You are on page 1of 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


KELAINAN SISTEM NEUROLOGI (TETANUS
NEONATORUM)

Dosen Pembimbing :

Lilis Maghfuroh S.Kep.Ns.M,Kes

Disusun oleh kelompok : 7

Kelas: 5B Keperawatan

1. Layinatul Ma’rifah (190201276)


2. Dimas febrian (1902012790)
3. M. Romadlon Ilham B. (1902012825)
4. Trias Fathul Azmi (1902012836)
5. Rizqi Indah Fitrianti (1902012837)
6. Sylvie Aprilyani Amandha I.H (1902012820)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang ”MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KELAINAN SISTEM NEUROLOGI TETANUS
NEONATORUM”. Makalah ini disusun selain untuk menambah wawasan
juga untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak.

Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yaitu Ibu Lilis
Magfuroh S. Kep., Ns., M.Kes.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih
banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan demi menambah wawasan dan pengetahuan serta
kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi pembaca dan
mudah-mudahan upaya penyusun makalah ini senantiasa berada dalam
ridho-Nya.

Lamongan, 11 November
2019

Penyusun

ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................

BAB 1.............................................................................................................................

PENDAHULUAN..........................................................................................................

A. LatarBelakang..................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan Masalah..............................................................................................

BAB II............................................................................................................................

PEMBAHASAN............................................................................................................

1. Definisi Tetanus Neonatorum................................................................................

2. Etiologi...................................................................................................................

3. Patofisiologi.........................................................................................................

4. Manifestasi klinis.................................................................................................

5. Komplikasi...........................................................................................................

6. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................

7. Penatalaksanaan dan Pengobatan Tetanus Neonatorum......................................

BAB 3...........................................................................................................................

KONSEP ASKEP KEPERAWATAN.........................................................................

3.1 Pengkajian.....................................................................................................

3.2 Analisa Data.......................................................................................................

3.3 Diagnosa Keperawatan..................................................................................

3.4 Rencana Keperawatan...................................................................................

3.5 Implementasi Keperawatan...............................................................................

3.6 Evaluasi Keperawatan.......................................................................................

BAB IV........................................................................................................................

PENUTUP...................................................................................................................

iii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetanus neonatorumdisebabkan oleh spora Clostridiumtetani.


Bakteri ini bersifat anaerob, Gram positif dan mempunyai spora. Adanya
spora menyebabkan bakteri dapat bertahan dalam jangka panjang di
lingkungan bebas, seperti di tanah atau udara. (Ryan etal, 2004). Bakteri
masuk pada bayi umumnya melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan
tali pusat maupun masa perawatan. Penggunaan alat pemotongan tali
pusat yang tidak steril dan perawatan tali pusat yang tidak bersih akan
meningkatkan perkembangan bakteri. Secara klinis, tetanus neonatorum
akan memperlihatkan gambaran kesulitan menyusui, menangis
berlebihan dan gangguan menelan. Pada kondisi berat disertai dengan
kekakuan dan kejang. Jika mengenai otot pernafasan dan penanganan
yang lambat akan berakhir dengan kematian. Hal ini disebabkan oleh
neurotoxin yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut.(Ritarwan, 2004)

WHO memperkirakan pada tahun 2008, 59.0000 bayi baru lahir


meninggal akibat TN dan pada tahun 2008 terdapat 46 negara yang masih
belum eliminasi Tetanus Maternal Neonatal di seluruh Kabupaten
termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan
kasus tertinggi di ASIA. Angka kematiannya berkisar 6-23 kematian TN
per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih diatas target Eliminasi
Tetanus Neonatorum (ETN) yang ingin dicapai yaitu 1 per 1000
kelahiran hidup. (Survei Penduduk Antar Sensus/Supas,2008).Sebagian
besar kasus terjadi di pedesaan (11-23 per 1000 kelahiran hidup),
sedangkan di perkotaan kejadiannya relatif lebih rendah, yaitu 6-7 per
1000 kelahiran hidup. (BAPENNAS,2010).

