Professional Documents
Culture Documents
Wulansari (123400161)
Wulansari (123400161)
SKRIPSI
Oleh:
WULANSARI
NIM : 123400161
Wulansari
NIM : 123400161
i
ABSTRAK
Nama: Wulansari, NIM: 123400161, Judul Skripsi: Client Centered Counseling dalam
Menguatkan Kondisi Psikologis Penderita HIV/AIDS (Studi Kasus di Klinik Teratai
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang), Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam,
Fakultas: Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Tahun 2016
Odha merupakan sebutan bagi penderita HIV/AIDS baik baru terinfeksi HIV
maupun sudah memasuki fase AIDS. Berdasarkan catatan di Klinik Teratai RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang, untuk tahun 2015 telah tercatat 101 pasien yang positif
mengidap HIV dengan jumlah 53 untuk laki-laki dan 48 untuk perempuan, dari golongan
usia 5-49 tahun. Dari jumlah pasien yang HIV positif, dalam satu tahun terakhir mereka
melakukan kunjungan sebanyak 5012, 1461 untuk laki-laki dan 3551 untuk perempuan.
Sebagai pendamping Odha Klinik Teratai juga bertujuan untuk menemukan kasus
HIV yang baru karena semakin cepat ditemukan maka akan semakin cepat untuk
melakukan penanganan sehingga bisa menjaga kesehatan Odha. Adapun prinsip dari
Klinik Teratai yaitu menyediakan tempat jasa pelayanan untuk orang yang perilakunya
beresiko tertular HIV dan orang yang sudah positif terinfeksi HIV. Untuk mengetahui
seseorang terinfeksi HIV/AIDS adalah mengikuti tes yag sering disebut dengan VCT.
Klinik Teratai menyediakan layanan Voluntary Counseling and Testing atau konseling
dan tes HIV secara sukarela yaitu dukungan layanan bagi mereka yang merasa beresiko
dan menginginkan pemeriksaan HIV.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) atau konseling dan tes HIV secara sukarela. 2) Mengetahui penguatan
kondisi psikologis penderita ODHA dengan penerapan metode Client-Centered
Counseling. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan wawancara sebagai pengumpulan data dan observasi sebagai penunjang.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan pertama-tama membaca
kembali keseluruhan teks yang ada sambil meringkas dan menghilangkan duplikasi-
duplikasi. Dilanjutkan dengan membuat pengkodean (coding) atau klasifikasi. Hasil
koding ini akan menelorkan pola-pola umum atau tema-tema.
Kesimpulan penelitian ini: pertama, dalam pelaksanaan VCT adalah pemberian
informasi terkait HIV/AIDS. Konselor HIV mendampingi klien sejak pertama akan dites
sampai klien mendapatkan hasil tesnya. Hubungan konselor HIV dengan klien bisa
berlanjut apabila klien masih membutuhkan bimbingan atau konseling dari konselor.
Kedua, upaya yang dilakukan konselor dalam menguatkan kondisi psikologis Odha
adalah menjaga kualitas teknik dan etika konseling serta melakukan pendampingan pada
proses perubahan prilaku yang dilakukan Odha. Client-Centered Counseling dalam terapi
untuk Odha yaitu lebih kepada informasi-informasi signifikan yang diberikan konselor
kepada klien sesuai dengan kebutuhannya, karena dalam Client-Centered Counseling
pemaknaan pemberian informasi akan menambah wawasan pengetahuan Odha untuk
melakukan tindakan.
Kata kunci: Odha, Voluntary Counseling and Testing, dan Client-Centered Counseling
ii
ABSTRACT
Name: Wulansari, NIM: 123400161, Thesis Title: Client Centered Counseling for the
Strengthening Conditions Psychological People with HIV / AIDS (Case Study in
Clinical Teratai dr. Dradjat Prawiranegara Serang), Department of: Guidance And
Counseling Islam, Faculty: Ushuluddin, Da'wah and Adab IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. 2016
HIV-positive people is a term commonly used to describe to people suffering
from HIV / AIDS both newly infected with HIV and AIDS has entered phase.
According to records at the Clinic Teratai dr. Dradjat Prawiranegara Serang, for the
year 2015 has recorded 101 HIV-positive patients with a number of 53 for men and
48 for women, from age group 5-49 years. Of the number of patients who are HIV
positive, in the past year they visited as many as 5012, in 1461 for men and 3551 for
women.
As a companion of people with HIV Clinic Teratai also aims to find new HIV
cases as quickly found the faster to handling so that it can maintain the health of
people with HIV. The principle of Teratai Clinic is providing a service for people
who behavior risk of contracting HIV and people who are already HIV positive. To
know someone is infected with HIV / AIDS is to take the test yag often called VCT.
Clinic Teratai provide Voluntary Counseling and Testing services or counseling and
voluntary HIV testing services that support for those who feel at risk and want HIV
testing.
