Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Model Problem Based Learning - DP 2
Pengaruh Model Problem Based Learning - DP 2
PROPOSAL
Disusun oleh:
Melania Delima
18314037
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun Oleh:
MELANIA DELIMA
18314037
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Diketahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
ii
PRAKATA
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak baik secara lansung maupun
tidak lansung. Ucapan terima kasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya
2. Dr. Maksimus Regus, S. Fil., M.Si., Dekan Fakultas Keguruaan dan Ilmu
ini.
iii
4. Fransiskus Nendi, S.Si., M.Pd., dosen pembimbing I yang telah
7. Kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat
9. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah memberikan
tulisan ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
Melania Delima
NPM: 18314037
iv
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii
PRAKATA.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
v
3.4 Variabel Penelitian......................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
seperti yang dikemukakan oleh NCTM (2000) siswa harus memiliki lima
solving), dan representasi. Kemampuan dasar dan sikap yang harus dimiliki oleh
satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa, artinya kemampuan pemecahan
masalah penting untuk dimiliki dan dikembangkan oleh siswa. Hal ini sejalan
dengan pendapat Branca (Sumarno dan Hendriana, 2014: 23) yang menyatakan
polya (Yulianti, Sukarsno, & Friansah, 2016) pemecahan masalah adalah usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang
dalam suatu cerita, teks, serta tugas-tugas dalam pelajaran matematika sesuai
Gunantara dkk (2014: 5), kemampuan pemecahan masalah adalah kecakapan atau
segera dapat dicapai atau metode yang digunakan untuk meyelesaikan masalah
penting untuk dimiliki oleh siswa selain sebagai tujuan pembelajaran matematika,
juga melatih cara berpikir siswa, siswa memiliki rasa ingintahu yang tinggi, dan
masalah matematika siswa di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan
hasil uji TIMSS pada tahun 2015, yang baru dipublikasikan pada tahun 2016
Indonesia berada pada peringkat 44 dari 49 negara peserta dengan nilai 386,
sedangkan skor rerata internasional untuk uji TIMSS adalah 500. Hasil uji PISA
pada tahun 2018 menunjukan untuk kategori matematika, Indonesia berada pada
peringkat ke-73 dari 80 negara peserta dengan skor rata-rata yang diperoleh
adalah 379, dengan skor rerata internasional untuk uji PISA adalah 487. Kedua
hasil studi ini membuktikan bahwa Indonesia menduduki posisi di bawah rata-
(2016), di mana siswa kurang berlatih dalam menyelesaikan soal-soal non rutin.
Maka dari itu, guru perlu meninjau kembali proses pembelajaran matematika agar
pemecahan masalah matematika masih rendah atau belum optimal. Hal ini dapat
dilihat dari jawaban hasil pekerjaan siswa terkait dengan soal pemecahan masalah
matematika pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, di mana siswa
3
menyelesaikan soal belum sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan
masalah. Hasil pekerjaan siswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 siswa belum memahami masalah, di mana siswa belum bisa
menuliskan semua apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal, serta salah
Gambar 1.2 siswa sudah memahami soal tapi belum sepenuhnya, siswa sudah
menulis dengan benar apa yang diketahui tapi masih ada yang salah. Rumus yang
4
Berdasarkan hasil jawaban siswa pada soal yang diberikan menunjukan
dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal;
matematika; (2) siswa mengalamai kesulitan untuk menentukan strategi atau cara
konsep untuk menyelesaiakan masalah yang ada; (3) siswa kesulitan untuk
menentukan tahap-tahap penyelesaian dari soal yang diberikan dan sulit dalam
menyelesaikan soal yang bervariasi atau soal yang sedikit berbeda dari soal yang
yang diberikan guru dan ketika diberikan soal yang sedikit berbeda dari soal
5
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 11
(a) guru kurang memberikan soal yang menuntut kemampuan pemecahan masalah
yang rutin kepada siswa; dan (c) Guru tidak menerapkan strategi-strategi
pendekatan pembelajaran yang efektif dan lebih variatif yang dapat meransang
model Problem Based Learning (PBL). Menurut Duch (Shoimin , 2014: 130)
6
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran dengan
bercirikan adanya permasalahan yang nyata sebagai konteks agar siswa belajar
berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan. Hal senada juga di sampaikan oleh Arends (Eka &
Ridwan, 2015: 42) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model
Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang
mendorong siswa siswa untuk dapat berpikir tingkat tinggi dan mempunyai
proses pembelajaran serta dari masalah yang diajukan siswa akan memperoleh
Muhammad., & Kodrium., 2020) dengan judul “Pengaruh Model Problem Based
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Negeri
kelas VIII SMP Negeri 17 Kendari. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
7
(Tanti., Rahim,Utu., Samparadja,Hafiludin., 2020) dengan judul “ Pengaruh
Matematis Siswa Kelas Vii Smp Negeri 14 Kendari”. Hasil penelitaanya juga
Negeri 14 Kendari.