iv
Pada tahun 2012 menurut WHO dan UNICEF sudah 159 negara
di seluruh dunia yang sudah tereliminasi kasus tetanus maternal neonatal
termasuk Indonesia. Untuk mengeliminasi kasus tetanus neonatorum di
Indonesia dimulai dengan imunisasi TT ibu hamil dan calon pengantin
sebagai bentuk strategi jangka pendek, imunisasi vaksin DT dan TT pada
anak sekolah dasar sebagai bentuk strategi jangka panjang yang
kemudian dikembangkan menjadi Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS). Selain itu untuk mengeliminasi kasus tetanus neonatorum juga
dilakukan peningkatan keterampilan petugas penolong persalinan dan
peningkatan persalinan yang bersih dan aman (WHO,2012)

Tujuan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah untuk


membentuk antibodi anti tetanus pada ibu yang secara pasif masuk ke
sirkulasi darah janin melalui placenta.(Wahab,2002) Selain memproduksi
antibodi, proliferasi dan diferensiasi sel B sebagian akan menjadi sel B
memori. Sel B memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori
terpajan atau terinduksi oleh antigen serupa, akan terjadi proses
proliferasi dan diferensiasi seperti semula dan akan menghasilkan
antibodi lebih banyak. Respon sel B memori (respon imun sekunder)
akan lebih baik dibandingkan dengan respon pada pajanan antigen yang
pertama (responimu primer). (Baratawijaya, 2009; Wahab, 2002).
Pemberian imunisasi TT bukan hanya ditujukan terhadap ibu, juga
ditujukan untuk mencegah tetanus pada bayi karena antibodi ibu akan
masuk ke sirkulasi janin selama kehamilan.(Fiordalis,et al,1998)

B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi dari tetanus neonatorum?
b. Apakah penyebab terjadinya tetanus neonatorum?
c. Bagaimana patofisiologi dari tetanus neonatorum?
d. Apa saja yang termasuk gejala klinis dari tetanus neonatrum?
e. Apa saja komplikasi dari tetanus neonatrum?
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari tetanus neonatrum?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui definisi dari tetanus neonatorum.
b. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya tetanus neonatorum.

v
c. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari tetanus neonatrum.
d. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk gejala klinis dari tetanus
neonatrum.
e. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatrum.
f. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari tetanus neonatrum.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Tetanus Neonatorum


Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik
yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal,
pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut
dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 )
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan
adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan masalah di indonesia
dan di negara berkembang lain, meskipun beberapa tahun terakhir kasusnya sudah jarang di
indonesia.
Angka kematian tetanus neonatorum tinggi dan merupakan 45 – 75 % dari
kematian seluruh penderita tetanus. Penyebab kematian terutama akibat komplikasi antara
lain radang paru dan sepsis, makin muda umur bayi saat timbul gejala, makin tinggi pula
angka kematian. (Maryunani, 2011)

2. Etiologi
Penyebabnya adalah hasil clostridium tetani (Kapitaselekta,2000) bersifat
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan
toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah ,merusak leukosit dan
merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot.( Ilmu Kesehatan Anak,2010)
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari ), tergantung pada tempat
terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman tetanus neonatorum.
(Sudarjat S,2009)
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen.Tetanus pada bayi ini

7
dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk
penyakit ini masa inkubasinya antara 5014 hari (Hidayat,2011 )

3. Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah menjadi bentuk
vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat
penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat
adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal
toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan
aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin
telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf
lower motorneuron keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin
menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.
( Aang, 2011)

4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya meliputi :
a. Kejang sampai pada otot pernafasan
b. Leher kaku
c. Dinding abdomen keras
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
e. Suhu tubuh dapat meningkat. (Deslidel, 2011)

5. Komplikasi
a. Bronkopneumonia
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b. pemeriksaan cairan otak biasanya normal

8
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit
motorik secara terus-menerus . (Teddi, 2010)

7. Penatalaksanaan dan Pengobatan Tetanus Neonatorum


Penatalaksanaan tetanus neonatorum adalah perawatan tali pusat dengan alat – alat
yang steril. (Deslidel, 2011)
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a. Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak dengan sistem saraf,
dengan serum antitetanus (ATS teraupetik)
b. Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan produksi toksin
c. Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman penyebab
d. Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e. Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f. Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan sesedikit mungkin
manipulasi pada penderita. (Maryunani , 2010)

