Professional Documents
Culture Documents
Askep Sistem Sensori Katarak
Askep Sistem Sensori Katarak
KATARAK
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
JENIFER HONTONGLALIU
EKA ESI TABO
HARISMA
MARIA P.DUARMAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari pancaindra yang paling penting,
dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan dengan optimal.
Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di peroleh otak berasal
dari mata. Jika pada system penglihatan mengalami gangguan maka akan berdampak
besar dalam kehidupan sehari-hari.
WHO memperkirakan 12 orangmenjadi buta setiap menit di dunia, dan 4
orangdiantaranya berasal dari asia tenggara. Bila dibandingkan dengan angka
kebutaan Negara-negara di regional Asia Tenggara,angka kebutaan di
Indonesia (1,5%) adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%,India 0,7%,Thailand
0,3%). Menurut Badan Penelitian dan Pengembanga Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2008), proporsi penduduk umur 30 tahun ke atas
dengan katarak menurut kabupaten/provinsi jawatengah adalah 5,2% dari total
penduduk jawatengah menderita katarak baik yang telah didiagnosa oleh tenaga
kesehatan atau yang baru ditemukan tanda-tanda katarak. Sedangkan di Kabupaten
Boyolali ditemukan total 16,9% dari jumlah penduduk yang menderita katarak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep teori
A. Pengertian
Katarak merupakan kekeruhanlensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho
(2011). Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam
mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004).
Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat
kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.
B. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut
masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya
agregasi protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah
lensa, selain itu pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa
ketika lensa mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme
katarak komplikasi bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada
penyakit diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang
kemudian menyebabkan lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan
katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan tantanggan khusus.
Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi pembentukan
katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya
kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan
kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta protein menjadi
berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan
penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein
larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai
di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.
C. Penatalaksanaan
a. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posteriorditinggalkan untuk mencegah
prolaps viterus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan
sokongan utuk implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena
memungkinkan dimasukannya lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa.
Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus lebih lanjut. Visus basanya pulih
dalam tiga bulan setelah pembedahan. Tehnik yang sering digunakan dalam ECCE
adalah fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui
pengisapan (suction) (Istiqomah,2003). b. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari
prosedur adalah kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata
beresikotinggi mengalami retinal detachmentdan mengangkat struktur penyokong
untuk penanaman lensa intraokuler.Salahsatu tehnik ICCE adalah menggunakan
cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat.
Menurut (Ilyas,2003) pembedahan dengan cara ini mengurangi penyulit yang sering
terjadi pada tehnik ECCE.
D. Pemeriksaan Penunjang
Uji laboratorium kultur dan smear kornea atau konjungtiva dapat digunakan
untuk mendiagnosa tentang infeksi. (Muttaqin dan Sari, 2009) Slitlamp
memungkinkan dapat digunakan untuk pemeriksaan struktur anterior mata dalam
gambaran mikroskopis. Dalam pemeriksaan mata yang komprehensif perlu
dilakukan pengkajian TIO (Tekanan Intra Okuler).Alat yang dapat digunakan untuk
mengukur TIO yaitu tonometer schiotz. Pengukuran ini hanya dilakukan pada pasien
yang berusia lebih dari 40 tahun.
Oftalmoskopi jugadapat digunakan untuk pemeriksaan mata bagian dalam.
E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sedang.Kesadaran compos mentis. Tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 82x/ menit, suhu 36C, respirasi 22x/ menit. Pada pemeriksaan, mata di
dapat bentuk simetris, terlihat warna kehitaman disekitar kedua mata, konjuctiva
tidak anemis, seklera tidak ikterik, pupil warna putih keruh.
F. Penatalaksanaan medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilaton pupil dan retraksi kuat
sampai titik dimana kelayan melakukan aktivitas sehari – hari, maka penanganan
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi
bila ketajaman pandangan mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup atau bika
visialisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembanga berbagai
penyakit retina atau saraf optikus seperti : diabetes dan glaukoma. Ada
dua macam teknik pembedahan, yaitu ekstraksi katarak intra kapsuler dan
esktraksi katarak ekstra kapsuler.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur & tgl lahir : 56 Tahun /12 Maret 1963
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Gol.Darah : A+
Alamat : Sekampung Tanggungan :
BPJS
No.RM : 00.42.89.04
Tgl Masuk RS : 12 Februari 2020
Tgl pengkajian : 12 Februari 2020
Diagnosa : Senile Cataract Unspecified
2. Riwayat Praoperatif
a. Pasien mulai dirawat tgl : 12 Februari 2020 di ruang Pre Operasi
b. Keluhan Utama : Gangguan penglihatan
c. Riwayat Penyakit : Pasien memiliki riwayat penyakit DM sejak 5 tahun
yang lalu, sudah menjalani pengobatan dengan injeksi insulin 10 Unit sejak
tanggal 09 Februari 2020.