matematika siswa adalah metode tutor sebaya. Metode tutor sebaya (peer-
tutoring) adalah metode pembelajaran dengan bantuan seorang peserta didik yang
kompoten untuk mengajar peserta didik lainnya yang mengalami kesulitan dalam
tutor sebaya siswa akan lebih leluasa untuk bertanya kepada teman yang menjadi
tutor terkait dengan topik materi yang belum dipahami. Hal ini sejalan dengan
tidak ada rasa sungkan atau malu untuk bertanya terkait dengan materi yang
belum dipahami. Penggunaan metode tutor sebaya diharapkan agar siswa lebih
mudah dalam memahami materi yang diajarkan dan pada akhirnya siswa tidak
kelompok dan pembelajaran yang didasarkan pada masalah yang autentik dan
sudah ditentukan oleh pendidik. Model Problem Based Learning Bermuatan Tutor
9
perhitungan untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang diberikan,
masalah matematis
yang biasa digunakan atau guru sering memberikan soal yang rutin
kepada siswa.
masalah matematika siswa yang diajar dengan mengunakan model Problem Based
10
Learning (PBL) Bermuatan Tutor Sebaya dengan model Konvensional pada siswa
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
Learning (PBL) Bermuatan Tutor Sebaya dengan model Konvensional pada siswa
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
pembelajaran matematika.
b. Bagi guru
11
Menambah wawasan bagi guru untuk memilih model pembelaran yang
c. Bagi siswa
matematika.
selesaikan.
d. Bagi Peneliti
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Matematika
1. Pengertian Matematika
manusia. Begitu banyak hal di sekitar kita yang selau berhubungan dengan
matematika, seperti kegiatan jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan
perkalian serta pembagian perlu dipahami oleh siswa dengan benar dan kuat.
Menurut Susanto (2020: 185) matematika adalah salah satu disiplin ilmu
simbol dan merupakan bahasa yang eksak, cermat, serta terbebas dari emosi.
13
1. Matematika merupakan cabang pengetahuan yang pasti atau tentu serta
terorganisasi.
objek kajianya bersifat abstrak, dan sebagai ilmu dasar atau basic science tentang
pola berpikir yang sistematis, serta dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
2. Pembelajaran Matematika
melibatkan guru dan siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan atau indikator
yang sudah ditentukan, Hamzah( 2011: 48). Selain itu, pembelajaran juga
14
diartikan sebagai serangakian kegiatan dengan melibatkan informasi dan
lingkungan yang disusun secara terencana agar memudahkan siswa dalam proses
tempat ketika pembelajaran itu berlansung, melainkan juga metode, media, serta
pembelajaran ada kegiatan belajar dan mengajar. Belajar mengacu pada yang
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi sebuah kegiatan pada
saat terjadi interaksi antara guru dan siswa. Berdasarkan uraian tersebut,
pembelajaran dimaknai sebagai proses interkasi antara guru dengan siswa dan
yang baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi matematika.
