem bunyi seperti itu. Jadi, sistem bahasa suatu
masyarakat terbentuk dari masyarakat penggunanya.
Bahasa itu bermakna. Konsep ini berkaitan dengan konsep tentang sistem
bahasa di atas. Artinya, bunyi-bunyi yang disusun secara teratur berdasarkan
kesepakatan tersebut diberi makna sehingga dapat dipahami oleh pengguna.
Bunyi-bunyi yang disusun tidak berdasarkan sistem tidak akan bermakna. Sebagai
contoh, silakan Anda baca susunan bunyi-bunyi bahasa Indonesia berikut ini:
‘uukbiiniilkmsyaa’. Bagaimana? Dapat dipastikan bahwa tidak ada satu orang
Indonesia pun yang memahami bunyi-bunyi bahasa yang disusun seperti itu. Itu
berarti bahwa susunan bunyi-bunyi bahasa seperti itu tidak bersistem. Jika bunyi-
bunyi itu disusun sesuai dengan sistem bahasa Indonesia maka akan menjadi
‘buku ini milik saya’. Anda dapat memahami dan mengerti, apalagi jika disusun
sesuai dengan sistem atau kaidah penyusunan kalimat “Buku ini milik saya.”
Demikian Saudara, penjelasan tentang pengertian bahwa bahasa adalah
susunan bunyi-bunyi yang bermakna. Artinya, jika tidak bermakna, itu bukan
bahasa dan makna itu akan muncul karena penggunaan sistem secara benar.
Bahasa memiliki fungsi. Orang berbahasa karena ingin mengungkapkan
sesuatu yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. Apakah sesuatu tersebut
diungkapkan pada dirinya sendiri atau pada orang lain? Perhatikan contoh
ungkapan berikut ini. Contoh:
1. ”Jika saya punya komputer, saya tidak perlu membayar orang untuk
mengetikkan makalah ini.” Ungkapan ini diujarkan seseorang kepada dirinya
sendiri. Pikiran tersebut merupakan ide yang diperuntukkan bagi dirinya.
2. “Bu besok di rumah saya ada acara, tolong siapkan 25 potong ayam goreng
dan 25 porsi nasi lalap ya.” Ujaran ini diungkapkan seorang ibu kepada
pengusaha rumah makan atau juru masak.

Melalui contoh di atas, dapat dipahami bahwa bahasa itu digunakan oleh
masyarakat pengguna untuk kepentingan dirinya. Jika bahasa itu digunakan maka
dapat dipastikan bahwa bahasa itu adalah alat komunikasi baik untuk diri
sendiri maupun untuk berinteraksi dengan orang lain.
Demikian Saudara, pembahasan kita tentang hakikat bahasa. Mari kita
lanjutkan ke pembahasan tentang sifat-sifat bahasa berikut ini.

B. SIFAT-SIFAT BAHASA
Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi. Bunyi memiliki kandungan irama
dan tempo. Kedua unsur tersebut merupakan unsur pokok di dalam seni. Oleh
sebab itu, bahasa memiliki sifat estetis atau indah.
Bahasa adalah bunyi-bunyi yang diujarkan oleh pengguna. Bahasa dapat
berkembang karena digunakan oleh manusia. Dengan kata lain, bahasa bersifat
manusiawi atau insaniah.
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Dengan akal budinya manusia
dapat mengubah-ubah susunan bunyi-bunyi bahasa tersebut menjadi bunyi bahasa
yang berbeda-beda. Perbedaan bunyi-bunyi itu membuat bahasa menjadi
produktif. Jadi selain manusiawi, bahasa juga memiliki sifat produktif.
Manusia yang berakal budi juga memiliki sifat yang tidak suka pada sesuatu
yang statis atau tetap. Manusia pada umumnya selalu menginginkan sesuatu yang
lain dari yang pernah dimilikinya. Ada dinamika dan perubahan dalam kehidupan
komunitas pengguna bahasa, perubahan itu berdampak pada bahasa. Akibatnya
sangat jelas, bahasa memiliki sifat untuk berubah dan berkembang, seperti yang
terjadi pada perubahan makna. Kondisi demikian itu menjadi bukti bahwa
bahasa memiliki sifat dinamis.
Manusia memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan karakter ini menyebabkan orang menggunakan bahasa secara
berbeda pula. Perbedaan di dalam menggunakan bahasa menyebabkan munculnya
ragam atau varian bahasa. Dengan demikian, bahasa memiliki sifat variatif.
Bahasa memiliki sistem yang disepakati oleh penggunanya sebagai
konvensi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa bahasa bersifat konvensional
atau kesepakatan. Bahasa memiliki makna. Sebagai bunyi, bahasa adalah bunyi-
bunyi yang bermakna yang dilandasi dengan sistem yang berlaku dalam bahasa
tersebut. Bahasa memiliki fungsi, karena bahasa digunakan manusia untuk
berbagai keperluan. Dengan kata lain, bahasa adalah alat komunikasi.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, diketahui bahwa bahasa memiliki
sifat-sifat sebagai berikut.
1. Bahasa itu bersifat indah.
2. Bahasa itu bersifat manusiawi.
3. Bahasa itu bersifat produktif.
4. Bahasa itu bersifat dinamis.
5. Bahasa itu bersifat variatif.
6. Bahasa itu bersifat konvensional.
7. Bahasa itu bersifat arbitrer.

Sifat-sifat bahasa di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Bahasa Itu Indah


Pada hakikatnya bahasa itu adalah bunyi. Jika bunyi-bunyi ini disusun
dengan cara memadukan bunyi-bunyi vokalnya atau juga konsonannya akan
menghasilkan keindahan yang tidak dimiliki oleh entitas nonbahasa. Sebagai
contoh perhatikan paduan bunyi-bunyi dan persajakan berikut ini.
a. “Hom pi la hom pim pah alaihum gambreng”. Susunan bunyi-bunyi tersebut
tidak memiliki makna, namun dapat dirasakan keindahannya.
b. “Yang penting, matikan yang gak penting”. Selain indah, dalam ujaran
tersebut juga terdapat pemadatan makna.

Perhatikan baris-baris gurindam berikut ini. Anda akan menemukan


keindahan bunyi dan kepadatan maknanya. Baca, rasakan, dan renungkanlah.
a. Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan, bukannya manusia, yaitulah
syetan.
b. Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah setan punya jamuan.
c. Jika kamu bersifat dermawan, segala orang dapat kau tawan.
d. Jika kamu bersifat murah, segala manusia datang menyerah.

Demikian Saudara, bahasa itu indah, bermakna, dan menarik. Tidak hanya
itu, bahasa juga bukan sesuatu yang monoton. Dalam mengekspresikan pikiran
atau perasaan dengan menggunakan bahasa, seseorang memerlukan intonasi agar
pikiran dan perasaannya dapat dipahami oleh orang yang mendengarkannya. Di
dalam intonasi terkandung panjang-pendek (irama), keras-lunak (dinamik),
tinggi-rendah (nada), dan cepat-lambat (tempo), serta hentakan-hentakan
(stakkato) bunyi bahasa yang diujarkan. Sebagai contoh, coba Anda ujarkan kata
berikut ini.
“Pergi.” - “Pergi?” - “Pergi!” Kata-kata yang sama jika diujarkan dengan
intonasi yang berbeda akan menimbulkan nuansa yang berbeda. Perbedaan yang
disebabkan oleh unsur-unsur seni ini membuat bahasa itu menjadi indah. Contoh
lain, Anda tentu pernah mendengar orang berbahasa Sunda. Bahasa Sunda
banyak mengandung unsur irama dan nada yang meliuk-liuk, seperti “Euleh-
euleeeh bager pisaan, putrana saaha sing kasep nya?” Sangat berbeda dengan
bahasa yang digunakan oleh masyarakat kota Tegal yang banyak mengandung
hentakan-hentakan atau tekanan-tekanan yang kuat.

Bahasa yang memiliki unsur-unsur keindahan yang melekat pada bahasa


tersebut, antara lain bahasa Arab. Panjang pendek dan tekanan yang terdapat
dalam bahasa Arab sesuatu yang mutlak tidak boleh diabaikan karena
unsurunsur tersebut terkait dengan makna. Misalnya, kata ‘jamal’ dan ‘jamaal’
memiliki makna yang berbeda. Jadi, masing-masing kelompok masyarakat
memiliki bahasa dengan unsur-unsur keindahannya masing-masing.
Saudara, keindahan bahasa dapat dinikmati tidak hanya karena bahasa
yang berbeda. Anda juga dapat menikmati keindahan bahasa dengan cara
bermain kata dan kalimat dalam bahasa Anda sendiri. Coba Anda perhatikan
contoh kalimat ujaran berikut ini.
“Makan, makan. Nggak, nggak. Jangan makan yang nggak-nggak.”
(Makan, makan. Tidak, tidak. Jangan makan yang tidak-tidak).
Anda tentu dapat membuat contoh yang lebih baik lagi dalam hal
menikmati keindahan bahasa ini.

2. Bahasa Itu Manusiawi


Chomsky (dalam Pateda, 1990) berpendapat bahwa anak yang lahir ke
dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi bahasa. Masih dalam Pateda,
Mackey berpendapat bahwa bahasa dapat dilihat dari dua hal, yakni sebagai
aktivitas jiwa dan sebagai aktivitas otak. Bahasa sebagai aktivitas otak bermakna
bahwa ujaran seseorang diproses di dalam otaknya. Dengan demikian, terdapat
kaitan antara otak manusia dan bahasa. Hal ini tidak pernah terjadi pada
binatang.
Jika Anda memperhatikan perkembangan seorang anak manusia dari sisi
bahasanya, Anda akan dapat mencatat perkembangan bahasa sang anak. Sejak
mereka mulai meracau (menyuarakan bunyi-bunyi vokal), membunyikan suku
kata, kata, hingga mereka belajar berbicara. Kejadian atau proses berbahasa ini
dapat Anda rekam untuk membuktikan kebenarannya. Untuk mengetahui apakah
ada persamaan antara anak manusia dengan anak binatang dalam hal bahasa,
Anda juga dapat mengamati perkembangan bahasa pada dunia binatang.
Secara jujur harus diakui bahwa sejak lahir sampai tuanya, seekor sapi
tidak pernah mengeluarkan bunyi yang berbeda, begitu pula dengan
hewanhewan yang lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
binatang tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasi. Mereka melakukan
hubungan sesama jenis hanya berdasarkan insting.

3. Bahasa Itu Produktif


Kata produktif bermakna menghasilkan atau memberi hasil. Dalam bahasa
(linguistik) produktif berarti mampu menghasilkan terus-menerus dan akan
dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru. Bahasa memiliki
unsur-unsur, salah satunya adalah fonem. Perhatikan contoh produktivitas unsur-
unsur bahasa berikut ini.
a. Fonem
1) Fonem /a/ misalnya, fonem ini mampu membentuk banyak kata dengan cara
bekerja sama dengan fonem-fonem lain, seperti kata
‘ada; apa; aba; abu; acak; acar; acara; dan lain-lain.
2) Kelompok fonem /b/u/a/t/, kelompok fonem tersebut dapat membentuk kata:
buat, baut, buta, tabu, batu tuba.

b. Morfem
1) Morfem bebas: misal morfem ‘ajar’ dapat dibentuk menjadi kata ajaran,
belajar, pelajar, pelajaran, pengajar, mengajar, mengajarkan.
2) Morfem terikat: misal prefik ‘meN-‘ dapat membentuk kata mencuci,
menyapu, dan mengapur.

c. Kalimat
Susunan kalimat ’Kami pagi ini membaca koran’ dapat diubah susunannya
menjadi sebagai berikut.
1) Membaca koran kami pagi ini.
2) Pagi ini kami membaca koran.
3) Kami membaca koran pagi ini.

Demikian beberapa contoh yang menunjukkan bahwa bahasa memiliki sifat


produktif. Banyak contoh-contoh lain yang dapat Anda buat dengan
memanfaatkan sifat bahasa ini.

4. Bahasa Itu Dinamis


Sejalan dengan sifat manusiawi pada bahasa, sifat dinamis pada bahasa
mengikuti sifat manusia yang selalu potensial berubah. Akibatnya, tidak jarang
unsur-unsur suatu bahasa mengalami perubahan. Kita ambil contoh perubahan
yang pernah terjadi pada bahasa Indonesia. Dalam hal tatatulis, misalnya, sudah
tiga kali ejaan bahasa Indonesia mengalami perubahan, yaitu
(1) ejaan Vanopusen berubah menjadi (2) ejaan Suwandi, kemudian menjadi
(3) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), dan terakhir
adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Berikut ini
contoh kedinamisan yang pernah terjadi dalam bahasa Indonesia.

Tabel 1.1
Perubahan Ejaan dalam Bahasa Indonesia

No. Vanopusen Suwandi EYD


1. Soerabaja Surabaja Surabaya
2. Boedjangan Budjangan Bujangan
3. Mentjoetji Menyuci Mencuci

Tabel 1.2
Perubahan Makna

Kata Makna

Dahulu Sekarang

Sarjana orang yang cerdik lulusan perguruan


pandai tinggi

Canggi cerewet sangat rumit; sangat


h hebat

Perubahan dalam bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik pada
tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik, dan kosakata baik yang
muncul dari sumber internal, yaitu kosakata yang berasal dari bahasa daerah di
Indonesia, maupun muncul dari sumber eksternal, yaitu kosakata yang berasal
dari bahasa bahasa asing. Kosakata baru yang berasal dari bahasa lain lazim
disebut sebagai kata-kata serapan. Kata-kata serapan ini diperoleh melalui
beberapa cara, misalnya dengan cara adopsi, yaitu diambil secara utuh atau
dengan cara adaptasi, yaitu pengambilan dengan penyesuaian.
Berikut ini contoh kata-kata baru yang diserap dari bahasa daerah dan
bahasa asing yang dilakukan baik dengan adopsi maupun adaptasi.

Tabel 1.2a
Kata-kata Baru Berasal dari Bahasa Daerah

Kata Baru Sumber Makna


Dalam

adang Jawa menanak nasi menggunakan


dandang

rajok Minangkabau batas tanah/daerah dari pohon


hidup

engap-engap Jakarta/Betawi megap-megap; terengah-engah

emang Sunda paman

akang; abang Sunda; kakak laki-laki


Jakarta/Betawi

gegabah Jawa terlampau berani sehingga


mengakibatkan kurang hati-hati

reguk Minangkabau memasukkan air kedalam air


sampai habis; teguk

rojol - Jakarta/Betawi sembul; tersembul; keluar dari


merojol lubang

Tabel 1.2b
Kata-kata Baru Berasal dari Bahasa Asing

Kata Baru Sumber Makna


Luar

analisis Belanda penyelidikan terhadap suatu


peristiwa

promosi Inggris kenaikan pangkat; reklame

tarbiah Arab pendidikan

taoco Cina makanan terbuat dari kedelai

ikhwan Arab saudara; teman laki-laki

akhwat Arab teman perempuan

engkoh Cina kakak laki-laki


ria Arab sombong; congkak

5. Bahasa Itu Variatif


Bahasa itu memang milik manusia sehingga dia (bahasa) mengikuti apa
yang diinginkan manusia. Menurut Chaer (dalam Muliastuti dan Krisanjaya,
2007: 1.10) bahwa ada tiga istilah yang perlu diketahui sehubungan dengan
variasi bahasa, yaitu ideolek, dialek, dan ragam. Ideolek adalah variasi bahasa
yang bersifat perorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok orang. Sedangkan ragam adalah varian bahasa yang digunakan
dalam situasi tertentu.
Ideolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perorangan. Artinya,
setiap orang memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda, biasanya yang
menandakan adanya variasi bahasa pada setiap orang adalah penerapan intonasi.
Intonasi adalah panjang pendek, keras lunak, tinggi rendah nada yang digunakan
seseorang ketika berbahasa lisan aktif atau berbicara.
Dialek dipengaruhi oleh karakteristik bahasa daerah. Orang Sunda yang
berbahasa Indonesia terpengaruh ragam bahasa Sunda di dalam berbahasa
Indonesia. Demikian pula orang Batak, Manado, Jawa, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, seorang penutur dengan mudah dapat diduga berasal dari daerah mana
hanya melalui dialek bahasanya. Namun, perlu Anda ketahui bahwa seorang
pengguna bahasa Indonesia yang baik adalah yang bahasanya tidak terpengaruh
oleh dialek bahasa daerah.
Ragam bahasa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa aspek, yaitu
wacana, sarana, dan kebakuan. Sebagai sebuah wacana bahasa dibedakan
menjadi ragam teknis dan ragam populer. Ragam teknis digunakan dalam
bidang-bidang teknis tertentu, misalnya ragam ilmiah. Ragam ilmiah itu
digunakan dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar, ceramah, tulisan
berupa makalah, skripsi, tesis, dan lain-lain. Ragam populer adalah ragam
bahasa yang digunakan dalam kegiatan berbahasa dalam komunikasi publik,
seperti ragam berita, ragam, ragam dalam tulisan-tulisan populer, dan ragam
sehari-hari.
Dipandang dari segi sarana, ragam bahasa dapat dikelompokkan menjadi
ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang digunakan
dengan cara mengujarkan bunyi-bunyi bahasa secara lisan. Kebermaknaan
bahasa lisan sangat dipengaruhi oleh intonasi (irama, nada, tempo, dinamik,
perhentian). Sedangkan ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan dengan
menggunakan media tulis. Makna pada ragam tulis dipengaruhi oleh bentuk,
pola kalimat, ejaan, dan tanda baca.
Pada bidang kebakuan, bahasa dikelompokkan menjadi ragam baku dan
ragam tidak baku. Ragam bahasa baku adalah ragam yang secara konsisten
mengikuti kaidah-kaidah atau aturan-aturan ragam bahasa. Ragam tidak baku
berarti ragam bahasa yang tidak sepenuhnya atau tidak secara konsisten
mengikuti kaidah ragam bahasa baku.

