You are on page 1of 56

22 Februari 2022 Pembelajaran Bermakna

Teori Belajar
Dosen pengampu:
Prof. Dr. Sri Haryani, M.Si.
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd.

Kelompok 11
Notification

Anggota Kelompok 11:


1. Fina Ayu Lestari (4301419009)
2. Ainul Faidah (4301419046)
3. Fransiska Nendrasari (4301419085)
1

Berbagai Teori Belajar

2
What We'll
Karakteristik Teori Belajar
Learn

Penerapan Teori Belajar


Berbagai Teori
Belajar
Teori Belajar
Behavioristik
Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik dicetuskan oleh Gagne dan Barliner yang berisi tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori belajar
behavioristik merupakan teori belajar klasik yang beranggapan bahwa seseorang
dianggap belajar jika mengalami perubahan tingkah laku. Teori ini sangat
mementingkan adanya input yang berupa stimulus dan output berupa respons
(Amsari, 2019).
1
Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa
Stimulus
2

Respon berupa reaksi atau tanggapan


siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut
Respon
Teori Belajar Behavioristik

1. Teori Belajar Kondisioning Klasik (Clasical


Conditioning)
Perlakuan yang dilakukan secara berulang-
Teori ini dicetuskan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), ulang akan melahirkan kebiasaan. Adanya
seorang ilmuan besar Rusia. Latihan pembiasaan sebuah pengulangan akan memudahkan
secara berulang-ulang dengan sendirinya tertanamnya konsep, fakta, informasi,
stimulus netral akan berubah menjadi stimulus pemahaman, dan pemikiran ke dalam benak
yang terkondisikan (conditioned stimulus) dan (memori otak) peserta didik (Muktar, 2019).
tentunya akan menghasilkan respon yang
terkondisikan pula (condititioned Response)
(Muktar, 2019).
Teori Belajar Behavioristik

Law of respondent conditioning (hukum pembiasaan yang


Dari percobaan yang dilakukan 1 dituntut). Dalam artian, jika dua macam stimulus dihadirkan
oleh Pavlov ini memunculkan dua secara bersamaan atau serentak (salah satunya berfungsi sebagai

hukum, yaitu (Muktar, 2019): reinforcer) maka reflek ketiga yang terbentuk dari respon atas
penguatan refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

2 Law of respondent extinction (hukum pemusnahan yang dituntut),


yaitu jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent
conditioning didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer
maka kekuatannya akan menurun.
Teori Belajar Behavioristik
2. Teori Belajar E. Thorndike (Koneksionisme)
1
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang semakin siap suatu organisme memperoleh
disebut stimulus (S) dan respon (R). Stimulus adalah suatu suatu perubahan tingkah laku, maka
perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat, menimbulkan kepuasan individu sehingga
sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang asosiasi cenderung diperkuat.

dimunculkan karena adanya perangsang. Thorndike


mengemukakan bahwa terjadinya asosisasi antara stimulus
dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut (Moreno,
2010):
Teori Belajar Behavioristik

2 3
Hukum latihan (law of exercise), Hukum akibat (law of effect), yaitu

yaitu Semakin sering suatu tingkah hubungan stimulus respon cenderung

laku diulang/dilatih (digunakan), diperkuat bila akibatnya menyenangkan

maka asosiasi tersebut akan semakin dan cenderung diperlemah jika


akibatnya tidak memuaskan.
kuat.
Teori Belajar Behavioristik
3. Teori Belajar Operant Conditioning
(Pembiasaan Perilaku Respon) ● Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah)
bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
Teori operant conditioning dari Burrhus
● Menganalisis dan mengidentifikasi komponen kecil yang
Frederic Skinner dengan teori pembiasaan
membentuk tingkah laku, kemudian komponen tersebut
perilaku responsnya merupakan teori belajar
disusun dalam urutan yang tepat menuju pembentukan
yang paling muda dan masih sangat
tingkah laku yang diharapkan.
berpengaruh di kalangan psikologi belajar masa
● Urutan komponen tersebut sebagai tujuan sementara,
kini. Adapun prosedur pembentukan tingkah
dengan mengidentifikasi reinfocer (hadiah) untuk
laku dalam Operant Conditioning adalah
masing-masing komponen itu.
sebagai berikut(Muktar, 2019):
● Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan
urutan komponen yang telah disusun.
Teori Belajar Behavioristik

4. Teori Belajar John B. Watson (Kontiguitas)


Tokoh ini mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Berdasar pada teori
conditioning-nya ia menganggap belajar sebagai suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(condition) yang kemudian menimbulkan reaksi. Artinya, untuk menjadikan seseorang itu belajar harus diberikan
syarat-syarat tertentu. Dan adanya latihan yang kontinu dianggap hal yang penting (Muktar, 2019).