matematika siswa akan lebih baik jika siswa mampu mengkontruksi pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang mereka peroleh. Oleh
15
karena itu, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi
suatu aktifitas mental yang dilakukan siswa, yaitu memahami arti dan hubungan-
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan fungsi
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang mampu
efisien , memiliki sikap bertanggung jawab, serta memiliki rasa percaya diri dalam
(2006) yang disempurnakan lagi pada kurikulm 2016 adalah (1) memahami
konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
16
masalah; (2) mengunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
yang dapat memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sifat mengharagi
kegunaan matematika dalam kehidupan, memiliki rasa ingin tahu, perhatian, serta
yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, hal ini untuk
Hosnan (2014: 295) model Problem Based Learning (PBL), model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata, yang membuat
keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, dapat memandiriikan siswa serta
meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Sejalan dengan itu Sani & Ridwan (2013:
penyelidikan serta membuka dialog. Sejalan dengan itu, Duch (Shoimin , 2014:
berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan.
dengan memahami konsep dari masalah yang diberikan, sehingga siswa dapat
memahami hal yang penting dari materi yang dipelajari serta dapat meransang
masalah.
nyata siswa.
sendiri.
18
6. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan hal yang sudah mereka pelajari,
masalah; (2) berfokus pada hubungan antara disiplin ilmu; (3) penyeledikan
memiliki pemahaman yang penuh atau utuh dari materi yang dikemas dalam
Based Learning adalah sebagai berikut seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1
berikut:
19
Tabel 2.1 langkah-langkah Model Problem Based Learning
Menurut Aris Shoimin (2014: 132) ada beberapa kelebihan model Problem
20
b. Siswa memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuanya sendiri
observasi.
21
d. Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan
belajarnya.
siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir,
dan sesuatu yang harus dimengerti siswa, bukan hanya sekedar belajar dari
sendiri.
relevan.
a. Problem Based Learning (PBL) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang memiliki
pembagian tugas.
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan
yang sedang dipelajari , maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
pelajari.
(PBL) adalah: (1) model Problem Based learning (PBL) memerlukan waktu yang
tidak sedikit; (2) pembelajaran dengan model ini membutuhkan minat dari siswa
23
untuk memecahkan masalah, jika siswa tidak memiliki minat untuk memecahkan
masalah yang diajukan maka siswa cenderung bersikap enggan untuk mencoba
memecahkan masalah; serta (3) model Problem Based learning (PBL) lebih cocok
mengajar dengan bantuan seorang peserta didik yang kompoten untuk mengajar
hanya dari guru melainkan juga siswa yang menjadi tutor bagi teman kelasnya
dapat dijadikan sumber belajar. Dari beberapa definisi yang dikemukakan, maka
melibatkan siswa yang berkompoten serta telah mendapat bimbingan khusus dari
guru untuk memberikan arahan dan penjelasan kepada teman seusianya yang
tutor sebaya memberikan pengaruh yang postif untuk kedua belah pihak, baik
untuk tutor sendiri maupun bagi siswa yang dibimbingnya. Bagi siswa yang
bagi temanya serta penguasaan konsep materi yang diajarkan kepada temanya
akan lebih dikuasai olehnya. Dengan demikian penggunaan metode tutor sebaya
pembelajaran yang berkualitas karena adanya interaksi diantara siswa dan guru,
Tugas dari tutor itu sendiri yang kemudian akan memberikan kemudahan bagi
a. Materi dipilih dan dibagi ke dalam beberapa sub-sub materi dan siswa bisa
yang akan dipelajari serta siswa yang telah dipilih menjadi tutor akan
25
c. Setiap kelompok diwajibkan untuk memahami dan mempelajari sub materi
yang sudah ditugaskan pada kelompoknya yang dipandu oleh tutor dari
masing-masing kelompok.
