You are on page 1of 12

CASE BASED DISCUSSION

KEHAMILAN (ANTENATAL CARE)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PK 3

Di Susun oleh:

SANTI NURAINI (P17324419035)

Jalum 3 B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2021/2022
2.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

2.1.1 Definisi Asuhan Kehamilan


Asuhan Kehamilan adalah pemeriksaan / pengawasan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk   mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, sehingga, mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapkan
pemberian ASI, dan kehamilan kesehatan reproduksi secara wajar.
2.1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan
Tujuan utama ANC adalah menurunkan/ mencegahan kesakitan dan
kematian maternal dan perinatal.Tujuan khusus dari Asuhan antenatal dari
pelayanan antenatal adalah sebagai berikut:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social,
ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dan menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
2.1.3 Jadwal kunjungan ANC
Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal merupakan
prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas kesehatan ( dokter/bidan/perawat )
dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk
persiapan persalinannya. Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah
telah menetapkan program kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut:
Kunjungan ANC minimal 4 kali Kunjungan
No Trimester Waktu Alasan perlu kunjungan
1. Trimester I Sebelum 1. Mendeteksi masalah yang dapat
empat (4) ditangani sebelum membahayakan jiwa.
minggu. 2. Mencegah masalah, misal : tetanus
neonatal, anemia, dan kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
3. Membangun hubungan saling percaya.
4. Memulai persiapan kelahiran dan
kesiapan menghadapi
komplikasiMendorong perilaku sehat
(nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dll)
2. Trimester II 14-28 minggu 1. Sama dengan trimester I , ditambah :
kewaspadaan khusus terhadap hipertesi
kehamilan (deteksi gejala pre-eklampsi,
pantau tekanan darah, evaluasi edema,
proteinuria).
3. Trimester I.28-36 1. Sama dengan trimester sebelumnya
III minggu ditambah deteksi kehamilan ganda.
II.>36 minggu 2. Sama dengan trimester sebelumnya,
ditambah kelainan letak atau kondisi
yang memerlukan persalinan di rumah
sakit

2.1.4 Perencanaan Persalinan dan Pencegahan (P4K)


P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan desa dalam
rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,
termasuk perencanaan pengunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan
stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan
dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan P4K yaitu :
1. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah
yang memuat informasi tentang lokasi identitas ibu hamil, taksiran
persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat
bersalin, calon donor darah, dan transfortasi yang akan digunakan.
2. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama hamil, bersalin dan nifas.
3. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal dalam perencanaan dan pencegahan komplikasi dengan stiker.

2.1.5 Standar Asuhan Kebidanan


Standar  asuhan minimal kehamilan termasuk dalam “10T”
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjuangan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya pada faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion).
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setip kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi ( tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hiopertensi disertai oedema
wajah dan atau tungkai bawah, dan atau proteinuria).
3. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas atau Lila)
Pengukuran lila hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi
kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan
gizi dan telah berlangsung lama (berapa bulan/ tahun) dimana LILA kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR).
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi undus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan
umur kehamilan. Jika tinggi undus uteti tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah 24 minggu.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk menmgetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imuinisasi tetanus
toksoid (TT) bila di perlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai
dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status
imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu
hamil dengan status imunisasi T5 (TT long life) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi.
7. Beri tablet tambah darah (Tablet Besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapatkan tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal
90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Pemeriksaan laboratoprium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada ibu hamil
yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesiik daerah
endermis (malaria, HIV dan lain-lain). Sementara pemeriksaan
laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan
atas indikasi pada ibu yang melakukan kunjungan antenatal.
9. Tatalaksana/ penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil
harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai sistem rujukan.
10. Temu wicara ( Konseling)
Temu wicara ( Konseling) dilakukan setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam/hari) dan tidak
bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya cuci tangan sebelum makan, mandi 2x sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur serta melakukan olahraga ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa kefasilitas
kesehata.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinann, dan nifas misalnya perdarahan pada
hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir
saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ketenga kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karna hal ini penting
untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin
untulk mencegah anemia pada kehamilan.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janin.
g. Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV didaerah
terkonsentrasi HIV/Ibu hamil resiko terinfeksi HIV
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
dikonseling mengenai resiko penularan HIV dari ibu kejaninnya.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu kejanin, namun sebaliknya apabila ibu hamil
tersenut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV
negatif selama kehamilannya, menyusui dst.
h. Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberikan ASI Eksklusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi 6 bulan.
i. KB pasca persalinan
j. Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan untuk kehamilannya dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
k. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
Setiap ibu hamil minimal mempunyai status imunisasi T2 agar
terlindung terhadapa infeksi teetanus.
l. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit ptak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan. (Kemenkes RI 2012).

2.16 Pemeriksaan Palpasi Leopold Pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Leopold ibu hamil merupakan salah satu komponen dari


pemeriksaan abdomen pada ibu hamil. Sehingga pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan esensial untuk mendiagnosis kehamilan. Palpasi Leopold
merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu hamil untuk menentukan posisi
dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen pada ibu hamil. Palpasi
Leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:

1. Leopold I Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan


bagian janin yang terdapat pada bagian fundus uteri.

2. Leopold II Leopold II bertujuan untuk menentukan bagian janin yang


berada pada sisi lateral maternal.

3. Leopold III Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian presentasi dari
janin dan memastikan apakah bagian terendah janin masuk panggul.