Dalam teori belajar ini diperlukan hukum ulangan atau hukum latihan dalam belajar. Namun, pada teori belajar ini
tidak memperhatikan efek atau pengaruh variabel yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, sehingga
dikategorikan teori belajar yang sederhana.
Teori Belajar Behavioristik
5. Teori Belajar Edwin Ray Guthire (Pembiasaan
Asosiasi Dekat)
Gerakan adalah kontraksi otot-otot,
Edwin Ray Guthrie adalah salah satu penemu teori
sedangkan tindakan adalah kombinasi antara
pembiasaan asosiasi dekat (contiguous conditioning
gerakan-gerakan. Contoh tindakan adalah
theory). Teori ini menyatakan bahwa peristiwa
menggambar, membaca buku, dan lain
belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi
sebagainya. Termasuk juga dalam tindakan
antara rangsangan yang disandingkan dengan
adalah komponen-komponen dari
gerakan yang cenderung diikuti oleh gerakan yang
sama untuk waktu berikutnya. Dan dalam hal ini keterampilan-keterampilan, seperti bermain

Guthrie membuat perbedaan antara gerakan dan golf, mengetik, bermain basket, dsb
tindakan (Muktar, 2019).
Teori Belajar Behavioristik
a) Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi
apa ketika ia mempelajari sesuatu. Dengan kata lain, apakah
Mengasosiasikan stimulus respon secara stimulus yang terdapat di dalam buku atau pelajaran yang
tepat merupakan inti dari saran Guthrie menyebabkan siswa melakukan belajar.
kepada para guru dengan membimbing b) Jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana
siswa melakukan apa yang dipelajarinya. dapat membuat mereka mengingat informasi lebih banyak.
Diantara saran-saran Guthrie yaitu Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimuli yang dapat
(Muktar, 2019): digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran
c) Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberi
perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa tidak
taat pada peraturan kelas.
Teori Belajar Behavioristik

6. Teori Belajar Mengurangi Dorongan Menurut Clark Leonard Hull (drive


reduction theory)

Bagi Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu, Hull mengatakan kebutuhan
biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) merupakan hal
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus dalam belajarpun seringkali dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang dihasilkan bisa bermacam-macam.
Teori Belajar Behavioristik

a) Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respons.


Dengan artian, siswa harus memiliki keinginan untuk belajar.
Drive Reduction Theory ini memiliki
b) Stimulus dan respons harus dapat diketahui oleh organisme
beberapa prinsip, yaitu:
agar pembiasaan dapat terjadi. Dengan demikian, siswa harus
mempunyai perhatian.
c) Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan, yang dalam hal
ini siwa harus aktif, dan
d) Pembiasaan hanya bisa terjadi jika reinforcement dapat
memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, belajar harus dapat
memenuhi keinginan siswa.
(Muktar, 2019)
Teori Belajar Kognitif
Teori Belajar Kognitif

1) Jean Piaget 2) Jerome Bruner


Bruner terkenal atas pengembangan teori free
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
discovery learning. Teori ini beranggapan bahwa
merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses belajar akan berjalan dengan baik dan
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis kreatif apabila guru memberikan kesempatan
perkembangan sistem saraf. Bertambahnya usia kepada peserta didik untuk menemukan suatu
seseorang berpengaruh terhadap kompleksitas aturan (termasuk konsep, toeri, definisi, dan
sususan sel saraf, sehungga terjadi peningkatan sebagainya). Peserta didik dibimbing secara

kemampuan. Piaget membagi tahapan proses induktif untuk mengetahui kebenaran umum.
Bruner membagi tahapan perkembangan
belajar menjadi tiga yaitu tahap asimilasi, tahap
kognitif ke dalam tiga tahap yaitu tahap enaktif,
akomodasi, dan tahap equilibrasi.
tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Teori Belajar
Teori Kognitif
Belajar Kognitif

