You are on page 1of 7

Pemeriksaan Radiologi

Konvesional pada Traktus Urinarius

Pemeriksaan radiologi konvensional adalah pemeriksaan yang masih menggunakan sinar X-Ray untuk
pencitraan baik dengan kontras maupun tanpa kontras. Pemeriksaan ini essensial dalam proses
diagnosis dan terapi penyakit urologi

Ceklist pemeriksaan fisik farng dan tenngorokan

Ceklist Pemeriksaan Mulut


bibir pecah-pecah, ulkus di bibir, sariawan, tumor, sulit membuka mulut
Bibir dan rongga mulut (trismus)
Lidah gangguan perasa/tidak
kelainan pada lidah : paresis/paralisis lidah, atrofi papila lidah, abnormalitas
warna mukosa lidah, adanya ulserasi, tumor ( berapa ukuran tumor,
permukaan tumor licin atau berbenjol-benjol, knyall padat atau keras, rapuh/
mudah berdarah)
Kelenjar ludah aliran saliva, droling
Gigi caries dentis, gingivitis, impaksi gigi, infeksi gigi

Ceklist Pemeriksaan Faring


Uvula Letaknya ditengah / devias, hiperemis, edema
Tonsila palatina Besar tonsil (T0-T4), besarnya tonsil sama atau tidak kanan dan kiri
T0 : tidak ada tonsil
T1 : pembesaran tonsil belum melewati arkus posterior
T2 : pembesaran tonsil melewati arkus posterior
T3 : pembesaran tonsil sampai linea mediana
T4 : pembesaran tonsil melewati linea mediana
Permukaan tonsil : halus/berbenjol-benjol, ulserasi, detritus, pelebaran kripte,
abses, tonsil berlobus-lobus,
Palatum Mole/durum sekret, massa, ulserasi, pergerakan palatum mole
Faring Kelainan kongenital, hiperemis, hipertrofi/atrofi, massa
Arkus faring simetris/ tidak, penebalan arkus faring

Patofisiologi cholessistitis

• Obstruction of the cystic duct causes the intraluminal pressure within the gall bladder to
increase and, together with cholesterol supersaturated bile, triggers an acute inflammatory
response. The trauma caused by the gall stones stimulates the synthesis of prostaglandins I 2 and
E2, which mediate the inflammatory response

• Secondary bacterial infection with enteric organisms (most commonly Escherichia coli,
Klebsiella, and Streptococcus faecalis) occur in about 20% of cases

TB Anak
Apa itu TBC?
TB atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menular melalui percikan dahak saat batuk.
Ketika terhirup, bakteri Mycobacterium tuberculosis akan berdiam di paru-paru dan mampu
berkembang ke bagian tubuh yang lain, seperti tulang belakang, ginjal, bahkan otak.

Bagaimana penularan TB pada Anak?


Kasus TB paru pada anak biasanya ditularkan oleh orang dewasa. TB paru pada anak biasanya
terjadi saat anak menghirup bakteri mycobacterium tuberculosis yang berada di udara. Bakteri
tersebut menyebar ketika orang dewasa yang terinfeksi TB mengalami batuk dan menyebarkan
bakterinya ke udara. TB pada anak di bawah 10 tahun biasanya jarang menginfeksi orang lain.
Anak di bawah 10 tahun cenderung memiliki sedikit bakteri dalam sekresi lendir mereka dan
juga memiliki batuk yang relatif tidak efektif.

Apa saja tanda dan gejala TB Anak?


Gejala TB pada anak saat awal bisa tidak spesifik, namun umumnya bisa dilihat dari beberapa
gejala berikut:
• Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh
(failure to thrive) meskipun telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1-
2 bulan.
• Demam lama (> 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai
dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
• Batuk lama > 2 minggu, bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas semakin
lama semakin parah) dan sebab lain batuk tidak dapat disingkirkan. Batuk tidak membaik
dengan pemberian antibiotika atau obat asma (sesuai indikasi).
• Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
Harus diketahui juga bahwa seluruh gejala yang disebut di atas sering dianggap tidak khas
karena juga dijumpai pada penyakit lain. Karena itu butuh pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosis.

Bagaimana penegakan diagnosis TB Anak?