d. Ringkasan hasil anamnesa preoperatif :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2020 pukul 12.02 di
ruang pre operasi, pasien mengatakan penglihatannya buram sejak ±7
bulan yang lalu pada kedua mata (kanan dan kiri) akibat adanya katarak.
Pasien mengatakan penglihatan tidak jelas seperti ada kabut, saat melihat
cahaya terasa silau, sulit melihat pada jarak jauh terutama pada malam hari
dan masih dapat melihat jelas pada jarak satu meter. Hasil pemeriksaan
visus dasar OD: CFFC dan OS: CFFC. Tonometri: Tekanan intraokuler
OD: 20 dan OS: 21. Pasien mengatakan merasa cemas karena pertama kali
operasi, pasien sering bertanya kapan operasinya dimulai, apa yang
dilakukan di ruang operasi dan bagaimana cara perawatan setelah operasi.
Pasien tampak bingung, gelisah dan tegang.
e. Hasil Pemeriksaan Fisik 1)Tanda-tanda vital :
Tanggal 12 Februari 2020 Pukul : 12.02 WIB
Kesadaran : Composmentis GCS : 15 Orientasi : Baik
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 20 x/menit
2)Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Leher :
Inspeksi : Bentuk kepala : Normochepal, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam keabu-abuan, tidak ada ketombe, tidak ada lesi,
tidak ada pembengkakan, Hidung: tidak ada polip, tidak ada secret,
tidak ada sianosis. Mulut : bersih, tidak ada gigi berlubang. Telinga:
Tidak ada secret. Kulit : tidak ada jejas warna sama dengan warna
kulit lain.
Palpasi : Tidak ada nyeri pada hidung dan mulut , tidak ada nyeri tekan
pada telinga, tidak ada distensi vena jugularis dan tidak ada
pembesaran tiroid, suhu sama dengan kulit lainnya.
b) Mata :
Inspeksi:
Bulu mata : Lentik ke atas. Konjungtiva: Ananemis Kedudukan bola
mata: Simetris kanan kiri. Bola mata: normal tidak keluar
(eksotalmus)/kedalam (endoftalmus). Lakrimasi mata: Tidak normal
(Mata berair). Reflek pupil: Normal. Pupil mengalami dilatasi,
ukuran pupil mata kanan 6 mm, mata kiri: 8 mm. Pupil kanan dan
kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya dibuktikan dengan
ukuran pupil mata kiri lebih lebar 2 mm. Lapang pandang: normal
(Lp pasien = Lp perawat). Kornea dan Lensa mata: berwarna keruh,
keputihan. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan hitung jari: Visus
dasar OD/OS: CFFC. Tonometri : OD: 20 OS 21 (09/02/2020)
Palpasi: Tidak ada nyeri pada mata, mata terasa gatal.
Sensibilitas kornea: ada reflek berkedip.
c) Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
Inspeksi : Dada : Bentuk Normochest, simetris, pergerakan dinding
dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada jejas, tidak ada
pembengkakan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ictus
cordis.
Palpasi: Paru : Taktil fremitus ; getaran pada kedua lapang paru sama.
Jantung : Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi: Paru : Sonor pada kedua lapang paru,
Jantung:
- Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis
Dextra
- Batas jantung kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
- Batas jantung kiri bawah : ICS IV Mid Sinistra
- Batas jantung kanan atas : ICS IV Parasternalis Dextra
3. Riwayat Intraoperatif
a. Tanda-tanda vital
Tanggal : 12 Februari 2020 Pukul : 14.08 WIB
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/m
Suhu : 36, 10C
Pernafasan : 20 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi: Supine
c. Jenis operasi : Minor
Nama operasi : Fakoemulsifikasi dan pemasangan IOL
Area/bagian tubuh yang dibedah: Mata kiri/ okuli sinistra
d. Tenaga medis di ruang operasi :
Dokter bedah : dr. Faika Novadianaz, Sp.M
Perawat instrumentator: Fephy Ayu, Amd. Kep
Perawat sirkuler : Diah Ayu Retno Palupi, Amd.Kep, Thalita Nur
Rahma, S.Tr. Kep.