3) David Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang memberikan penekanan pada konsep
belajar bermakna. Dengan konsep ini ia terkenal dengan teori belajar bermaknanya. Menurut
Ausubel, peserta didik akan belajar dengan baik jika isi pelajaran (instructional content)
didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat (advance orginizer). Ausubel
mengelompokkan dimensi belajar menjadi dua yaitu dimensi pertama yang berarti belajar
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada peserta didik melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua yang berarti belajar menyangkut cara bagaimana
peserta didik dapat mengaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada.
Teori Belajar
Humanistik
Teori Belajar Humanistik

1. Menurut Abraham Maslow


Maslow berpendapat manusia dapat memahami dan menerima dirinya
sebisa mungkin. Adapun 5 kebutuhan manusia :

• Kebutuhan fisiologis
• Kebutuhan aman dan tenteram
• Kebutuhan dicintai dan disayangi
• Kebutuhan untuk dihargai
• Kebutuhan meningkatkan aktualisasi diri
Teori Belajar Humanistik

2. Menurut Arthur Combs 3. Menurut Carl Rogers


Combs menyatakan pendidik sering keliru Carl Roger menyatakan saling
dalam pembelajaran, pendidik sukses toleransi dan tidak ada prasangka
mengajar jika sudah menyampaikan materi dalam mengatasi permasalahan
kepada siswa secara sistematik tapi tidak dalam hidup (Ekawati & Yarni, 2019).
menyatu pada materi pelajaran dengan
perilaku pesera didik. Belajar berarti bagi
kepribadiannya dan siswa bisa
menganalisa permasalahan kehidupannya
(Ekawati & Yarni, 2019).
Teori Belajar
Kontruktivisme
Teori Belajar Kontruktivisme

Konstruktivisme merupakan pergeseran


paradigma dari behaviourisme ke teori kognitif. Konstruktivisme adalah teori tentang bagaimana
Epistemologi behaviourist berfokus pada pelajar membangun pengetahuan dari
kecerdasan, domain tujuan, tingkat pengetahuan, pengalaman, yang unik untuk setiap individu.
dan penguatan. Sementara epistemologi Konstruktivisme menurut Piaget (1971) adalah
konstruktivis mengasumsikan bahwa siswa sistem penjelasan tentang bagaimana siswa
membangun pengetahuan mereka sendiri sebagai individu beradaptasi dan memperbaiki
berdasarkan interaksi dengan lingkungan mereka
pengetahuan.
(Sugra, 2019).
Teori Belajar Kontruktivisme
Empat asumsi epistemologis adalah inti dari apa yang kita sebut sebagai pembelajaran konstruktivis yaitu:

Pengetahuan secara fisik dibangun oleh siswa yang


1 4
terlibat dalam pembelajaran aktif.
Pengetahuan secara teori
2 Pengetahuan secara simbolis dikonstruksi oleh siswa dikonstruksi oleh siswa yang
jjknd
yang membuat representasi tindakan mereka sendiri. mencoba menjelaskan hal-hal yang
tidak sepenuhnya mereka pahami.
3 Pengetahuan dibangun secara sosial oleh siswa
yang menyampaikan makna mereka kepada orang
(Singh & Yaduvanshi, 2015)
lain.
Teori Belajar Kontruktivisme

Konstruktivisme memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran


penemuan (discovery learning) dan belajar bermakna (meaningful learning).
Kedua metode pembelajaran ini berada dalam konteks teori belajar kognitif.
Konstruktivisme adalah pembelajaran yang memberikan leluasan kepada
peserta didik untuk membangun pengetahuan meraka sendiri atas atas
rancangan model pembelajaran yang buat oleh guru (Mustafa & Roesdiyanto,
2021).
Teori Belajar Kontruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme dari beberapa ahli menyatakan bahwa:

1 Jean Piaget menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil dari
konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperolehnya.

2 Lev Vygotsky berkata ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu: a) Zone of Proximal
Development (ZPD), kemampun pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau
memiliki kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu; b) Scaffolding, pemberian sejumlah
bantuan kapada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia
dapat melakukannya.
Teori Belajar Kontruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme dari beberapa ahli menyatakan bahwa:

3 John Dewey bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam
kurikulum harus saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain.
Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (SCL= Student Centered Learning)
dalam konteks pengalaman sosial.

