You are on page 1of 26

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN KASUS GIZI BURUK KEPERAWATAN ANAK

DESTARINI DWI PERTIWI

5021031015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul “Gizi Buruk” ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Ns. Sri Mujiyanti, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing
yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Tentunya saya menyadari, bahwa laporan kasus yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya
saya dapat memperbaiki kekurangan tersebut.

Besar harapan saya agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat
memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan keilmuannya.

Serang, 23 Februari 2022

Destarini Dwi Pertiwi


DAFTAR ISI
RINGKASAN

An. M berusia 1 tahun 7 bulan dengan diagnose gizi buruk. Ibu pasien mengatakan 3 hari
sebelum masuk RS pasien demam disertai batuk dan tidak nafsu makan. Kemudian pasien
dibawa ke IGD RSDP pada tanggal 26 mei 2021 pukul 08.00 WIB dan dirawat di ruang aster 2
pukul 16.00 WIB. Saat dikaji nafsu makan pasien berkurang dan batuk-batuk. Pasien terlihat
kurus dan lemas.

Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, nadi 108x/menit, respirasi 36x/menit, suhu
36,5’C, postur tubuh kurus, LD 47 cm, LK 45 cm, bagian kepala tidak ada lesi, kulit kepala
bersih, tidak ada edema, tidak ada benjolan, rambut berwarna hitam, tidak rontok, bentuk mulut
simetris, mukosa bibir kering, sudah tumbuh gigi banyak, bersih, tidak ada lesi, bentuk mata
simetris, jumlah 2, tidak strabismus, konjungtiva anemis, hidung tampak terpasang NGT, bentuk
telinga simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema, pergerakan leher baik, tidak ada lesi,
tidak ada pembengkakan tyroid dan JVP, pergerakan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada
retraksi dada, auskultasi paru vesikuler, auskultasi jantung lupdub, Bentuk putting simetris, tidak
ada lesi, tidak ada edema, Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi, bising usus (+), tidak ada
pembesaran hepar.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadap masalah gizi yang cukup
besar, gizi buruk pada balita terjadi karena pada usia tersebut kebutuhan gizi lebih besar dan
balita merupakan tahapan usia yang rawan gizi. Terjadinyagizi buruk disebabkan rendahnya
angka konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Supariasa, 2016)
Asupan zat gizi yang merupakan salah satu penyebab langsung yang dapat mempengaruhi
satus gizi balita (UNICEF 2016). Asupan zat gizi dapat diperoleh dari beberapa zat gizi,
diantaranya yaitu zat gizi makro seperti energi, karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi
makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh dan sebagian
besar berperan dalam penyediaan energi (Almatsier,2010). Tingkat konsumsi zat gizi makro
dapat mempengaruhi terhadap status gizi balita. Balita dengan tingkat konsumsi energi dan
protein yang mencukupi dan memenuhi kebutuhan tubuh akan berbanding lurus dengan
status gizi baik (Lutviana 2010).
Masa balita adalah masa yang sangat penting dan perlu diperhatian yang sangat serius karena
pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat. Pola asuh adalah salah
satu faktor yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam proses
pengasuhan sangat penting, pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat menjadi
dasar
untuk tumbuh kembang anak yang optimal (Fikawati, Syafaq dan karima,2015).
Anak-anak penderita gizi buruk terbesar di seluruh dunia. Dilihat dari segi wilayah, lebih dari
70% kasus gizi buruk pada anak didominasi di Asia, sedangkan 26% Afrika, dan 4% di
Amerika Latin.
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 (Lima)vtahun. Gizi buruk adalah
bentuk terparah sari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita usia 12-59
bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan kesehatan dan gizi.pada
usiaini kebutuhan mereka meningkat, sedangkan mereka tidak bisa meminta dan mencari
makan sendiri dan seringkali pada usia ini tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya
diserahkan kepada orang lain sehingga resiko gizi buruk akan semakin besar
(Damanik,2010).
Anak yang gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga anak rentan
terhadap penyakit. Balita yang mengalami gizi buruk disebabkan oleh tingkat Pendidikan
orang tua yang rendah, tingkat ekonomi keluarga, dan kurangnya perhatian dari orang tua
terhadap balita serta jumlah anggota keluarga. Status gizi adalah hasil akhir antara
keseimbangan makanan yang masuk kedalam tubuh (Nutrien intake) dengan kebutuhan
tubuh (Nutrition Output) akan Zatgizi tersebut. Anak yang makananya tidak cukup baik
maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. Anak yang
sakit maka berat badanya akan menjadi turun sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi
dari anak tersebut (Nurcahyo, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 besaran masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu
19,6 % menderita gizi kuarang 5,7 % gizi buruk dan 37,2 % stunting. Pelayanan gizi di
puskesmas terdiri dari kegiatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas. Pelayanan
dalam gedung umunya pelayana promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative, sedangkan
pelayanan di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok mayarakat dalam bentuk
prefentif dan promotif.
Berdasarkan data Riskesdas 2015, pada penimbangan balita di posyandu, ditemukan
sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi buruk yang dimaksud
ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan menurut tinggi badan balita Zscore < -3
standar deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi
gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita
(S) yang terdaftar di posyandu yang melapor (21.436.940) maka perkiraan jumlah balita gizi
buruk (sangat kurus) sebanyak sekitar 1,1 juta jiwa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gizi