The results of the research are: 1) Knowing the implementation of Voluntary
Counseling and Testing (VCT) or counseling and voluntary HIV testing. 2)
Determine the strengthening of the psychological condition of people living with HIV
patients with the adoption of Client-Centered Counseling. The research methodology
used was a qualitative study using the interview as material collection and
observation as a supporter. The collected material were then analyzed by first
reading the entire text of existing back while summarizing and eliminate duplication.
Followed by making coding or classification. The results of this coding will be
instituted for common patterns or themes.
From the material obtained that the counselor's role in the implementation of
VCT is the provision of information related to HIV / AIDS. A counselor assisting
clients since HIV is the first to be tested until the client gets the test results. HIV
counselor relationship with the client could continue if the client still need guidance
or counseling from a counselor. And the efforts of the counselor is to maintain the
quality of engineering and ethics counseling and guidance on the process of
behavioral change that made people living with HIV. Client-Centered Counseling in
therapy for people with HIV are more significant to the information provided
counselor to clients according to their needs, because in Client-Centered Counseling
meaning of the provision of information will broaden knowledge of HIV-positive
people to take action.
Keywords: AIDS, Voluntary Counseling And Testing, and Client-Centered
Counseling
iii
FAKULTAS USHULUDDIN, DAKWAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
Nomor : Nota Dinas Kepada Yth
Lampiran : Skripsi Dekan Fakultas Ushuluddin, Dakwah
Hal : Pengajuan Ujian Munaqasah dan Adab
IAIN “SMH” Banten
Di
Serang
iv
CLIENT-CENTERED COUNSELING DALAM
MENGUATKAN KONDISI PSIKOLOGIS PARA
PENDERITA HIV/AIDS
(Studi Kasus di Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
Serang)
Oleh:
WULANSARI
NIM : 123400161
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Prof.Dr. H. Udi Mufrodi Mawardi, Lc. M.Ag Ahmad Fadhil, Lc. M. Hum
NIP : 19610209 199403 1 001 NIP : 19760704 200004 1 002
v
PENGESAHAN
Skripsi WULANSARI, NIM: 123400161 yang berjudul Client
Centered Counseling dalam Menguatkan Kondisi Psikologis
Penderita HIV/AIDS (Studi Kasus di Klinik Teratai RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang) telah diujikan dalam sidang
munaqasah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) “Sultan Maulana
Hasanuddin” Banten. Pada hari Rabu tanggal 14 April 2016. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Fakultas Ushuluddin
Dakwah dan Adab Institut Agama Islam Negeri “SMH” Banten.
Serang, 14 April 2016
Sidang Munaqosah,
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
vi
PERSEMBAHAN
vii
MOTTO
(Stella Stuart)
viii
RIWAYAT HIDUP
ix
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT.
Atas rahmat dan hidayah-Nya kepada segenap makhluk-Nya, sehingga
dengan izin-Nya penulis dapat menyelesikan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan kasih sayang Allah SWT dan usaha yang sungguh-
sungguh, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Client-
Centered Counseling dalam Menguatkan Kondisi Psikologis
Penderita HIV/AIDS” (Studi Kasus di Klinik Teratai RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang).
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Fauzul Iman, M. A, selaku Rektor IAIN “Sultan
Maulana Hasanuddin” Banten yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk bergabung dan belajar di lingkungan IAIN
“SMH” Banten.
2. Bapak Prof. Dr. H. Udi Mufradi Mawardi, Lc., M.Ag selaku Dekan
Fakultas Ushuluddin Dakwah dan Adab Institut Agama Islam
Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten yang telah
mendorong penyelesaian studi dan skripsi penulis.
3. Bapak Ahmad Fadhil, Lc., M. Hum selaku Ketua Jurusan dan
Bapak Agus Sukirno M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan
dan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri “Sultan Maulana
Hasanuddin” Banten yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis.
x
4. Bapak Ahmad Fadhil, Lc., M. Hum selaku pembimbing I dan
Bapak AM. Fahrurozi, M.A selaku pembimbing II, yang telah
membimbing penulis dengan sepenuh hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten,
terutama yang telah mengajar dan mendidik penulis selama kuliah
di IAIN “SMH” Banten. Pengurus Perpustakaan Umum, Iran
Corner serta staf Akademik, yang telah memberikan bekal
pengetahuan selama penulis kuliah di IAIN “Sultan Maulana
Hasanuddin” Banten.
6. Bapak Tb. Sake Pramawisakti, S.Psi selaku konselor di Klinik
Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara yang telah banyak
membantu dalam penggarapan skripsi ini. Ibu Nita Stela selaku staf
di Klinik Teratai, Mpo Yana, Bang Awan dan Bapak Iqin yang
telah memberikan bantuan informasi dalam proses penelitian. Serta
para Odha yang telah memberikan keramahan dan keterbukaan
selama wawancara.
7. Keluarga, sahabat serta rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang selalu menemani dan telah banyak memberikan
motivasi selama menyusun skripsi.
