Professional Documents
Culture Documents
Makalah - Kel.7 - Askep Neurologi Tetanus Neonatorum
Makalah - Kel.7 - Askep Neurologi Tetanus Neonatorum
Dosen Pembimbing :
Kelas: 5B Keperawatan
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang ”MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KELAINAN SISTEM NEUROLOGI TETANUS
NEONATORUM”. Makalah ini disusun selain untuk menambah wawasan
juga untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak.
Lamongan, 11 November
2019
Penyusun
ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................
BAB 1.............................................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. LatarBelakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Masalah..............................................................................................
BAB II............................................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................................
2. Etiologi...................................................................................................................
3. Patofisiologi.........................................................................................................
4. Manifestasi klinis.................................................................................................
5. Komplikasi...........................................................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................
BAB 3...........................................................................................................................
3.1 Pengkajian.....................................................................................................
BAB IV........................................................................................................................
PENUTUP...................................................................................................................
iii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
Pada tahun 2012 menurut WHO dan UNICEF sudah 159 negara
di seluruh dunia yang sudah tereliminasi kasus tetanus maternal neonatal
termasuk Indonesia. Untuk mengeliminasi kasus tetanus neonatorum di
Indonesia dimulai dengan imunisasi TT ibu hamil dan calon pengantin
sebagai bentuk strategi jangka pendek, imunisasi vaksin DT dan TT pada
anak sekolah dasar sebagai bentuk strategi jangka panjang yang
kemudian dikembangkan menjadi Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS). Selain itu untuk mengeliminasi kasus tetanus neonatorum juga
dilakukan peningkatan keterampilan petugas penolong persalinan dan
peningkatan persalinan yang bersih dan aman (WHO,2012)
B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi dari tetanus neonatorum?
b. Apakah penyebab terjadinya tetanus neonatorum?
c. Bagaimana patofisiologi dari tetanus neonatorum?
d. Apa saja yang termasuk gejala klinis dari tetanus neonatrum?
e. Apa saja komplikasi dari tetanus neonatrum?
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari tetanus neonatrum?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui definisi dari tetanus neonatorum.
b. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya tetanus neonatorum.
v
c. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari tetanus neonatrum.
d. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk gejala klinis dari tetanus
neonatrum.
e. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatrum.
f. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari tetanus neonatrum.
vi
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Penyebabnya adalah hasil clostridium tetani (Kapitaselekta,2000) bersifat
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan
toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah ,merusak leukosit dan
merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot.( Ilmu Kesehatan Anak,2010)
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari ), tergantung pada tempat
terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman tetanus neonatorum.
(Sudarjat S,2009)
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen.Tetanus pada bayi ini
7
dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk
penyakit ini masa inkubasinya antara 5014 hari (Hidayat,2011 )
3. Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah menjadi bentuk
vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat
penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat
adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal
toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan
aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin
telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf
lower motorneuron keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin
menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.
( Aang, 2011)
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya meliputi :
a. Kejang sampai pada otot pernafasan
b. Leher kaku
c. Dinding abdomen keras
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
e. Suhu tubuh dapat meningkat. (Deslidel, 2011)
5. Komplikasi
a. Bronkopneumonia
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b. pemeriksaan cairan otak biasanya normal
8
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit
motorik secara terus-menerus . (Teddi, 2010)
9
BAB 3
3.1 Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
2. Keluhan Utama
Reflek Sucking Swallowing, kejang
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke Rumah Sakit paling sering terjadi kekakuan rahang dan mulut terkunci
kemudian otot leher, Columnus Vertrebralis dan dinding abdomen serta diikuti kejang
menyeluruh.
4. Riwayat penyakit Dahulu
Adanya factor predisposisi terjadinya Tetanus antara lain adanya luka.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya factor predisposisi terjadinya tetanus antara lain pada ibu hamil yang tidak
imunisasi TT
6. Faktor Psikososial
Kebiasaan anak bermain dan Hygine sanitasi
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Prenatal : Riwayat imunisasi TT pada ibu
b. Natal : Penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan
persalinan yang bersih/hygine atau tidak. Alat potong tali pusat, tempat persalinan.
c. Post Natal : Perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menyusu
(inhibubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menyusu
dengan gejala kejang yang pertama (period of onset)
8. Riwayat Imunisasi
10
9. Pola Kebiasaan sehari-hari
1. Pola Nutrisi : Sering terjadi gangguan pemenuhan nutrisi karena sukarnya membuka
mulut dan gangguan menelan.
2. Pola Eliminasi : Terjadi spasme pada sfingter kandung kemih, sehingga mengakibatkan
retensi urin
3. Pola Istirahat : Tidur kurang dari kebutuhan dari kebutuhan karena terjadi kejang yang
terus menerus
4. Pola Aktivitas : Keterbatasan aktivitas karena kekakuan otot dan kejang
10. Pengkajian Sistem
A. Pengkajian umum
1. Kesadaran
2. Tanda – tanda vital
Suhu tubuh : >380C
Nadi :takikardi, frekuensi Irreguler.
