You are on page 1of 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 30 Maret 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Hindari Rasa Rendah Diri.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Robbana zidna
„ilma warzukna fahma. Allohumma arinal haqqo haqqon warzuqnat tibaa'ah, wa arinal
bathila bathilan warzuqnaj tinaabah. Bapak-bapak dan ibu-ibu serta saudara-saudara
sekalian mari kita melanjutkan pembahasan kita yang sebelumnya kita awali dengan
membahas mengenai tawadhu‟, kemudian dilanjutkan dengan kebalikan dari tawadhu‟
yaitu sombong, hari ini kita membahas mengenai “hindari rendah diri”. Topik ini kita
bahas berdasarkan dari larangan Allah kepada orang-orang beriman agar jangan merasa
rendah diri. Rasa rendah diri itu adalah perasaan bahwa dirinya lebih lemah, dirinya
lebih hina dan atau dirinya mempunyai kemampuan lebih rendah dibanding orang lain.
Jadi merasa diri kurang dari orang lain dan itu bisa mengganggu kehidupan yang
bersangkutan sendiri juga merugikan kelompoknya. Allah Berfirman dalam surat Ali
Imran (3) ayat 139:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi/unggul (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman”.

Dalam ayat tersebut yang dimaksud bersikap lemah adalah merasa diri lemah, merasa diri
rendah, merasa diri kurang kuat. Ini koteksnya ketika orang-orang mukmin di Madinah
akan diserbu oleh orang-orang kafir dari Mekkah. Mereka akan mengirimkan pasukan
dalam jumlah yang lebih besar dari pada kemampuan orang-orang di Madinah lalu
orang-orang Madinah merasa akan kalah, ini berarti mereka merasa rendah diri, perasaan
seperti ini tidak boleh meskipun faktanya memang jumlah pasukan Muslimin itu lebih
kecil yaitu hanya 1/3 dari pasukan yang akan datang dari Mekkah. Kunci dari ayat
tersebut adalah jika kita betul-betul beriman maka kita tidak usah merasa hina dan tidak
usah merasa rendah diri karena Allah selalu bersama kita. Kalau kita dalam kebenaran
maka insya Allah pasti Allah akan membantu kita, contoh yang paling menonjol adalah
ketika Nabi Musa dan kaumnya dikejar oleh fir‟aun dan bala tentaranya dalam jarak
yang sudah dekat dan dapat saling melihat kemudian didepan mereka ada laut, pengikut
Nabi Musa mengatakan bahwa mereka sudah terkejar, tetapi Nabi Musa bilang “Tuhan
bersamaku dan Dia pasti Memberi petunjuk untuk menghadapi situasi seperti ini”.
Waktu itu (ketika Nabi Muhammad s.a.w. di Madinah) ada ayat yang mewajibkan orang
mukmin 1 harus berani menghadapi 10 orang kafir sehingga kalau ada mukmin 10 harus
berani menghadapi 100 orang kafir maka jika orang mukmin di Madinah waktu itu
hanya sekitar 313 orang sedangkan musuhnya 1000 orang lebih artinya hanya 1 banding
3 berarti lebih ringan dibanding ketentuan di ayat tersebut, apa lagi orang-orang yang
terlibat di perang badar 1 imannya betul-betul tangguh dan terbukti mereka menang.
Meskipun ayat diatas turunnya dalam koteks perang tetapi kalimatnya umum, berarti