1. Pengertian
a. Berat badan kurang
Berat badan kurang adalah kondisi di mana berat badan kurang sampai 60 % dari
berat badan normal ,biasanya di sebabkan karena kekurangan zat gizi.
b. Pengertian Gizi
Gizi (Nutrion) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, matabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa, 2012).
c. Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau
gangguan penyakit tertentu (Supariasa, 2012).
2. Etiologi
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi
secara umum dan kekurangan sumber protein (Almatsier, 2009). Penyebab kurang
gizi dapat bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein,
energi, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder,
akibat adanya penyakit yang dapat menyebabkan asupan kurang optimal, gangguan
penyerapan, dan peningkatan kebutuhan karena terjadi kehilangan zat gizi atau
keadaan stres (Alpers, 2006).
3. Patofisiologi
Asupan makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh, mengakibatkan
kekurangan asam amino esensial yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan
sel. Apabila kebutuhan zat gizi akan protein tidak tercapai maka tubuh akan
menggunakan cadangan makanan yang ada, dimulai dengan pembakaran cadangan
karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.
Jika kondisi ini terjadi dalam waktu lama, cadangan itu akan habis dan akan
menyebabkan kelainan pada jaringan, dan proses selanjutnya dalam tubuh akan
menunjukkan manifestasi Kurang Energi Protein (KEP) berat yang biasa disebut
kwashiorkor (kekurangan protein) ataupun marasmus (kekurangan energi).
4. Manifestasi klinis
Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) yang dikutip dari Supariasa (2012), anak
yang mengidap KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya Nampak kurus.
Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
marasmus, kwasiorkor, atau marasmus-kwasiorkor.
Pada pemeriksaan klinis, penderita KEP berat akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Marasmus
1) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
2) Wajah seperti orang tua
3) Cengeng dan rewel
4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai
tidak ada
5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta
penyakit kronik
6) Tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan berkurang.
b. Kwasiorkor
1) Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki
2) Wajah membulat dan sembab
3) Otot-otot mengecil (atropi), lebih nyata apabila diperiksa pada posisi
berdiri atau duduk, anak berbaring terus-menerus
4) Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
5) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
6) Pembesaran hati
7) Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret
8) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas
10) Pandangan mata anak tampak sayu.
c. Marasmus-kwasiorkor
Tanda-tanda marasmus-kwasiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang
ada pada marasmus dan kwasiorkor.
5. Metode Penilaian Status Gizi
Dalam menentukan nilai status gizi seseorang terutama balita, ada beberapa cara atau
metode, namun pada prinsipnya metode tersebut terdiri dari dua macam (Supariasa
2012)
a. Penilaian Status Gizi secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut
akan dibahas secara umum sebagai berikut:
1) Antopometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
b. Penilaian Status Gizi tidak Langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Statistic Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3) Factor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein
plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas
ikatan zat besi, dan hemoglobin.
Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
 Keseimbangan cairan
 Fungsi hati
 Fungsi Ginjal
 Adanya penyakit penyerta atau causal disease.
7. Penatalaksanaan
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a. Pemberian diet dengan protein.
b. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah (2005), pasien yang menderita
defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita malnutrisi
berat, seperti: kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor atau malnutrisi dengan
komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah
memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadinya komplikasi, gangguan rasa aman dan
nyaman/psikososial dan kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan.
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan ini
yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan (Hidayat,2012).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Identitas Anak
Nama/Inisial : An. M
Tempat/tg lahir : Serang, 19/ Oktober/2019
Usia : 1 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin :L
Anak ke / dari :( 4 )/( 4 bersaudara)
Alamat : Dusun Tengah Pamanukan Subang Jabar
Tanggal Pengkajian : 31/05/2021
Diagnosa Medis : Gizi Buruk
B. ALASAN MASUK RS
Ibu pasien mengatakan 3 hari SMRS pasien demam disertai batuk dan tidak nafsu
makan.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit saat ini
3 hari SMRS pasien demam disertai batuk dan tidak nafsu makan. Kemudian
pasien dibawa ke IGD RSDP tanggal 26 Mei 2021 pukul 08:00 WIB dan
dirawat di ruang aster 2 pukul 16:00 WIB. Saat dikaji nafsu makan pasien
berkurang dan batuk-batuk. Pasien terlihat kurus dan lemas.
2. Riwayat Kesehatan masa lalu
a. Medis : Tidak ada
b. Pembedahan : Tidak ada
c. Alergi : Tidak ada
d. Riwayat Reproduksi
1) Pre Natal
Usia ibu saat hamil : 35 tahun
Usia Gestasi : 36 minggu
GPA : P4 A0
Frekuensi ANC : 4 kali
Keluhan saat hamil : Tidak ada
Jamu / Obat yang digunakan : Tidak ada
Kebiasaan selama hamil : Melakukan aktivitas ringan
2) Intra Natal
Jenis persalinan : Normal ( √ ), SC ( ), V/F ( )
Indikasi tindakan partus : Pembukaan sudah lengkap
Tempat persalinan : Klinik Bilal
Penolong persalinan : Bidan ( √ ), Dokter OB( )Paraji
( )
Penyulit Persalinan : ada ( ) / tidk ada ( √ )
3) Post Natal
APGAR Score : 9 (menit 1) / 9 (menit kelima)
PB dan BB : 53 cm / 3700 gram
LK dan LD : 34 cm / 38 cm
Mekonium dalam 24 jam : ya ( √ ) / tidak ( )
Urinasi dalam 24 jam : ya ( √ ) / tidak ( )
Lama pemberian ASI Ekslusif : Masih diberikan ASI
Usia diberikan PMT : 6 bulan
Masalah pada bayi : Tidak ada
3. Riwayat keluarga
Keluarga memiliki penyakit yang sama : ya ( √ ) / tidak ( √ )
Penyakit yang diturunkan : Ada ( ) / Tidak ada ( √ )
Jenis penyakit (bila ada) :-
Genogram (3 generasi ) :
Genogram (3 generasi ) :