Harapan penulis semoga seluruh bantuan yang berupa moril dan
materil kepada penulis menjadi amal shaleh serta mendapatkan balasan
yang berlipat ganda dari Allah Swt. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini akan membawa manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.
Serang, 11 Februari 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
E. Studi Pustaka .................................................................... 5
F. Kerangka Pemikiran ......................................................... 7
G. Metode penelitian ............................................................. 14
H. Sistematika Pembahasan .................................................. 17
xii
B. Tujuan Klinik Teratai RSUD Dr. Dradjat
Prawiranegara Serang ...................................................... 20
C. Profil Klinik Teratai RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara
Serang .............................................................................. 21
D. Model-Model Pelayanan Klinik Teratai RSUD Dr.
Dradjat Prawiranegara...................................................... 24
E. Profil Konselor dan Struktur Organisasi Klinik Teratai
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang ........................ 32
xiii
C. Evaluasi konseling untuk Odha ....................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 81
B. Saran-saran ....................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR BAGAN, TABEL, DAN GAMBAR
Prawiranegara ............................................................... 34
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Syaiful W. Harahap, dkk, Info HIV/AIDS, Media Relations Office
(September, 01, 2011),p. 2.
1
2
2
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Tes dan Konseling HIV dan
AIDS (Jakarta: Depkes RI 2013), p. 11.
3
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
3
4
Odha A, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, senin, 11 April 2015.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) di Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara?
2. Bagaimana penguatan kondisi psikologis penderita Odha di
klinik Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara dengan
penerapan metode Client-Centered Counseling?
5
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. (Bandung: PT
Refika Aditama 2013), p.93.
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) atau konseling dan tes HIV secara sukarela.
2. Mengetahui penguatan kondisi psikologis penderita ODHA
dengan penerapan metode Client-Centered Counseling.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan bermanfaat untuk
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk
pengembangan Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya
memambah pengetahuan terhadap calon konselor, lebih
khusus terkait dengan AIDS karena umat islam banyak yang
perilakunya beresiko dan mengidap HIV/AIDS.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi tambahan bagi penelitian-penelitian di
masa akan datang serta memberikan gambaran utuh tentang
kualitas dan kualifikasi konselor.
E. Studi Pustaka
Banyak literatur yang membahas mengenai penderita
HIV/AIDS, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Namun sepengetahuan penulis belum ada yang secara spesifik
membahas tentang peran serta upaya konselor dalam menguatkan
kondisi psikologis penderita HIV/AIDS. Akan tetapi ada pembahasan
tentang penderita HIV/AIDS yang bisa dijadikan rujukan serta
6
6
Agung Prambudi Himawan, “Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada
Konseling HIV/AIDS”, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik jurusan Ilmu komunikasi (2010), 29 Mei 2015.
7
Rihaliza, “Hubungan Konselng VCT dan Dukungan Sosial dari Kelompok
Dukungan Sebaya dengan Kejadian Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Lantera
Minangkabau Support”, Mahasiswa Universitas Andalas Fakultas Kedokteran jurusan
Ilmu Keperawatan (2010). 29 Mei 2015
8
Hestri Sumalin, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku pada
Pasien HIV/AIDS di Klinik VCT Bunga Harapan RSUD Banyumas”, Mahasiswa
Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
jurusan Keperawatan (2013), 29 Mei 2015
7
F. Kerangka Pemikiran
1. Pengertian HIV dan AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus. HIV menyerang sel-
sel darah putih yang merupakan bagian penting dalam sistem kekebalan
tubuh. HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4
(Cluster of Differentiation 4) yakni anggota sel darah putih yang
disebut limfosit. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh, dan jika ada jumlahnya yang kurang, sistem tersebut menjadi
terlalu lemah untuk melawan infeksi.
HIV yang masuk ke tubuh menularkan sel ini, ‘membajak` sel
tersebut, dan kemudian menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat
miliaran tiruan virus. Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu
meninggalkan sel dan masuk ke sel CD4 yang lain. Sel yang
ditinggalkan menjadi rusak atau mati. Jika sel-sel ini hancur, maka
sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi
8
tubuh kita dari serangan penyakit, keadaan ini membuat kita mudah
terserang berbagai penyakit.9
Jika jumlah CD4 turun dibawah 200, ini menunjukkan bahwa
sistem kekebalan tubuh kita sangat lemah, tubuh kita tidak dapat lagi
membunuh kuman penyebab penyakit. Kuman ini sangat umum
ditubuh kita, dan biasanya tidak menyebabkan penyakit, karena
dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang sehat. karena kuman
tersebut memanfaatkan kesempatan (oportunity) yang diberikan oleh
sistem kekebalan tubuh yang rusak, penyakit yang disebabkannya
disebut Infeksi Oportunistik (IO). ini berarti sudah sampai pada masa
AIDS.10
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau disingkat AIDS.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh
selama lima hingga sepuluh tahun lebih. Sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena
lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi
lebih berat daripada biasanya.11Infeksi Oportunistik disebabkan oleh
berbagai virus, jamur, bakteri dan parasit. Penyakit yang muncul dapat
mempengaruhi berbagai bagian tubuh kita, termasuk kulit, paru, mata,
dan otak. Beberapa jenis kanker juga dapat diakibatkan oleh infeksi
oportunistik. 12
9
Suzana Murni, et al, Hidup Dengan HIV (Jakarta: Yayasan Spiritia 2013),
p. 8.
