You are on page 1of 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya lahan di daerah aliran sungai memiliki beberapa permasalahan


utama yang disebabkan oleh erosi, dimana erosi ini terjadi karena adanya proses
terlepasnya butiran tanah dari induknya disuatu tempat dan terangkutnya material
tersebut yang disebabkan oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan
pengendapan material yang terangkut di tempat yang lain. Erosi menyebabkan
kerusakan lahan seperti, air sungai menjadi keruh, pendangkalan sungai dan
waduk, penggerusan tebing sungai, pencucian hara tanah, menurunnya
produktifitas lahan, menipisnya lapisan tanah dan meluasnya lahan kritis, yang
akhirnya berujung pada terjadinya degradasi lahan.
Suatu lahan pertanian yang dimanfaatkan secara terus-menerus ditanami
tanpa istirahat dan disertai cara pengelolaan tanaman, tanah dan air yang kurang
baik dan tepat, khususnya di daerah-daerah basah dengan curah hujan yang tinggi,
akan mengalami penurunan produktivitas sehingga dapat menyebabkan kerugian
para petani. Penurunan produktivitas ini dapat terjadi karena menurunnya
kesuburan tanah, dimana unsur hara yang terdapat di lapisan atas hilang
bersamaan dengan proses erosi untuk itu dibutuhkan suatu upaya pencegahan agar
erosi dapat berkurang atau tidak terjadi lagi.
Pengukuran dan pendugaan erosi dilakukan agar dapat mengetahui seberapa
besar erosi yang terjadi pada lahan pertanian, sehingga dapat ditetapkan
kebijaksanaan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah dan sebagai upaya pencegahan erosi juga dapat dilakukan dengan
pembangunan bendungan, waduk, danau buatan, dam penahan, saluran buntu,
penggunaan paving block, pembuatan sumur resapan, serta terasering.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum Teknik
Pengukuran Erosi untuk mengetahui teknik pencegahan erosi sehingga
dapat dilakukan pencegahan untuk meminimalisir terjadinya erosi.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Erosi Tanah

Erosi adalah suatu peristiwa pengikisan tanah yang disebabkan oleh angin, air
atau es ke suatu tempat atau ketempat lain. Erosi dapat terjadi karena adanya
kegiatan manusia dalam memperlakukan lahan untuk memenuhi kebutuhannya
seperti pengolahan tanah untuk lahan pertanian dan pembangunan infrastruktur.
Hak ini sesuai dengan pernyataan Sarminah et al. (2019), yang menyatakan bahwa
erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya
kegiatan penggundulan hutan untuk pembangunan maupun pembukaan lahan
pertanian, kegiatan pertambangan dan perkebunan.
Erosi dapat menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang mempunyai sifat
yang baik untuk proses pertumbuhan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya
sautu degradasi lahan, yang merupakan hilangnya fungsi tanah sebagai sumber air
dan hara bagi tanaman, sebagai tempat akar tanaman berjangkar, serta sebagai
tempat air dan unsur hara ditambahkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rayyandini et al. (2017) yang menyatakan bahwa degradasi lahan dapat
disebabkan oleh hilangnya unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran,
terkumpulnya garam atau senyawa racun bagi tanaman di daerah perakaran,
penjenuhan tanah oleh air dan erosi.
Erosi yang terjadi secara terus-menerus di lahan pertanian menyebabkan
menurunnya produktivitas usahatani, dimana penurunan produktivitas usahatani
akan diikuti oleh penurunan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, pengendalian
erosi dilakukan agar kelestarian sumber daya lahan dan lingkungan dapat
dipertahankan sehingga kesejahteraan petani dapat ditingkatkan. Manusia dapat
mencegah erosi dengan tindakan pengelolaan lahan yang mempertimbangkan
keseimbangan antara kerusakan tanah dengan proses pembentukan tanah. Dalam
hal ini manusia mengelola lahan sesuai dengan kemampuan tanah dan mencegah
terjadinya kerusakan tanah tersebut (Rayyandini et al., 2017).
2.2 Metode Pengukuran Erosi Petak Kecil

Pengukuran laju erosi dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan


petak kecil. Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan
lereng, jenis tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat
memanjang lereng dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk
menampung aliran permukaan dan sedimen. Cara untuk menentukan pengikisan
dan penghanyutan tanah yaitu dengan menggunakan metode pengukuran besarnya
tanah yang terkikis dan aliran permukaan untuk satu kali kejadian hujan yang
disebut pengukuran erosi petak kecil, yang bertujuan untuk mendapatkan data
seperti, besarnya erosi, pengaruh faktor tanaman, pemakaian mulsa penutup tanah
dan pengelolaan tanah (Kiki Ardianto & Amri, 2017).
Petak kecil yang biasanya berbentuk persegi panjang dipergunakan untuk
mendapatkan besarnya pengikisan dan penghanyutan yang disebabkan oleh
pengaruh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu.
Petak yang dipakai biasanya kecil sehingga semua aliran air permukaan yang
terjadi pada saat hujan turun dapat ditampung dalam bak penampungan air yang
dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut. Tanah yang mempunyai
kemiringan, erosi akan berlangsung dangan banyak menghanyutkan partikel-
partikel tanah dari bagian tengah tanah berlereng itu (Perangin-Angin, 2017).