Keterangan :
: Meninggal

: Orang tua pasien

: Pasien

D. STRUKTUR FISIK
1) Penampilan Umum
a) Tingkat Kesadaran : Compos mentis
b) Postur tubuh : Kurus
2) Pengukuran Antropometri
a) LD : 47 cm
b) LK : 45 cm
3) Pengkajian Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : - mmHg
b) Suhu : 36,5’C
c) Nadi : 108x / menit
d) Respirasi : 36x / menit
4) Struktur fisik
a) Kepala
Tidak ada lesi, kulit kepala bersih, tidak ada edema, tidak ada benjolan
b) Rambut
Rambut berwarna hitam, tidak rontok, halus
c) Mulut dan Faring
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, sudah tumbuh gigi banyak,
bersih, tidak ada lesi
d) Mata
Bentuk mata simetris, jumlah 2, tidak strabismus, konjungtiva anemis
e) Hidung
Terpasang NGT
f) Telinga
Bentuk simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema
g) Leher
Pergerakan leher baik, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan tyroid dan
JVP
h) Toraks, jantung dan paru
Pergerakan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi dada, auskultasi
paru vesikuler, auskultasi jantung lupdub
i) Payudara dan Aksila
Bentuk putting simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema
j) Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi, bising usus (+), tidak ada
pembesaran hepar
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


AST (SGOT) 26 U/L 0 - 34
ALT (SGPT) 10 U/L 0 - 55
Protein Total 6,2 g/dL 5.6 – 7.5
Albumin 3,8 g/dL 3.5 – 5.2
Globulin 2,4 g/dL 2.0 – 5.0
Natrium 124 mmol/L 132 - 145
Kalium 3,93 mmol/L 3.10 – 5.10
Florida 84 mmol/L 96 – 111
TSH 13,72 uIU/ml 0.45 – 5.97
T4 8,74 ug/Ml 6.0 – 15.0
F. TERAPI YANG DI PEROLEH
- Inj. Cefotaxime 3x200 mg
- PCT ½ sendok the
- Ambroxole 3x1/4 sendok teh
- Oral asam folat 1x1 mg
- Oral rhinos 3x0,4 mg
- Oral zinc 1x1 sendok teh
- Oral elkana 1x1 sendok teh
- Oral OAT 1x1
G. ANALISA DATA

No Data Etiologi Diagnose


keperawatan
1 DS : Factor nutrisi Deficit nutrisi
- Ibu klien
menceritakan Ketidakseimbangan intake
bahwa nutrisi dan kalori
anaknya sulit
makan Malnutrisi

DO :
- Anak tampak Penurunan jumlah protein

kurus dan tubuh

lemas
Terjadi perubahan
biokimiawi

Kwashiorkor

Gg absorbsi dan
transportasi zat-zat gizi
Pengambilan energi selain
dari protein (diotot)

Penyusunan otot

Penurunan BB

Deficit nutrisi
DS : Factor nutrisi Resiko infeksi
- Ibu klien
menceritakan Ketidakseimbangan intake
3 hari SMRS nutrisi dan kalori
klien batuk-
batuk dan Malnutrisi penurunan daya

demam serta tahan tubuh

sulit makan
DO : Keadaan umum lemah

- Klien
Resiko infeksi
tampak
batuk-batuk
- Tampak
kurus dan
lemas

H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
2. Resiko infeksi b.d malnutrisi
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnose Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENS AKTIVITAS (SIKI)


keperawatan (SLKI) I (SIKI)
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Observasi
ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 jam maka nutrisi - Identify
mengabsorbsi status nutrisi dapat teratasi dengan status nutrisi
nutrient d.d klien kriteria hasil : - Identifikasi
sulit makan, - Porsi makanan
tampak kurus dan makanan yang disukai
lemas yang - Identifikasi
dihabiskan kebutuhan
meningkat kalori dan
- Verbalisasi jenis nutrient
keinginan - Identifikasi
untuk perlunya
meningkatkan penggunaan
nutrisi selang
meningkat nasogastric
- Berat badan - Monitor
membaik asupan nutrisi
- Indeks Massa - Monitor BB
Tubuh - Monitor hasil
membaik pemeriksaan
- Nafsu makan lab
membaik Terapeutik
- Membrane - Sajikan
mukosa makanan
membaik secara
menarik dan
suhu yang
sesuai
- Berikan
makanan
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan
tinggi protein
dan kalori
Edukasi
- Ajarkan diet
yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan
(mis.pereda
nyeri,
antiemetic)
jika perlu
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan Observasi
b.d malnutrisi d.d keperawatan selama 3x24 jam maka infeksi - Monitor
klien tampak tingkat infeksi dapat teratasi dengan tanda dan
batuk,kurus dan kriteria hasil : gejala infeksi
lemas - Nafsu makan local dan
meningkat sistemik
- Demam Terapeutik
menurun - Batasi jumlah
pengunjung
- Pertahankan
Teknik
aseptic pada
pasien
beresiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan
tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan etika
batuk
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi,
jika perlu
BAB IV