kelompoknya terkait dengan sub materi yang ditugaskan dan guru yang
secara berurutan sesuai dengan sub materi, guru lalu menyimpulkan dan
dikemukakan oleh Izzati (2015), kelebihan dari metode tutor sebaya, yakni (1)
memberikan dampak yang lebih baik terlebih khusus untuk beberapa siswa yang
tidak berani atau malu serta mempunyai perasaan takut untuk bertanya secara
lansung kepada guru terkait dengan pemahaman materi serta kegiatan belajar
lainnya; (2) bagi siswa yang menjadi tutor, pekerjaan tutoring akan memperkuat
konsep yang dikuasai; (3) menjadi tutor adalah kesempatan bagi siswa dalam
meningkatkan mutu diri dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi; dan
(4) interaksi yang terjalin diantara siswa akan memperkuat hubungan diantara
mereka. Dan untuk kelemahan dari metode tutor sebaya adalah (1) siswa yang
dibimbing oleh tutor menjadi kurang serius dalam belajar karena berpikir hanya
diajar oleh temannya, hal ini menyebabkan hasilnya kurang memuaskan; (2) tidak
26
semua siswa yang pandai dan cepat belajarnya bisa mengajarkan kembali materi
didasarkan pada masalah yang otentik dan dalam proses memecahkan masalah
Table 2.2 sintaks model Problem Based Learning bermuatan Tutor Sebaya
27
Fase 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
6. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya
terkait dengan hal-hal yang belum mereka pahami atau
hal-hal yang belum jelas.
7. Guru membimbing tutor dalam mendefenisiskan serta
mengorganisasikan tugas belajar yang berkaitan dengan
masalah yang diajukan.
8. Guru membimbing siswa untuk siswa berdiskusi
bersama dengan teman kelomppoknya.
Fase 3. Membimbing penyelidikan individu dan
kelompok
9. Guru memberikan dorongan kepada siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah dengan bantuan serta bimbingan
tutor.
10. Siswa diberi waktu yang cukup untuk melakukan
persiapan.
28
didasarkan pada masalah yang otentik dan dalam proses memecahkan masalah
E. Metode Konvensional
merupakan metode yang boleh dikatakan tradisional, karena sudah sejak dulu
metode ini telah digunakan sebagai sarana komunikasi lisan antara guru dengan
adanya ceramah yang diiringi dengan penjelasan, pembagian tugas, dan latihan.
yang berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah, yaitu dari guru ke
menerangkan materi atau melakukan penturan materi secara lisan kepada siswa,
lalu siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. Umunya siswa bersifat pasif,
di mana menerima saja apa yang dijelaskan oleh guru. Dalam menjalankan tugas,
alat bantu yang sering dipakai guru yaitu papan tulis, kapur, serta gambar-gambar.
banyak berupa informasi verbal yang didapat dari buku serta penjelasan dari guru
atau ahli.
29
Dari beberapa definisi yang dikemukakan, dapat disimpulkan model
sering dilakukan, guru sebagai sumber informasi bagi siswa, dan kecendrungan
siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan mencatat
seperlunya saja, pembelajaran didominasi oleh guru karena guru sebagai pusat
pembelajaran dan komunikasi yang terjadi bersifat satu arah, yaitu komunikasi
pelatihan awal.
30
Menurut Siregar dan Syafari (2017) kemampuan pemecahan masalah, yaitu
pertanyaan yang terdapat di dalam suatu cerita, teks, serta tugas-tugas dalam
yang diketahui, yang ditanyakan, serta kecukupan unsur yang diperlukan, mampu
yang diperoleh. Dan menurut Polya (Amir, 2015: 36) Pemecahan masalah
merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mencari jalan keluar dari kesulitan
pemecahan masalah adalah proses berpikir secara terarah untuk menentukan apa
yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu masalah dan langkah-langkah untuk
menyelesaikan soal matematika. Perbedaan tersebut ada dalam istilah masalah dan
tampak jelas dan disebut dengan soal nonrutin. Hal ini sejalan dengan pendapat
memecahkan masalah matematika adalah usaha untuk mencari jalan keluar dari
bentuk matematika.