Gambar. 1 Penampang petak kecil dan kolektor pada sebidang lahan


(Sumber : Perangin-Angin, 2017)

2.3 Prediksi Erosi

Prediksi erosi dilakukan untuk mengetahui jumlah tanah yang hilang melalui erosi
dan menganalisis teknologi konservasi tanah yang harus dilakukan oleh petani
agar hasil pertanian tidak menurun. Prediksi erosi dilakukan berdasarkan curah
hujan, sifat-sifat fisik tanah, panjang dan kemiringan lereng, kualitas teras dan
pola tanam yang diterapkan petani. Pendugaan besarnya erosi yang terjadi di
lahan pertanian dilakukan menggunakan pendekatan persamaan prediksi
kehilangan tanah secara komprehensif dengan pendekatan yang dikemukakan
dalam The Universal Soil Loss Equation (USLE). Alasan utama penggunaan
model USLE, karena model tersebut relatif sederhana dan input parameter model
yang diperlukan mudah diperoleh sehingga mudah dihitung secara manual
maupun menggunakan alat bantu software (Saida et al., 2017).
Adapun Persamaan USLE yaitu sebagai berikut :
A = R x K x LS x C x P
Keterangan :
A : erosi yang mungkin terjadi (ton/ha/tahun)
R : faktor curah hujan dan aliran permukaan (erosivitas hujan)
K : faktor kepekaan erodibilitas tanah.
LS : faktor panjang lereng dan kemiringan lereng.
C : faktor pengelolaan penutup tanah (tanaman).
P : faktor tindakan pengelolaan tanah (konservasi tanah)
Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk
memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan
Wischmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan
tanah yang lainnya, Pendugaan Erosi dengan metode USLE mempunyai kelebihan
yaitu variabel-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah
dapat diperhitungkan secara terperinci. Sampai saat ini USLE masih dianggap
sebagai rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga lebih banyak
digunakan daripada rumus lainnya (Perangin-Angin, 2017).

2.4 Faktor Erosivitas Hujan

Faktor erosivitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan


yang dikemukakan oleh Lenvain pada tahun 1975 dalam Saida et al., 2017
mendapatkan hubungan antara Indeks Erosi hujan (EI30) dengan curah hujan
tahunan (R’) sebagai berikut :
R = (EI30) / 100
EL30 = 2,34 R’ 1,98
Keterangan :
R : Erosivitas hujan
EL30 : Interaksi energi dengan intensitas hujan maksimum 30 menit
R’: curah hujan tahunan
Erosivitas hujan adalah suatu energi kinetik dan intensitas curah hujan, yang
apabila dibandingkan antara energi kinetik dengan intensitas curah hujan, maka
yang berpengaruh terhadap besarnya erosivitas adalah intensitas curah hujannya,
yang dimana semakin tinggi intensitas curah hujan maka nilai erosivitasnya
juga semakin besar (Saida et al., 2017).

2.5 Faktor Erodibilitas Tanah

Erodibilitas merupakan kepekaan tanah terhadap pukulan butiran air hujan dan
penghannyutan oleh aliran permukaan. Semakin besar nilai erodibilitas tanah
maka tanah akan peka atau mudah tererosi, sebaliknya apabila nilai erodibilitas
tanah itu rendah maka tanah lebih tahan terhadap erosi. Tekstur berperan besar
terhadap besar kecilnya erodibilitas tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif dari partikel tanah seperti pasir, debu dan lempung dalam suatu massa
tanah. Semakin besarnya tekstur tanah, maka nilai K akan cenderung semakin
besar, sebaliknya semakin halus tekstur suatu tanah, nilai K akan semakin rendah.
Faktor yang juga mempengaruhi nilai erodibilitas adalah kandungan bahan
organik tanah, karena terkait dengan fungsi bahan organik sebagai bahan perekat
tanah dalam pembentukan agregat tanah (Kiki Ardianto & Amri, 2017).
Menurut Saida et al. (2017), nilai K atau erodibilitas tanah diperoleh dari
persamaan sebagai berikut :
100 K = 1,292 [2,1 M 1,14 (10-4 ) (12- a) + 3,25 (b- 2) + 2,5 (c - 3)]
Keterangan :
K : erodibilitas tanah
M : persentase pasir sangat halus dan debu (diameter 0,1 - 0,05 dan
0,05 – 0,02 mm) x (100 - persentase liat)
a : persentase bahan organik (% C-organik x 1,724)
b : kode struktur tanah yang digunakan dalam klasifikasi tanah
c : kelas permeabilitas profil tanah