TINJAUAN JURNAL DAN PEMBAHASAN

A. Argumen Riset 1
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA ASUH TENTANG STATUS GIZI
BALITA DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN GIZI PADA BALITA DI
KELURAHAN BARAN TIMUR KECAMATAN MERAL KABUPATEN KARIMUN
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan ibu dengan pengetahuan tentang status gizi anak dan
pola asuh dengan kejadian gizi buruk pada bayi secara tepat
2. Metode Penelitian
Menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dilakukan
di Kelurahan Baran Timur, Meral, Karimun mulai Maret sampai Mei 2018.
3. Pengambilan Sample
Populasi yang diambil adalah seluruh ibu dengan bayi 3 sampai 59 bulan dan 82 di
antaranya diambil sebagai sampel melalui teknik systematic random sampling.
4. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian, 62,2% ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi anak,
56,1% di antaranya menerapkan pola paten yang baik, sehingga 76,8% balita
memiliki gizi yang baik status. Selanjutnya, uji statistik chi-square memverifikasi
bahwa ada korelasi antara tingkat pengetahuan ibu dan status gizi anak dengan p
value= 0,000 < 0,05, dan ada juga hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi
anak ditunjukkan dengan nilai p= 0,003 < 0,05.
B. Argument Riset 2
HUBUNGAN POLA ASUH, PENYAKIT PENYERTA, DAN PENGETAHUAN IBU
DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI POSYANDU
TERATAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIASEM KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2020
1. Tujuan Penelitian
Menganalisis Hubungan Pola Asuh, Penyakit Penyerta, dan Pengetahuan Ibu dengan
Status Gizi pada Anak Usia 12-24 Bulan di Posyandu Teratai Wilayah Kerja
Puskesmas Ciasem Kabupaten Subang Tahun 2020.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian observasi cross
sectional.
3. Pengambilan Sample
Populasi pada penelitian ini balita umur 12-24 bulan di posyandu Teratai Wilayah
Kerja Puskesmas Ciasem. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan rumus
slovin. Teknik sampling menggunakan accidental sampling. Adapun analisis data
menggunakan analisis chi square.
4. Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari 43 anak usia 12-24 bulan di
Posyandu
Teratai sebanyak 25,6% anak berstatus gizi kurang, hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara adalah pola asuh ibu (p=0,000) dan pengetahuan ibu
(p=0,001) terhadap status gizi. Sedangkan penyakit penyerta tidak ada hubungan
bermakna (p=1,000).