6. Bahasa Itu Konvensional


Konvensi bermakna sepakat atau kesepakatan. Bahasa dibentuk
berdasarkan kesepakatan komunitas penggunanya. Contoh: realisasi fonem vokal
/ u / adalah [u] jika berdistribusi pada silaba terbuka tanpa konsonan penutup
pada suku kata akhir kata, misalnya pada kata kartu dan bantu, tetapi terealisasi
menjadi [ U ] jika berdistribusi pada suku akhir kata yang tertutup oleh
konsonan, misalnya pada kata daun dan kebun.

7. Bahasa Itu Arbitrer


Sifat konvensional para pengguna bahasa menimbulkan sifat arbitrer pada
bahasa. Arbitrer bermakna sewenang-wenang atau sesuka-suka sehingga tidak
dapat dijelaskan berdasarkan pertimbangan logika atau nalar. Dengan sifat
arbitrer itu, tidak ada kaitan antara bunyi kata dengan bendabenda yang dibahasai
atau antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan. Contoh: komunitas atau
masyarakat Jawa menyebut watu yang diucapkan [w a t u] untuk benda keras
yang terdapat di alam atau biasanya banyak terdapat di sungai; tetapi komunitas
bahasa Inggris menyebutnya dengan stone yang diucapkan [ ston ]. Penyebutan
nama watu atau stone tersebut tidak didasari oleh suatu apapun. Komunitas
berbahasa Arab menyebutnya dengan lambang yang lain lagi, yakni hajar yang
diucapkan [ hajar ] dan menuliskannnya dengan huruf Arab yang disepakati. Jadi,
semua nama-nama benda tidak memiliki hubungan dengan benda-bendanya itu
sendiri. Jika ada benda-benda tertentu yang memiliki hubungan dengan namanya,
itupun disebabkan oleh kesepakatan masyarakat setempat juga. Misal, nama
bunga bangkai, nama yang diberikan untuk jenis bunga ini disepakati oleh
masyarakat karena aroma bunga ini yang berbau busuk seperti bau bangkai; oleh
penemunya seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Raffles bunga ini
diberi nama rafflesia. Contoh lain, dalam ilmu fisika ada yang disebut hukum
arkhimides, yang ditemukan oleh seorang ahli fisika yang bernama Archimides.
Jadi, sebutan-sebutan atau nama-nama sesuatu (ilmu, benda, dan lain-lain)
muncul atas kesepakatan masyarakat pengguna bahasa (konvensional) dan tidak
ada hubungan antara benda dan nama benda tersebut atau antara lambang dan
yang dilambangkan (suka-suka/semenamena/arbitrer).
Perhatikan nama-nama benda yang sama dengan sebutan yang berbeda
pada tabel berikut.

Tabel 1.3
Contoh Penerapan Sifat Arbitrer dalam Bahasa

Benda/gambar Indone Jawa Ingg Arab


sia ris

batu watu ston hajar/


e alhajar
https://
manfaat.co.id/
pintu lawan door babun/
haizam.tripod.com g albaabun

nasi sego rice ruzun/


arruzun
sitekreator.com

b
bawan ramban onio Basol/
g g n albasolu
ww.doa.sarawak.g
ov.my

ikan iwak fish samak/


iptek.apjii.or.id
assamak

Bagaimana Saudara? Semoga uraian tentang sifat arbitrer dalam bahasa ini
dapat Anda pahami dengan baik, demikian pula dengan sifat-sifat bahasa yang
lain.

C. FUNGSI BAHASA
Saudara, banyak ahli yang memberikan definisi tentang fungsi bahasa.
Dengan demikian, banyak pula definisi yang dapat kita ketahui. Untuk itu mari
kita lihat definisi-definisi yang diungkapkan kembali oleh Soemarsono (2004)
berikut ini.
1. Aristoteles dalam Soemarsono (2004: 58) menyatakan bahasa adalah alat
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia.
2. Karl Raemind Popper mengemukakan 4 fungsi bahasa.
a. Fungsi ekspresif, yaitu fungsi untuk mengungkapkan atau menyatakan diri.
b. Fungsi sinyal, yaitu fungsi mereaksi, menjawab, atau memberi tanggapan.
c. Fungsi deskriptif, yaitu fungsi yang mencakup kedua fungsi di atas, hanya
caranya memberi gambaran atau mendeskripsikan secara rinci apa-apa yang
akan disampaikan.
d. fungsi argumentatif, yaitu fungsi bahasa dalam memberikan alasan atau
argumen.

3. Karl Bühler, seorang sarjana Jerman membedakan 3 fungsi bahasa.


a. Appel, yaitu fungsi memerintah.
b. Ausdrüch, yaitu fungsi untuk mengungkapkan suasana hati.
c. Darstellung, yaitu fungsi yang mengacu objek tertentu yang berada di luar
diri penutur.
(http://sobara.wordpress.com/karl-buhler-1879-1963/)

4. Halliday (Tomkins. G.E., dan Hoskisson. K. 1995) mengemukakan 7 fungsi


bahasa.
a. Instrumental, bahasa digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebutuhan
fisik.
b. Regulatori, bahasa digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan orang
lain.
c. Interaksional, bahasa digunakan untuk berhubungan atau bergaul dengan
orang lain.
d. Personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan diri.
e. Heuristik, bahasa digunakan untuk mengungkapkan dunia di sekitarnya atau
mengutarakan pengalaman.
f. Imajinatif, bahasa digunakan untuk mencipta.
g. Informatif, bahasa digunakan untuk mengomunikasikan informasi baru
(Tim, 2007: 120).

Saudara, perhatikan secara saksama definisi-definisi tentang fungsi bahasa


di atas. Kata ‘sebagai’, ‘untuk’, ‘digunakan’, mengacu pada pengertian alat. Kata
‘mengungkapkan’, ‘menyatakan’, ‘mengutarakan’, ‘mengomunikasikan’,
mengacu pada pengertian ’berkomunikasi’. Jika definisi-definisi tersebut
disimpulkan, akan Anda peroleh hakikat dari fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Hal itu menjadi jelas jika mengacu pada definisi yang dikemukakan
oleh Aristoteles, yaitu bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa pada
hakikatnya adalah sebagai alat komunikasi. Dengan kata lain, fungsi utama
bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Bagaimana penggunaan bahasa dalam komunikasi? Untuk itu,
fungsifungsi bahasa yang dikemukakan Halliday berikut merupakan elaborasi
penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.
1. Bahasa berfungsi untuk memperoleh kebutuhan fisik. Artinya, ketika fisik
kita memerlukan sesuatu, misalnya lapar, kita akan mengujarkan
“Saya mau makan.”
2. Bahasa berfungsi untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain.
Misal, ketika sedang mendidik anak akan keluar ujaran “Ayo, dicuci dulu
tangannya, baru makan!”
3. Bahasa berfungsi untuk berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Dalam
hal ini bahasa digunakan sebagai fungsi sosial, dapat berupa katakata sapaan
“Selamat pagi, apa kabar?” dan sebagainya.
4. Bahasa berfungsi untuk mengungkapkan diri. Di sini seseorang dapat
memperkenalkan diri atau memberikan identitas diri dengan ujaranujaran
“Nama saya Eki, saya tinggal di Jalan Jamblang, saya bekerja …”, dan
seterusnya.
5. Bahasa berfungsi untuk mengungkapkan dunia di sekitarnya atau
mengutarakan pengalaman. Dengan bahasa, orang menceritakan peristiwa
atau kejadian-kejadian yang pernah dialami, masa lalu, masa kini, di berbagai
lingkungan.
6. Bahasa berfungsi untuk mencipta. Orang dapat memanfaatkan bahasa untuk
mencipta, dapat berupa ide-ide kreatif atau berupa karya sastra (cerita, puisi,
drama).
7. Bahasa berfungsi untuk mengomunikasikan informasi baru. Dengan bahasa
orang dapat saling memberi informasi, apakah berupa berita tentang
peristiwa atau berupa ilmu dan teknologi.

Saudara, setelah Anda memahami fungsi bahasa


yang dikemukakan Halliday, silakan Anda berikan contoh
ujaran sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut!

Demikian pembahasan tentang hakikat, sifat bahasa, dan fungsi bahasa.


Satu hal yang harus selalu Anda ingat adalah bahwa apapun tujuan seseorang
menggunakan bahasa kita akan berujung pada satu fungsi utama bahasa sebagai
sebagai alat komunikasi.

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakan


latihan berikut!

LATIHAN
1) Jelaskan tentang hakikat bahasa!
2) Berikan contoh sifat-sifat bahasa berikut.
a. Indah.
b. Dinamis.
c. Arbitrer.
d. Produktif.
3) Berikan contoh berupa ujaran-ujaran berdasarkan fungsi-fungsi bahasa
yang dikemukakan Halliday!

Petunjuk Jawaban Latihan

Pahami bahasan tentang hakikat bahasa. Jika ada yang belum Anda
pahami, bertanyalah pada teman Anda atau tutor Anda.

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang melambangkan sesuatu.


Pada bahasa tulis bunyi-bunyi yang merupakan lambang tersebut terwujud
dengan simbol-simbol tulis, misalnya bahasa Indonesia dituliskan dengan huruf
Latin.
Bahasa digunakan berdasarkan sistem atau kaidah yang berlaku sehingga
menimbulkan makna. Dengan sistem itu, bahasa digunakan sebagai alat
komunikasi untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahasa adalah kumpulan bunyibunyi yang bersistem dan
bermakna ketika diujarkan, serta berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
mengungkapkan pikiran atau perasaan manusia.
Berdasarkan hakikatnya, bahasa memiliki sifat-sifat indah, manusiawi,
produktif, dinamis, variatif, konvensional, dan arbitrer. Keindahan bahasa
terwujud dari aspek pengungkapannya yang ritmis dan melodis. Ciri manusiawi
didasarkan fakta bahwa bahasa itu memiliki ciri khas kehidupan manusia. Ciri
produktif diadasarkan pada kenyataan bahwa dengan bahasa dapat diungkapkan
banyak hal yang beraneka macam dan tak terbatas. Ciri dinamis terwujud dalam
perubahan dan perkembangan bahasa sesuai dengan kehidupan komunitas
penggunanya. Ciri variatif terwujud dalam varian-varian yang terdapat dalam
suatu bahasa sehingga setiap bahasa memiliki beraneka ragam. Ciri
konvensional didasarkan pada adanya konvensi atau kesepakatan komunitas
pengguna bahasa. Ciri arbitrer didasarkan kenyataan bahwa tidak ada hubungan
langsung antara lambang dan benda yang dilambangkan.
Bahasa digunakan oleh manusia dengan fungsi utama sebagai alat
komunikasi. Dari fungsi utama itu, bahasa berguna sebagai alat pengungkap
pikiran dan perasaan. Sebagaimana pandangan Halliday, bahasa memiliki fungsi
instrumental, regulatori, interaksional, personal, heuristik, imajinatif, dan
informatif.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Bahasa berbentuk bunyi-bunyi ujar yang memiliki makna. Berdasarkan


pernyataan tersebut dapat dipastikan bahwa pada hakikatnya bahasa
adalah ....
A. lisan B. tulisan C. bentuk
D. gambaran

2) Bahasa adalah kumpulan bunyi-bunyi yang tersusun secara teratur sehingga


menimbulkan makna. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bahasa
memiliki ....
A. media
B. sistem
C. lambang
D. tanda

3) Bahasa digunakan untuk mengungkapkan pikiran kepada orang lain.


Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat ....
A. berpikir
B. komunikasi
C. memengaruhi orang lain
D. mengajak orang berpikir
4) Cap cip cup terebang kuncup; beli kecap buat bang Ucup. Permainan kata
seperti contoh di atas memperlihatkan sifat bahasa, yaitu ....
A. dinamis
B. manusiawi
C. variatif
D. indah

5) Bahasa memiliki sifat produktif, artinya ....


A. bahasa dapat digunakan untuk berpikir
B. dengan fonem yang sama bahasa dapat membentuk kata-kata yang berbeda
C. berbeda bangsa berbeda pula bahasa yang digunakannya
D. bahasa memiliki beragam bentuk dan dialek
6) Tidak ada hubungan antara lambang bahasa dengan yang dilambangkan.
Pernyataan ini menyiratkan bahwa bahasa memiliki sifat ....
A. manusiawi
B. konvensional
C. arbitrer
D. variatif

7) Penjelasan bahwa bahasa memiliki fungsi instrumental adalah ....


A. bahasa digunakan dalam berhubungan atau berteman dengan orang
lain
B. menggunakan bahasa untuk mengungkapkan diri
C. bahasa digunakan untuk memperoleh kebutuhan diri sendiri
D. menginformasikan sesuatu yang baru

8) Bahasa dapat digunakan untuk mengutarakan pengalaman. Fungsi bahasa ini


disebut .... A. regulatori
B. interaksional
C. heuristik
D. imajinatif

9) Orang-orang kreatif memanfaatkan bahasa sesuai dengan fungsi yang


dimiliki bahasa, yaitu .... A. regulatori
B. interaksional
C. heuristik
D. imajinatif

10) Fungsi bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan diri adalah ....
A. regulatori
B. interaksional
C. heuristik
D. personal

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

JUMLAH JAWABAN YANG BENAR


Tingkat penguasaan = x
JUMLAH SOAL
100 %
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kegiatan Belajar 2
Keterampilan Berbahasa Indonesia

A. PENGERTIAN
Keterampilan berasal dari kata terampil yang bermakna cakap atau mampu
dan cekatan. Kata terampil mendapat imbuhan ke-an menjadi keterampilan
yang bermakna ‘kecakapan atau kemampuan dan kecekatan’. Keterampilan
berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang dapat
meliputi mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Telah Anda ketahui bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi baik lisan maupun tulis. Dengan demikian, terampil berbahasa
Indonesia artinya terampil menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi
baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan berbahasa lisan meliputi
menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi
membaca dan menulis. Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan
membaca bersifat reseptif, yaitu menerima atau memahami pesan yang
disampaikan oleh pembicara atau penulis, sedangkan berbicara dan menulis
bersifat produktif, artinya menghasilkan bicaraan atau tulisan.

Untuk lebih mudah memahami bahan Keterampilan


Berbahasa, saksikan tayangan video berikut ini..

Untuk lebih memahami jenis dan sifat masing-masing keterampilan


tersebut perhatikan tabel berikut ini.