Dan Polya (Eviyanti, dkk. 2017), ada empat langkah atau prosedur dalam
1. memahami masalah
4. memeriksa kembali.
a. Memahami masalah
33
Pada langkah yang pertama ini siswa harus memahami masalah,
diantaranya adalah: masalah apa yang dihadapi?, apa yang diketahui?, apa yang
tersebut?. Tuliskan hal-hal tersebut, bila perlu buatlah dalam bentuk gambar,
soal pemecahan masalah, hal pertama yang diperlukan adalah siswa harus
Dalam langkah ini, yaitu menemukan hubungan anatara data yang sudah
diperoleh dengan hal-hal yang belum diketahui, atau mengaitkan hal-hal yang
mirip secara analogi dengan masalah. Apakah pernah mengalami masalah yang
dapat digunakan?, Apakah ada pola atau aturan yang dapat digunakan?.
hubungan dari data yang diperolehnya dengan apa yang ditanyakan dalam soal.
aturan sehingga dalam proses pemecahan masalah tidak ada satupun alternaif
yang diabaikan.
34
Menjalankan rencana untuk menemukan sebuah solusi, melakukan serta
yang sudah dibuat, siswa menyelesaikan soal atau masalah yang ada
Dan hasil yang diperoleh akan diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil
yang dicari.
d. Memeriksa kembali
dan solusi yang dibuat untuk memastikan bahwa penyelesaian masalah itu
sudah benar dilakukan. Pada tahap ini juga untuk mencari apakah dapat dibuat
35
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
pemecahan masalah Polya, diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Peneliti sudah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai sumber serta
sebesar 69,79; sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol (kelas yang
matematis yang diajar dengan mengunakan model PBL lebih tinggi dari
ttabel= 1,66. Dari data ini menunjukan bahwa t hitung> ttabel, artinya H0 ditolak.
37
Matematis Peserta Didik Kelas VIII SMPN 5 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2015/2016.
Ajaran 2015/2016.
38
tersebut adalah 13,32. Dari data ini menunjukan bahwa rata-rata
siswa masih rendah, hal ini dibuktikan dengan ketika menyelesaikan masalah
masalah, tidak bisa menyusun rencana dan strategi untuk menyelesaikan masalah,
mendapatkan jawaban dari masalah yang diberikan; serta siswa kesulitan dalam
model pembelajaran yang efektif serta dapat menumbuhkan aktivitas peserta didik
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka untuk
mengunakan model Problem Based Learning (PBL) bermuatan Tutor Sebaya, ini
merupakan perpaduan dari model dan metode dalam sebuah proses pembelajaran.
matematika siswa. Metode tutor sebaya adalah metode pembelajaran, di mana ada
siswa yang akan menjadi tutor (pengajar) bagi siswa lainnya yang mengalami
kendala atau kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Siswa yang dipilih
menjadi tutor adalah siswa yang berkompoten, siswa yang memiliki kelebihan
dari pada teman-temannya, dalam arti siswa yang menjadi tutor adalah siswa yang
lebih memahami suatu pokok bahasaan pada mata pelajaran tertentu dibandingkan
dengan siswa lainnya. Oleh karena itu, diharapkan model Problem Based
peserta didik untuk saling berdiskusi dan saling membagikan pengetahuan yang
metode Konvensional pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 11 Ruteng Kakor”.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
eksperimen.
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) bermuatan Tutor Sebaya pada kelas
42
B. Desain Penelitian
Grup Design. Dalam desain ini, peneliti memilih dua kelompok kelas, yaitu
Konvensional.