9
BAB 3

KONSEP ASKEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
2. Keluhan Utama
Reflek Sucking Swallowing, kejang
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke Rumah Sakit paling sering terjadi kekakuan rahang dan mulut terkunci
kemudian otot leher, Columnus Vertrebralis dan dinding abdomen serta diikuti kejang
menyeluruh.
4. Riwayat penyakit Dahulu
Adanya factor predisposisi terjadinya Tetanus antara lain adanya luka.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya factor predisposisi terjadinya tetanus antara lain pada ibu hamil yang tidak
imunisasi TT
6. Faktor Psikososial
Kebiasaan anak bermain dan Hygine sanitasi
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Prenatal : Riwayat imunisasi TT pada ibu
b. Natal : Penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan
persalinan yang bersih/hygine atau tidak. Alat potong tali pusat, tempat persalinan.
c. Post Natal : Perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menyusu
(inhibubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menyusu
dengan gejala kejang yang pertama (period of onset)
8. Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir diberikan.

10
9. Pola Kebiasaan sehari-hari
1. Pola Nutrisi : Sering terjadi gangguan pemenuhan nutrisi karena sukarnya membuka
mulut dan gangguan menelan.
2. Pola Eliminasi : Terjadi spasme pada sfingter kandung kemih, sehingga mengakibatkan
retensi urin
3. Pola Istirahat : Tidur kurang dari kebutuhan dari kebutuhan karena terjadi kejang yang
terus menerus
4. Pola Aktivitas : Keterbatasan aktivitas karena kekakuan otot dan kejang
10. Pengkajian Sistem
A. Pengkajian umum
1. Kesadaran
2. Tanda – tanda vital
 Suhu tubuh : >380C
 Nadi :takikardi, frekuensi Irreguler.
 Nafas : >24x/menit
 TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
3. TB / BB
4. Lingkar kepala : Normal
5. Lingkar Dada : Normal
B. Pengkajian fisik
1. Kepala: Higiene kepala, Ubun-ubun cekung
2. Mata
 Palpebra : cekung
 Pupil : Dilatasi pupil saat kejang
 Konjungtiva : anemis
 Sklera : ikterik/tidak
3. Hidung: Sianosis, epistaksis
4. Mulut : Membran mukosa kering
5. Telinga: Apakah ada infeksi/ tidak

11
6. Thorak
 I :kaji kesimetrisan dada, pengembangan dada, adanya tarikan intercosta
 P :Benjolan (-), nyeri tekan(-)
 P :kaji bunyi jantung apakah pekak,sonor
 A :Auskultasi bunyi jantung, suara nafas tambahan (wheezing atau ronkhi)
7. Abdomen
 I: kaji kesimetrisan perut, adanya massa atau benjolan
 P: kaji adanya nyeri, benjolan, atau pembesaran lien dan limpa (biasanya
perut akan terasa keras seperti papan)
 P: timpani atau hipertimpani
 A: kaji bising usus, biasanya menurun
8. Sistem musculoskeletal: Kaji adanya kekakuan (biasanya kaku dengan
epistotonus ekstremitas inferior dalam keadan eksterna lengan dan tangan
mengepal kuat)
11. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
 Glukosa Darah:Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
 BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
 Elektrolit:K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
 Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Skull Ray: Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
3. EEG: Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.(Teddi,2010)

12
3.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Mayor Tonus otot meningkat Ketidakefektifan
Ds: - &kontraksi otot meningkat bersihan jalan nafas
Do: b.d penumpukan
– Rr > 22 x/menit Spasme otot secret
– Frekuensi nafas
Irreguler
– Ada reteraksi dada Otot faring dan laring

– Ada ronchi
– Penumpukan sekret Peningkatan secret, ronkhi

– Rewel / gelisah
Ketidakefektifan bersihan
– Sianosis
jalan nafas

2. Ds :- Reaksi antigen antibodi Hipertermi


Do :
– Shu tubuh diatas Pelepasan mediator
normal >38oC inflamasi
– Kejang
– Takikadi Beredar ke sistemik, masuk
<100x/menit SSP