10
Murni, Hidup Dengan HIV..., p 11.
11
Murni, Hidup Dengan HIV..., p 7.
12
Murni, Hidup Dengan HIV..., p 10.
9
2. Penularan HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular
melalui cairan tubuh tertentu, yaitu darah, air mani (cairan, bukan
sperma), cairan vagina, dan air susu ibu (ASI). Kegiatan yang dapat
menularkan HIV adalah, hubungan seks tidak aman/tanpa
kondom/berganti-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik/tindik/tato
yang tidak steril secara bergantian, tindakan medis yang memakai
peralatan yang tidak steril (misalnya peralatan dokter gigi), penerimaan
transfusi darah yang mengandung HIV, ibu HIV-positif pada bayi yang
dikandungnya, waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau
menyusui.
HIV tidak menular melalui, bersentuhan, berciuman
(bersalaman dan berpelukan), peralatan makan dan minum, penggunaan
kamar mandi, berenang dikolam renang, gigitan nyamuk, tinggal
serumah bersama Odha.13
13
Chris W. Green, HIV & TB (Jakarta: Yayasan Spiritia 2006), p. 5-9.
10
14
Suzana Murni, et al, Pasien Berdaya (Jakarta: Yayasan Spiritia 2003), p.
12-14.
11
motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup yang bertujuan
mengembangkan seluruh potensi-potensinya sebaik mungkin.15
a. Konstruk (Aspek-Aspek) Kepribadian
Jurang yang memisahkan antara diri riil dengan diri ideal,
antara “saya sebagai adanya” dengan “saya sebagaimana yang
seharusnya” disebut ketidaksebidangan. Semakin lebar jarak antara
keduanya, semakin besar pula ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan ini, semakin besar pula tekanan dan penderitaan
yang dirasakan. Ketidaksebidangan inilah yang sesungguhnya disebut
Rogers sebagai neurosis, yaitu ketidakselarasan dengan diri sendiri.16
Hubungan antara “real self” dengan “ideal self” terjadi dalam
dua kemungkinan yaitu “congruence” atau “incongruence. Contoh
yang inkongruence: anda mungkin meyakini bahwa secara akademik
anda seorang yang cerdas “ideal self”, namun ternyata nilai-nilai yang
anda peroleh sebaliknya “real self”.
b. Peran dan Fungsi Konselor pada Client-Centered Counseling
Hubungan konselor-klien sangat penting. Kualitas konselor
seperti kehangatan, empati, kepedulian, dan kemampuan
mengkomunikasikan sikap-sikap tersebut sangat ditekankan pada
pendekatan ini.17Sikap konselor inilah yang memfasilitasi perubahan
pada diri klien. Konselor menjadikan dirinya sebagai instrumen
perubahan. Konselor bertindak sebagai fasilitator dan mengutamakan
15
George C. Boeree, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda
Bersama Psikolog Dunia (Yogyakarta: Prismasophie 2010), p. 288-289
16
Boeree, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama
Psikolog Dunia..., p. 292-293
17
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam
Teori dan Praktik (Jakarta: Prenada Media Group 2011), p. 62.
12
18
Muhammad Surya, Psikologi Konseling (Bandung: CV Pustaka Bani
Quraisy 2003), p. 57-66.
19
Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik..., 31.
20
Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik..., 33.
13
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang
alamiah.24
Dalam melakukan pengumpulan data setiap kata dan tindakan
yang dilakukan oleh subjek memiliki arti penting untuk dipahami dan
dimengerti, sehingga dibutuhkan hubungan yang baik antara peneliti
dan subjek. Penelitian ini dilakukan di Klinik VCT Teratai RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang Banten dari bulan April-Mei 2015.
Sumber data yang diperoleh dari Klinik Teratai, konselor Klinik
Teratai dan penderita Odha pasien Klinik Teratai.
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data berupa:
23
Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami
Perilaku, Perasaan, dan Pikiran Manusia (Bandung: Nusa Media 2010), p. 100.
24
J Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2013), p 6.
15
1. Pengumpulan data
a. Wawancara (interview)
Dalam penelitian ini akan digunakan wawancara semi
terstruktur yaitu teknik wawancara yang menggunakan susunan
pertanyaan yang baku, sehingga pertanyaan-pertanyaan tidak
menyimpang dari penelitian atau berpusat kepada satu pokok tertentu.
