You are on page 1of 2

Nama : Shalsabila Kharismadini Kartika

NIM : 190711637206

Jurusan / Off : Hukum dan Kewarganegaraan / C

Mata Kuliah : Geopolitik

TUGAS REVIEW FILM PENDEK

“Laut Ci(n)ta Selatan”

Laut Ci(n)ta Selatan merupakan film pendek yang diproduseri oleh Bapak I Made
Andi Arsana. Dengan jalan cerita yang ringan dan dialog yang mudah dipahami, film ini
memuat nilai edukasi tentang isu persengketaan internasional Laut Cina Selatan. Berdasarkan
film tersebut dapat diketahui beberapa poin penting yang kerap kali menjadi salah kaprah
dalam masyarakat yakni terkait keterlibatan Indonesia dalam sengketa Laut Cina Selatan.
Dalam film tersebut dijelaskan bahwasannya konflik Laut Cina Selatan muncul karena
didasari oleh dua konflik utama, pertama sengketa kepemilikan atas pulau dan karang
(Spratly Island) dan yang kedua sengketa kepemilikan atas ruang laut. Berkenaan dengan hal
tersebut dijelaskan pula bahwa negara-negara yang terlibat dalam persengketaan kepemilikan
antara lain Cina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand. Sedangkan
Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Hal inilah yang kemudian diluruskan dalam film
tersebut, yaitu fakta bahwasanya Indonesia pada dasarnya merupakan negara netral dan tidak
turut serta melakukan klaim atas pulau dan karang yang disengketakan. Kondisi yang
demikian kemudian disebut sebagai Non-Claimant State. Namun meskipun demikian yang
perlu digarisbawahi ialah sekalipun Indonesia tidak terlibat, tetapi Indonesia memiliki hak
atas ruang laut di zona Laut Cina Selatan. Hak atas ruang laut inilah yang kemudian menjadi
permasalahan karena kondisi yang tumpang tindih, dalam hal ini berkaitan dengan negara
Malaysia dan Vietnam.

Jika menggunakan dasar hukum UNCLOS maka negara berhak atas Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) yaitu sepanjang 200 mil ditarik dari garis dasar pantai. Dengan demikian
terdapat tumpang tindih hak antara negara Indonesia, Malaysia dan Vietnam pada perairan
Natuna. Pada dasarnya untuk mengatasi permasalahan ini sudah diambil usulan yaitu
penarikan garis batas (Delitimasi), namun meskipun demikian tetap terjadi tumpang tindih
sehingga memunculkan wilayah zona abu-abu. Akibatnya ialah seringkali terjadi insiden
penangkapan kapal asing pada perairan tersebut.

Keterkaitan konflik tersebut dengan Cina ialah bahwasanya Cina memiliki klaimnya
sendiri yang mana hal tersebut berbanding terbalik dengan kebijakan UNCLOS. Klaim
tersebut yaitu Cina sejak tahun 1947 mengeluarkan peta berisikan 9 garis putus-putus yang
melingkupi hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan (Nine Dash Line). Klaim berdasarkan
peta tersebut kemudian akhirnya memotong ZEE negara-negara lain salah satunya Indonesia.
Pendirian tersebut dipertahankan Cina dengan dalih bahwa ia telah melakukan klaim jauh
sebelum dibentuknya UNCLOS. Alasan lainnya ialah karena ia juga memegang teguh prinsip
"Traditional Fishing Grounds" yang artinya ia meyakini jika nenek moyangnya telah
menjelajahi Laut Cina Selatan dan telah memanfaatkannya sejak zaman dahulu kala. Di sisi
lain terdapat kenyataan bahwasanya Cina telah mengakui UNCLOS yang terbukti dengan
ratifikasi yang telah ia lakukan sejak tahun 1996, namun meskipun demikian Cina masih
bersikap teguh pada pendiriannya, dan hal tersebut menyebabkan sengketa Laut Cina Selatan
berbuntut panjang.

Pada film pendek tersebut juga telah dijelaskan jika pada dasarnya negara-negara
terlibat telah melakukan berbagai upaya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, salah
satunya ialah Indonesia. Sebagai negara netral, Indonesia juga turut melakukan usaha
penyelesaian dengan cara mempelopori pencarian solusi sengketa melalui Kementerian Luar
Negeri. Upaya yang dilakukan ialah dengan melaksanakan workshop "Managing Potential
Coflict in the South China Sea" sejak tahun 90-an hingga sekarang. Namun meskipun
demikian sengketa kepemilikan Laut Cina Selatan masih belum dapat diselesaikan. Pada
akhir film juga telah ditegaskan bahwa sengketa ini tentunya merupakan isu yang kompleks
karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan, untuk itu diperlukan kesabaran dan kerja
sama yang serius demi penyelesaian yang adil bagi pihak-pihak terlibat. Akhir kata secara
keseluruhan dengan berbagai poin yang diangkat di atas, film pendek berjudul Laut Ci(n)ta
Selatan ini merupakan film yang bagus dan menarik untuk dijadikan sebagai sarana edukasi
masyarakat khususnya terkait isu konflik Laut Cina Selatan.

You might also like