Tabel 1.4
Sifat Keterampilan Berbahasa

Keterampilan Sifat
Berbahasa
Lisan Tulis

Menyima Membaca Reseptif


k

Berbicara Menulis Produktif

Keterampilan berbahasa lisan dilakukan secara tatap muka atau secara


langsung dengan/dan tanpa media penghubung (telepon). Keterampilan
berbahasa tulis dilakukan tanpa tatap muka antara pembaca dan menulis.
Saudara, apa dan bagaimana empat keterampilan berbahasa tersebut? Ikuti
uraian berikut ini.
B. KETERAMPILAN RESEPTIF
1. Menyimak
Menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan
adalah kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan yang disampaikan
pembicara. Dengan pengertian itu, tampak bahwa menyimak berbeda dengan
mendengar.
Setiap orang yang memiliki alat pendengaran yang sehat pasti dapat
mendengar segala macam bunyi dan suara dengan baik, artinya alat dengar
berfungsi membantu setiap makhluk (manusia dan hewan) mendengar bunyibunyi
yang keluar dari berbagai sumber dan arah. Jika ada bunyi benda meledak tidak
hanya manusia yang dapat mendengar, hewan yang ada di sekitar benda yang
meledak tersebut pun dapat mendengar bunyi ledakan itu. Suara kicau burung di
hutan tidak hanya dapat didengar oleh manusia, hewan lain pun dapat mendengar
kicauan burung tersebut. Demikian pula halnya dengan mendengar bahasa, jika
seseorang hanya mendengar ujaran orang lain, apakah berarti dia hanya
mendengar bunyi-bunyi ujar tersebut tanpa tahu maksud atau makna yang
terkandung di dalamnya? Lalu, apa bedanya dengan menyimak atau
mendengarkan?
Menyimak atau mendengarkan memang menggunakan alat yang sama, yaitu
alat dengar, namun menyimak berbeda dengan mendengar, yakni menyimak
memiliki tujuan, sedangkan mendengar tidak. Tarigan (1980) mencontohkan
ungkapan tentang menyimak “Tuhu ngeibegina, tapi labo idengkehkenna” yang
artinya “Memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya.” Para orang tua pun
sering menasihati putra-putrinya sebagai berikut “Kalau orang tua sedang
berbicara, jangan hanya sekadar didengar, masuk telinga kiri keluar telinga
kanan.” Artinya, jika orang tua memberi nasihat diperhatikan dan diterapkan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara
mendengar dan mendengarkan atau menyimak. Dalam bahasa Inggris, padanan
mendengar adalah to hear, sedangkan menyimak adalah to listen atau hearing dan
listening.
Di dalam menyimak orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya,
tetapi juga harus berkonsentrasi serta menggunakan sikap-sikap positif, baik
terhadap pembicara maupun bahan pembicaraan. Sikap positif terhadap bahan
simakan atau pembicaraan akan membantu penyimak berkonsentrasi dalam
memahami simakan. Jika sebelum menyimak seseorang sudah tidak menyenangi
topik pembicaraan, ia tidak akan melakukan kegiatan menyimak dengan
sungguh-sungguh, yang terjadi adalah ia hanya mendengar saja atau menjadi
penyimak pasif. Hal yang sama akan terjadi jika penyimak tidak menyukai
pembicaranya. Apapun yang disampaikan pembicara akan dinilai tidak baik oleh
penyimak sehingga kegiatan menyimak pun menjadi tidak efektif.
Menyimak bersifat interaktif dan noninteraktif. Menyimak interaktif
adalah menyimak dengan melakukan tanya jawab dengan pembicara atau dengan
penyimak yang lain. Artinya, kegiatan menyimak interaktif dapat dilakukan
secara dua arah dan multi arah. Kegiatan menyimak interaktif sering kita
saksikan atau kita lakukan. Contohnya, ketika kita menyimak atau
mendengarkan penjelasan guru di kelas, ceramah agama di majelis-majelis
taklim, dalam kegiatan diskusi atau musyawarah. Menyimak interaktif jarak jauh
terjadi ketika pelaku bahasa melakukan kegiatan bertelepon.
Menyimak noninteraktif adalah kegiatan menyimak yang tidak disertai
dengan tanya jawab atau interaktif antara pembicara dan penyimak. Kegiatan ini
kita lakukan ketika mendengarkan siaran radio atau televisi (siaran berita,
promosi/iklan, lawak, dan sebagainya). Pada kegiatan tatap muka juga sering
kita melakukan menyimak noninteraktif, seperti mendengarkan pidato, ceramah
yang tidak disertai dengan tanya jawab, atau mendengarkan nasihat. Anda dapat
mencari contoh lain tentang kegiatan menyimak interaktif dan noninteraktif.

2. Membaca
Sebagaimana menyimak, membaca adalah kegiatan berbahasa dalam
rangka memahami pesan. Jika pada menyimak pesan yang berusaha dipahami
disampaikan secara lisan maka pesan yang dipahami oleh pembaca adalah pesan
yang disampaikan melalui tulisan. Artinya, keterampilan membaca tergolong ke
dalam keterampilan berbahasa tulis.
Banyak keterampilan membaca yang dapat dimiliki oleh setiap orang,
namun pada mata kuliah ini keterampilan yang Anda pelajari dan Anda latih
adalah keterampilan yang sesuai dengan yang Anda butuhkan, yaitu keterampilan
membaca pemahaman.
Bloom (2001) menerjemahkan pemahaman sebagai suatu proses dalam
rangka mengetahui isi sebuah komunikasi atau gagasan yang dikomunikasikan
baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Di dalam pemahaman terdapat unsur
tujuan, sikap, dan respons yang dapat mewakili sesuatu pengertian dari pesan
yang disampaikan. Smith (dalam Solkhan, 1987) membagi pemahaman dalam
membaca menjadi empat kategori, yaitu (1) membaca pemahaman literal, (2)
membaca interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) membaca kreatif. Penjelasan
tentang keempat kategori pemahaman ini akan dikemukakan pada Modul 4 yang
berisi uraian tentang membaca secara lebih rinci.

a. Membaca Pemahaman Literal


Pemahaman literal merupakan keterampilan memahami yang paling
sederhana atau paling dasar karena hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir.
Keterampilan ini merupakan keterampilan menemukan makna kata dan kalimat
dalam konteks secara langsung. Contoh: bagaimana pembaca memahami isi
bacaan jika ada teks sebagai berikut.
Indonesia berhasil mengatasi masalah para tenaga kerja Indonesia (TKI)
yang selama ini tidak terselesaikan, yaitu banyaknya para TKI yang bekerja ke
berbagai negara tetangga melalui cara-cara yang ilegal. Para TKI itu masuk ke
negara tetangga Malaysia, Singapura, Thailand, dan negara lainnya dengan tidak
memenuhi persyaratan administrasi yang berlaku. Sekarang Indonesia telah
berhasil menertibkan para TKI tersebut. Setiap calon TKI diperiksa kelengkapan
administrasinya, oknum-oknum yang memberangkatkan TKI ke luar negeri
dengan cara ilegal mendapat perhatian ekstra ketat. Setiap oknum yang diketahui
mengambil manfaat dengan cara menipu para TKI akan segera ditindak tegas.
Sekarang kita boleh merasa bangga karena tahun ini pemerintah akan
mengirimkan sekitar 3500 TKI ke berbagai negara tetangga.
Demikian para pemirsa laporan kami dari arena pameran. Anda dapat
menilai sendiri apakah penjelasan Menteri Tenaga Kerja ini membanggakan atau
menyedihkan. Terima kasih atas perhatian Anda.
Saudara, pembaca yang berada pada kategori pemahaman literal akan
memahami wacana di atas apa adanya, sebagai berikut ‘Pemerintah telah
berhasil mengatasi masalah TKI yang selama ini belum terselesaikan’. Lain dari
pemahaman itu tidak ditemukan atau tidak ada pemikiran lain dari pembaca pada
tingkat pemahaman literal ini.

b. Membaca Interpretasi
Pemahaman tingkat kedua ini adalah pemahaman yang melibatkan
keterampilan berpikir yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan
dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks. Untuk dapat
menemukan makna yang implisit ini, keterampilan berpikir pembaca meliputi
kemampuan menggeneralisasi, menentukan hubungan sebab akibat,
mengidentifikasi motif-motif penulis, menemukan hubungan antarbagian teks,
memprediksi kesimpulan, dan membuat perbandingan.
Mari kita gunakan lagi contoh wacana di atas (pemahaman literal).
Pembaca yang berada pada tingkat pemahaman interpretasi akan menggunakan
keterampilan berpikirnya, menggunakan pengetahuannya tentang masalah
negara yang berkaitan dengan TKI (menggeneralisasi), kesulitan yang dihadapi
para TKI di negara orang (hubungan sebab akibat), karakter orang Indonesia
baik TKI maupun oknum penyalur tenaga kerja (mengidentifikasi motif),
menemukan ide pokok antarkalimat dan antarparagraf (menemukan hubungan
antarparagraf), dan menyimpulkan serta membuat perbandingan jika ada.
Pembaca dengan tingkat pemahaman interpretasi akan menjelaskan makna
teks di atas bukan hanya sebagai suatu keberhasilan pemerintah mengatasi
masalah TKI, pembaca pada tingkat ini akan menggunakan pengetahuannya
tentang masalah ini dan mengaitkannya dengan isi teks, terutama pada bagian
berikut.
“Sekarang kita boleh merasa bangga karena tahun ini pemerintah akan
mengirimkan sekitar 3500 TKI ke berbagai negara tetangga.
Demikian para pemirsa laporan kami dari arena pameran. Anda dapat
menilai sendiri apakah penjelasan Menteri Tenaga Kerja ini membanggakan atau
menyedihkan. Terima kasih atas perhatian Anda.”
Pembaca pada tingkat ini akan membandingkan isi paragraf pertama
dengan paragraf kedua dan akan membuat kesimpulan. Mungkin pembaca
membuat kesimpulan bahwa ada sesuatu perbedaan pendapat antara Menteri
Tenaga Kerja dengan pelapor stasiun televisi. Pembaca juga dapat menangkap
makna implisit yang dikemukakan oleh pelapor bahwa dengan mengirimkan
tenaga kerja yang sebagian besar adalah pembantu rumah tangga ke negara
tetangga bukanlah sesuatu yang membanggakan, tetapi mungkin justru sangat
menyedihkan karena bangsa kita tetap saja menjadi budak atau lebih halus
disebut buruh di negara orang.
Demikian Saudara bahwa untuk menjadi pembaca pada kategori
interpretasi, orang harus memiliki pengetahuan yang sesuai dengan gagasan yang
terdapat dalam bacaan atau yang disebut dengan istilah skemata dan harus
mampu menggunakan berbagai keterampilan berpikir. Keterampilan membaca
tingkat ini dapat dimiliki setiap orang yang mau berlatih, yaitu dengan cara
banyak membaca dengan berbagai jenis bacaan.

c. Membaca Kritis
Keterampilan membaca kritis adalah keterampilan membaca yang dimiliki
oleh pembaca yang tidak hanya mampu memaknai bacaan secara literal dan
menginterpretasikannya. Pembaca pada kategori ini juga mampu menilai apa
yang dibacanya. Pembaca mampu menilai secara kritis gagasangagasan yang
disampaikan penulis dan juga kesahihan apa yang dibacanya.
Masih dengan contoh teks yang sama di atas. Pembaca kritis pasti
memahami atau mampu menangkap isi teks secara literal atau apa adanya.
Pembaca kritis juga mampu menangkap makna implisit atau makna yang
terkandung di balik teks tersebut atau disebut makna tersirat. Lebih dari itu,
pembaca kritis juga mampu menilai teks tersebut secara keseluruhan. Misalnya,
pembaca dapat menilai kesahihan atau keabsahan teks tersebut, artinya pembaca
mengetahui betul bahwa teks laporan reporter tersebut benar adanya, yaitu ada
fakta bahwa seluruh TKI yang berangkat ke negara tetangga dibekali dengan
berkas-berkas administrasi yang cukup atau legal. Benar bahwa ada 3500 TKI
yang akan menjadi pekerja baru di negara-negara tetangga.
Pembaca kritis juga mampu menilai kebermanfaatan teks, baik atau
buruknya teks tersebut bagi pembaca. Misalnya, pembaca berpendapat bahwa
komentar pelapor yang menanyakan pemirsa tentang apakah informasi tersebut
menjadi sesuatu yang membanggakan atau menyedihkan merupakan suatu
gagasan yang sangat baik karena mengundang pembaca untuk berpikir.
Jadi, pembaca kritis adalah pembaca yang menggunakan lebih banyak
kemampuan berpikirnya, pengetahuan, dan pengalamannya.

d. Membaca Kreatif
Keterampilan membaca kreatif merupakan keterampilan membaca yang
berada pada tingkat paling tinggi. Di samping memiliki kemampuan yang
dimiliki oleh pembaca tingkat pemahaman literal, interpretasi, dan kemampuan
berpikir kritis, pembaca kategori ini mampu menerapkan gagasan-gagasan yang
ada pada teks atau bacaan ke situasi baru; mengombinasikan gagasan yang
dimiliki pembaca dengan gagasan yang terdapat dalam teks; dan mampu
memperluas konsep-konsep yang terdapat dalam teks yang dibacanya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pembaca kreatif berusaha secara kreatif
menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan gagasan-gagasan yang ada dalam
teks.
Bagaimana contoh pembaca yang kreatif tersebut? Kita kembali pada teks
yang sama di atas. Setelah membaca teks tersebut, dengan kemampuan berpikir,
pengetahuan, dan pengalaman yang dimilikinya tentang isi teks tersebut, serta
keterampilan menulis yang dimilikinya, pembaca secara kreatif menuangkan
gagasan baru melalui tulisannya sebagai berikut.
Suatu kemajuan telah dicapai oleh pemerintah kita dalam hal mengatasi
masalah tenaga kerja Indonesia yang telah bertahun bahkan berpuluh tahun tidak
dapat diselesaikan. Tahun ini merupakan tahun cemerlang bagi Departemen
Tenaga Kerja yang telah mampu menumpas oknum-oknum pengiriman TKI ke
luar negeri. Tiga ribu lima ratus tenaga kerja telah disebar ke berbagai negara
tetangga, suatu kemajuan yang sangat luar biasa. Negara kita juga menjadi
bersih dari orang-orang rakus yang mementingkan diri sendiri, tidak peduli
dengan kesulitan dan penderitaan orang lain.
Apakah tiga ribu lima ratus orang Indonesia bekerja di negara orang
sebagai pembantu rumah tangga, tukang kebun, sopir, kuli bangunan, dapat
dikatakan sebagai suatu kebanggaan? Bukankah jenis pekerjaan itu merupakan
suatu pekerjaan yang tidak beda dengan pesuruh pada tingkat yang paling
rendah? Apakah kita, saudara-saudara mereka tidak mampu menyediakan
pekerjaan seperti itu? Apakah mereka, tenagatenaga kerja itu lebih merasa
terhormat jika bekerja dengan bangsa lain dibandingkan dengan bangsa sendiri?
Mereka, para pekerja itu seharusnya sadar bahwa sebenarnya mereka
bukan hanya menjual tenaga mereka, tetapi mereka juga telah menjual
kehormatan mereka sebagai bangsa. Jangan juga lupa bahwa mereka juga
sebenarnya telah mempertaruhkan nyawa mereka secara sia-sia.
Para pejabat, jangan Anda menganggap diri Anda sebagai pemimpin jika
belum mampu memaknai masalah ini lebih mendalam. Mengekspor TKI ke luar
negeri mungkin akan menghasilkan devisa yang sangat besar, tetapi menjual
kehormatan bangsa adalah kerugian yang lebih besar. Jika para pejuang
kemerdekaan hidup kembali, mereka akan menangis, mereka sangat terpukul
dengan keadaan seperti ini. Dan seterusnya ....
Saudara, wacana di atas merupakan hasil karya seorang pembaca kreatif
yang diperoleh dari hasil membaca. Karya-karya baru yang dapat dihasilkan
seorang pembaca kreatif tidak hanya berupa karya tulis baru, tetapi juga
menghasilkan hasil karya dalam bentuk lain. Misalnya, dari sebuah teks cerita
atau puisi, seorang pelukis dapat membuat lukisan berdasarkan cerita atau puisi
yang dibacanya; dari hasil membaca, seorang pembaca kreatif dapat
memunculkan ide baru berupa sebuah industri rumahan yang dapat menampung
tenaga kerja baru. Karya-karya baru yang muncul dari seorang pembaca kreatif
sangat beragam, bergantung bahan bacaan yang dibacanya.