Meskipun memiliki pedoman pertanyaan yang baku, dalam
pelaksanaannya wawancara tidak hanya terpaku pada pedoman
pertanyaan tersebut. Interviewer bisa mengembangkan pedoman
pertanyaan menjadi pertanyaan lain sesuai dengan kondisi dan
jawaban interviewee.
Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengungkapkan
beberapa hal, antara lain:
Pertama, wawancara untuk konselor yaitu, peran konselor
dalam pelaksanaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau
konseling dan tes HIV secara sukarela, keterampilan yang diperlukan
dalam memberikan konseling termasuk karakteristik dan kepribadian
konselor, suasana yang diciptakan konselor selama sesi konseling,
prinsip etika dalam melakukan konseling untuk penderita Odha, isi
informasi dalam sesi konseling, upaya konselor dalam menguatkan
kondisi psikologis penderita Odha dengan penerapan metode Client-
Centered Counseling, keefektifan metode Client-Centered Counseling
dalam kegiatan konseling untuk Odha, dan kendala dalam melakukan
konseling untuk Odha.
Kedua, Wawancara untuk penderita Odha yaitu, perjalanan
hidup penderita sampai didiagnosis HIV, persepsi penderita tentang
HIV/AIDS, reaksi emosional dan psikologis penderita saat pertama
16
25
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier (Yogyakarta:
CV Andi Offset 2010), p, 62-63.
17
H. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, studi pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II profil lokasi penelitian Klinik Teratai RSUD Serang,
berisi deskripsi Klinik Teratai di RSUD Serang, mencakup deskripsi
26
Conny R. Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo
2010), p. 76-77
18
19
20
1
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Senin, 28 April 2015.
2
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
21
4. Ruang Arsip
Ruang ini berisi data-data Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Serang yang terhimpun mulai dari tahun
2006 sampai dengan sekarang.
3
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
25
4
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten, Mengenal dan
Menanggulangi HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba (Banten: Dinas
Kesehatan Provinsi Banten), p30-31
5
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015
26
6
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
27
1. Terapi Antiretroviral
Terapi Antiretroviral berarti mengobati infeksi HIV
dengan obat-obatan anti virus. Obat tersebut yang disebut ARV
tidak membunuh virus itu, namun dapat memperlambat
pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus diperlambat
begitu juga penyakit HIV.7
Menurut narasumber tujuan dari Klinik Teratai RSUD
Dr. Dradjat Prawiranegara menyediakan terapi Antiretroviral
adalah:
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
berhubungan dengan HIV.
b. Memperbaiki kualitas hidup Odha.
c. Memulihkan dan/atau memelihara fungsi kekebalan
tubuh.
d. Menekan replikasi virus secara maksimal dan terus
menerus.
e. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat.
Pedoman dari ART ini terutama mengatur kapan
memulai ART, rejimen yang dipakai sebagai lini pertama,
pemantauan ART, alasan untuk mengganti ART dan pilihan
rejimen lini kedua. Pedoman juga memberi pengarahan
mengenai penggunaan ART oleh kelompok tertentu, termasuk
perempuan hamil, pengguna narkoba, anak dan orang yang
terinfeksi HIV dan TB.8
7
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten,p.32-34
8
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
28
2. Pengobatan Suportif
Mencakup penilaian gizi Odha dari awal untuk mencegah
gangguan nutrisi yang memperburuk kondisi. Bila nafsu
makan sangat menurun pertimbangkan pemberian obat
anabolik steroid.
c. Support (Dukungan)
Dukungan merupakan pengobatan aspek psikologis klinis dan
sosial. Dukungan ini merupakan obat yang ampuh dari pada obat dari
medis, karena dari dukungan Odha merasa tidak sendiri dan mampu
berpikir positif tentang virus yang dibawa seumur hidup. Upaya dapat
berupa konseling pendampingan oleh konselor dari Klinik dan konselor
sebaya dari LSM yang bisa melakukan konseling 24 jam serta bisa
melakukan home visit (kunjungan).9
Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan RI No. 760/2007,
Klinik Teratai RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara mempunyai langkah-
langkah dalam menyiapkan layanan CST sebagai berikut.
a. Membentuk tim koordinasi dibawah koordinasi Komisi
Penangulangan AIDS. Tim terdiri dari Wakil Dinas
Kesehatan, Rumah Sakit, profesi kesehatan, Organisasi
Odha, dan LSM yang peduli AIDS.
b. Membentuk tim/kelompok kerja AIDS, lingkup kerja dari
Tim/Pokja AIDS Rumah Sakit meliputi, pelatihan petugas,
koordinasi dan manajemen tim AIDS Rumah Sakit,
menyusun standar prosedur operasional, pasokan obat,
9
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten,p.33.
29
10
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
30
Bagan I
Bayi terinfeksi HIV
11
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 April 2015.
31
12
Chris W. Green, HIV Kehamilan dan Kesehatan Perempuan (Jakarta:
Yayasan Spiritia 2011), p. 5-6.