DS:
- Pasien mengatakan
merasa cemas karena pertama
kali operasi
- Pasien bertanya kapan
operasinya dimulai DO :
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- TD :130/80 mmHg
- Nadi: 86 x/menit
- RR : 20x/menit
DS:
- Pasien bertanyaapa yang Defisit pengetahuan kurang terpapar
dilakukan di ruang operasi dan informasi
bagaimana cara perawatan setelah tentang prosedur
operasi. DO: pembedahan
- Pasien tampak bingung dan
perawatan pasca
operasi
Intra Operasi fakoemulsifikasi
dan pemasangan
Resiko cedera lensa IOL
DS:
-
Prosedur
DO:
pmbedahan
- Dilakukan pembedahan fakoemulsifikasi
fakoemulsifikasi dan
dan pemasangan
pemasangan lensa intraokuler pada okuli
lensa IOL
sinistra
- Dilakukan local anastesi
- Posisi di meja operasi supine
- Pasien operasi menggunakan
mesin phaco
Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan organ
penglihatan (kekeruhan pada lensa mata)
2. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional (operasi fakoemulsifikasi dan
pemasangan lensa IOL)
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi tentang prosedur pembedahan dan
perawatan pasca operasi fakoemulsifikasi dan pemasangan lensa IOL
Intra Operasi
1.Resiko cedera dibuktikan dengan prosedur pembedahan fakoemulsifikasi dan
pemasangan lensa IO
Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
N DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATA
N
1 Pre Operasi Setelah 1. Mengidentifikas S:
dilakukan i tingkat Pasien mengatakan
Gangguan asuhan kehilangan sudah mengenal
keperawatan penglihatan lingkungan sekitar di
persepsi sensori
1x8 jam 2. Mengorientasika
penglihatan b.d ruang pre operasi O:
diharapkan n pasien
perubahan masalah terhadap OD/OS: CFFC
organ gangguan ruangan Terpasang pagar
penglihatan penglihatan 3. Memastikan pengaman pada bed
(kekeruhan dapat keamanan pasien
pada lens mata) berkurang pasien dengan Kepala tempat tidur
dengan memasang pagar asien
kriteria hasil pengaman ditinggik
: tempat tidur an 45ºC
1. Pasien 4. Meninggikan A:
mengenal kepala tempat
tidur pasien 45º Gangguan persepsi
lingkungan
sensori penglihatan b.d
2. Pagar
perubahan organ
penglihatan (kekeruhan
pengaman pada lensa
terpasang mata) membaik
3. Kepala
P:
tempat
tidur Pantau kondisi pasien
ditinggikan Pasien di antar ke ruang
45ºC operasi
Memeriksa
Intra Operasi : Setelah indentitas pasien dan
dilakukan S: -
1 jadwal prosedur
asuhan
Resiko cedera d.d keperawatan operasi O:
prosedur 1x8 jam Menyesuaikan Identitas dan jadwal
pembedahan diharapkan gelang nama dengan operasi sesuai yaitu
fakoemulsifikasi resiko cedera jadwal Ny. S tahun tanggal
dan pemasangan tidak terjadi Memastikan brankar lahir 12/03/1963, No
lensa IOL dengan atau meja operasi RM 00.42.89.04
kriteria hasil: terkunci sebelum jadwal operasi
dilakukan 12/02/2020
- Identitas dan
pembedahan Posisi pasien
jadwal sesuai kebutuhan,
Memastikan
pasien sesuai supine
- Meja
keamanan elektrikal
selama prosedur Jumlah kasa 10, istrumen
terkunci
operasi (alat tajam 6 sebelum dan
- Alat
elektrikal phaco) sesudah operasi
aman Memastikan dan lengkap
Jumlah alat dan mencatat jumlah Meja operasi sudah terkunci
bahan lengkap kassa, alat, jarum
dan mata pisau A:
Resiko cedera d.d
prosedur pembedahan
fakoemulsifikasi dan
pemasangan lensa
IOL tidak terjadi
P:
Pasien diantar ke ruang
ganti
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Universitas Indonesia.
Istiqomah, IN. 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mickey S dan Patricia Gauntlett B. 2007.Buku Ajar Keperawatan Gerantik. Jakarta: EGC.