Secara rinci desain Pretest-Posttest Control Grup Design dapat dilihat pada
Kelas Eksperimen X
Kelas Kontrol -
(Sugiyono, 2013:170)
Keterangan:
X :
Perlakuan dengan mengunakan model pembelajaram
Problem Based Learning (PBL) bermuatan Tutor
Sebaya
Tempat dan Waktu Penelitian
A. Populasi Penelitian
memiliki kualitas serta kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
objek yang akan menjadi sasaran penelitian. Dengan demikian, populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Ruteng Kakor tahun
ajaran 2021/2022. Adapun jumlah seluruh siswa dari populasi tersebut adalah
sebanyak 142 orang siswa yang tersebar dalam lima kelas, yaitu kelas VIII A,
VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E. Secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 3.2
berikut:
Tabel 3.2 Rekaptulasi Jumlah Siswa SMP Negeri 11Ruteng Kakor Kelas VIII Perkelas
Jumlah siswa
No Kelas Jumlah seluruh
Laki-laki Perempuan Siswa
1 VIII A 15 13 28
2 VIII B 16 12 28
3 VIII C 8 22 30
4 VIII D 7 20 27
5 VIII E 18 11 29
Jumlah 64 78 142
44
B. Sampel Penelitian
diartikan sebagai bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan
demikian, sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili sifat atau
simple random sampling atau pengambilan sampel dilakukan secara acak. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih dua kelas secara acak untuk dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dari keseluruhan lima kelas dengan mengunakan uji
kesetaraan kelas . Untuk menguji kesetaraan diambil dari nilai Ujian Tengah
Semester kelas VIII SMP Negeri 11 Ruteng Kakor tahun ajaran 2021/2022. Uji
Keterangan:
: Jumlah sampel dari kelas pertama
: Jumlah sampel dari kelas kedua
: Rata-rata dari kelas pertama
45
Adapun kriteria keputusan dalam pengujian kesetaraan ini adalah:
1. Jika thitung <ttabel maka setara
kebesan .
Variabel merupakan atribut atau objek yang mempunyai variasi antara satu
dengan yang lainnya, (Sugiyono, 2015:38). Dalam penelitian ini terdapat dua
a. Variabel Bebas.
yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Arikunto, 2006: 199). Dalam
b. Variabel Terikat
menjadi akibat karena adanya variabel bebas, (Arikunto, 2006: 119). Adapun
46
Model Problem Based Learning bermuatan Tutor Sebaya merupakan
pembelajaran yang didasarkan pada masalah yang autentik (nyata) dan dalam
2. Model Konvensional
kegiatan ceramah sering dilakukan, guru sebagai sumber informasi bagi siswa,
dan kecendrungan siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan
mencatat seperlunya saja, pembelajaran didominasi oleh guru karena guru sebagai
pusat pembelajaran dan komunikasi yang terjadi bersifat satu arah, yaitu
terarah untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu
masalah serta metode untuk untuk menyelesaikanya belum diketahui secara jelas
belajar dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang diajukan, serta dalam
ditentukan oleh pendidik yang dibagi kepada setiap kelompok, kemudian setiap
2. Model Konvensional
siswa untuk belajar; (2) penyajian (presentation), yaitu guru menyajikan informasi
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari tahap demi tahap; (3)
siswa untuk mengetahui sejah mana kemampuan siswa dalam mengikuti proses
matematika siswa, dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan
soal urain pemecahan masalah matematika pada materi peluang, baik itu soal
pemecahan masalah Polya, diantaranya dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
49
dan output.
karena teknik pengumpulan data mengacu pada bagaimana cara data tersebut
dapat diperoleh. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah skor nilai kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Data tersebut akan diperoleh dari hasil
yang berbentuk soal uraian yang akan diberikan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Tes ini akan diberikan pada kelas eksperimen yang mengunakan
Problem Based Learning bermuatan Tutor Sebaya pada kelas eksperimen dan
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah serta hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, serta sistematis sehingga mudah diolah,
berikut.
1. Pedoman Tes
alat atau fasilitas yang akan digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data
pre-test dan post-test berupa soal uraian yang akan diberikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dengan tes yang diberikan kepada kedua kelas
berikut:
A. Validitas Instrumen
Validitas tes berkaitan dengan ketepatan tes dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur. Menurut Sugiyono (2011: 121) uji validitas merupakan derajat
ketepatan antara data yang terkumpul dengan data yang sebenarnya terjadi pada
objek yang diteliti. Pada penelitian ini mengunakan validitas isi dan validitas
empiris untuk mengetahui apakah valid atau tidaknya instrumen. Validitas isi
dapat diuji oleh para ahli, dalam hal ini adalah dosesn pembimbing. Sedangkan
untuk validitas empiris dapat dilihat berdasarkan hasil uji coba instrumen.