32
13
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 30 Mei 2015.
34
Prawiranegara Serang
1
Arsip Klinik Teratai, Data Kunjungan Pasien di Klinik Teratai pada Tahun
2014 (Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang, 02 Mei 2015).
35
36
2
Arsip Klinik Teratai, Data Kunjungan Pasien di Klinik Teratai pada Tahun
2015 (Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang, 10 Januari 2016).
39
Tabel
Kunjungan Pasien tahun 2015
40
3
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten, Mengenal dan
Menanggulangi HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba (Banten: Dinas
Kesehatan Provinsi Banten), p10.
41
4
PKBI DKI Jakarta, Voluntary Counseling and Testing (Jakarta, 2011), p, 2.
42
5
Suzana Murni, dkk. Pasien Berdaya (Jakarta: Yayasan Spiritia 2009), p. 13
43
6
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten, Mengenal dan
Menanggulangi HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba (Banten: Dinas
Kesehatan Provinsi Banten), p. 11-12
44
7
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Tes dan Konseling HIV dan
AIDS (Jakarta: Depkes RI 2013), p. 12.
8
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten, Mengenal dan
Menanggulangi HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba..., p, 11.
45
9
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing (Jakarta, 2006), p 41.
10
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Selasa, 29 April 2015.
46
adalah konseling dan tes HIV secara sukarela. Dalam tahapan VCT
peran seorang konselor sangat penting, karena tanpa konselor maka
konseling untuk klien tidak bisa dilakukan. Adapun tugas dari seorang
konselor HIV adalah mendampingi klien sejak pertama akan di tes
sampai klien mendapatkan hasil tesnya, tidak sampai disitu saja
hubungan konselor HIV dengan klien bisa berlanjut apabila klien
masih membutuhkan bimbingan atau konseling dari konselor.11
Konselor HIV di Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara, dalam tahapan VCT memiliki peran penting yang
meliputi:
a. Konseling pra tes
Pada tahap awal ini atau tahap prates hal yang dilakukan Sake
adalah pemberian informasi. Materi dalam pembahasan tersebut
sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan VCT namun Sake meramu
pembahasan tersebut dengan bahasa yang bisa dimengerti dan diterima
klien, karena banyak klien yang belum mengerti tentang HIV dan
AIDS. Adapun informasi tersebut mencakup:
1. Penjelasan mengenai apa yang disebut dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang
menyebabkan AIDS. Orang yang terinfeksi HIV akan
terlihat sehat tanpa gejala selama 5-10 tahun atau lebih.
Selama masa tersebut orang yang terinfeksi HIV dapat
menularkan virusnya kepada orang lain. Adapun yag
disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
yaitu suatu kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
11
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 April 2015.
47
12
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing…, p. 1-10.
48
13
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing…, p. 12-18.
49
14
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 April 2015.
15
Odha A, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, selasa, 02 Mei 2015.
16
Nita Stela, Stad Administrasi di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, selasa, 02 Mei 2015.
50
17
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 01 Mei 2015
51
18
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing…, p. 22-24.
52
19
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 01 Mei 2015
20
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing…, p. 28.
53
menangani?
5. Seberapa jauh kesiapan klien untuk mulai pengobatan
ARV.
Tahap ketiga, Sake mendiskusikan kesiapan klien untuk
berdialog dengan dokter. Rujuk klien ke rumah sakit yang ditunjuk
untuk menerima ARV. Diskusikan bagaimana dapat memonitir
kepatuhan klien, misalkan dengan kunjungan lanjutan atau berkala.
Menunjukan dan memberitahukan kepada klien bagaimana cara
menggunakan agenda obat dan rencana metode yang digunakan.
Tahap keempat yaitu tidak lanjut. Dalam tindak lanjut ini Sake
membuat perjanjian yang akan datang dengan menyediakan nomor
emergensi agar klien dapat melaporkan reaksi berlawanan yang berat.
Setelah klien telah mengikuti terapi ARV, maka hal-hal yang dapat
terjadi:
1. Menggali informasi kemungkinan hambatan yang dapat
mempengaruhi kepatuhan berobat klien, diantaranya:
persediaan obat habis, jenuh dengan pengobatan, lupa
minum obat, efek samping, penilaian/cap buruk dari
masyarakat dan penjelasan cara menggunakan.
2. Persediaan obat habis. Hambatannya yaitu sakit dan jarak
jauh untuk mengambil obat. Yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hambatan tersebut adalah kerjasama dengan
petugas lapangan atau manajer kasus, bisa juga dengan
anggota keluarga. Menggunakan alat pengingat, weker,
telepon, teman atau kerabat. Pindah ke tempat penyedia
54
21
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di
klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 02 Mei 2015
55
2. Mulut kering
Yang harus dilakukan yaitu: berkumur dengan air bersih
hangat dan air garam. Minum banyak air matang dan
bersih. Hindari makanan yang manis. Hindari minuman
dengan kafein seperti teh atau kopi kental dan Kunjungi
dokter anda untuk konsultasi.