Beberapa jenis tes yang dibutuhkan untuk melakukan diagnosis TB paru pada anak adalah:
Uji tuberkulin
• Uji tuberkulin bermanfaat untuk membantu memastikan diagnosis TB paru pada anak,
khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas.
• Hasil uji tuberkulin sendiri masih belum bisa membedakan antara infeksi dan sakit TB. Pada
anak yang dilakukan penyuntikan uji tuberkulin harus kembali melakukan pemeriksaan dalam
rentang waktu 48 hingga 72 jam kemudian untuk melihat hasil penyuntikan.
Pemeriksaan bakteriologis
• Pemeriksaan bakteriologis (dahak) adalah pemeriksaan yang penting untuk menentukan
diagnosis TB, baik pada anak maupun dewasa. Pemeriksaan sputum pada anak terutama
dilakukan pada anak berusia lebih dari 5 tahun dan memiliki gambaran kelainan paru luas.
• Dengan semakin meningkatnya kasus TB resisten obat dan TB HIV, saat ini pemeriksaan
bakteriologis pada anak merupakan pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan, terutama di
fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai fasilitas pengambilan sputum dan
pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
• Pemeriksaan TCM dilakukan untuk mendeteksi kuman mycobacterium tuberculosis secara
molekular sekaligus menentukan ada tidaknya resistensi terhadap obat Rifampisin yang
dikonsumsi. Pemeriksaan TCM mempunyai nilai diagnostik yang lebih baik dari pada
pemeriksaan mikroskopis sputum.
Foto Thoraks
• Foto thoraks merupakan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis TB pada anak.
Namun gambaran foto thoraks untuk anak yang menderita TB tidak khas kecuali gambaran
TB milier.

Pengobatan
Jika anak sudah dinyatakan positif TBC, maka pengobatan perlu segera dilakukan.
Pengobatan TBC diberikan pada anak yang sudah dalam tahap TBC aktif, maupun anak
yang sudah terinfeksi kuman TBC meskipun belum menampakkan gejala. Penyakit ini bisa
ditangani oleh dokter anak atau dokter anak ahli respirologi.
Anak yang baru terinfeksi bakteri TBC dan belum menunjukkan gejala TBC aktif akan
diberikobat antituberkulosis (OAT) isoniazid, yang harus dikonsumsi setiap hari selama
sembilan bulan.
Sementara pada anak yang telah dipastikan terdiagnosis TBC aktif, dokter akan memberikan
pengobatan yang terdiri dari tiga jenis OAT,  yaitu isoniazid, pyrazinamid, dan rifampicin. Obat-
obatan ini harus dikonsumsi setiap hari selama 2 bulan. Kemudian untuk 4 bulan selanjutnya,
hanya dua jenis obat yang diteruskan, yaitu rifampicin dan isoniazid.

Pencegahan
• Hindarkan kontak langsung dari orang yang menderita penyakit TBC.
• Imunisasi Bacillus Calmette-Guérin atau BCG untuk mencegah tuberkulosis pada anak-anak.
• Menjaga pola hidup sehat anak dengan memberikan asupan gizi yang cukup.
• Minum obat obatan pencegahan (sesuai dengan resep dokter) pada anak balita yang kontak
erat dengan penderita TBC aktif.
• Penginap TBC harus menggunakan masker supaya udara tetap aman untuk anak.

Obat BPH
• Alfa 1- blocker  Mengurangi kontraksi otot polos prostat, contoh : terazosin, doksazosin,
alfuzosin, dan tamsulosin.

• 5 alfa reduktase inhibitor  Mengurangi volume prostat dengan menurunkan hormon


dihidrotestosteron (DHT), contoh : finasteride dan dutasteride.

• Antimuskarinik  menginhibisi respon asetilkolin sehingga menurunkan kontraktilitas otot


detrusor dan mengurangi gejala iritatif LUTS, contoh : fesoterodine fumarate, propiverine HCL,
solifenacin succinate

• Inhibitor fosfodiesterase-5  cara kerjanya belum diketahui secara pasti. Studi yang ada
menyatakan bahwa penghambat fosfodiesterasi-5, seperti tadalafil, dapat mengurangi tonus
otot polos detrusor, prostat, dan uretra sehingga melancarkan aliran urin.

• Fitoterapi : menggunakan bahan dari tumbuhan, seperti : Serenoa repens dan Pygenium
africanum

TB Ekstra paru

TB Ekstra paru

 Apa itu Tuberkulosis (TBC) ?

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis biasanya
menginfeksi organ paru-paru, sehingga disebut dengan TBC paru. 

 Lalu bagaimana dengan bakteri TBC yang menyerang organ lain di luar paru?

Kondisi ini yang dinamakan dengan TBC ekstra paru, atau TBC yang terjadi di luar paru. TBC ekstra
paru biasanya dapat menginfeksi organ di luar paru seperti kelenjar limpa, selaput otak, sendi, ginjal,
tulang, kulit, bahkan alat kelamin.

 Bagaimana penularan TBC ekstra paru ?

TBC esktra paru menular melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi bakteri tuberkulosis. Biasanya
penularan terjadi melalui transfusi darah.

 Siapa saja yang beresiko tertular ?

Anak-anak atau lansia, penderita HIV/AIDS, serta mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
buruk. 

 Apa saja jenis TBC ekstra paru ?

1. Tuberkulosis milier
Penyebaran ini biasanya terjadi secara hematogen atau melalui darah. Kondisi ini
biasanya lebih sering ditemukan pada pasien penderita HIV, penyakit ginjal kronis, pernah
menjalani prosedur transplantasi organ. Organ-organ tubuh yang biasanya terkena tuberkulosis
milier adalah hati, limpa, kelenjar getah bening, selaput otak, kelenjar adrenal, dan sumsum
tulang belakang.