ayat ini bisa diterapkan secara umum. Jadi kapan saja kita, dimanapun kita, kita tidak
boleh merasa lemah dan jangan merasa hina. Ada beberapa hal yang mungkin dapat
membuat seseorang merasa rendah diri antara lain karena dibawa sejak lahir berarti
sebab dari dalam, seperti keterbatasan fisik, misalnya lahir cacat, atau karena kecelakaan
lalu terdapat cacat fisik dsb. Rendah diri juga bisa disebabkan oleh pengalaman
pergaulan berarti sebab dari luar, misalnya anak yang sering dibanding-bandingkan atau
dianggap kurang pintar, kurang cerdas, kurang terampil dibandingkan dengan
saudaranya maka besar kemungkinannya anak tersebut menjadi rendah diri. Maka kita
sebagai orang tua jangan pernah membanding-banding anak kita dihadapan mereka
nanti perbandingan kita itu dipercaya oleh anak yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan jiwanya. Contoh lain rasa rendah diri yang disebabkan
oleh faktor luar, misalnya seseorang yang berada di lingkungan status sosialnya rendah
dimana sejak kecil tinggal di daerah kumuh, jika dia bergaul dengan teman-temannya
yang kaya dan rumahnya besar-besar suka merasa rendah diri karena dipengaruhi oleh
situasi dan kadang-kadang ini juga terjadi antara orang kota dan orang desa. Orang desa
selalu menganggap bahwa mereka lebih rendah dari orang kota, ini tidak perlu
mempunyai perasaan seperti itu. Contoh lain yang pengaruh luar adalah seorang anak
yang selalu diperlakukan buruk berulang-ulang oleh teman-temannya, sering diolok-olok
dan di bully maka ini akan mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak tersebut dan
tumbuh menjadi rendah diri. Rasa rendah diri ini akan membahayakan diri sendiri
karena dia akan sulit maju dalam segala hal, apalagi untuk anak-anak. Salah satu sebab
lain seseorang bisa rendah diri itu karena merasa tertinggal dalam beberapa hal misalnya
dalam hal menangkap pelajaran atau ilmu, maka kita harus mempelajari apasih yang
mengakibatkan kita tertinggal, nanti kalau ketahuan kita mengatasinya dengan
memperbaiki kelemahan itu. Jadi kita berusaha dan bekerja secara maksimal sebatas
yang kita mampu terutama dibidang yang kita lemah. Jadi kita mempelajari Al Qur‟an
yang sifatnya umum itu kemudian kita terapkan di bagian yang spesifik atau untuk
mengatasi yang lemah tadi. Jadi kalau kita ingin menghindari rasa rendah diri yang
sifatnya umum, kita berusaha dan bekerja secara maksimal sebatas kapasitas kita,
misalnya dalam keimanan, kalau kita merasa keimanan kurang maka kita pelajari masalah
keimanan dan kita kejar target semampu kita. Kalau dibidang pengetahuan kita merasa
kurang, maka kita belajar dibidang yang kurang tersebut dengan belajar mandiri atau
diskusi dengan teman atau kelompok belajar atau dengan pengajar khusus dalam kursus-
kursus jika diperukan. Allah Memerintahkan kita dalam Al Qur‟an yang sifatnya umum
seperti FirmanNya dalam surat At Taghabun (64) ayat 16:

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu (sampai maksimum


kapasitas kamu) dan dengarlah serta taatlah”.

Bertakwa itu macam, macam, misalnya dalam sholat kita lakukan maksimum yang kita
bisa, misal ketika sedang sakit masih bisa berdiri tetapi sujudnya tidak bisa, maka dari
awal berdiri kemudian ruku‟ dengan berdiri nanti ketika sujud baru dengan duduk,
jangan dari awal sudah duduk, kalau dari awal sudah duduk berarti dia tidak melakukan
dengan maksimum yang dia bisa. Jadi jangan kurang karena kalau kurang berart malas
dan jangan berlebihan karena kalau berlebihan merusak diri sendiri. Dalam ayat tersebut
juga diperintahkan untuk mendengarkan karena mendengar itu adalah sarana belajar
yang paling pokok, kita lebih banyak belajar lewat pendengaran dari pada lewat mata,
orang-orang yang tidak pernah pergi ke daerah kutub tetapi bisa cerita tentang situasi di
kutub karena mendengar dari cerita orang, oleh karena itu kita mesti latihan menjadi
pendengar yang baik. Pada ayat tersebut juga diperintahkan untuk taat kepada Allah,
perintah disini sifatnya umum jadi kalau kita sedang berdagang juga taat kepada Allah
artinya berdagang dengan jujur dan tidak boleh menipu. Kita diajari oleh Rasulullah
dalam berdagang, kalau ada barang yang jelek jangan diumpetin, harus dibuka agar
calon pembelinya tahu, karena kalau diumpetin berarti tidak taat kepada Allah. Karena
dia sering berbohong dalam berdagang akibatnya barangnya tidak laku dan bangkrut jadi
miskin akhirnya menjadi rendah diri. Biasanya orang rendah diri itu memang lemah dan
lebih rendah dari orang lain, secara fisik dia kurang kuat, secara ekonomi dia juga lemah,
komunitas juga kurang karena tidak banyak temannya, di politik juga bisa begitu
dikerjain oleh politisi-politisi terkenal, dikerjain oleh partai-partai yang besar. Maka
caranya perkuat diri, baik secara fisik, ekonomi maupun hal hal lainnya yang lemah
dipelajari penyebabnya kemudian diperkuat. Fisik misalnya, kalau tidak pernah dilatih
dengan latihan fisik menjadi lemah, begitu juga di bidang-bidang lainnya. Di komunitas
juga begitu, ketika kita bergabung dengan komunitas kita pilih jangan bergabung dengan
komunitas yang jahat kita pilih komunitas yang baik. Allah Menganjurkan kepada Nabi
Muhammad untuk bersabar bersama-sama dengan orang yang selalu ingat kepada Allah
dan tidak bergaul dengan orang-orang yang melupakan Allah serta berbuat yang
melampaui batas, Perintah ini bisa dilihat di surat Al Kahfi (18) ayat 28:
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada
pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah
engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas”.

Memperluas persahabatan dengan mengikuti komunitas (si;aturahim) yang mendekatkan


diri kepada Allah itu baik sekali karena kita suatu saat ada kelemahan dan kekurangan
yang kita butuh teman untuk saling membantu. Dengan demikian kalau kita makin hari
makin kuat maka orang lain yang ingin memusuhi kita tidak berani sehingga kita terbebas
dari di bully atau dikerjain orang lain atau kelompok lain sehingga percaya diri kita
meningkat dan mengikis sifat rendah diri. Konteks ayat berikut ini adalah saat itu
Madinah sering diserbu oleh kelompok kafir Mekkah, kemudian Allah Memerintahkan
seperti dalam surat Al Anfal (8) ayat 60:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”.

Dengan terlihat kuat maka musuh dari Mekkah tidak berani menyerbu, sehingga setelah
tahun ke 5 Rasulullah di Madinah kauf kafir Mekkah tidak berani lagi menyerbu Madinah
bahkan tahun ke 8 Rasulullah masuk ke Mekkah mereka tidak berani melawan sehingga
Mekkah takluk. Dalam ayat diatas disebutkan ada orang-orang yang sebenarnya
memusuhi ummat Islam tetapi tidak terlihat, mereka diam dan bisa jadi suatu saat akan
memusuhi Rasulullah s.a.w, tetapi karena ummat Islam makin kuat akhirnya mereka tidak
berani lagi.
Supaya kita tidak rendah diri kita selalu berusaha memahami kebijakan Allah dalam
membagi rizki, yaitu memperkuat iman dengan memahami bahwa ada orang yang diberi
rizki longgar dan ada yang dibuat pas-pasan keduanya karena kasih sayang Allah. Kita
sering tidak memahami ketika Allah membuat harta kita pas-pasan itu karena kasih
sayang Allah karena egoisme kita itu cenderung menilai secara materi maka seolah olah
kalau orang yang banyak materinya lebih enah hidupnya sedangkan yang pas-pasan
tidak, padahal orang yang banyak materi lebih sibuk lebih melelahkan bahkan hidupnya
was-was karena takut hartanya hilang sedangkan yang pas-pasan lebih nyaman karena
tidak ada kekhawatiran apapun. Jadi kalau Allah memberi kita harta pas-pasan kita
fahami bahwa Allah sayang sama kita biar kita tidak terlalu sibuk sehingga mempunyai
kesempatan datang ke pengajian, baca Al Qur‟an dan kegiatan positif lainnya. Jadi kita
menanamkan keimanan dengan memahami bahwa Allah itu membagi rizki kepada orang
perorang sudah sesuai dengan kebijaksanaan Allah berarti semuanya baik. Allah
Berfirman di surat Fathir (35) ayat 2:

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada
seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak
seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu”.