4. Leopold IV Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan


pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian
presentasi sudah masuk panggul. Pelaksanaan pemeriksaan Leopold dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

Selanjutnya dari hasil pemeriksaan Palpasi Leopold ini Anda perlu


menginterpretasikan hasil pemeriksaan palpasi Leopold dari deskripsi hasil
pemeriksaan dengan rabaan tangan, sehingga Bidan mampu menentukan
diagnosa tentang janin tunggal atau ganda, umur kehamilan, letak, presentasi,
punggung kanan atau kiri yang berada pada sisi lateral, area punctum maksium
untuk auskultasi, serta menentukan sejauh mana janin masuk panggul. Adapun
mengenai deskripsi hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Leopold 1

Memperoleh rabaan seberapa tinggi fundus uteri dengan rabaan jari


tangan terhadap titik tunjuk area pada abdomen ibu. Selanjutnya
mengestimasikan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri. Tinggi
fundus uteri yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Leopold 1 ini juga dapat
menjadi cross cek terhadap umur kehamilan yang telah dihitung dari
HPMT (Hari Pertama Menstruasi Terakhir). Maka dapat ditentukan pula
interpretasi terhadap kesesuaian pertumbuhan janin terhadap usia kehamilan.
Pada pemeriksaan Leopold 1 juga meraba adanya bagian janin yang
berada di area fundus uteri. Deskripsi terhadap bagian janin yang
berada di area fundus uteri, apabila teraba bagian janin yang keras,
bundar dan melenting, maka interpretasinya bagian yang berada di area
fundus uteri adalah kepala, berarti peluang letak janin memanjang dan
presentasinya adalah bokong. Biasanya kalau kepala berada di area
fundus uteri, secara subyektif ibu hamil akan mengeluh bagian
diafragma terasa lebih penuh karena terisi oleh bagian terbesar janin.
Apabila deskripsi hasil perabaan fundus uteri menunjukkan adanya
bagian janin yang kurang bundar, lunak dan tidak melenting, maka
interpretasinya adalah bagian janin yang berada di area fundus uteri
adalah bokong. Sehingga peluangnya adalah letak memanjang
presentasi kepala. Hal ini merupakan letak dan presentasi yang normal
pada kehamilan.

Leopold 2

Memperoleh rabaan mengenai bagian janin yang berada pada


sisi lateral (samping) kanan dan kiri ibu. Apabila letak janin (situs)
memanjang terhadap sumbu badan ibu, maka akan teraba bagian janin
yang merupakan tahanan yang datar, keras dan memanjang pada
bagian sisi lateral kanan atau kiri ibu. Sehingga sisi lateral lain yang
berlawanan akan teraba deskripsi bagian-bagian kecil janin baik
ekstremitas tangan atau kaki, dengan deskripsi rabaan menunjukkan
bagian-bagian kecil dan tidak teraba tahanan. Apabila deskripsi rabaan
menunjukkan tahanan memanjang pada sisi lateral kanan ibu, maka
interpretasinya adalah letak memanjang punggung kanan, maka
bagian-bagian kecil janin berada pada punggung kiri. Demikian pula
sebaliknya apabila deskripsi tahanan memanjang pada sisi lateral kiri
ibu, maka interpretasinya adalah letak memanjang punggung kiri,
maka bagian-bagian kecil janin berada pada punggung kanan. Pada
keadaan letak janin melintang terhadap sumbu panjang ibu, maka pada
sisi lateral ibu akan teraba bagian yang kosong, karena bagian
punggung janin atau bagian kecil janin berada pada area presentasi
atau pada area fundus.

Leopold 3

Memperoleh rabaan mengenai bagian janin yang berada di


area bawah uterus atau bagian terendah janin (presentasi) dan sudah
masuk panggul atau belum. Apabila deskripsi rabaan janin
menunjukkan adanya bagian yang keras, bundar dan melenting di area
bawah rahim berarti menunjukkan interpretasi presentasi atau bagian
terendah janin adalah kepala. Berarti ini merupakan presentasi yang
normal dalam kehamilan. Apabila deskripsi rabaan menunjukkan
adanya bagian yang lunak, kurang bundar dan tidak melenting berarti
menunjukkan interpretasi presentasi bokong. Apabila area bawah
rahim teraba kosong, berarti peluangnya adalah letak lintang, sehingga
bagian presentasi tidak teraba adanya bagian janin. Kemudian untuk
mengetahui apakah bagian terendah janin sudah tertangkap panggul
atau apakah sudah masuk penggul atau belum dengan cara tangan
pemeriksa meraba dengan teknik pawlik (mencekam/menangkap
bagian terendah dengan lembut, lihat gambar 1. Pemeriksaan Leopold
diatas), kemudian digoyangkan dengan ringan, apabila tidak dapat
digoyangkan, berarti interpretasinya adalah bagian terendah janin
sudah masuk panggul, tetapi apabila bagian terendah janin masih bisa
digoyangkan, maka interpretasinya adalah bagian terendah janin belum
masuk panggul

Leopold 4

Memperoleh rabaan mengenai sejauh mana bagian terendah


janin sudah masuk panggul, dengan cara pemeriksa menghadap kaki
ibu hamil, pemeriksa membelakangi ibu hamil. Kemudian kedua
telapak tangan diletakkan secara berpasangan pada area bagian
terendah janin, dan cermati bagaimana arah kedua ujung telapak
tangan pemeriksa. Apabila perabaan kedua ujung telapak tangan
pemeriksa menunjukkan adanya konvergen (cembung), interpretasinya
adalah bagian terendah janin sebagian besar belum masuk panggul atau
sebagian kecil saja yang masuk panggul. Apabila gambaran kedua
ujung telapak tangan menunjukkan divergen/membuka, maka
interpretasinya adalah bagian terendah janin belum masuk panggul.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-Asuhan-
Kebidanan-Kehamilan-Komprehensif.pdf

Varney H, 2004, Varney’s Midwifery, New York, Jones and Bartlett Publishers.

Pusdiklatnakes dan WHO, 2011, Panduan Asuhan Antenatal Untuk Preseptor/Mentor,


Jakarta.

You might also like