Professional Documents
Culture Documents
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN TEORI
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua
karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan
lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati
lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus
kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadrates (Price & Wilson, 2005;
472)
1. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya
2. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit
darah tubuh.
6
7
fungsi.
B. Pengertian
ditemukan pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis,
dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama
dengan ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (Alimun, 2005). Jadi,
darah yang biasa terjadi pada neonatus baik secara fisologis, patologis
maupun keduanya.
RATA-RATA SERUM
ZONA BAGIAN TUBUH
INDIREK (Umol/L)
C. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis.
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
(Schwats, 2005):
perhari.
2003) bila:
e. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang
3. Kern Ikterus.
pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20
mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan
bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan
D. Etiologi
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
E. Patofisiologi
kan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin.
enterohepatik.
dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan
jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat
indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini
hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada
keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah,
penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan BBLR , hipoksia,
dan hipoglikemia.
F. Pathways
HEMOGLOBIN
GLOBIN HEME
Biliverdin Feco
Fototherapi
Resiko kekurangan volume cairan
(Sumber : Duspt.b.ogspot.com)
G. Gejala Klinis
Gejala Klinis yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau
infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari
fisiologis.
keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti
dempul
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
H. Pemeriksaan Penunjang
lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
I. Komplikasi
1. Bilirubin encephahalopathi
17
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang
melengking.
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi
J. Penatalaksanaan Medik
1. Fototherapi
dalam kulit.
pertama.
(kepekaan)
segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih
3. Therapi Obat
ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai
Enterohepatika.
19
K. Pencegahan
(pemberian ASI).
4. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
taruma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
5. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan umum
hepar.
6) Neurosensori;
kelahiran.
bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu
diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.
b. Pemeriksaan fokus
(Suriadi, 2001).
2. Diagnosa Keperawatan
ekstreme
3. Intervensi keperarawatan
a. Ikterus neonatus
Sclera kuning Kemampuan penyedia perawatan mata, menghindari tekanan yang berlebihan
Faktor Yang Berhubungan untuk mencairkan, Hapus tambalan mata setiap 4 jam atau
Penurunan berat badan abnormal menghangatkan, dan menyimpan ketika lampu mati untuk kontak orangtua dan
(>7-8% pada bayi baru lahir yang ASI secara aman makan
menyusui ASI; 15% pada bayi cukup Menunjukkan teknik dalam Memantau mata untuk edema, drainase, dan
bulan) memompa ASI warna
Pola makan tidak ditetapkan dengan Berat badan bayi = masa tubuh Tempat fototerapi lampu di atas bayi pada
baik Tidak ada respon alergi sistemik ketinggian yang sesuai
Bayi menunjukkan kesulitan dalam Respirasi status : jalan nafas, Periksa intensitas lampu sehari-hari
transisi ke kehidupan ekstrauterin pertukaran gas, dan ventilasi Memonitor tanda-tanda vital per protokol atau
Usia neonatus 1-7 hari nafas bayi adekuat sesuai kebutuhan
Feses (mekonium) terlambat keluar Tanda-tanda vital bayi dalam Ubah posisi bayi setiap 4 jam atau per
batas normal protokol
Penerimaan : kondisi kesehatan Memantau tingkat biIirubin serum per protokol
Dapat mengontrol kadar glukosa atau permintaan praktisi
darah MengevaIuasi status neurologis setiap 4 jam
Dapat memanajemen, dan atau per protokol
mencegah penyakit semakin Amati tanda-tanda dehidrasi (misalnya,
parah, depresi fontanel, turgor kulit mengerut,
Tingkat pemahaman untuk dan kehilangan berat badan)
24
c. Resiko cidera
4. Evaluasi
proses keperawatan.
5. Dokumentasi