Kita juga perlu meningkatkan iman, misalnya kalau Allah memberi rizki berapapun
banyaknya kita harus menerima, dengan menerima maka kita harus menganggap itu
cukup, dan kita harus hati-hati jangan sampai kita mencari tambahan penghasilan yang
haram, jadi kita melatih diri untuk merasa cukup dengan yang halal apakah banyak
maupun sedikit, kita tidak perlu tergiur untuk misalnya dengna korupsi. Kita sudah diberi
jatah oleh Allah rizki kita untuk seumur hidup kita dan kita tidak akan meninggal dunia
sebelum jatah rizki kita diberikan semua sampai habis, Rasulullah s.a.w bersabda:
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ”Wahai manusia, bertakwalah kepada
Allah dan lakukanlah dengan baik dalam mencari nafkah. Sesungguhnya seseorang tidak
akan mati sampai dia memperoleh rizkinya dengan penuh meskipun dia berlambat-
lambat dalam hal ini. Maka bertakwalah kepada Allah dan lakukanlah dengan baik
dalam mencari nafkah. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” {HR Ibnu
Majah dari Jabir bin Abdullah}.

Cara lain untuk menghindari perasaan rendah diri adalah dengan memahami sikap
menerima apa yang kita peroleh dan apa yang kita hadapi, yaitu dengan
membandingkan kenikmatan yang kita peroleh dengan orang yang berada dibawah kita,
jangan dengan orang yang diatas kita, karena kalau membandingkan dengan orang yang
diatas kita bisa menjadi minder atau membangkitkan perasaan rendah diri. Karena itu
harus kita balik dengan bersyukur bahwa kita lebih baik dari orang lain yang dibawah
kita, yang lebih sengsara dari kita, dsb dan jangan tergiur oleh iming-iming yang
menyenangkan tetapi haram. Rasulullah s.a.w bersabda :

“Lihatlah orang yang lebih rendah darimu dan jangan melihat orang yang lebih tinggi.
Hal itu lebih patut agar kamu tidak meremehkan kenikmatan dari Allah.” {HR Muslim di
Abu Hurairah}

Kalau kita masih mengeluh dengan kondisi kita sekarang berarti kita tidak ridho atau
tidak bisa menerima pemberian Allah bahkan kecenderungannya meremehkan
pemberian Allah. Cara pandang kita juga perlu kita perbaiki karena kita ini mempunyai
kecenderungan menilai obyek yang sifatnya materi tetapi kurang melihat yang bukan
materi, kita mesti latihan melihat kejadian-kejadian atau barang-barang dari segi mental
rohani, sehingga kita bisa menghargai pemberian Allah yang bersifat rohani. Allah
Berfirman dalam surat Yunus (10) ayat 58:
“Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan."

Dalam akhir ayat tersebut yang dimaksud “yang mereka kumpulkan” adalah materi,
pangkat dsb. Misalnya penghasilan menjadi kecil karena pensiun, kalau melihat
angkanya maka duitnya menjadi sedikit akan mengeluh terus, tetapi kalau melihat
kegiatannya menjadi lebih sedikit sehingga bisa lebih sering ke masjid, lebih sering ke
pengajian maka kita patut bersyukur. Masalah duit menjadi lebih sedikit itu semua sudah
diatur oleh Allah dari sumber yang tidak terduga termasuk dari anak, dsb. Jadi dengan
duit sedikit menimbulkan rasa sayang dari anak kepada orangtuanya itu juga termasuk
rahmat Allah, jadi hal seperti ini harus kita lihat dan kita jangan melarang anak memberi
kepada orang tuanya karena itu bekal mereka untuk masuk sorga seperti yang
diperintahkan oleh Allah. Jadi kita mendapat duit dan anak kita telah menjalankan
perintah Allah sehingga ada kesempatan anak kita masuk sorga hal semacam ini nilainya
lebih besar daripada duit seberapapun. Kalau kita mengukur harga diri jangan dengan
materi, jangan dengan harta, jangan dengan pangkat, jangan dengan senioritas, jangan
dengan akumulasi ilmu, kita mengukur harga diri ukurannya hanya satu yaitu dengan
ketakwaan kepada Allah. Allah Berfirman dalam surat Al Hujurat (49) ayat 13:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu”.