Keterangan:
54
: koefisien korelasi
B. Realibilitas Instrumen
sama (konsisten) apabila dilakukan pengukuran kembali pada orang yang sama
tetapi di waktu yang berbeda. Menurut Sugiyono (2011: 121) hasil penelitian yang
reliabel, apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Pada
Keterangan:
55
Adapun kriteria tinggi rendahnya realibilitas sebuah instrumen ditentukan
dengan mengunakan kategori seperti pada Tabel 3.6 berikut:
Realibilitas tinggi
Realibilitas sedang
Realibilitas rendah
C. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui soal tersebut mudah
atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
TK=
Keterangan:
data dari semua responden. Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data, yaitu
dari setiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab
yang telah diajukan. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisis data kuantitatif dengan mengunakan statistik yang dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Analisis data statistik deskriptif, yaitu teknik analisis yang digunakan untuk
secara umum atau generalisasi. Pengolahan data dalam ststistik deskriptif ini
seperti nilai rata-rata (mean), median, modus, nilai maksimum, nilai minimum,
jangkauan (range), simpangan baku (standar deviasi), dan variasi data, Lestari
mendeskripsikan data pada penelitian ini adalah ukuran pemusatan data (mean,
median, dan modus), dan ukuran penyebaran data ( range, varians, dan standar
deviasi).
57
2. Statistik Inferensial
penafsiran dan penarikan kesimpulan yang berlaku secara umum dari data yang
a. Uji Normalitas
2) Menentukan rata-rata
Keterangan:
58
6) Kriteria keputusan:
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
mempunyai varian yang homogen atau tidak. Pada penelitian ini teknik uji
langkahnya adalah:
3) Hipotesis statistik
59
Sampel n
Jumlah
6) Menghitung
7) Menghitung nilai B
B=
9) Taraf signifikasi 5%
c. Pengujian Hipotesis
60
Based Learning Bermuatan Tutor Sebaya dengan metode
konvensional.
konvensional.
Keterangan:
: rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen
: rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol
Keterangan:
61
: jumlah sampel kelas kontrol
4) Kriteria keputusan:
Uji Normalitas Gain adalah uji yang bisa memberikan gambaran umum
sebagai berikut:
keterangan:
: gain score ternormalisasi
: skor tes akhir
: skor tes awal
: skor tes maksimum
62
DAFTAR PUSTAKA
63
Febianti, Y. N. (2014). Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai Metode
Pembelajaran Untuk Melatih Siswa Mengajar. Edunomic , 2 (2), 81-86.
Gunawan, G., Fitriana, U., Kushendri, Kushendri, Fatimah, M, C. Z., et al. (2019).
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp Melalui
Pemberian Perlakuan Pembelajaran. Journal On Education , 1 (3), 1-8.
Hidayat, A. A. (2021). Menyusun Instrumen Penelitian & Uji Validitas Reabilitas.
(N. A. Aziz, Penyunt.) Surabaya: Health Books Publishing.
Isrokatun, & Rosmala, A. (2018). Model-Model Pembelajaran Matematika. (B. S.
Fatmawati, Penyunt.) Jakarta: PT Bumi Aksara.
Juliawan, G. A., Mahadewi, L. P., Rati, N. W., & Rati, N. W. (2017). Pengaruh
Model Problem Based Learning (Pbl). e-Journal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha , 5 (2), 1-10.
Lathifah, H. F., Bintoro, H. S., & Ulya, H. (2021). Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sd.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar , 10 (3), 515-523.
Maini, N., & Izzati, N. (2018). Analisis Kemampuan Penyelesaian Masalah
Matematis Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah Brainsford & STEIN
Ditinjau Dari Adversity Quotient. Jurnal Kiprah , 7 (1), 32-40.
Manullang, M. (2014). Manajemen Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran , 21 (2), 208-214.
Marlina, R., Nurjahidah, S., Sugandi, A. A., Sugandi, A. I., & Setiawan, W.
(2018). Penerapan Pendekatan Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
kelas VIII MTs Pada Materi Perbandingan Dan Skala. Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif , 1 (2), 113-122.
Maulyda, M. A. (2019). Paradigma Pembelajaran Matematika Berbasis NCTM.