(Rahayu et al., 2019)


Karakteristik
Teori Belajar
Karakteristik Teori Belajar
Behavioristik
Karakteristik Behavioristik

Kerangka kerja (frame work) dari teori pendidikan Behaviorisme adalah empiris. Asumsi
filosofis dari Behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara alami).
Latar belakang Empirisme adalah How we know what we know (bagaimana kita tahu apa yang
kita tahu). Menurut paham ini, pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari pengalaman
(empiris), sehingga fokusnya penelitiannnya menitik beratkan pada perubahan tingkah laku
yang dapat diamati. Oleh karena itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam
pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku (Muktar,
2019).
Karakteristik Teori Belajar
Kognitif
Karakteristik Kognitif

Terdapat lima ciri yang dapat dilihat dari teori


Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk
menggunakan media yang konkret karena anak-anak belajar kognitif ini, diantaranya :

belum dapat berfikir secara abstrak. Ciri khas dari 1)Mementingkan apa yang ada dalam diri

teori belajar kognitif terletak dalam belajar manusia.

memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk 2)Mementingkan keseluruhan dari pada


representatif yang mewakili obyek-obyek itu di bagian-bagian.
representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang 3)Mementingkan peranan kognitif.
melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang 4)Mementingkan kondisi waktu sekarang.
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. 5)Mementingkan pembentukan struktur
kognitif.
Karakteristik Teori Belajar
Humanistik
Karakteristik Humanistik

1. Swa Arah (Self Direction) 2. Belajar tentang Cara Belajar


Peserta didik hendaknya diberikan (Learning How to Learn
kesempatan untuk mengarahkan Sekolah hendaknya menghasilkan
belajarnya, memilih apa yang ingin mereka anak-anak yang secara terus
pelajari, dan dalam derajat tertentu, menerus menumbuhkan
mengarahkan kapan dan bagaimana peserta keinginannya untuk belajar dan
didik itu akan mempelajarinya. Dalam mengetahui cara-cara belajar yang
prinsip ini anak akan menjadi peserta didik memiliki harapan dalam
yang mampu mengarahkan belajarnya memadukan belajar baru dengan
sendiri, memotivasi diri, dan tidak menjadi belajar yang menantang mengenai
penerima informasi yang bersifat pasif. Oleh situasi yang berubah. Apabila
karena itu, anak akan belajar dengan peserta didik dihadapkan dengan
motivasi tinggi apabila mereka memiliki tantangan baru, mereka akan mudah
beberapa pilihan bahan belajar yang akan menyesuaikan diri.
mereka pelajari.
Karakteristik Humanistik

3. Evaluasi Diri (Self Evaluation) 4. Pentingnya Perasaan (Important of Feelings)


Evaluasi yang dilakukan oleh sekolah atau Pendekatan humanistik tidak membedakan
pendidik yang diakhiri dengan kenaikan kelas
domain kognitif dan afektif dalam belajar; dalam
dan kelulusan dipandang sebagai tindakan yang
mengganggu aktivitas peserta didik. Apabila arti kedua domain itu merupakan satu kesatuan
peserta didik memilih apa yang akan dipelajari yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Secara
dan mengembangkan keterampilan cara-cara spesifik, para pakar humanistik
belajar maka peserta didik itu harus melakukan merekomendasikan bahwa pendidik dalam
evaluasi diri. Kapan peserta didik itu harus melaksanakan pembelajaran hendaknya
mengambil tanggung jawab untuk memutuskan menekankan nilai-nilai kerjasama, saling
kriteria yang penting bagi dirinya sendiri, tujuan menghormati dan kejujuran, baik pada waktu
belajar yang akan dicapai, seberapa jauh mereka membuat contoh dan pada waktu mendiskusikan
telah mencapai tujuan belajar yang ditetapkan serta memperkuat nilai-nilai yang dipelajari oleh
sendiri, semua itu diputuskan oleh peserta didik
itu sendiri. peserta didik.
Karakteristik Humanistik