C. Pembahasan
Dari kedua jurnal tersebut sama-sama menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh
gizi ibu dengan status gizi anak dengan p=0,000. Hal ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa ibu yang memberikan pengasuhan yang efektif berkontribusi terhadap
peningkatan status gizi anak. Terdapat hubungan antara pola asuh ibu dalam praktek
memberikan makanan terhadap status gizi. Pemahaman ibu terhadap praktik memberikan
makanan mulai dari penyiapan alat makanan yang bersih, cara mengolah bahan makanan
yang bersih dan benar, pengaturan menu makanan serta cara pemberiaan maka Menurut
(Mustapa, Sirajuddin, & Salam, 2013) salah satu faktor yang berperan penting dalam
status gizi balita adalah pola asuh. Masalah gizi di pengaruhi oleh banyak faktor yang
saling mempengaruhi secara kompleks. Salah satu yang mempengaruhinya yaitu ibu,
keadaan gizi di pengaruhi oleh kemampuan ibu menyediakan pangan yang cukup untuk
anak serta pola asuh yang di pengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga, pendidikan,
prilaku dan jumlah saudara.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam analisa data tema yang kedua yaitu sikap ibu terhadap pemenuhan gizi, adalah
perilaku ibu yang turut berperan dalam memenuhi gizi anak, dimana perilaku pemenuhan
gizi yang baik harus dimiliki oleh ibu, maka gizi yang diperlukan oleh anak dapat
terpenuhi. Sikap ibu yang dilakukan terhadap pemenuhan gizi yaitu kasih sayang dalam
pemberian makan, pandangan ibu terhadap berat badan menunjukkan nutrisi anak, dan
memperhatikan selera makan anak penting. Tema ini sesuai dengan teori dari Jean
Watson,yaitu ibu melaksanakan praktik yang berhubungan dengan kasih sayang dan
cinta, kebaikan dan kesadaran akan proses caring pada anak. Tema yang ketiga yaitu
pengetahuan tentang nutrisi anak disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh ibu
terhadap nutrisi. Jika ibu memiliki pengetahuan yang kurang maka pememuhan gizi dapat
tercukupi , namun jika ibu memiliki pengetahuan yang baik makan pemenuhan gizi anak
akan tercukupi seperti hasil penelitian ibu tidak tahu nutrisi yang sehat itu apa, tidak tahu
nutrisi yang sehat dan mencari tahu informasi nutrisi dari berbagai sumber. Teori caring
Jean Watson yang mendukung tema ini, pada factor karitas yang ketujuh yaitu ikut serta
dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan makna yang akan disampaikan oleh
sumber terpercaya.
Penggunaan teori caring dari Jean Watson berhubungan dengan penelitian, karena dalam
penelitian ini peneliti melihat bagaimana cara ibu memenuhi gizi balita, dan bagaimana
hubungan kepedulian (caring) dengan cara ibu dalam pemenuhan gizi balita, sehingga
dalam 10 faktor karitas Jean Watson didapatkan hasil, ada 3 faktor karitas yang memiliki
hubungan dengan 3 tema yang diperoleh dalam proses analisis data. Dan dari hasil
penelitian ini didapatkan bagaimana persepsi ibu terhadap cara pemenuhan gizi balita
dengan ungkapan-ungkapan yang dijelaskan oleh informan. Dapat ditarik kesimpulan
persepsi dalam pemenuhan gizi balita yaitu pandangan para ibu terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar anak, sikap ibu terhadap pemenuhan gizi dan pengetahuan tentang
nutrisi anak.
B. Saran
1. Untuk pengembangan Ilmu Keperawatan
Untuk pengembangan ilmu keperawatan diharapkan, dapat dikembangkan lagi
hubungan 10 faktor karitas Jean Watson dengan tema-tema yang berhubungan dengan
persepsi ibu terhadap pemenuhan gizi balita.
2. Untuk pengembangan Praktik Keperawatan
Bagi tenaga Kesehatan agar dapat meningkatkan lagi upaya yang sudah dibuat
terlebih dalam peraturan Menteri Kesehatan RI tentang upaya perbaikan gizi.
Bagi ibu agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam pemenuhan
gizi balita.
DAFTAR PUSTAKA

Diah Krisnansari. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-
ilmu Kesehatan Unversitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
EGC Barasi, Mary.E. (2011). At a Glance ILMU GIZI. Jakarta. Erlangga
Indra, Dewi dkk. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur : Dunia
Cerdas
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman proses asuhan gizi
terstandar (PAGT). Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Lina Rosliana, Retno Widowati, Dewi Kurniati. (2020). HUBUNGAN POLA
ASUH, PENYAKIT PENYERTA, DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN
STATUS GIZI PADA ANAK USIA 12-24 BULAN, Vol. 2, No. 8
Enny Elyani, Prasida Yunita, (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN
POLA ASUH TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN KEJADIAN
KEKURANGAN GIZI PADA BALITA, Vol. 9 No. 3
Kurniawan, Wawan. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Tentang Gizi
Dengan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Balita Desa Cikoneng. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(1), 136–150.
Nisa’Saparudin, Asma Atun, & Rokhanawati, Dewi. (2017). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas
Tegalrejo Kota Yogyakarta. Universitas’ Aisyiyah Yogyakarta.

You might also like