Setelah Anda memahami penjelasan tentang tingkat


pemahaman membaca, coba Anda tuliskan penjelasan tentang
membaca kreatif. Apakah Anda tergolong pembaca kreatif?

Demikian Saudara, untuk memiliki keterampilan membaca tingkat kreatif


sebagaimana dipaparkan di atas, Anda dapat belajar dan berlatih melalui modul
yang membahas keterampilan ini secara mendalam pada modul berikutnya
(Modul 6).

C. KETERAMPILAN PRODUKTIF
1. Berbicara
Saudara, kegiatan berbicara yang dimaksudkan di sini berkaitan dengan
kegiatan ilmiah, bukan berbicara sebagaimana orang-orang berbicara dalam
situasi nonformal, seperti mengobrol atau kongko-kongko kata orang Jakarta.
Berbicara yang diuraikan pada bahan ajar ini adalah kegiatan berbicara dalam
rangka memperoleh dan menyampaikan pengetahuan dalam rangka
mempraktikkan keterampilan berbahasa.
Jenis-jenis kegiatan berbicara yang biasa dilakukan pelajar/mahasiswa
adalah diskusi, seminar, memberi sambutan atau pidato, melakukan wawancara
untuk memperoleh informasi, dan lain-lain.
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain
(penyimak) dengan media bahasa lisan. Suhendar (1992: 20) mendefinisikan
berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud
ujaran.
Sebagai suatu proses tentu banyak alat dan cara yang diperlukan dalam
melakukan kegiatan berbicara. Alat utama yang digunakan orang dalam
melakukan kegiatan berbicara adalah alat-alat ucap yang meliputi seluruh bagian
mulut (bibir, lidah, langit-langit keras, langit-langit lunak, gigi, tenggorokan,
anak tekak, pita suara), paru-paru, dan juga hidung. Jika satu dari sekian alat-alat
ucap tersebut ada yang tidak sehat, akan ada gangguan pelafalan atau ujaran
pembicara.
Kegiatan berbicara yang baik dilakukan dengan melalui tahapantahapan,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap
persiapan, pembicara harus melakukan kegiatan menentukan tujuan,
mengumpulkan referensi, menyusun kerangka, dan melakukan latihan. Pada
tahap pelaksanaan, pembicara melalui tahapan membuka pembicaraan,
menyampaikan gagasan, dan menutup pembicaraan. Evaluasi dapat dilakukan
dengan cara mendengarkan kembali kegiatan berbicara jika dibuat rekaman
ketika berbicara atau meminta masukan dari pendengar, khususnya teman yang
mendengarkan apa dan bagaimana kita berbicara.
Keterampilan berbicara sama dengan keterampilan berbahasa yang lain
(menyimak, membaca, dan menulis) yang memerlukan pengetahuan,
pengalaman, serta kemampuan berpikir yang memadai. Setiap orang dapat
memiliki keterampilan berbicara yang baik, asal bersungguh-sungguh belajar
untuk memahami konsep-konsep tentang berbicara dan melakukan latihan secara
berkesinambungan. Pada modul berikutnya, yaitu modul yang khusus membahas
tentang keterampilan berbicara, Anda akan mempelajari dan berlatih berbicara
yang berkaitan dengan kepentingan Anda sebagai mahasiswa.

2. Menulis
Menulis adalah keterampilan berbahasa kedua yang bersifat produktif. Jika
pada keterampilan berbicara orang menyampaikan pesan, gagasan, atau buah
pikiran dengan menggunakan bahasa lisan, dalam menulis pesan disampaikan
penulis melalui bahasa tulis. Seperti halnya pada berbicara, menulis juga
memerlukan proses. Untuk memperoleh tulisan yang baik, penulis juga harus
melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap prapenulisan (prewriting), tahap penulisan
(writing), dan tahap pascapenulisan
(postwriting).
Pada tahap prapenulisan atau tahap persiapan, penulis melakukan kegiatan
menentukan topik, mengorganisasikan tulisan, menentukan sasaran atau
pembaca, mengumpulkan informasi, dan menyusun kerangka karangan. Pada
tahap penulisan, penulis mulai menyusun tulisan atau melakukan kegiatan
menulis. Tulisan penulis pada tahap ini masih dalam bentuk draf atau buram.
Setelah tulisan dianggap selesai, penulis masuk pada tahap pascapenulisan, yaitu
membaca ulang tulisan, memperbaikinya dengan cara menambah atau
mengurangi dan memperbaiki tulisan yang bersifat mekanis sampai dianggap
tulisan benar-benar final.
Hafferman dan Lincoln berpendapat bahwa “Menulis merupakan suatu
proses. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk
berpikir, menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan
topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang ditulisnya, memikirkannya,
mempertimbangkannya, dan memperbaikinya.”
Saudara, keterampilan menulis tidak didapatkan seseorang dengan cara
yang mudah atau sekali jadi. Richek, dkk., (1997) mengungkapkan bahwa
“Penulis yang baik tidak menghasilkan tulisan dengan cara yang mudah atau
sekali jadi, melainkan melalui tahapan-tahapan yang panjang.” Pernyataan yang
sama juga diungkapkan oleh Hock (1999), “Menulis atau mengarang adalah
suatu kemahiran yang berbeda dengan kemahiran berbahasa yang lain
(menyimak, berbicara, dan membaca). Kemahiran atau keterampilan menulis
dapat diperoleh seseorang melalui latihan-latihan yang intensif.”
Sebagai suatu proses, menulis memerlukan waktu yang panjang dan
tahapan-tahapan yang harus dilalui. Mengapa memerlukan waktu yang panjang
dan tahapan-tahapan yang banyak? Gere (1985) mengungkapkan bahwa
“Menulis adalah berkomunikasi, menulis adalah mengekspresikan diri, menulis
adalah menginstruksikan, dan menulis adalah usaha untuk belajar. Untuk
memperoleh keterampilan menulis seperti yang diungkapkan oleh Gere di atas,
seseorang dituntut untuk memiliki beberapa pengetahuan sekaligus. Pertama,
seseorang penulis memerlukan pengetahuan tentang isi (substansi) tulisan,
sedangkan pengetahuan tentang bagaimana menuliskannya adalah pengetahuan
yang menyangkut tentang aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan.
Amran Halim, dkk., (1979) mengemukakan lima komponen penting yang
terdapat di dalam sebuah karangan. Komponen-komponen tersebut adalah (1) isi
karangan, (2) bentuk karangan, (3) tata bahasa, (4) gaya, dan (5) ejaan dan tanda
baca.
Isi atau substansi karangan adalah hal-hal yang dituangkan ke dalam
karangan. Isi karangan dapat berupa ide, pengalaman, fakta, atau
informasiinformasi yang diperoleh melalui bacaan.
Bentuk karangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu karangan
dalam bentuk formal dan bentuk nonformal. Contoh karangan dalam bentuk
formal, antara lain laporan, surat dinas, jurnal, dan karya ilmiah, sedangkan
karangan yang berbentuk nonformal, antara lain cerpen, dongeng, novel, dan
karya-karya sejenis.
Tata bahasa merupakan aturan-aturan bahasa yang berlaku. Tata bahasa
dalam tulisan meliputi tata cara menggabungkan kata atau morfem (morfologi),
penyusunan kalimat (sintaksis), serta aturan-aturan atau tata cara penulisan.
Gaya tulisan berhubungan dengan pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa
yang digunakan oleh seorang penulis. Komponen ini besar pengaruhnya terhadap
isi tulisan. Pilihan kata banyak memiliki keterkaitan dengan komponen-
komponen lain dalam tulisan, terutama keterkaitannya dengan tujuan, bentuk
tulisan, terutama keterkaitannya dengan pembaca.
Penerapan ejaan dan tanda baca dalam sebuah tulisan harus disesuaikan
dengan ejaan yang berlaku. Penggunaan ejaan yang tidak mengikuti aturanaturan
kebahasaan akan mengganggu pemahaman pembaca terhadap isi tulisan, hal ini
menimbulkan tulisan menjadi tidak komunikatif. Hal yang fatal juga dapat
timbul dari informasi yang disampaikan dengan cara yang tidak komunikatif,
yaitu terjadinya salah penafsiran.
Nah Saudara, demikian tegasnya pernyataan-pernyataan para ahli bahasa
tersebut tentang bagaimana caranya seseorang mendapatkan keterampilan
menulis. Memang tidak mudah. Banyak pengetahuan dan kemampuan lain yang
diperlukan untuk memperoleh tulisan yang baik. Namun, Anda jangan pesimis!
Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi, Anda
pasti dapat menjadi penulis yang baik. Melalui belajar dan berlatih secara
berkesinambungan, banyak bertanya, membaca, menyimak pembicaraan orang
lain, Anda tidak akan hanya terampil menulis, tetapi seluruh keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dapat Anda kuasai.
Anda tidak percaya? Mari kita buktikan! Sebelum berlatih menulis,
perhatikan dulu tips-tips berikut ini.
a. Jangan tumbuhkan rasa takut salah ketika akan menulis!
b. Pastikan bahwa Anda punya sesuatu yang layak diinformasikan.
c. Pastikan bahwa Anda menguasai gagasan yang akan Anda tulis.
d. Jangan pikirkan judul apa yang akan Anda gunakan!
e. Jangan pikirkan orang-orang yang Anda anggap lebih pandai akan
mencemooh Anda!
f. Tulis topik dan sub-sub topik yang akan Anda tulis/kembangkan!
g. Segera lakukan, jangan ditunda!

Saya akan memberikan ilustrasi berikut ini.


Anda menyaksikan beberapa orang asing bermain gamelan dengan sangat
baik. Apakah ada sesuatu yang muncul dalam pikiran Anda? Misalnya, Anda
terpikir mengapa orang asing mau bermain musik tradisional Indonesia, padahal
anak-anak muda Indonesia sekarang lebih merasa bangga jika dapat menjadi
anak band. Munculkanlah ide untuk menulis tentang dilema ini.
Contoh karya yang tercipta sebagai berikut.
Indonesia, negara besar di dunia. Indonesia berada di atas bumi yang
kekayaannya sangat melimpah. Seni dan budayanya beraneka ragam jenis dan
bentuknya. Jumlah penduduknya nomor tiga terbanyak di dunia. Apa yang
kurang dari negeri ini? Alamnya, budayanya, keseniannya, hasil kerajinannya,
sampai pada jumlah penduduknya. Ragam musik tradisional, calung, angklung,
gambang kromong, gamelan, cianjuran, saluang, kolintang, dan berbagai jenis
alat-alat musik. Masing-masing daerah yang ditempati oleh berbagai suku lebih
dari 350 suku yang terdapat di Indonesia. Lebih dari separuh penduduk ini adalah
anak-anak dan remaja. Namun, berapa banyak dari mereka yang bisa memainkan
alat-alat musik tradisional seperti gamelan yang dimainkan oleh anak-anak dari
Australia, Jerman, Belanda, Inggris, dan negara asing lainnya. Ke mana mereka,
anak-anak bangsa ini. Apa yang terjadi pada mereka? Tidakkah lagi ada rasa
cinta mereka pada tanah ini? Di manakah orang tua mereka? Di manakah guru-
guru mereka? Di manakah pemimpin-pemimpin mereka? Masih berapa
gelintirkah orang yang peduli dengan kekayaan bangsa ini? Akankah kekayaan
negara ini akan benar-benar punah dari bumi persada ini. Mulai dari kayu di
hutan, naskah-naskah lama yang merantau dan telantar, sungai-sungai yang
tercemar, barang tambang yang hilang, dan yang sangat menyedihkan,
merosotnya nilai-nilai moral serta lupa pada Tuhan yang mengasihi dan
menyayangi bangsa ini.
Tulisan tersebut masih dapat dikembangkan dengan memunculkan subsub
topik sesuai dengan pengetahuan Anda tentang hal tersebut. Setelah Anda
menulis seperti contoh di atas, adakah yang ingin Anda tanyakan? Bagus! Apa
judul yang cocok untuk tulisan seperti itu. Tips di atas mengatakan bahwa
jangan pikirkan judul sebelum Anda menulis. Pikirkanlah ide, topik yang akan
Anda kembangkan. Judul dapat Anda tentukan setelah tulisan selesai. Terdapat
beberapa kriteria untuk menentukan judul yang baik, yaitu buatlah judul yang
menarik, kaitkan judul dengan isi tulisan, judul yang baik berupa pernyataan
bukan pertanyaan.
Baiklah Saudara, Anda boleh menggunakan judul untuk tulisan di atas
sebagai berikut sebagai alternatif. ‘Nilai-nilai yang Hilang’, ‘Kekayaan yang
Dilupakan’, ‘Hati-hati Kekayaanmu Punah’, ’Mencari Satu Juta Hilang Satu
Triliun’, dan lain-lain.
Demikian Saudara, uraian tentang keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif (menyimak dan membaca) serta produktif (berbicara dan menulis) telah
Anda pahami dengan baik. Selanjutnya akan kita bahas tentang hubungan
antarketerampilan berbahasa tersebut. Apakah masing-masing keterampilan
berbahasa tersebut saling berdiri sendiri atau saling berhubungan. Kita ikuti
uraian berikut ini.

D. HUBUNGAN ANTARKETERAMPILAN BERBAHASA


Empat keterampilan berbahasa di atas baik lisan (menyimak dan berbicara)
maupun tulis (membaca dan menulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Satu keterampilan akan mendukung keterampilan yang lainnya. Hubungan
antarragam bahasa memang lebih erat dibandingkan hubungan keterampilan di
luar ragam, artinya hubungan antara menyimak dengan berbicara lebih erat
dibandingkan hubungan menyimak dengan membaca atau menulis. Dengan kata
lain, hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan
langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada ragam yang berbeda adalah
hubungan tidak langsung. Perhatikan tabel berikut ini.