5. Bebas Dari Ancaman (Freedom of Threat)


Belajar akan lebih mudah, lebih bermakna, dan lebih diperkuat apabila belajar itu terjadi
dalam suasana yang bebas dari ancaman. Kegiatan belajar yang dipandang membebaskan
peserta didik dari ancaman adalah pembelajaran yang diwarnai oleh suasana demokratis
secara bertanggung jawab (Rifai & Anni, 2018)
Karakteristik Teori Belajar
Kontruktivisme
Karakteristik Kontruktivisme

Teori belajar konstruktivisme dapat dikenali dengan beberapa karakteristik, diantaranya :


1)Menampung ide-ide yang muncul dari peserta didik yang dijadikan dasar untuk membuat perencanaan
pembelajaran.
2)Memberikan kesempatan kepada pelajar untuk mengajukan ide dan melakukan tanya jawab.
3)Memberikan pemahaman tentang pentingnya proses dan hasil pembelajaran.
4)Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan wawasan baru lewat keterlibatan dalam dunia
nyata.
5)Menggalakkan proses inkuiri peserta didik melalui kajian dan eksperimen.
6)Dapat mengenal lebih dekat peserta didik.
7)Menciptakan pembelajaran kooperatif, sehingga guru bisa melihat sikap dan pembawaan peserta didik saat
berkomunikasi.
Penerapan
Teori Belajar
Penerapan Teori
Belajar Behavioristik
Penerapan Behavioristik
Penerapan teori belajar Behavioristik dalam pendidikan terlihat dalam beberapa hal diantaranya (Irham,
2015) :

1 Bahan-bahan pengajaran sudah siap digunakan. 4


Pengulangan dan latihan digunakan
2 Bahan pelajaran tersusun secara hierarkies, dari untuk membentuk kebiasaan.
jjknd

sederhana ke rumit dan kompleks.

5 Apabila perilaku yang diinginkan muncul


3 Pembelajaran berorientasi hasil yang terukur dan
diberi penguatan positif dan yang kurang
teramati dalam bentuk perilaku yang diinginkan.
diinginkan mendapat penguatan negatif
Penerapan Behavioristik
Proses pembelajaran yang berpijak pada teori belajar Behavioristik adalah sebagai berikut:

1 Menentukan tujuan pembelajaran dalam bentuk 4 Memberikan stimulus berupa


standarkompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan,
serta indikator ketercapaian. dan tugastugas dalam proses
pembelajaran.
2
Menentukan materi pelajaran yang akan diberikan
5 Adanya aktivitas memberikan hadiah dan

3 Merinci materi menjadi bagian-bagian kecil dalam hukuman

bentuk pokok bahasan, sub pokok bahasan, dan


(Sugiyono, 2011).
sebagainya.
Penerapan Behavioristik

Metode pembelajaran Behavioristik tidak cocok digunakan untuk semua mata pelajaran
karena pada dasarnya metode pembelajaran behavioristik membutuhkan praktik dan
pembiasaan misalnya percakapan menggunakan bahasa asing, olahraga, penggunaan
komputer dan lain sebagainya yang membutuhkan latihan dan pembiasaan (Shahbana et
al., 2020).
Penerapan Teori
Belajar Kognitif
Penerapan Kognitif
Penerapan Kognitif

Teori belajar kognitif lebih mengedepankan proses interaksi dengan lingkungan dalam
memperoleh pengetahuan. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan
jadi (ready made knowledge) anak didorong menetukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungan (Ardika et al, 2014). Ini sejalan dengan ilmu kimia yang
banyak berhubungan dengan lingkungan sekitar yang nyata. Anak dapat mengkaji atau
menghubungan fenomena-fenomena di sekitarnya dengan ilmu kimia.
Penerapan Teori
Belajar Humanistik
Penerapan Humanistik
Penerapan Humanistik

Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran kimia adalah menggerakkan literasi sains dengan
menggunakan bacaan kimia yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan
zaman, dan mengikuti pola kehidupan masyarakat modern dalam era globalisasi yang sedang
menghadapi masalah multidimensi. Struktur bacaan kimia, terlepas dari panjang pendeknya bacaan
haruslah membawa peserta didik dapat menggabungkan beberapa pengetahuan (secara
interdisiplin) dalam memahami suatu permasalahan yang disajikan. Konten yang diberikan
merupakan hal yang menjadi isu global dan permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari,
mencakup permasalahan sosial, ekonomi , budaya, politik, lingkungan, hingga hak-hak warga negara.
Hal ini dapat merangsang kebermaknaan bagi peserta didik dalam pembelajaran (Sawuwu, 2017).
Penerapan Teori
Belajar Kontruktivisme
Penerapan Kontruktivisme

Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran kimia adalah pembelajaran


dengan model PBL (Problem Based Learning). Metode ini sesuai dengan konsep
konstruktivisme dimana tidak hanya menjelaskan langkah-langkah baku dalam
pemecahan masalah tapi bagaimana suatu masalah acak dipecahkan. Dalam
pemecahannya agar sesuai dengan alurnya menggunakan diagram V sebagai alat
untuk mengorganisasikan kegiatan PBL di kelas terutama yang melibatkan
praktikum. Diagram ini mengungkapkan apa yang sudah dimiliki praktikan sebelum
praktikum, apa yang diperoleh, bagaimana pengolahan data yang diperolah, dan
pengetahuan apa yang dapat disimpulkan dari proses laboratorium (Purtadi,
2005).
Daftar Pustaka
Amsari, D. (2019). Implikasi Teori Belajar E.thorndike (Behavioristik) Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, 2(2), 52-60.

Ardika, I., Sitawati R., & Suciani, N. (2014). PENERAPAN TEORI KOGNITIF PIAGET DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

SEBAGAI DASAR MELAKSANAKAN REVOLUSI MENTAL. SOSHUM JURNAL SOSIAL DAN HUMANIORA, 4(2), 77–95.

Badi’ah, Z. (2021). Implikasi Teori Belajar Kognitif J. Piaget dalam Pembelajaran Bahasa Arab dengan Metode Audiolongual. Attractive :

Innovative Education Journal, 3(1), 1–13.

Baharuddin, & Wahyuni, E. N. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Arr-Ruzz Media.

Gunawan, H. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta.

Irham, W. (2015). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Arr-Ruzz Media.

Masgumelar, N. K., & Mustafa, P. S. (2021). Teori Belajar Kontruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran.

GHAITSA : Islamic Education Journal, 2(1), 49-57.

Moreno, R. (2010). Educational Psychology. University of Mexico.


Daftar Pustaka
Muktar, M. (2019). Pendidikan Behavioristik dan Aktualisasinya. Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 14-30. DOI:

https://doi.org/10.29138/tabyin.v1i1.4

Mustafa, P.S., & Roesdiyanto, R. (2021). Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme melalui Model PAKEM dalam Permainan

Bolavoli pada Sekolah Menengah Pertama. Jendela Olahraga, 6(1), 50-65.

Nurhadi. (2020). TEORI KOGNITIVISME SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. EDISI : Jurnal Edukasi dan

Sains, 2(1), 77–95.

Purtadi, S., & Sari, R. L. P. (2005). Metode belajar berbasis masalah (Problem Based Learning) berbantuan diagram vee dalam

pembelajaran kimia. Jurdik Kimia FMPIPA UNY.

Rahayu, W., Danugiri, H. D., & Sopiany, H. N. (2019). Miskonsepsi Matematis Siswa Menurut Teori Kontruktivisme. Journal

Unsika, 1(1), 274-278.


Daftar Pustaka
Rosyid, M. F., & Baroroh, R. U. (2019). Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab. AL-Lisan:

Jurnal Bahasa (e-Journal), 4(2), 180–198.

Shahbana, E. B., Farizqi, F. K., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran. Jurnal

Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.

Singh, S., & Yaduvanshi, S. (2015). Contructivsm in Science Classroom. International Journal of Scientific and Research

Publications, 5(3).

Sugiyono, H. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakary.

Sugra, N. (2019). Implementasi Teori Belajar Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sains. Humanika, Kajian Ilmiah Mata

Kuliah Umum, 19(2), 121-138.

Suryabrata, S. (2013). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.


My 5 Golden Reminders
For a Fun and Productive Class!

Be Be
Honest Responsible
Be Respectful Be Kind, Polite Be a Good
for Others and Caring Listener
Thank You
For Listening
Do you have any questions for us?

You might also like