2. Tuberkulosis kelenjar getah bening

Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya pembengkakan kelenjar getah bening di
salah satu atau beberapa bagian tubuh.

3. Tuberculosis tulang dan sendi

TBC tulang dan sendi umumnya terjadi pada anak-anak. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kondisi tulang dan sendi anak-anak yang masih dalam masa
pertumbuhan.

Ada 3 jenis TBC tulang dan sendi yang paling banyak terjadi, yaitu:

 Arthritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri TBC pada Sendi berupa monoarthritis
kronis. Sendi yang umumnya terdampak adalah panggul, lutut, siku, dan pergelangan
tangan.
 Osteitis adalah peradangan yang biasanya terjadi di tulang-tulang panjang, seperti
kaki. Terkadang, kondisi ini muncul akibat arthritis yang tidak segera ditangani.
 Spondilodisitis adalah TBC ekstra paru yang terdapat di tulang belakang dan
berpotensi mengakibatkan kerusakan serta cacat pada tulang belakang. Apabila tidak
ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan kelumpuhan.

4. Tuberkulosis saluran pencernaan

Bakteri TBC juga dapat menyerang saluran pencernaan, biasanya disebabkan


infeksi TBC paru yang bersifat aktif, serta terjadi ketika penderita menelan cairan
yang terinfeksi M. tuberculosis.

Gejala dari kondisi ini cukup sulit dibedakan dengan kondisi kesehatan lainnya, yaitu:

 Sakit perut
 Perut kembung
 Kelelahan
 Demam
 Berkeringat di malam hari
 Berat badan menurun
 Diare
 Konstipasi
 Darah pada feses
Komplikasi yang paling umum terjadi akibat penanganan TBC saluran pencernaan
yang tidak tepat adalah penyumbatan usus atau disebut juga TBC usus.

5. Tuberkulosis meningitis

Meningitis yang disebabkan oleh tuberkulosis lebih umum ditemukan pada balita
berusia di bawah 2 tahun, serta orang dewasa yang mengidap HIV/AIDS.

Beberapa tanda dan gejala yang umumnya muncul adalah:

 Sakit kepala
 Mudah marah
 Demam
 Kebingungan
 Leher kaku
 Lemah otot pada balita
 Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
 Mual dan muntah

TBC meningitis biasanya merupakan kondisi kesehatan yang berbahaya dan


harus segera ditangani. Bila tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini berisiko
mengakibatkan komplikasi saraf lainnya.

6. Tuberkulosis pericarditis

Infeksi TBC yang menyerang perikardium atau jaringan selaput yang menyelimuti
jantung. Tuberkulosis perikarditis biasanya terjadi setelah terdapat infeksi bakteri TBC di
organ tubuh lainnya. Itu sebabnya, kondisi ini sering kali berhubungan dengan TBC milier.
Jika tidak segera ditangani, TB perikarditis berpotensi memicu komplikasi pada jantung.

7. Tuberkulosis kelamin dan saluran kencing

TBC ekstra paru juga dapat terjadi di alat kelamin dan saluran kencing atau
biasanya disebut dengan tuberkulosis genitourinari. Beberapa tanda dan gejala yang
umumnya muncul adalah:

 Sakit perut
 Nyeri saat buang air kecil
 Lebih sering buang air kecil daripada biasanya, terutama di malam hari (nokturia)
 Sakit di bagian punggung dan tulang rusuk
 Pembengkakan testis
 Terdapat sel darah merah di dalam urin
8. Tuberkulosis efusi pleura

TBC ini biasanya jarang menimbulkan gejala apa pun, terutama jika jumlah cairan yang
terdapat di pleura kurang dari 300 ml. Pleura adalah selaput pembungkus paru-paru. Namun, jika
penumpukan cairan meningkat, penderita mungkin akan mengalami gejala sesak napas.

9. Tuberkulosis kulit

Infeksi bakteri tuberkulosis juga bisa masuk ke jaringan kulit dan menyebabkan TBC
kulit. TBC ekstra paru ini memiliki gejala berupa lesi yang membuat kulit melepuh dan
bengkak. Gejala ini biasanya akan muncul di area lutut, siku, tangan, leher, dan kaki
setelah 2-4 minggu bakteri menginfeksi jaringan kulit. Tingkat keparahan gejala bisa
berbeda-beda untuk setiap orang tergantung dari kondisi sistem imunnya. Gejala lainnya
dari TBC ekstra paru yang menyerang kulit adalah:

 Ruam berwarna ungu kecokelatan di sekitar lesi kulit


 Rasa sakit pada bagian lesi kulit
 Eritema atau ruam merah yang melebar pada kulit
 Lesi kulit berlangsung bertahun-tahun

 Pengobatan

TBC ekstra paru juga dapat disembuhkan. Pengobatannya pun tidak jauh berbeda dengan TBC paru,
yaitu dengan obat anti tuberkulosis (OAT), meski demikian perlu ada penyesuaian untuk beberapa
kondisi yang menginfeksi organ vital.

You might also like