3. Ruam kulit
Setiap obat baru, dapat menyebabkan alergi ruam kulit. Hal
yang harus dilakukan yaitu jaga kulit tetap bersih dan
kering. Ginakan lotion bila gatal. Hindari sinar matahari,
dan minum banyak air putih agar kulit tetap segar.
4. Diare
Hal yang harus dilakukan yaitu, makan sedikit tapi lebih
sering dalam sehari. Makan makanan yang mudah ditelan
sepeti nasi, pisang, dan biskuit. Minum banyak air masak
bersih, minum oralit, dan hindari makanan berempah dan
digoreng.
5. Anemia
Tanda- tanda bila mengalami anemia adalah pucat
ditelapak tangan dan kuku-kuku jari. Yang harus dilakukan
mengkonsumsi ikan, daging, bayam, asparagus, sayuran
hijau tua, kacang-kacangan dan minum tablet zat besi.
6. Gatal atau sakit ditangan atau kaki
Hal yang dilakukan pakai sepatu dan kaus kaki
longgar,biarkan kaki telanjang ditempat tidur, rendam kaki
56
22
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing…, p. 41-59
57
Bagan III
Konseling Tes secara Sukarela
23
Komisi Penanggulangan Aids, Pedoman Pelaksanaan Voluntary Counseling
and Testing…, p. 73
BAB IV
1
Yayasan Spiritia, Kasus dan Kegiatan Pelatihan Konselor Sebaya (Jakarta:
Yayasan Spiritia 2014), naskah 10.
58
59
2
Yayasan Spiritia, Kasus dan Kegiatan Pelatihan Konselor Sebaya, ...naskah
10
60
3
Yayasan Spiritia , Kasus dan Kegiatan Pelatihan Konselor Sebaya,
...naskah 10
4
Yayasan Spiritia , Kasus dan Kegiatan Pelatihan Konselor Sebaya...,
naskah 10
61
5
Yayasan Spiritia , Kasus dan Kegiatan Pelatihan Konselor Sebaya, naskah
10.
6
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 07 Mei 2015.
62
7
Kasus dan Kegiatan Pelatihan Konselor Sebaya, naskah 10.
63
8
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, kamis, 07 Mei 2015.
65
9
Yayasan Spiritia, Modul Pelatihan Konselor Sebaya Naskah untuk Peserta
(Jakarta: Yayasan Spiritia 2009), naskah 4.
67
dan tidak percaya pada apa yang dia dengar. Klien tersebut merasa
penderitaannya lengkap karena pada saat itu bukan hanya fisiknya yang
sakit namun kondisi psikologisnya pun sangat sakit lebih dari kondisi
fisik yang dideritanya selama dirawat.
Walaupun klien menyadari inilah resiko dari pekerjaannya
selama ini, karena di antara teman-teman PS-nya dia merupakan yang
paling dicari oleh pelanggan PS. Klien tersebut merasa kecewa dan
tidak percaya bahwa hal ini terjadi padanya dan harus dia yang
terinfeksi virus itu. Klien menyalahkan lingkungan pekerjaannya
karena teman-teman PS lainnya tidak terinfeksi virus yang sekarang
bersarang ditubuhnya. Padahal teman-temannya pun belum diperiksa,
jadi belum bisa diketahui apakah teman-temannya pun terinfeksi atau
tidak.
Dari mulai keterputusasaan, pemahaman akan virus HIV yang
belum ditemukan obatnya sampai saat ini, hingga kekhawatiran
terhadap masa depannya yang akan hancur membuat klien tersebut
menjadi semakin depresi. Dia ingin sekali mengakhiri hidupnya, dia
tidak bisa membayangkan akan menjadi seperti apa dia dengan infeksi
yang ada ditubuhnya. Dia pun marah, kecewa, merasa tidak adil karena
hanya dia yang terinfeksi, tidak dengan teman-temannya.
Selama dirawat kurang lebih satu bulan, Sake sering
mengunjungi klien tersebut untuk memberikan dukungan dan
menguatkan kondisi psikologisnya yang ikut lemah. Sake berkunjung
dua hari sekali. Isi konseling dari kunjungan mengenai pemberian
informasi yang jelas terkait virus HIV. Pemberian informasi tidak
dilakukan satu kali saja tetapi secara berulang-ulang agar klien tidak
salah persepsi mengenai virus HIV dan bisa mengilangkan rasa iri pada
68
10
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 Desember 2015.
11
Yayasan Spiritia, Modul Pelatihan Konselor Sebaya ..., naskah 4
12
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 Desember 2015.
70
13
Yayasan Spiritia, Modul Pelatihan Konselor Sebaya ..., naskah 4
14
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 Desember 2015.