Jadi ini menjadi value system kita yaitu ukurannya ketakwaan, kalau orang itu lebih
takwa dari kita berarti lebih baik, jadi kalau kita mengukur seperti itu kita tidak silau
dengan harta. Orang rendah diri juga biasanya karena merasa kalah bersaing, supaya
kita tidak merasa kalah bersaing maka kita tanamkan bahwa nilai kemenagan bukan di
materi tetapi nilai kemenangan menurut Allah adalah bila kita mempunyai kesempatan
untuk melaksanakan keimanan dengan baik, itulah kemenangan. Jadi misalnya kalau kita
tinggal di eropa atau dimanapun yang pemerintahnya bukan muslim, tetapi kita tetap
dapat melaksanakan keimanan kita, itulah kita menang. Allah Berfirman dalam surat Al
Mu‟minun (23) ayat 1-4:

“Sungguh beruntunglah (menang) orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang


khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat”.

Dan masih banyak lagi ayat yang seperti ini yang intinya memberi kesempatan kepada
orang mukmin untuk melaksanakan keimanannya, jadi nilai kemenangan tidak dilihat
dari yang bersifat materi tetapi dengan kemantaban melaksanakan keimanannya. Kalau
kita sudah mantab keimanan kita kemudian kita tekuni kebenaran itu dengan tidak
banyak berdebat karena berdebat membuat kita menjadi risau. Dalam ayat berikut ini
juga konteksnya dalam perang, yaitu pada surat Al Anfal (8) ayat 45-46:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar (wibawanya turun) dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Jangan suka membandingkan harta kita dengan orang lain, Allah melarang dalam surat
Thaha (20) ayat 131:
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu (memandang dengan lama) kepada apa
yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah
lebih baik dan lebih kekal”.

Jadi tidak usah kagum dengan orang lain yang hartanya banyak, dsb, kalau kita ada
kesempatan membanding maka tujuannya hanya untuk membangkitkan motivasi diri
bukan untuk iri, jadi orientasinya bukan ingin barangnya tetapi berorientasi kepada usaha
kita yang kita tingkatkan supaya lebih efektif, efisien dan produktif. Ketika orang yang
sudah dimasukkan neraka kemudian mereka mengeluh karena amalnya sedikit dan minta
ditambah umur di dunia kemudian Allah menjawab dan Berfirman dalam surat Fathir
(35) ayat 37:

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya
kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan".
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir
bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi
peringatan?”

Jadi tidak ada alasan bahwa umurku pendek sehingga tidak punya kesempatan. Karena
kesempatan itu adalah pilihan kita, jadi supaya kita sempat maka kita harus menyusun
skala prioritas yang baik sehingga kita bisa memilih hanya hal-hal yang efisien dan
produktif yang kita lakukan, yang tidak efisien dan tidak produktif kita tinggalkan.

RINGKASANNYA :
 Allah melarang orang mukmin merasa rendah-diri.
 Kita menghindari rasa rendah-diri dengan:
 Melakukan apapun dengan usaha yang maksimal.
 Memperkuat diri secara fisik, ekonomi, dan sebagainya.
 Menerima pembagian dari Allah.
 Melihat orang lain yang dibawah.
 Lebih menghargai nilai ruhaniah darippada nilai materi.
 Mengukuir harga diri berdasarkan ketakwaan.
 Hindari mengagumi harta orang lain.
 Perbedaan hanya untuk memotivasi diri

Semoga Allah menanamkan di hati kita rasa harga diri berdasarkan ketakwaan
....Aamiiin.

~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

You might also like