Tabel 1.5
Hubungan Keterampilan Berbahasa

Keterampilan
Berbahasa

Sifat
Lisan Tulis

Menyi Memb Resept


mak aca if

Produ
Berbica ktif
ra Menuli
s

Saudara! Melalui tabel di atas, kajilah hubungan antarketerampilan


berbahasa ini. Lihatlah hubungan ini dari segi ragam. Pada ragam lisan, yaitu
menyimak dan berbicara berada pada ruang yang sama. Hal ini menunjukkan
kedekatan hubungan antarkeduanya. Dalam kegiatan berbahasa lisan secara tatap
muka, penyimak, dan pembicara dapat bertukar atau berganti peran. Penyimak
bertukar peran menjadi pembicara; dan sebaliknya, pembicara menjadi
penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan komunikasi tanya
jawab, partisipan saling memberi dan menerima dalam komunikasi interaktif.
Interaktif antara penyimak dan pembicara merupakan satu kelebihan yang
dimiliki bahasa ragam lisan. Pada kegiatan berbahasa ini pengguna bahasa dapat
seketika memperbaiki kesalahan berbahasa yang terlanjur terjadi. Penyimak pun
dapat lebih cepat memahami pesan yang disampaikan pembicara karena dibantu
oleh ekspresi dan media atau alat bantu yang digunakan pembicara.
Di dalam menyimak, pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui
menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara.
Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus
memiliki keterampilan menyimak yang baik. Perhatikan tanda panah (↓) pada
tabel hubungan antara menyimak dan berbicara!
Sebagaimana menyimak dan berbicara, keterampilan membaca dan
menulis juga dapat berlangsung dengan pergantian peran. Anda ingat ketika
Anda menerima dan menulis surat untuk teman atau keluarga Anda yang berada
jauh dari tempat tinggal Anda. Ketika Anda menerima sepucuk surat, Anda
membaca surat tersebut maka Anda menjadi pembaca. Ketika Anda menulis
surat balasan maka Anda menjadi penulis. Hal ini juga merupakan kelebihan
bahasa ragam tulis, yaitu mengatasi kesulitan berkomunikasi jarak jauh. Di era
digital sekarang ini, pergantian peran dalam komunikasi tulis melalui internet
dapat berlangsung sangat cepat.
Keterampilan membaca atau pengetahuan seseorang yang diperoleh
melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau meningkatkan
keterampilan menulis. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi penulis yang baik,
orang harus memiliki keterampilan membaca yang baik. Perhatikan tanda panah
(↓) pada tabel hubungan antara membaca dan menulis.
Bagaimanakah hubungan keterampilan berbahasa dari segi sifat?
Keterampilan berbahasa yang memiliki kesamaan pasti memiliki hubungan yang
erat. Keterampilan menyimak dan membaca keduanya bersifat reseptif.
Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui kegiatan menyimak akan menjadi
skemata yang akan membantunya ketika memahami isi bacaan, demikian pula
sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil membaca akan
menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan. Artinya,
kedua keterampilan berbahasa reseptif ini selalu saling mendukung. Dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang terampil membaca juga terampil menyimak
atau sebaliknya.
Jika antarketerampilan berbahasa reseptif memiliki hubungan yang erat
maka dapat diasumsikan bahwa antarketerampilan berbahasa produktif juga
memiliki hubungan yang erat. Pada sebuah kegiatan seminar, penyaji tidak
mungkin langsung berbicara di hadapan peserta seminar. Jauh hari sebelum
kegiatan seminar berlangsung penyaji sudah menyiapkan makalah sebagai bahan
seminar. Ini artinya, seorang pembicara yang baik juga adalah seorang penulis
yang baik atau sebaliknya, penulis yang baik juga seorang pembaca yang baik.
Anda dapat membuktikan hal ini dengan cara memperhatikan seorang penulis
pada waktu dia berbicara.
Uraian di atas menunjukkan bahwa hubungan antarketerampilan berbahasa
pada ragam yang sifatnya sama tentu berhubungan erat. Pertanyaan berikutnya,
apakah keterampilan berbahasa pada ragam dan sifat yang berbeda juga memiliki
hubungan. Mari kita kaji!
Apakah terdapat hubungan antara keterampilan menyimak (lisan reseptif)
dengan keterampilan menulis (tulis produktif)? Ide, gagasan, atau pesan yang
akan disampaikan melalui bahasa tulis dapat diperoleh seseorang (penulis)
melalui kegiatan membaca dan juga menyimak. Artinya, keterampilan
menyimak yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk memperoleh atau
meningkatkan keterampilan menulisnya. Dengan demikian, terdapat hubungan
antara keterampilan menyimak dengan keterampilan menulis.
Hal yang sama juga dimiliki oleh keterampilan membaca dan berbicara.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang dari membaca dapat digunakannya ketika
ia mengemukakan gagasan pada kegiatan berbicara. Artinya, keterampilan
membaca yang dimiliki seseorang dapat meningkatkan keterampilan
berbicaranya.
Demikian uraian tentang hubungan antarketerampilan berbahasa baik
dilihat dari segi ragam maupun sifat keterampilan tersebut. Kesimpulannya
adalah bahwa setiap keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan satu
dengan yang lainnya dan saling mendukung. Untuk menguji pemahaman Anda
terhadap pembahasan hubungan antarketerampilan berbahasa ini, kerjakanlah
latihan berikut ini.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!

Bacalah wacana berikut ini, kemudian kerjakanlah soal-soal yang tersedia!


Menimba Pelajaran dari Bencana

Karena bencana, kita tidak boleh saling menyalahkan. Dari bencana, kita
bersama-sama mengambil pelajaran. Ketika bencana bertubi-tubi datangnya, baik
bencana alam maupun bencana buatan manusia, kita tidak bisa berbuat lain
kecuali bertanya pada diri sendiri. Apa makna dari semua ini?
Benarkah bencana alam dan bencana buatan manusia datang bertubi-tubi
menimpa dan membelenggu kita, bangsa Indonesia? Sepertinya, iya, dari
bencana alam, seperti gempa, gelombang tsunami, kekeringan, wabah penyakit,
sampai bencana kekerasan. Kita lebih cenderung asyik dengan urusan masing-
masing. Hal itu membuat bencana terasa lebih dahsyat dari kemauan dan
kemampuan kita untuk menghadapinya.
Sumber: Kompas, 1 April 2019 dengan modifikasi seperlunya.

1) Tentukanlah tema wacana di atas!


2) Susunlah pedoman wawancara untuk mendapatkan pendapat masyarakat tentang
bencana yang banyak menimpa bangsa ini, Indonesia!
3) Gunakanlah pedoman wawancara tersebut untuk memperoleh data!
4) Buatlah wacana baru (artikel) dengan menggunakan tema yang Anda tentukan dan data
yang Anda peroleh melalui wawancara!
5) Sajikanlah artikel/makalah tersebut disebuah seminar atau diskusi!

Petunjuk Jawaban Latihan


Kuasai materi yang disajikan, jika ada yang belum dipahami silakan dibaca
ulang.
RANGKUMAN
Terampil berbahasa Indonesia artinya terampil menggunakan bahasa
Indonesia dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan
berbahasa lisan meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan
berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis. Dilihat dari sifatnya,
keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif, yaitu menerima atau
memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, sedangkan
berbicara dan menulis bersifat produktif, artinya menghasilkan pembicaraan atau
tulisan.
Menyimak memiliki sifat interaktif dan noninteraktif. Menyimak interaktif
adalah menyimak dengan melakukan tanya jawab dengan pembicara atau
dengan penyimak yang lain. Menyimak interaktif jarak jauh dilakukan ketika
pelaku bahasa melakukan kegiatan bertelepon. Menyimak noninteraktif adalah
kegiatan menyimak yang tidak disertai dengan tanya jawab atau interaktif antara
pembicara dan penyimak.
Sebagai keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif, kegiatan
membaca bertujuan memahami isi bacaan. Pemahaman dalam membaca
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu (1) pemahaman literal, (2)
interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) membaca kreatif.
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain
(penyimak) dengan media bahasa lisan. Suhendar (1992: 20) mendefinisikan,
berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud
ujaran.
Keterampilan berbahasa yang bersifat produktif lainnya adalah menulis.
Jika pada keterampilan berbicara orang menyampaikan pesan, gagasan, atau
buah pikiran dengan menggunakan bahasa lisan, dalam menulis pesan
disampaikan penulis melalui bahasa tulis. Seperti halnya pada berbicara, menulis
juga memerlukan proses. Untuk memperoleh tulisan yang baik penulis juga
harus melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan
tahap pascapenulisan.
Setiap keterampilan berbahasa memiliki hubungan satu dengan yang
lainnya dan saling mendukung. Keterampilan berbahasa reseptif yang dimiliki
seseorang dalam memperoleh dan meningkatkan keterampilan berbahasa
produktif. Tidak ada cara lain untuk memperoleh keterampilan berbahasa, baik
reseptif dan produktif, yaitu dengan cara berlatih dan berlatih secara
berkesinambungan.

TES FORMATIF 2
Pilih salah satu jawaban yang benar!
1) Keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif adalah ....
A. menyimak dan berbicara
B. menyimak dan menulis
C. menyimak dan membaca
D. membaca dan menulis
2) Keterampilan berbahasa yang bersifat produktif adalah ....
A. menyimak dan berbicara
B. berbicara dan menulis
C. menulis dan membaca
D. membaca dan berbicara
3) Kegiatan menyimak interaktif adalah ....
A. mendengarkan pidato
B. mendengarkan siaran berita
C. berdiskusi
D. mengisi kuesioner
4) Memahami bacaan secara tersirat tergolong pemahaman ….
A. literal
B. interpretasi
C. kritis
D. kreatif

5) Orang-orang kreatif dapat mencipta sesuatu baru berdasarkan bacaan dengan


menggunakan ....
A. daya simak
B. pemahaman
C. finansial
D. imajinasi
6) Keterampilan mewujudkan pikiran atau perasaan dalam bentuk ujaran adalah
keterampilan ....
A. berbicara
B. menulis
C. membaca
D. menyimak
7) Istilah pengetahuan yang telah dimiliki seseorang dan dapat digunakan di
dalam kegiatan berbahasa adalah ....
A. ilmu
B. skemata
C. kemampuan
D. wawasan

8) Hal penting yang diperoleh seorang pembaca kreatif adalah ....


A. terampil berbahasa
B. terciptanya karya-karya baru
C. pemahaman terhadap isi bacaan
D. bertambahnya penghasilan
9) Keterampilan berbahasa yang bersifat interaktif dalam hubungan jarak jauh
adalah ....
A. menyimak dan berbicara
B. menyimak dan menulis
C. menyimak dan membaca
D. membaca dan menulis

10) Orang yang ingin terampil menulis sebaiknya terampil pula ....
A. menyimak dan berbicara
B. menyimak dan menulis
C. menyimak dan membaca
D. membaca dan berbicara

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

JUMLAH JAWABAN YANG BENAR


Tingkat penguasaan = x
JUMLAH SOAL
100 %
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.

Kunci Jawaban Tes Formatif

TES FORMATIF 1
1) A. Bunyi ujar berbentuk bahasa lisan.
2) B. Segala sesuatu yang disusun secara teratur dan bermakna artinya
memiliki sistem.
3) B. Berbahasa dengan orang lain artinya berkomunikasi.
4) D. Persamaan bunyi tersebut menimbulkan keindahan.
5) B. Produktif artinya menghasilkan dalam hal ini bahasa dapat
mengembangkan diri dengan bunyi-bunyi yang dimilikinya.
6) C. Arbitrer bermakna suka-suka.
7) C. Instrumen bermakna alat, jadi bahasa dijadikan alat untuk memenuhi
kebutuhan diri.
8) C. A. Regulatori, fungsi untuk mengontrol atau mengendalikan
oranglain. B. Interaksional, fungsi untuk menjalin hubungan dengan
orang lain. D. Imajinatif, fungsi untuk mencipta.
9) D. Perhatikan kunci jawaban nomor 8.
10) D. Personal berarti perorangan, fungsi personal dalam bahasa berarti
menggunakan bahasa untuk kepentingan perorangan atau pribadi.

Tes Formatif 2
1) C. Reseptif bersifat menerima, dalam keterampilan berbahasa memahami
pesan yang disampaikan baik secara lisan maupun tulis.
2) C. Produktif artinya mampu menghasilkan, dalam keterampilan
berbahasa menghasilkan atau menyampaikan ide atau pemikiran.
3) C. A dan B kegiatan menyimak satu arah, D. Kegiatan membaca.
4) B. A. Pemahaman tersurat, C. Memberi pendapat dengan penilaian baik
buruk, D. Memiliki kemampuan mencipta.
5) D. Untuk menciptakan sesuatu yang baru seseorang memanfaatkan daya atau
kemampuan berimajinasi.
6) A. Bunyi-bunyi bahasa tergolongkan ke dalam bahasa lisan (berbicara).
7) B. A. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar, C. Keterampilan yang
diperoleh melalui latihan secara berkesinambungan, D. Pengetahuan yang
luas yang diperoleh dari berbagai sumber.
8) B. Seorang pembaca kreatif tidak hanya memperoleh keterampilan
berbahasa, memahami isi bacaan dengan baik atau bertambahnya
penghasilan. Hal yang paling penting adalah terciptanya karya-karya
baru.
9) D. Soal ini mengaitkan hubungan antarketerampilan berbahasa yang satu
dengan yang lain. Jawaban A. Dapat dilakukan secara tatap muka, B. Kedua
keterampilan berbahasa ini tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sama,
demikian pula dengan C.
10) C. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif,
sangat membutuhkan keterampilan berbahasa reseptif, yaitu menyimak dan
membaca.

Glosarium

Arbitrer : sewenang-wenang; manasuka; suka-suka.


Interaktif : bersifat melakukan aksi; saling aktif.
Interpretasi : pemberian kesan; pendapat atau pandangan.
Kaji; mengaji : penyelidikan tentang sesuatu; mempelajari secara
mendalam; menyelidiki sesuatu.
Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan.
Kreativitas : daya cipta; perihal berkreasi; kemampuan untuk
mencipta.
Kritik : kecaman atau tanggapan yang disertai uraian
pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya.
Kritis : bersifat tidak lekas percaya; tajam dalam
penganalisisan.
Produksi : proses mengeluarkan hasil.
Produktif : mampu menghasilkan; mampu menghasilkan
terus- menerus dan dipakai secara teratur untuk
membentuk unsur-unsur baru.
Reseptif : mau menerima; bersifat menerima; terbuka dan
tanggap
terhadap pendapat, saran, dan anjuran orang lain.
Skemata : pengetahuan, pengalaman yang tersimpan
dalam ingatan yang dapat membantu

Terjemah, memahami sesuatu/pengetahuan baru.

menerjemahkan : mengalihbahasakan; memindahkan satu bahasa


ke bahasa
lain.
Terjemahan : alih bahasa; hasil menerjemahkan.
Daftar Pustaka

Alwi, H. D., Soenjono, & Moeliono, A. M. (2018). Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of educational objektive. London: Longman
Group Limited.
Hock, M. (1999). What is a writing intensive course. Hypatian Standford.
Idu.arch/hcic/uahcic/sld013.htm.
Ibrahim, A.S. & Suparno. (2008). Sosiolinguistic. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka.
James, A.W. H. dan John, E. L. (1986). Writing a collage handbook. New York:
W.W. Norton & Company.
Pusat Bahasa. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Richek, M. A., List, L. K., & Lenner, J. W. (1989). Reading problems
assessment. New Jersey: Practice Hall, Inc.
Suhendar, M.E. (1992). Sari mata kuliah MKDU bahasa Indonesia. Bandung:
Pioner Jaya.
Tim Edukatif. (2007). Kompeten berbahasa Indonesia untuk SMA kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan pendidikan –
bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Tomkins. G.E., dan Hoskisson. K. (1995). Language arts: content and teachinng
strategies. Boston: Allyn Bacon.
T, Solkhan, dkk. (1987). Interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia (modul).
Jakarta: Universitas Terbuka.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Bendera, Bahasa, Lambang
Negara, dan Lagu Kebangsaan.
Modul 2

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Dra. Lis Setiawati, S.Pd., M.Pd.

PENDAHULUAN

Saudara, pada Modul I Anda telah memperoleh pengetahuan dan


pemahaman tentang bahasa sebagai alat komunikasi, sistem tanda (sign), dan
tentang keterampilan berbahasa. Materi tersebut merupakan dasar pengetahuan
bagi Anda tentang apa itu bahasa dan pengetahuan ini berlaku terhadap bahasa
secara umum. Artinya, pengetahuan tersebut tidak hanya terdapat dalam bahasa
Indonesia, tetapi juga terhadap seluruh bahasa sebagai alat komunikasi yang
digunakan oleh penutur di seluruh dunia.
Pada Modul 2 ini Anda akan mulai belajar tentang bahasa Indonesia dan
sudut sejarah, yaitu sejarah perkembangan bahasa Indonesia sejak Iahirnya.
Anda mungkin bertanya, ”Bahasa dilahirkan?” Jawabannya, ”Ya!” Bahasa
Indonesia tidak seperti bahasa-bahasa lain yang sebagian tidak diketahui kapan
mulai digunakan atau diketahui sejarah kelahirannya. Sebagai contoh bahasa
daerah Sunda, tidak ada sejarah yang menunjukkan kapan bahasa Sunda mulai
digunakan, bagaimana proses terbentuknya bahasa Sunda, dan hal lain yang
berhubungan dengan bahasa tersebut. Begitu pula dengan bahasa lain. Bahkan,
sejumlah bahasa daerah yang mendekati kepunahan juga belum dikaji aspek
sejarahnya.
Saudara, dengan topik atau judul modul di atas, secara umułn Anda
diharapkan mampu menjelaskan sejarah kelahiran dan perkembangan bahasa
Indonesia. Secara khusus Anda diharapkan mampu menjelaskan hal-hal berikut.
1. Hal-hal pokok yang mendasari Iahirnya bahasa Indonesła.
2. Kronologis Iahirnya bahasa Indonesła.
3. Kedudukan bahasa Indonesia, dan
4. Fungsi bahasa Indonesia.