71
d. Tahap tindakan
Pada tahapan ini, setelah merasa rencana persiapan sudah
maksimal maka klien secara nyata mencoba perilaku yang baru dan
mulai dipraktekan.15
Dalam tahapan ini klien diatas setelah melakukan persiapan
yang matang, klien tersebut melakukan tindakan patuh meminum obat
dan meninggalkan kehidupan yang telah memberinya virus untuk
seumur hidup. Pada tahap ini klien mulai melakukan perubahan
perilakunya.
e. Tahap mempertahankan
Tahapan dimana perilaku baru dipertahankan sepanjang waktu
secara alamiah dan berkesinambungan.16
Klien di atas sampai pada tahap mempertahankan perilakunya
namun ketika tahap tindakan perubahan perilaku telah dilakukan, klien
merasa jenuh dengan kepatuhannya untuk minum obat. Dia kembali
meragukan akan hidupnya yang monoton dan tidak bergairah, karena
klien harus tinggal di desa kelahirannya dengan aktivitas kesehariannya
yaitu bercocok tanam di sawah. Kehidupannya yang baru ini sangat
berlawanan dengan kehidupan lamanya di kota, selama di kota klien
bisa mendapatkan uang dengan mudah bahkan kebutuhan seksualnya
pun terpenuhi, berbeda dengan hidup didesa untuk mencari uang klien
harus memeras keringat dan hasilnya pun tidak sebanding dengan kerja
kerasnya. Maka dari itu klien belum bisa beradaptasi dengan kehidupan
barunya dan mengalami kejenuhan.
15
Yayasan Spiritia, Modul Pelatihan Konselor Sebaya ..., naskah 4.
16
Yayasan Spiritia, Modul Pelatihan Konselor Sebaya ..., naskah 4.
72
17
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 Desember 2015.
73
18
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Senin, 11 Mei 2015.
75
19
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Senin, 11 Mei 2015.
77
20
Odha H, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, rabu, 06 April 2015.
21
Odha T, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, kamis, 07 April 2015.
78
22
Odha M, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, senin, 11 April 2015.
23
Odha A, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, senin, 11 April 2015.
24
Odha N, Pasien di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara di klinik
Teratai RSUD Serang, rabu, 13 April 2015.
79
25
Sake Pramawisari, Konselor di Klinik Teratai RSUD Serang, wawancara
di klinik Teratai RSUD Serang, Rabu, 30 Desember 2015.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, Voluntary Counseling Testing (VCT) atau Konseling
Tes Sukarela (KTS) adalah tes HIV secara sukarela yang disertai dengan
konseling. Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk
memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak,
yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV didalam sampel
darahnya. Dengan mengikuti VCT bisa mengetahui status HIV lebih
awal dan bisa menjaga kesehatan.
VCT merupakan dukungan layanan bagi mereka yang merasa
berisiko dan menginginkan pemeriksaan HIV. VCT bersifat rahasia dan
sukarela, siapapun tidak boleh memaksa atau menekan seseorang untuk
melakukan konseling dan tes hiv. Adapun tahapan VCT yaitu konseling
prates, tes, dan konseling postes. Dalam tahapan VCT peran seorang
konselor sangat penting, karena tanpa konselor maka konseling untuk
klien tidak bisa dilakukan.
Adapun tugas dari seorang konselor HIV adalah mendampingi
klien sejak pertama akan dites sampai klien mendapatkan hasil tesnya.
Tidak sampai disitu saja hubungan konselor HIV dengan klien bisa
berlanjut apabila klien masih membutuhkan bimbingan atau konseling
dari konselor.
Kedua, upaya konselor Odha Klinik Teratai dalam menguatkan
kondisi psikologis penderita ODHA secara umum dengan penerapan
81
82
B. Saran
1. Bagi responden
Responden disarankan untuk bisa melakukan kegiatan-
kegiatan bermanfaat yang sesuai dengan minat agar bisa
mendapatkan kehidupan baru yang berkualitas dan mandiri.
2. Bagi Odha yang lain
Bagi Odha terutama yang baru mengetahui bahwa dirinya
terinfeksi untuk mengikuti konseling yang dapat memberikan
informasi yang bermanfaat serta bisa membantu kondisi
psikologisnya. Selain itu, Odha juga disarankan untuk mengikuti
kegiatan dan pertemua sesama Odha yang biasanya diadakan
oleh LSM atau pihak lain yang menangani HIV/AIDS sehingga
83
Arsip Klinik Teratai. 2016. Data Kunjungan Pasien di Klinik Teratai pada
Tahun. Serang: Klinik Teratai RSUD dr. Dradjat Prawiranegara.
PKBI DKI Jakarta. 2011. Voluntary Counseling and Testing. Jakarta: PKBI.
Roey, Jens Van. 2003. Dari Prinsip ke Praktik: Keterlibatan Lebih Besar
Orang yang Hidup dengan HIV/AIDS (GIPA). Jakarta: Yayasan
Spiritia
RUANG CST
RUANGAN LAIN YANG ADA DI KLINIK TERATAI