Nafas : >24x/menit
TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
3. TB / BB
4. Lingkar kepala : Normal
5. Lingkar Dada : Normal
B. Pengkajian fisik
1. Kepala: Higiene kepala, Ubun-ubun cekung
2. Mata
Palpebra : cekung
Pupil : Dilatasi pupil saat kejang
Konjungtiva : anemis
Sklera : ikterik/tidak
3. Hidung: Sianosis, epistaksis
4. Mulut : Membran mukosa kering
5. Telinga: Apakah ada infeksi/ tidak
11
6. Thorak
I :kaji kesimetrisan dada, pengembangan dada, adanya tarikan intercosta
P :Benjolan (-), nyeri tekan(-)
P :kaji bunyi jantung apakah pekak,sonor
A :Auskultasi bunyi jantung, suara nafas tambahan (wheezing atau ronkhi)
7. Abdomen
I: kaji kesimetrisan perut, adanya massa atau benjolan
P: kaji adanya nyeri, benjolan, atau pembesaran lien dan limpa (biasanya
perut akan terasa keras seperti papan)
P: timpani atau hipertimpani
A: kaji bising usus, biasanya menurun
8. Sistem musculoskeletal: Kaji adanya kekakuan (biasanya kaku dengan
epistotonus ekstremitas inferior dalam keadan eksterna lengan dan tangan
mengepal kuat)
11. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Glukosa Darah:Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit:K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Skull Ray: Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
3. EEG: Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.(Teddi,2010)
12
3.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Mayor Tonus otot meningkat Ketidakefektifan
Ds: - &kontraksi otot meningkat bersihan jalan nafas
Do: b.d penumpukan
– Rr > 22 x/menit Spasme otot secret
– Frekuensi nafas
Irreguler
– Ada reteraksi dada Otot faring dan laring
– Ada ronchi
– Penumpukan sekret Peningkatan secret, ronkhi
– Rewel / gelisah
Ketidakefektifan bersihan
– Sianosis
jalan nafas
– Takipnea<24
x/menit Terjadi Proses infeksi
Hipertemi
13
3. Ds: - Tonus Otot meningkat Deficit Nutrisi
Do:
– Anemis Terjadi spasme otot
– Reflek menghisap
lemah
Kesulitan membuka mulut
– Berat badan
dan gangguan menelan
menurun
(ketidakkuatan reflek
– Lemas
menghisap pada bayi)
14
ronkhi – Produksi sputum Terpeutik
Mekonium pada menurun (5) – Posisikan semi
jalan napas (pada – Wheezing menurun fowler atau
neonatus) (5) fowler
Tanda Minor – Berikan minum
S: hangat
Dyspnea – Berikan
Sulit bicara oksigen, jika
Ortopnea perlu
O: Kolaborasi
Gelisah – Kolaborasi
Sianosis pemberian
menurun ekspetoran,
mukolitik jika
Frekuensi nafas
perlu.
berubah
Pola napas berubah
2. Tanda mayor Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen hipertermi
S: tidak tersedia asuhan keperawatan selama 3 x Observasi
15
lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
Edukasi
– Anjurkan tirah
baring
3. Data Mayor Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
S : Tidak tersedia asuhan keperawatan selama Observasi
O: … x 24 jam diharapkan status – identifikasi
Berat badan nutrisi klien membaik. status nutrisi
menurun 10% Kriteria Hasil: – identifikasi
dibawah rentang – Kekuatan menelan perlunya
ideal Meningkat/menghisap penggunaan
Data Minor (5) selang
S : Tidak tersedia – Nafsu makan nasogastric
O: membaik (5) – berikan
Bising usus makanan tinggi
Otot menelan gizi
lemah Terapeutik
Membrane mukosa - hentikan
pemberian
pucat
makan melalui
Sariawan selang asogatric
Serum albumin jika asupan oral
dapat ditoleransi
turun
kolaborasi
Rambut rontok
– kolaborasi untuk
Nafsu makan
pemberian obat
menurun
Diare
16
17
3.5 Implementasi Keperawatan
Menurut Potter & Perry (2013) tindakan keperawatan adalah perilaku
atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Komponen ini merupakan
rangkaiian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018a).
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidk bersih. Penyakit ini
disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman
tersebut berkembang tanpa adanya oksigen dan pemotongan tali pusat yang tidak
steril .tanda dan gejala meliputi kejang sampai pada otot pernafasan, leher kaku,
dinding abdomen keras, mulut mencucu seperti mulut ikan, dan suhu tubuh dapat
meningkat. Komplikasi dari penyakit tetanus neonatorum seperti bronkopnemonia,
asfiksia akibat obstruksi secret pada saluran pernafasan , sepsis neonatorum.
Pemeriksaan penunjangnya adalah pemeriksaan laboratorium didapati peninggian
leukosit, pemeriksaan cairan otak biasanya normal dan pemeriksaan eletroniogram.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dengan masalah keperawatan tentang penyakit tetanus neonatorum dan juga
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.
2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit
tetanus neonatorum harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari
asuhan keperawatan pada bayi yang perlu di tekankan.
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau keluarga dari
anak tentang bahaya tetanus dan penyuluhan untuk melakukan persalinan dirumah sakit,
puskesmas, klinik bersalin, atau pelayanan kesehatan terhindar dari infeksi tetanus pada
anaknya akibat penggunaan alat-alat yang tidak steril.
19
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Deslidel, dkk. 2011. Asy\uhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC
20