Kompetensi tersebut akan Anda peroleh setelah menguasai uraian materi


yang dituangkan dalam dua kegiatan belajar pada modul ini. Kedua kegiatan
belajar tersebut diberi judul ( l ) Kronologi Perkembangan Bahasa Indonesia dan
(2) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.
Saudara, di dalam melakukan sesuatu sebaiknya Anda memiliki cara-cara
efektif agar dapat melakukannya secara singkat dan mudah dalam rangka
mencapai tujuan yang telah Anda tentukan. Demikian pula halnya dengan
belajar, sebagai mahasiswa Anda harus telah memiliki strategi-strategi di dalam
belajar. Sehubungan dengan tujuan menguasai materi dalam modul ini, beberapa
tips dapat Anda lakukan.
1. Bacalah dengan cermat uraian materi modul!
2. Tandai atau garis bawahi topik-topik inti atau bagian-bagian penting pada
uraian materi!
3. Jika ada bagian yang sulit Anda pahami, cari sumber-sumber lain untuk
membantu pemahaman Anda, seperti mencari dan memahami buku-buku
pendukung, mencari dan memahami sumber lain di internet, bertanya
kepada teman sejawat, atau Anda langsung bertanya kepada tutor (tatap
muka atau daring).
4. Kerjakan tes formatif yang disediakan dengan jujur (tidak mencari
jawaban dari uraian materi karena Anda sudah mempelajarinya); jangan
melihat tes formatif lebih dulu karena tidak ada gunanya. Di dalam tes
formatif Anda sedang menguji kemampuan belajar Anda sendiri.

Demikian Saudara, kami berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda


dan kami berharap Anda belajar dengan baik untuk meningkatkan kemampuan
diri Anda.
KEGIATAN BELAJAR 1
Kronologis Perkembangan
Bahasa Indonesia

A. BAHASA MELAYU KUNO

Berbicara tentang sejarah bahasa Indonesia menjadi sesuatu yang mustahil


tanpa membicarakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan cikal bakal atau
ada orang menyebutnya sebagai embrio lahirnya bahasa Indonesia. Bahasa
Melayu sudah digunakan di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan itu adalah ditemukannya Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti
Talang Tuwo di Palembang, Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, dan Prasasti
Karang Berahi di Jambi. Keempat prasasti tersebut dapat Anda kenali melalui
foto-foto berikut
Prasasti-prasasti tersebut bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu
Kuno. Bahasa Melayu Kuno itu tidak hanya digunakan pada zaman Sriwijaya
karena di Jawa Tengah, Prasasti Gandasuli juga ditemukan dengan bertuliskan
angka tahun 832 M. dan di Bogor ditemukan prasasti bertuliskan angka tahun
942 M. yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga
digunakan sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan para pedagang yang datang dari luar Nusantara.

Saudara, untuk menguatkan pemahaman Anda tentang topik


Perkembangan Bahasa Indonesia saksikanlah tayangan video
tentang kelahiran bahasa Indonesia berikut ini
(https://sl.ut.ac.id/5e)

B. PENYEBARAN BAHASA MELAYU

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari


peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tul isan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, yang bertuliskan angka tahun 1380 M,.
maupun hasil susastra abad ke-16 dan ke- 17, seperti Syair Hamzah FaHikayat
Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama İslam di wılayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa
sistemnya mudah dipelajari, antara lain tidak adanya tingkat tutur berdasarkan
strata sosıal.
Bahasa Melayu dengan pelan, tetapi pasti digunakan tersebar di seluruh
wilayah Nusantara. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya itu, keberadaan
bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan semakin hari semakin bertambah
kukuh. Sementara itu, bahasa Melayu yang digunakan di wilayah Nusantara
dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah lain. Dalam
kondisi demikian itu, bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa Sanskcrta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya memiliki varian dan dialek.
Di samping itu, perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara juga
memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa Indonesia. Komunikasi antarpcrkumpulan yang bangkit pada masa itü
menggunakan bahasa Melayu (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id).
Soedjito (2008:1.6) menjelaskan perihal bahasa Melayu dari berbagai
aspek sebagai berikut.

Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18


Mei 1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa
resmi kedua, di samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai
bahasa resmi pertama. Sayangnya anggota bumiputra tidak banyak
memanfaatkannya.

Pada Kongres Pemuda Indonesia I tahun 1926, Niuhanımad Yamin,


penyusun ikrar Sumpah Pemuda menyatakan keyakinannya bahasa Melayu
lambat laun akan tertunjuk menjadi bahasa pergaulan umum atau bahasa
persatuan bagi bangsa Indonesia. Masih dalam Sodjito (2008: 1.5) menyatakan
bahwa tiga bulan menjelang diadakan Sııınpah Peıııuda, tepatnya pada 15
Agustus 1928, Soekarno dalanı pidatonya menyatakan bahwa perbedaan bahasa
di antara suku bangsa Indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tetapi makin
luas bahasa Melayu itü tersebar, makin cepat kemerdekaan Indonesia akan
terwujud
C. KELAHIRAN BAHASA INDONESIA

Sumpah Pemuda 28 Ok'tobcr 1928 di Jakarta bersejarah merupakan yang


monumental bagi bangsa dan bahasa indonesia. Butir-butir ikrar Sumpah
Pemuda pasti sudah Anda ketahui. Namun, tidak salah jika anda cermati butir-
butir sumpah pemuda sesuai aslinya berikut ini (Muslieh dan Suparno,1987;2).

Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertumpah darah


satoe, Tanah air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe,
bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia menjoenjoeng
bahasa persatocan, bahasa Indonesia.

Setelah Anda membaca dan mencermati ketiga butir Sumpah Pcmuda di


ataş, Anda mengetahui bahwa butir pertama dan kedua berbeda dengan butir
ketiga. İkrar pertama dan kedua berupa pernyataan pengakuan terhadap tumpah
darah yang satu dan bangsa yang satu, sedangkan ikrar ketiga berupa kebulatan
tekad untuk menjunjung bahasa Indoncsia mcnjadi bahasa persatuan. Perbedaan
butir Sumpah Pemuda tersebut memiliki makna yang berbeda pula. Jika butir
pertama dan kedua bermakna bangsa Indonesia mengakui bahwa kita memiliki
satu tanah air, yaitu Indonesia, dan juga satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia,
tetapi sumpah tentang bahasa berbeda. Dengan sumpah yang ketiga, bangsa
Indonesia menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan;
sementara juga secara implisit mengakui keberadaan bahasa-bahasa daerah yang
dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia. terdiri atas banyak suku. Sejalan
dengan itu, pada perkembangan lebih lanjut. di dalam UUD 1945 Pasal 36
dijelaskan bahwa bahasa-bahasa daerah yang dipelihara dengan baik dihormati
dan dipelihara oleh negara.
Peristiwa di ataş, Sumpah Pemuda 28 Oktobcr 1928 menjadi tonggak
dikenalnya nama bahasa Indonesia oleh seluruh bangsa Indonesia. Dalam kaitan
itu, Sütan Takdir Alisyahbana menjelaskan tentang bahasa Indonesia dengan
menyatakan, "Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad
tumbuh di kalangan pendudıık Asia Selatan dan setelah bangkitnya pergerakan
kebangsaan rakyat Indonesia pada permulaan abad dua puluh dengan insaf
diangkat sebagai bahasa persatuan,” Penggunaan ungkapan "dengan insaf”
mengandung pengertian bahwa bahasa yang dahulu disebut bahasa Melayu
berbeda dengan bahasa yang saat itu disebut bahasa indonesia.
Sutan Takdir Alisyahbana selanjutnya menyatakan bahwa bahasa
Indonexla merupakan lanjutan bahasa Melayu. Di samping itu, bahasa Indonesia
dengan insaf diangkat, dijunjung, serta digunakan sebagai bahasa yang
memperhubungkan dan mempersatukan rakyat Indonesia.
Masalah yang menarik perhatian para ahli sosiologi bahasa adalah kondisi
apa yang memungkinkan bahasa Melayu dipilih dan disepakati untuk diangkat
menjadi bahasa Indonesia, dan mengapa bukan bahasa Jawa atau Sunda yang
jumlah penuturnya lebih banyak daripada bahasa Melayu. Berikut ini beberapa
alasan sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa
perhubungan)selama berabad-abad. Hal ini tidak terjadi pada bahasa Jawa,
Sunda, atau bahasa daerah lain.
2. Penggunaan Bahasa Melayu tersebar ke berbagai wilayah melampaui batas-
batas wilayah bahasa lain walaupun jumlah penuturnya tidak sebanyak
penutur bahasa Jawa, Sunda, dan Madura yang penuturnya lebih banyak dari
penutur bahasa daerah lain.
3. Bahasa Melayu berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya
sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing.
4. Bahasa Melayu memiliki sifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat
bahasa, seperti bahasa Jawa (krama inggil, krama, madya, ngoko) atau
bahasa Sunda (kasar, halus).
5. Bahasa Melayu mampu mengatasi perbedaan antarpenutur bahasa daerah
lain sehingga tidak menimbulkan perasaan kalah atau menang, tidak ada
kelompok yang merasa lebih kuat. Jelasnya tidak ada persaingan
antarbahasa daerah.

D. BAHASA INDONESIA PADA ZAMAN JEPANG

Pada tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia setelah mengalahkan Belanda


dalam pertempuran yang sengit. Jepang menunjukkan kekuasaannya di
Indonesia sebagai penjajah. Poesponegoro dan Notosusanto (dalam Fahrurrozi
dan Andri, 2016: 38) menjelaskan bahwa Pemerintah Penjajah Jepang melarang
penggunaan bahasa Belanda dalam semua aspek kehidupan masyarakat
Indonesia, salah satunya adalah larangan digunakannya buku-buku atau referensi
yang menggunakan bahasa Belanda. Jepang memasukkan bahasa Jepang sebagai
bahasa pengantar dalam pengajaran. Agar bangsa Indonesia dapat dengan cepat
menguasai bahasa Jepang, diadakan lomba penggunaan bahasa Jepang, seperti
lomba membuat karangan, bercakap_ cakap, membaca, dan menyanyi dalam
bahasa Jepang. Selain itu, Jepang juga membentuk sekolah dan kursus kilat
pelajaran bahasa Jepang Nıppongo Gakka atau dalam bahasa Indonesia disebut
Sekolah Bahasa Nippon. Di Şamping itu, pihak swasta menyelenggarakan
kursus bahasa Jepang dengan masa pendidikan selama empat bulan. Kursus ini
dikelola oleh suatu badan yang disebut Toa Bumka Kai, yaitu Asosiasi
Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan. Dalam
sumber yang sama dijelaskan bahwa Jepang juga melakukan penyempurnaan
bahasa Indonesia yang tidak berkembang pada masa penjajahan Belanda. Hal ini
dilakukan untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Untuk penyempurnaan
bahasa Indonesia, Jepang membentuk Indonesia Goseibilinkai, yaitu komisi
Soewandi dan Sütan Takdir Alisyahbana. Komisi ini memiliki pimpinan harian,
yaitu Ihiki, Mr. Rd. Soewandi, dan Sütan Takdir Alisyahbana. Pada saat itu,
bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat dan berhasil mengodifıkasi
7.000 istilah bahasa Indonesia modem saat itu.
Usaha pemerintah Jepang memperhatikan bahasa Indonesia dijelaskan
oleh Soedjito (2008: I .6) sebagai berikut. Sebagai bangsa yang baru datang dan
sengaja menjajah negara yang dikunjungi, Jepang tidak dapat menghindari
penggunaan bahasa Indonesia untuk berhubungan dengan bangsa Indonesia.
Belanda yang telah tersingkir secara langsung kehilangan bahasanya di
Indonesia sebagai bahasa resmi, bahkan dilarang digunakan oleh Jepang yang
mulai berkuasa di Indonesia. Jepang mulai mengajarkan bahasa Jepang kepada
orang Indonesia dengan tujuan menjadikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi
di Indonesia sebagai pengganti bahasa Belanda. Namun, usaha itü tidak dapat
dilakukan secara cepat, secepat dia (Jepang) menduduki Indonesia. Oleh karena
itu, untuk sementara Jepang memilih jalan praktis, yaitu menggunakan bahasa
Indonesia yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Hal penting untuk Anda
ketahui bahwa selama pendudukan Jepang (1942—1945) bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa pengantar di semua tingkat pendidikan.
Untuk mencapai tujuan agar pemerintahannya dapat berjalan dengan
lancar, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan bahasa
Indonesia secepat-cepatnya. Hal ini menguntungkan bangsa Indonesia terutama
bagi para pemimpin pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang singkat dan
mendesak mereka harus beralih dari berorientasi terhadap bahasa Belanda ke
bahasa Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang
belum paham bahasa Indonesła secara cepat dapat menggunakan bahasa
Indonesia. Ketika Jepang menyerah, bahasa Indonesła yang berfungsi sebagai
bahasa persatuan makin kuat kedudukannya.
Berkaitan dengan hal di atas, semua peristiwa tersebut menyadarkan kita
tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik dengan bahasa persatuan
yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat kebangsaan. Para pemuda
Indonesia yang tergabung dałam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang kemudian menjadi
bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia
dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara. Pada saat iłu pula
UndangUndang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dałam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36). Kini bahasa Indonesia
digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat
maupun daerah (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/).

E. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN HASIL


KONGRES

Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia, berikut hasil Kongres


Bahasa Indonesia I sampai X.

l. Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, 25 sampai dengan 27 Juni 1938


Kongres bahasa Indonesia I ini dihadiri oleh para ahli bahasa Indonesia,
budayawan, guru, antara lain Mr. Amir Sjarifoeddin; St. Takdir Alisjahbana; Mr.
Muh. Yamin; St Pamuncak; Adi Negoro; R.M. Ng. dr. Poerbotjaroko; R.P.
Soeroso; dan Sanoesi Pane.
Pada kongres ini dihasilkan kesepakatan tentang pembaruan atau
pengembangan bahasa Indonesia sebagai berikut.
a. Menyesuaikan kata dan paham asing ke dałam bahasa Indonesia, dengan kata
lain penggunaan atau penyerapan kata atau istilah asing ke dałam bahasa
Indonesia untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
b. Pembaharuan bahasa dan usaha mengaturnya.
c. Menyempurnakan dan menetapkan gramatika karena gramatika yang pada
saat itu tidak memuaskan lagi dan tidak menuntut wujud bahasa Indonesia
karena itu perlu menyusun gramatika baru, yang menurut wujud bahasa
Indonesia
d. Hal ejaan bahasa Indonesia. sementara ejaan van Ophuysen boleh diterima
atau masih digunakan sambil melakukan penyempurnaan ejaan
e. Tentang bahasa Indonesia di dalam persuratkabaran. Kongres berharap sudah
waktunya kaum wartawan berdaya upaya mencari cara untuk memperbaiki
bahasa di dalam persuratkabaran.
f. Kongres meminta agar menjadikan bahasa Indonesia yang sah dan bahasa
untuk undang-undang negeri atau bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi
kenegaraan.
g. Kongres bahasa Indonesia memutuskan supaya diangkat suatu komisi untuk
memeriksa persoalan mendirikan Institut bahasa Indonesia.
h. Kongres menganggap perlu didirikan Perguruan Tinggi Kesusasteraan
secepatnya.
2. Kongres Bahasa Indonesia Il di Medan, 28 Oktober sampai dengan 1
November 1954
Kongres bahasa Indonesia Il ini tidak hanya dihadiri oleh para ahli bahasa,
melainkan juga masyarakat luas. Bahkan, Presiden Soekarno, yang pada waktu
iłu sebagai Presiden Republik Indonesia, membuka secara resmi Kongres bahasa
Indonesia iłu di Gedung Kesenian Medan pada pukul 8 pagi. Istri Presiden
pulalah yang membuka pameran buku (dałam 4 laporan resmi ia disebut P.J.M
lbu Karno, Ny. Fatmawati). Kongres bahasa Indonesia II ini merupakan sebuah
perwujudan tekad yang kuat dari bangsa Indonesia untuk terus dan terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang dijadikan kebanggaan bagi bangsa
Indonesia.

3. Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta, 28 Oktober sampai


dengan 2 November 1978
Kongres yang diadakan dałam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang
ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.

4. Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta, 21 sampai dengan 26


November 1983
Dalam kongres ini disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada sernua warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
dapat tercapai semaksimal mungkin.

5. Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta, 28 Oktober sampai dengan 3


November 1988
Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat, seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu
ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
6. Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta, 28 Oktober sampai dengan
2 November 1993
Kongres Bahasa Indonesia VI ini diikuti oleh sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara, meliputi Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. Peserta kongres mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang undang Bahasa
Indonesia.

7. Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta, 26 sampai dengan 30


Oktober 1998
Kesimpulan dari Kongres Bahasa Indonesia VII ini ialah mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia. Kongres juga beberapa hal
pokok sebagai berikut.
a. Memperkukuh kedudukan bahasa dalam era globalisasi.
b. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
c. Organisasi profesi, termasuk organisasi profesi kebahasaan dan dunia
usaha perlu melibatkan diri secara lebih aktif dałam pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia di bidangnya masing-masing.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan teknologi
informasi, dan tantangan kehidupan dałam era globalisasi 76 menuntut
agar kualitas bahasa Indonesia ditingkatkan dan kemampuan daya
ungkapnya dikembangkan.

8. Kongres Bahasa Indonesia ke VIII di Jakarta, 14 sampai dengan 17


Oktober 2003
Pada kongres bahasa kali ini para pakar dan pemerhati bahasa Indonesia
menyimpulkan bahwa berdasarkan Kongres Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 yang menyatakan bahwa para pemuda memiliki satu bahasa, yakni
bahasa Indonesia maka bulan Oktober dijadikan Bulan Bahasa. Agenda pada
Bulan Bahasa adalah berlangsungnya seminar bahasa Indonesia di berbagai
lembaga yang memperhatikan bahasa Indonesia.

9. Kongres Bahasa Indonesia IX di Jakarta, 28 Oktober sampai dengan 1


November 2008
Kongres ini juga dilaksanakan dałam rangka memperingati 100 tahun
Kebangkitan Nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya Pusat
Bahasa. Dicanangkannya tahun 2008 sebagai Tahun Bahasa maka di sepanjang
tahun 2008 diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Kongres ini
membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan
bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa.

10. Kongres Bahasa Indonesia X Di Jakarta, 28 Oktober sampai 31 Oktober


2013
Kongres bahasa Indonesia X ini diikuti oleh l.168 peserta dari seluruh
Indonesia dan dari luar negeri, antara lain dari Jepang, Rusia, Pakistan, Jerłnan,
Belgia, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, China, Italia, dan Timor Leste.
Beberapa rekomendasi yang muncul pada kongres dikutip berikut ini.
a. Pemerintah perlu memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
melalui penerjemahan dan penerbitan, baik nasional maupun internasional,
untuk mengejawantahkan konsep-konsep iptek berbahasa Indonesia guna
menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi ke seluruh lapisan masyarakat.
b. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi hasil-hasil pembakuan bahasa
Indonesia untuk kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia dałam rangka
memperkukuh jati diri dan membangkitkan semangat kebangsaan.
c. Pembelajaran bahasa Indonesia perlu dioptimalkan sebagai media pendidikan
karakter untuk menaikkan marłabat dan harkat bangsa.
d. Pemerintah perlu menerapkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)
untuk menyeleksi dan mempromosikan pegawai, baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta guna memperkuat jati diri dan kedaulatan NKRI,
serta memberlakukan UKBI sebagai "paspor bahasa” bagi tenaga kerja asing
di Indonesia.
e. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa perlu meningkatkan
pengawasan penggunaan bahasa untuk menciptakan tertib berbahasa secara
proporsional.
f. Peran media massa sebagai sarana pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia
di kancah internasional perlu dioptimalkan.
g. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu mengingatkan dan memberikan
teguran agar lembaga penyiaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
h. Pemerintah Indonesia harus mendukung secara morał dan material pendirian
pusat studi/kajian bahasa Indonesia di luar negeri.

11. Kongres Bahasa Indonesia XI di Jakarta, 28 Oktober sampai dengan 31


Oktober 2018
Bahasa Indonesia merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi
perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Berbicara mengenai bahasa Indonesia
sama dengan membahas identitas bangsa yang wajib dljunjung dan diutamakan,
sebagaimana amanat Sumpah Pemuda 1928 yang kini dinyatakan secara legal
pada Pasal 25 Undang-undang Nonłor 24 Tahun 2009. Berpijak dari pemikiran
iłu, Kongres Bahasa Indonesia (K BI) XI yang digelar di Hotel Grand Sahid
Jaya, Jakarta, 28 31 Oktober 2018 mengusung tema "Menjayakan Bahasa dan
Sastra Indonesia”
Ada sembilan subtema yang dikembangkan dari tema besar itu, yaitu ( l )
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, (2) pengutanłaan bahasa Indonesia di
ruang publik, (3) bahasa, sastra, dan teknologi informasi, (4) ragam bahasa dan
sastra dałam berbagai ranah kehidupan, (5) pemetaan dan kajian bahasa dan
sastra daerah, (6) pengelolaan bahasa dan sastra daerah, (7 ) bahasa, sastra, dan
kekuatan kultural bangsa Indonesia, (8) bahasa dan sastra untuk strategi dan
diplomasi, dan (9) politik dan perencanaan dan sastra
Pada Kongres Bahasa Indonesia XI diluncurkan beberapa produk
kebahasaan dan kesastraan, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia Braille. buku
Bahasa dan Peta Bahasa, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) daring,
Korpus Indonesia, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Daring, buku
Sastrawan Berkarya di Daerah 3T, 546 buah buku bahan bacaan literasi, Kamus
Vokasi, Kamus Bidang Ilmu, dan Aplikasi Senarai Padanan Istilah Asing
(SPAI). Selain itu, akan diberikan sejumlah penghargaan, yaitu Adibahasa,
Penghargaan Sastra, Anugerah Tokoh Kebahasaan, Duta Bahasa Nasional 2018,
dan festival Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional 2018
Setelah mengetahui sejarah bahasa Indonesia melalui prasasti-prasasti
dan kongres bahasa Indonesia; kesan apa yang dapat Anda tangkap
tentang bahasa Indonesia?

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!

1) l) Sebutkan prasasti-prasasti yang Anda ketahui sebagai tanda keberadaan


penggunaan bahasa Melayu!
2) Jelaskan asal muasal lahirnya bahasa Indonesia!
3) Jelaskan mengapa bahasa Melayu yang diambil sebagai dasar lahirnya
bahasa Indonesia?
4) Jelaskan apa yang dilakukan pemerintah penjajah Jepang terhadap bahasa
Indonesia?
Petunjuk Jawaban Latihan

1) Tuliskan nama-nałna prasasti yang Anda ketahui beserta tempat


ditemukannya, Anda bisa mendapatkan informasł lni melalui internet.
2) Tuliskan secara singkat awal (penyebab) kelahiran bahasa Indonesia.
3) Jawaban Anda merupakan penjelasan perbandingan antara bahasa Melayu
dengan bahasa daerah dari berbagai Sisi (tingkat pemakai, struktur).
4) Jawaban berisi tentang hal-hal yang dilakukan pemerintah penjajah Jepang
tentang ambisi mereka dan perlakuan mereka terhadap bahasa Belanda dan
bahasa Indonesia.

RANGKUMAN
Bahasa Indonesia disadari sebagai kebutuhan bangsa Indonesia,
khususnya para pejuang bangsa pada masa perjuangan melawan penjajah.
Bahasa Indonesia tidak hadir dengan sendirinya, dia lahir dan besar sejalan
dengan perjuangan bangsa ini. Berdasarkan kesepakatan dan keikhlasan para
pejuang disepakati bahasa Melayu yang sudah tersebar luas di Nusantara
menjadi dasar terwujudnya bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Dipilihnya bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia dengan
berbagai pertimbangan, antara lain (1) bahasa Melayu sudah lama digunakan
sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) dan bahasa perdagangan, (2) bahasa
Melayu memiliki struktur yang sederhana, (3) bahasa Melayu tidak mengenal
kelas atau strata sosial bahasa seperti bahasa daerah lain, misalnya bahasa Jawa
dan bahasa Sunda.
Sebagai bahasa yang terlahir berasal dari bahasa Melayu, bahasa
Indonesia terus berkembang sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan bahasa Indonesia tidak berlangsung secara liar atau
berkembang dengan sendirinya, melainkan terjadi dan terlaksana dengan
perencanaan yang cermat, antara lain melalui kongres bahasa Indonesia yang
ditetapkan pelaksanaannya selama lima tahun sekali di tempat atau daerah yang
berbeda-beda.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Bahasa Indonesia telah Iahir pada masa petljuangan bangsa melawan
A. Belanda
B. Jepang
C. sekutu
D. pemberontak
2) Berdasarkan kesepakatan dan keikhlasan para pejuang disepakati bahasa
yang menjadi dasar Iahirnya bahasa Indonesia adalah bahasa
A. Jawa
B. Sunda
C. Batak
D. Melayu

3) Bukti bahwa bahasa Melayu Kuno sudah ada sejak berabad-abad yang lalu
adalah ditemukannya
A. ukiran kayu
B. Prasasti
C. jam gadang
D. upacara adat

4) Satu dari beberapa alasan bahasa Melayu dipilih sebagai dasar Iahirnya
bahasa Indonesia adalah
A. Melayu merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia
B. Bahasa Melayu milik bangsa Indonesia
C. Suku bangsa Melayu pada umumnya para bangsawan
D. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan atau lingua franca

5) Selama pendudukan Jepang bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa


A. resmi di dalam acara kenegaraan
B. pengantar di semua tingkat pendidikan
C. pergaulan di dalam masyarakat
D. jurnalis atau persuratkabaran

6) Kedudukan bahasa Indonesia ketika Jepang menyerah


A. menjadi lemah
B. makin kuat
C. terabaikan
D. dalam perkembangan

7) Para ahli bahasa Indonesia terus melakukan pengembangan terhadap bahasa


Indonesia. Kegiatan resmi dałam rangka mengembangkan bahasa Indonesia
adalah
A. mendirikan lembaga pembinaan bahasa
B. mendirikan sekolah tinggi bahasa
C. menjaga bahasa-bahasa daerah
D. kongres bahasa Indonesia
8) Kongres bahasa Indonesia yang pertama dilaksanakan pada
A. 28 Oktober-2 November 1978
B. 28 Oktober - 3 November 1988
C. 28 Oktober - 2 November 1993
D. 25-27 Juni 1938

9) Kongres bahasa Indonesia yang pertama dilaksanakan di


A. Jakarta
B. Solo
C. Medan
D. Bandung
10) Bahasa Indonesia mulai masuk ke ranah internasional pada kongres bahasa
Indonesia ke
A. tujuh
B. delapan
C. Sembilan
D. sepuluh
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif I yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar I.

Jumlah Jawaban yang Benar


x 100%
Tingkat penguasaan = Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar l, terutama bagian yang belum
dikuasai.

KEGIATAN BELA JAR 2


Kedudukan
dan Fungsi Bahasa Indonesia

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Kedudukan diartikan sebagai status relative bahasa sebagai sistem


lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang
bersangkutan, sedangkan fungsi adalah nilai penggunaan bahasa yang
dirumuskan sebagai tugas penggunaan bahasa itu dalam kedudukan yang
diberikan kepadanya.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dimiliki sejak diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,
sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki sejak resmi tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam [JUD 1945, Bab XV, Pasal 36
tercantum ”Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”.

1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Fungsinya

Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.


Kedudukan sebagai bahasa nasional tersebut dimiliki oleh bahasa Indonesia
sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan
ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu, yang mendasari bahasa
Indonesia, telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya
di seluruh kawasan tanah air kita. Dan ternyata di dalam masyarakat kita tidak
terjadi persaingan bahasa, yaitu persaingan di antara bahasa daerah yang satu
dan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukan sebagai bahasa
nasional.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (l) lambang kebanggaan nasionalș (2) lambang identitas
nasional, (3) alat komunikasi, dan (4) alat pemersatu bangsa, antardaerah dan
antarbudaya.
a. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai budaya yang mendasari rasa
kebanggaan kita. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga
diri dan nilai-nilai budaya yang dljadikannya pegangan hidup. Atas dasar itulah,
bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan. Begitu pula rasa bangga
dalam menggunakan bahasa Indonesia wajib kita bina terus. Rasa bangga
merupakan wujud sikap positif terhadap bahaqa Indonesia. Sikap positif itu
terungkap jika Anda lebih suka menggunakan bahasa Indonesja daripada bahasa
asing.

Baik Saudara, kita lanjutkan pembahasan kita. Kurangnya rasa bangga


terhadap bahasa Indonesia sering kali tidak disadari oleh bangsa kita, yaitu
menggunakan bahasa Indonesia dengan memasukkan unsur asing bahasa Inggris
dalam berbahasa. Seperti contoh berikut ini.

Papan usaha : Anditya Tailor; Service Televisi.


Ujaran : "Aku lebih suka belanja di supermarket daripada ke pasar
tradisional."
Bahasa campuran seperti di atas tidak bagus dipandang dari segi
kebanggaan suatu bangsa dan tidak benar dipandang dari segi kebahasaan. Agar
pemakai dapat menjadi teladan dan dihormati orang lain terutama orang asing,
pemakaian bahasa seperti contoh di atas harus diubah dan diperbaiki menjadi
seperti berikut ini.
Papan usaha : Penjahit Anditya; memperbaiki Televisi atau Bengkel
Televisi.
Ujaran : "Aku lebih suka belanja di swalayan daripada di pasar
tradisional."

Perubahan ke arah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar


harus terus diusahakan, tidak boleh diabaikan. Jika rasa bangga ini hilang maka
hilang pula wibawa kita sebagai bangsa. Inilah akibat dari mengabaikan dan
tidak menghargai bahasa sendiri atau lebih bangga menggunakan bahasa asing
dibandingkan bahasa sendiri.

b, Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional


Artinya bahasa Indonesia yang lahir dari hasil pcrjuangan menumbuhkan
sikap kecintaan dan kepedulian terhadap bahasa dan bangsa. Bahasa Indonesia
memiliki nilai-nilai agung, norma-norma yang santun, wibawa, dan harga diri.
Hal tersebut menjadi identitas sebuah bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Warga
negara Indonesia memiliki karakter, kepribadian, dan watak scbagai bangsa
Indonesia yang berbeda dengan bangsa lain dengan bahasa sebagai medianya.
Seperti kata pepatah "Bahasa menunjukkan bangsa".
Berdasarkan hal tersebut, bahasa Indonesia yang mcmiliki ciri khas dari
berbagai unsurnya menjadi identitas bagi penggunanya. Contoh: Anda melihat
atau bertemu dengan dua orang Asia (A dan B) yang belum Anda kenal.
Keduanya tidak berkata-kata. Apakah Anda tahu asal negara kedua orang
tersebut? Pasti Anda tidak tahu atau sekadar menduga-duga. Ketika keduanya
berbicara, Anda baru tahu bahwa A adalah orang Indonesia, B berasal dari
Brunei. Ini yang dimaksud bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang
identitas nasional.

c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Komunikasi Antaretnik


Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi semua masyarakat di
Indonesia di berbagai kalangan. Bangsa Indonesia melakukan komunikasi
dengan berbagai suku dan kalangan baik secara lisan maupun tertulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Dalam komunikasi lisan baik dalam pergaulan
sehari-hari, di rumah, di kantor, masyarakat Indonesia dapat berkomunikasi
dengan baik melalui bahasa Indonesia. Demikian pula dalam siaran radio dan
televisi digunakan bahasa Indonesia untuk dapat dipahami oleh pendengar dan
pemirsa komunikasi tulis dalam buku, surat kabar, majalah, buletin, sampai pada
website.

d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Bangsa


Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Sensus Penduduk
terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia,
diketahui jumlah suku bangsa di Indonesia yang berhasil terdata sebanyak 1.128
suku bangsa. Namun jumlah tersebut bisa saja kurang dari jumlah yang
sebenarnya, hal ini dikarenakan luas wilayah Indonesia yang begitu luas dan
terdapat beberapa wilayah pedalaman yang masih sulit dijangkau. Dengan
bahasa Indonesia, bangsa ini dapat merasa harmonis dan serasi karena di antara
kita tidak Iagi merasa ada persaingan dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh
masyarakat atau suku lain. Identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah
masih dapat kita lihat dan masih tercermin didalam bahasa daerah masing-
masing yang masih kental. Bahasa daerah juga menjadi kekayaan bangsa
indonesia.
Setiap suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda pula. Anda dapat
membayangkan jika dua orang saja bertemu dan dengan bahasa masing-masing,
pasti tidak bisa saling mengerti, tidak akan pernah terjadi kesepakatan, tidak
akan tercapai tujuan, nnungkin yang akan terjadi adalah keributan. Perhatikan
contoh kecil berikut ini.