(C. I. Gunawan, K. Ni'mah, & V. R. Hidayati, Penyunt.) Malang: CV.
IRDH Malang.
Monica, H., Kesumawati, N., & Septiati, E. (2019). Pengaruh Model Problem
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Keyakinan Matemais Siswa. Jurnal Matematika dan
Pembelajaran , 7 (1), 156-166.
Muhandaz, R., Lasari, M. M., & Kurniati, A. (2018). Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah ditinjau dari Kemampuan Awal Matematis Siswa SMP.
Journal for Research In Mathematics Learning , 1 (3), 260-267.
64
Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan & Teknik. (A.
Nuryanto, Penyunt.) Yogyakarta: UNY Press.
Nadhifah, G. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut , 5 (1), 33-44.
Nasir, M. (2016). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada
Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Madrasah Ibtidaiyah , 1 (2), 1-19.
Nisak, K., & Istiana, A. (2017). Pengaruh Penerapan Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan. Jurnal Kajian Pendidikan
Matematika , 3 (1), 91-98.
Noryanti, T., MZ, Z. A., & Nufus, H. (2019). Pengaruh Penerapan Metode Tutor
Sebaya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis. J. Pijar MIPA, , 14 (3),
102-107.
Novi, E., Yuanita, P., & Maimunah. (2020). Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik.
Journal of Education and Learning Mathematics Research (JELMaR) ,
1 (1), 65-74.
Nur, I. M., & Sari, D. P. (2021). Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah
Dasar Pada Materi Sifat Operasi Hitung Bilangan. Jurnal Ilmiah
Matematika , 2 (1), 1-10.
Pamungkas, T. (2020). Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Indonesia:
Guepedia.
Purba, F. J., Subakti, H., Muntu, D. L., & Simarmata, J. (2022). Strategi-Strategi
Pembelajaran. (A. Karim, Penyunt.) Yayasan Kita Menulis.
Putri, R. S., Suryani, M., & Jufri, L. H. (2019). Pengaruh Penerapan Model
Problem Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika , 8 (2), 331-340.
Rahmadani. (2019). METODE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BASED LEARNING (PBL). LantanidaJournal , 7 (1), 76-86.
Redhana, I. W. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan
Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran, 46(1): 76-86.
Roebyanto, G., & Harmini, S. (2017). Pemecahan Masalah Matematika untuk
PGDS. (N. N. Muliawati, Penyunt.) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
65
Royani, H. M., & Saufi, M. (2016). Problem Based Learning: Solusi
Pembelajaran Matematika yang Paif. Jurnal Pendidikan Matematika , 2
(2), 127-131.
Rukminingsih, Adnan, G., & Latief, M. A. (2020). Metode Penelitian Pendidikan.
(E. Munastiwi, & H. Ardi, Penyunt.) Yogyakarta.
Samosir, R. N. (2018). Pengaruh Problem Based Learning (Pbl) Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Smp. 49-53.
Setyo, A. A., Fathurahman, M., & Anwar, Z. (2020). Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning. (H. Djafar, Penyunt.) Yayasan Barcode.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualittaif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. CV.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut , 5 (2), 148-158.
Supraptinah, U. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Problem Based Learning.
Jurnal Litbag Sukowati , 2 (2), 48-59.
Tanti, Rahim, U., & Samparadja, H. (2020). Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kelas VII SMP Negeri 14 Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan
Matematika , 8 (2), 169-181.
Ulva, E., Maimunah, & Murni, A. (2020). Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kelas VII SMPN Se-Kabupaten Kuantan Singingi Pada Materi
Aritmetika Sosial. Jurnal Pendidikan Matematika , 04 (02), 1230-1238.
Unaradjan, D. D. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. (K. Sihotang, Penyunt.)
Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Yanti, A. H. (2017). Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap
Kemampuan Komunikasi Dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Lubuklinggau. Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia , 2 (2), 118-129.
Zaduqisti, E. (2010). Problem-Based Learning( Konsep Ideal Model Pembelajaran
untuk Peningkatan Prestasi Belajar dan Motivasi Berprestasi). Forum
Tarbiyah , 8 (2), 182-191.
66