2.6 Erosi yang dapat ditoleransikan-TSL (Tolerabel Soil Loss)

Erosi yang ditoleransikan dihitung berdasarkan pendekatan Hammer tahun


1981 dalam Nurhapisah et al., (2019) berdasarkan atas kedalaman ekivalen tanah
dan jangka waktu kelestarian sumber daya tanah yang diharapkan. Erosi yang
dapat ditoleransikan (TSL) dihitung dengan rumus :
KE.FK
TSL =
UGT
Keterangan :
TSL= Erosi yang dapat ditoleransikan (ton/ha/thn)
KE = Kedalaman Efektif Tanah (mm)
FK = Faktor Kedalaman Sub-Ordo Tanah
UGT=Umur Guna Tanah (untuk kepentingan pelestarian di gunakan 400
tahun).

2.7 Menentukan Indeks Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan berdasar atas perbandingan antara jumlah
tanah yang tererosi dengan kedalaman (efektif) tanah tanpa memperhatikan
jangka waktu kelestarian yang diharapkan, jumlah erosi yang diperbolehkan
maupun kecepatan proses pembentukan tanah. Untuk menentukan tingkat bahaya
erosi, Departemen Kehutanan (1986) menggunakan pendekatan tebal solum tanah
yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Penilaian tingkat bahaya erosi
berdasar atas tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi (Saida et al., 2017).
Indeks Bahaya Erosi (IBE) dapat ditentukan berdasarkan persamaan Wood
dan Dent (1983) dalam Nurhapisah et al. (2019) sebagai berikut :
Jumlah tanah yang tererosi (A)
IBE =
Jumlah Erosi Yang Tolenransikan (TSL)
Keterangan :
A = Erosi yang diperkirakan menurut USLE (ton/ha/tahun)
TSL=Erosi yang dapat ditoleransikan (ton/ha/tahun
BAB 3

PENUTUP

Erosi adalah suatu peristiwa pengikisan tanah atau terangkutnya tanah yang
disebabkan oleh angin, air atau es ke suatu tempat atau ketempat lain. Erosi yang
terjadi secara terus-menerus di lahan pertanian dapat menyebabkan semakin
menurunnya produktivitas usahatani, dimana penurunan produktivitas usahatani
secara linier akan diikuti oleh penurunan kesejahteraan petani. Pengukuran laju
erosi dapat dilakukan dengan menggunakan petak kecil berbentuk plot segi empat
memanjang lereng dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk
menampung aliran permukaan dan sedimen. Prediksi erosi dilakukan berdasarkan
curah hujan, sifat-sifat fisik tanah, panjang dan kemiringan lereng, kualitas teras
dan pola tanam yang diterapkan petani. Erosivitas hujan adalah suatu energi
kinetik dan intensitas curah hujan, yang apabila dibandingkan antara energi
kinetik dengan intensitas curah hujan dimana semakin tinggi intensitas curah
hujan maka nilai erosivitasnya juga semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Kiki Ardianto, & Amri, A. I. (2017). Pengukuran Dan Pendugaan Erosi Pada
Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Kemiringan Berbeda Determining.
Jurnal Online Mahasiswa (Jom), 4(1), 1–15.
Nurhapisah, N., Tjoneng, A., & Saida, S. (2019). Pengelolaan Lahan Berdasarkan
Indeks Bahaya Erosi Dan Ekonomisub Das Pacangkuda Hulu Kota Palopo.
Agrotek: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian, 3(1), 63–75.
Perangin-Angin, M. A. B. (2017). Penentuan Laju Erosi Pada Tanah Andepts
Menggunakan Tanaman Kedelai Dan Teras Bangku Tipe Inward Dengan
Metode Usle Dan Petak Kecil Di Lahan Kwala Bekala Universitas Sumatera
Utara. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Rayyandini, K., Banuwa, I. S., & Afandi, A. (2017). Pengaruh Sistem Olah Tanah
Dan Pemberian Herbisida Terhadap Aliran Permukaan Dan Erosi Pada Fase
Generatif Pertanaman Singkong (Manihot Utilissima) Musim Tanam Ke-2.
Jurnal Agrotek Tropika, 5(1), 57–62.
Saida, S., Abdullah, A., & Ilsan, M. (2017). Erosi Dan Tingkat Bahaya Erosi Pada
Pertanaman Kentang. Agrotek: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian, 1(2), 1–13.
Sarminah, S., Karyati, K., & Sudarmadji, T. (2019). Panduan Praktikum
Konservasi Tanah Dan Air. Universitas Mulawarman. Samarinda.

You might also like