Percakapan di Sebuah Warung Sembako


Pembeli (suku A) : "Bu beli telur."
Penjual (suku B) : "Telur ... énte Mbak." Setelah itu penjual masuk ke rumah
(agak lama). Sementara pembeli masih berdiri di depan
warung. Si penjual menyapa lagi.
Penjual : "Ada yang mau dibeli selain telur Mbak?"
Pembeli : "Tidak Bu, telur aja." Jawab si pembeli.
Penjual : "iya tapi telurnya énte, belum belanja lagi."
Si pembeli masih diam (tidak beranjak) dan tampak bertanya-tanya. Si penjual
pun tampak agak bingung. Akhirnya, si pembeli menegaskan.
Pembeli "Oh jadi telurnya habis Bu?!"
Penjual "iya Mbak habis."
Pembeli "Saya kira Ibu ke dalam akan mengambil telur, di warung
habis karena Ibu bilang énte."

Penjual "1ya Mbak énte, habis."


Pembeli "Oh ... kalau di kami énte itu artinya tunggu
Penjual "Oh maaf ya Mbak, pantas saya sudah bilang énte Mbak nunggu terus.
Kalau di sini énte itu habis Mbak.
Dari contoh ini, Anda pasti dapat memahami, hanya penyebab satu kata
yang berbeda makna memunculkan kesalahpahaman yang tidak diinginkan.
Dengan demikian, peran bahasa Indonesia sangat besar di dalam mempersatukan
suku-suku bangsa di Indonesia.

2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara dan Fungsinya


Selain kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di
dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Di dalam kedudukan
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai ( l ) bahasa resmi
negara, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan
dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

a. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Negara


Sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia digunakan di dalam segala
kegiatan kenegaraan, seperti upacara, penyusunan undang-undang, pidato, rapat-
rapat urusan kenegaraan, dan kegiatan-kegiatan kenegaraan baik secara lisan
maupun dalam bentuk tulisan.
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya seperti Dewan
Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditulis di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di
dalam bahasa Indonesia. Hanya di dalam keadaan tertentu, demi kepentingan
komunikasi antarbangsa, kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan di
dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian pula halnya dengan
penggunaan bahasa Indonesia oleh warga masyarakat di dalam hubungan dengan
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi
timbal balik antarpemerintah dan masyarakat berlangsung dengan menggunakan
bahasa Indonesia.
Untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi negara dengan
sebaik-baiknya, pengguna bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan administrasi
pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam
pengembangan ketenagaan, seperti pcnerimaan karyawan, kenaikan pangkat baik
pegawai sipil maupun militer, dan pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam
maupun di luar negeri. Di samping itu, mutu kebahasaan siaran radio dan televisi
perlu pula senantiasa dibina dan ditingkatkan.

b. Bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

Didalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi


pula sebagai bahasa pengantar dilembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia kecuali di
daerah-daerah yang bahasa daerahnya sangat kental seperti bahasa daerah Aceh,
Batak, Sunda, Jawa, madura, bali dan makassar,bahasa daerah yang
bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga
pendidikan dasar.

Berdasarkan hal tersebut maka para guru yang berasal dari daerah yang
bahasa daerahnya sangat kental, harus berlatih berujar atau berbicara dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Para guru yang tidak menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar akan diikuti oleh para siswanya
Keteladanan guru dalam berbahasa di depan siswanya tidak terealisasi, tidak
sejalan dengan tampilan fungsi bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai
bahasa nasional.

c. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Tingkat Nasional


Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat luas, alat perhubungan antardaerah dan antarsuku,
dan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang sama. Dewasa ini orang sudah banyak menggunakan
bahasa Indonesia apapun perihal yang dibicarakan, apakah itu hal yang bersifat
nasional maupun kedaerahan.
Dalam perhubungan tingkat nasional, bahasa Indonesia terbukti telah
mampu berfungsi sebagai alat perhubungan antarpartisipan yang
berlatarbelakang sosial budaya dan bahasa ibu yang berbeda-beda. Berkat bahasa
Indonesia, suku-suku bangsa di Indonesia dapat berkomunikasi secara akrab dan
lancar sehingga terhindar dari kesalahpahaman dalam komunikasi antarindividu,
antarkelompok, atau antarkomunitas. Karena bahasa Indonesła pula kita dapat
menjelajah ke seluruh pelosok tanah air tanpa hambatan. Dengan bahasa
Indonesia, warga bangsa juga dapat saling berinteraksi dalam segala bidang
kehidupan. Dalam bidang pemerintahan dan kemasyarakatan bahasa Indonesia
dapat digunakan untuk menyampaikan kebijakan dan strategi yang berkaitan
dengan ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, dan kemanan
dengan mudah ke seluruh masyarakat Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, bahasa Indonesia memungkinkan bagi
berbagai suku bangsa untuk mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.
Dengan bahasa nasional, warga bangsa dapat rneletakkan kepentingan nasional
jauh di atas kepentingan daerah dan golongan kita.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula melaksanakan fungsinya
sebagai alat pengungkap perasaan. Jika beberapa tahun yang lalu masih ada
orang yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum sanggup rnengungkapkan
nuansa perasaan yang halus, sekarang dengan mudah dapat dilihat dalarn
kenyataan bahwa seni sastra, syair, dan lirik lagu, baik yang tertulis, maupun
lisan, serta dunia perfilman telah berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa
perasaan yang halus pun dapat diungkapkan dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Kenyataan tersebut tentulah menambah tebalnya rasa bangga kita
akan kemampuan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.

d. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembang Kebudayaan Nasional, Ilmu


Pengetahuan, dan Teknologi
Bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan untuk
membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang memiliki ciri-cin dan
identitas khas. Di samping itu, bahasa Indonesia juga digunakan untuk
memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik melalui penulisan
buku-buku teks, penerjemahan, penyajian pelajaran di lembaga-lembaga
pendidikan umum maupun melalui sarana-sarana Iain di luar lembaga
pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang terpenting di kawasan republik kita ini. Penting atau tidaknya suatu
bahasa didasari oleh tiga faktor, yaitu (l) jumlah penuturnya, (2) luas
penyebarannya, dan (3) peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan
budaya yang bernilai tinggi.
Penutur suatu bahasa yang berjumlah sedikit menutup kemungkinan
bahasa tersebut memiliki peranan yang penting. Artinya, jika ada dua bahasa
Yang satu jumlah penuturnya sedikit dan bahasa yang satu memiliki jumlah
penutur yang banyak, bahasa dengan jumlah penutur sedikit akan kurang
mendapat perhatian dari penutur Iainnya.
Luas persebaran suatu bahasa menunjukkan banyak hal. Pertama, bahasa
tersebut banyak disenangi oleh pengguna. Kedua, bahasa tersebut mudah
dipelajari dan enak digunakan. Ketiga, masyarakat penggunanya adalah orang-
orang yang memiliki wibawa, prestasi, dan prestise yang tinggi sehingga
masyarakat dan luar bahasa itu berasal akan merasa bangga jika menggunakan
bahasa tersebut.
Suatu bahasa menjadi sangat penting jika memiliki fungsi dan selalu
digunakan dalam penyebaran ilmu pengetahuan, sastra, dan teknologi. Hanya
orang-orang terpelajar yang selalu berusaha menambah dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tidak dapat dibayangkan apa jadinya jika
bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi pengembang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni tersebut tidak ada.

Setelah Anda memahami materi ”Kedudukan dan Fungsi Bahasa


Indonesia”, jelaskan perbedaan kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional!

Demikian Saudara, pembahasan kita tentang sejarah, kedudukan, dan


fungsi bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mencintai
dan menjunjung martabat bangsa dan negara menjadi kewajiban yang harus
selalu dilaksanakan. Bangga menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar merupakan satu cara menjaga martabat bangsa dan negara di hadapan
bangsa-bangsa lain.
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!
1) Jelaskan mengapa bahasa Melayu menjadi dasar lahirnya bahasa Indonesia?
2) Jelaskan perbedaan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara!
3) Berikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan
bahasa asing dan tuliskan perbaikannya!
4) Berikan pendapat Anda tentang orang-orang Indonesia yang lebih merasa
bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Kaitkan jawaban Anda dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia


2) Kaitkan jawaban Anda dengan kepentingan bangsa dan kepentingan negara.
3) Gunakan pengalaman Anda ketika berbahasa, baik bahasa lisan maupun
bahasa tulis.
4) Kaitkan jawaban Anda dengan rasa nasionalis sebagai bangsa Indonesia.

RANGKUMAN

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa


negara. Kedudukannya sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bahasa Indonesia
sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan
ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu, yang mendasari bahasa
Indonesia, telah dipakai sebagai linguafranca selama berabad-abad sebelumnya
di seluruh kawasan tanah air kita. Dalam penggunaan yang meluas itu ternyata
terjadi penerimaan oleh masyarakat luas dan tidak terjadi persaingan bahasa,
yaitu persaingan di antara bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah yang lain
untuk mencapai kedudukan bahasa Melayu untuk diangkat menjadi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang kebangsaan nasional, (2) lambang identitas
nasional, (3) alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara secara legal formal
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 36, dengan rumusan "Bahasa negara adalah
bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(l) bahasa resmi negara, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat
perhubungan dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemcrintah, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

TES FORMA TIF 2


Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Kedudukan bahasa Indonesia yang diikrarkan melalui Sumpah Pemuda


pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah sebagai bahasa
A. Perhubungan
B. Nasional
C. Negara
D. resmi

2) Kedudukan bahasa Indonesia yang diatur sesuai dengan ketentuan yang


tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 adalah
sebagai bahasa
A. Perhubungan
B. Kebangsaan
C. nasional
D. negara

3) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, artinya


A. secara nasional bangsa Indonesia selalu berbangga diri dengan
kemampuannya berbahasa asing
B. bahasa Indonesia mengandung unsur-unsur kebanggaan bagi beberapa
suku bangsa di Indonesia
C. bangsa Indonesia bangga memiliki bahasa Indonesia yang mampu
mewujudkan nilai-nilai positif
D. bahasa Indonesia adalah bahasa nasional sehingga setiap warga
Indonesia harus memiliki rasa bangga

4) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional karena


A. mudah dipelajari dibandingkan bahasa lain
B. tercantum dalam undang-undang negara
C. memiliki ciri pembeda dari bahasa lain
D. penggunaannya telah menyebar ke seluruh nusantara

5) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi, artinya bahasa


Indonesia digunakan untuk berkomunikasi
A. di sekolah
B. di tingkat internasional
C. di tempat kerja
D. antarmasyarakat di mana saja

6) Naskah proklamasi kemerdekaan RI ditulis menggunakan bahasa


Indonesia. Di sini bahasa Indonesia berfungsi sebagai
A. pemersatu antarsuku bangsa
B. bahasa resmi kenegaraan
C. pengantar dalam dunia pendidikan
D. pengembang kebudayaan

7) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan, berarti bahwa


bahasa Indonesia dapat digunakan untuk/atau sebagai
A. menghubungkan satu orang dengan orang yang Iain
B. kendaraan atau transportasi bagi semua masyarakat Indonesia
C. alat pengirim pesan melalui surat menyurat di Indonesia
D. alat perhubungan di dalam segala keperluan masyarakat Indonesia

8) Para guru harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar. Dalam hal ini, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
A. pemersatu antarsuku bangsa
B. bahasa resmi kenegaraan
C. pengantar dalam dunia pendidikan
D. pengembang kebudayaan

9) Para siswa di sekolah dari berbagai suku mengikuti kegiatan ekstra


kurikuler, ada yang menari, paduan suara musik daerah, membaca puisi.
Dalam hal ini, bahasa Indonesia berperan sebagai...
A. pemersatu antarsuku bangsa
B. bahasa resmi kenegaraan
C. pengantar dalam dunia pendidikan
D. pengembang kebudayaan
10) Sekarang banyak buku tentang informasi teknologi (lT) yang ditulis dalam
bahasa Indonesia. Artinya, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
A. pemersatu antarsuku bangsa
B. bahasa resmi kenegaraan
C. pengantar dalam dunia pendidikan
D. pengembang ilmu dan teknologi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda tcrhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


x 100%
Tingkat penguasaan = Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80% Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.

Kunci Jawaban Tes Formatif


Tes Formatif 1
1) A. Para pejuang sudah menggagas kelahiran bahasa Indonesia ketika masa penjajahan
Belanda
2) D. Dengan berbagai alasan, pada akhirnya para pejuang memilih bahasa Melayu sebagai
dasar lahirnya bahasa Indonesia.
3) B. Prasasti merupakan bukti bahwa bahasa Melayu (kuno) sudah ada sejak berabad yang
lalu.
4) D. Salah satu alasan mengapa bahasa Melayu dipilih sebagai dasar bahasa Indonesia
adalah karena bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan atau linguafranca di
Nusantara.
5) B. Selama pendudukan Jepang bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
semua tingkat pendidikan
6) B. Ketika Jepang menyerah, kedudukan bahasa Indonesia semakin kuat.
7) D. Kongres bahasa Indonesia merupakan kegiatan resmi dałam rangka mengembangkan
bahasa Indonesia.
8) D. Kongres bahasa Indonesia yang pertama dilaksanakan pada 25- 27 Juni 1938.
9) B. Kongres bahasa Indonesia yang pertama dilaksanakan di Solo.
10) A. Bahasa Indonesia mulai masuk ke ranah internasional pada kongres bahasa Indonesia
ketujuh. Berkaitan dengan pengajaran bahasa Indonesia pada penutur asing.

Tes Formatif 2
l) B. Selain bertumpah darah yang satu, berbangsa satu, Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 juga mengikrarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
2) D. Dałam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasał 36, bahasa Indonesia dinyatakan
berkedudukan sebagai bahasa negara.
3) C. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional. Artinya bangsa
Indonesia bangga memiliki bahasa Indonesia yang mampu mewujudkan nilai-nilai positif.
4) C. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lałnbang identitas nasional karena bahasa
Indonesia memiliki Ciri pembeda dari bahasa lain.
5) D. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi. Artinya bahasa Indonesia
digunakan untuk berkomunikasi antamasyarakat di mana saja.
6) B. Naskah proklamasi kemerdekaan RI ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Di Sini
bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan.
7) D. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan, artinya bahasa Indonesia dapat
digunakan untuk atau sebagai alat perhubungan di dalam segala keperluan masyarakat
Indonesia.
8) C. Di dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar, oleh
sebab itu para guru harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar.
9) D. Penggunaan bahasa dalam kegiatan seni dan budaya, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai pengembang kebudayaan.
10) D. Penggunaan bahasa Indonesia untuk keperluan menginformasikan
ilmu dan teknologi menunjukkan fungsi bahasa Indonesia sebagai pengembang ilmu
dan teknologi.
Daftar Pustaka

Fahrurrozi dan Wicaksono, A. (2016). Sekilas tentang bahasa Indonesia. Yogyakarta:


Garudhawaca.

Sluslich, M. dan Suparno. (1987). Bahasa Indonesia: kedudukan, Fungsi, pembinaan,


dan pengonbangannya. Bandung: Jemmars.

Soedjito, Hanafi, Imam, dan Arifin, B. (2008). Bahasa bantu. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Suhendar, M.E. (1992). Sari Mata kuliah MKDU bahasa Indonesia. Bandung: Pioner
Jaya.

Tim Edukatif. (2007). Kompeten berbahasa Indonesia untuk SMA kelas X. Jakarta:
Erlangga.

Sumber Internet:

http: /badanbahasa.kemdikbud.go.id Unduhan I I Oktober 2016

http: Ibadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis).
Unduhan I I Oktober 2016

http: /badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Putusan
KB1-1-9.pdf Unduhan 29 Mei 2017

You might also like