– Takipnea<24
x/menit Terjadi Proses infeksi

Peningkatan suhu tubuh

Hipertemi

13
3. Ds: - Tonus Otot meningkat Deficit Nutrisi
Do:
– Anemis Terjadi spasme otot

– Reflek menghisap
lemah
Kesulitan membuka mulut
– Berat badan
dan gangguan menelan
menurun
(ketidakkuatan reflek
– Lemas
menghisap pada bayi)

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d spasme jalan napas
b. Hipertermi b.d proses penyakit (infeksi)
c. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan (reflek menghisap tidak
adekuat)

3.4 Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Tanda mayor Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Jalan
S : Tidak tersedia asuhan keperawatan selama 3 x Napas

O: 24 jam diharapkan bersihan Observasi


jalan napas pada klien dapat
 Batuk tidak efektif – Monitor bunyi
meningkat.
 Tidak mampu napas tambahan
Kriteria Hasil:
batuk (wheezing,
– Frekuensi napas
 Sputum berlebih ronchi)
normal (5)
 Mengi, wheezing, – Monitor sputum

14
ronkhi – Produksi sputum Terpeutik
 Mekonium pada menurun (5) – Posisikan semi
jalan napas (pada – Wheezing menurun fowler atau
neonatus) (5) fowler
Tanda Minor – Berikan minum
S: hangat
 Dyspnea – Berikan
 Sulit bicara oksigen, jika
 Ortopnea perlu
O: Kolaborasi
 Gelisah – Kolaborasi

 Sianosis pemberian

 Bunyi napas bronkodilator,

menurun ekspetoran,
mukolitik jika
 Frekuensi nafas
perlu.
berubah
 Pola napas berubah
2. Tanda mayor Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen hipertermi
S: tidak tersedia asuhan keperawatan selama 3 x Observasi

O: 24 jam diharapkan pengaturan – Monitor suhu


suhu tubuh pada klien dapat
 Suhu tubuh diatas tubuh
membaik.
normal – Identifikasi
Kriteria Hasil:
Tanda minor penyebab
– Pasien tidak kejang
S: tidak tersedia Hipertermia
(5)
O: Terapeutik
– Suhu tubuh membaik
 Kulit merah – Lomggarkan
(5)
 Kejang atau lepaskan
– Takikardi menurun
 Takikardi pakaian
(5)
 Takipnea – Ganti linen
– Kulit merah menurun
 Kulit terasa hangat setiap hari atau
(5)

15
lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
Edukasi
– Anjurkan tirah
baring
3. Data Mayor Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
S : Tidak tersedia asuhan keperawatan selama Observasi
O: … x 24 jam diharapkan status – identifikasi
 Berat badan nutrisi klien membaik. status nutrisi
menurun 10% Kriteria Hasil: – identifikasi
dibawah rentang – Kekuatan menelan perlunya
ideal Meningkat/menghisap penggunaan
Data Minor (5) selang
S : Tidak tersedia – Nafsu makan nasogastric
O: membaik (5) – berikan
 Bising usus makanan tinggi
 Otot menelan gizi
lemah Terapeutik
 Membrane mukosa - hentikan
pemberian
pucat
makan melalui
 Sariawan selang asogatric
 Serum albumin jika asupan oral
dapat ditoleransi
turun
kolaborasi
 Rambut rontok
– kolaborasi untuk
 Nafsu makan
pemberian obat
menurun
 Diare

16
17
3.5 Implementasi Keperawatan
Menurut Potter & Perry (2013) tindakan keperawatan adalah perilaku
atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Komponen ini merupakan
rangkaiian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018a).

3.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
kearah pencapaian tujuan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua yaitu evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setiap hari melalui catatan
perkembangan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan yang telah
dicapai pasien setiap harinya. Evaluasi sumatif dilakukan pada hari terakhir
sesuai dengan batas waktu pencapaian criteria hasil yang disusun dalam
intervensi. Evaluasi menentukan selesainya proses keperawatan, apabila hasil
evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil maka masalah
keperawatan pasien telah teratasi, sedangkan jika sebaliknya maka rencana
keperawatan kembali dilaksanakan (Nursalam, 2014).

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidk bersih. Penyakit ini
disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman
tersebut berkembang tanpa adanya oksigen dan pemotongan tali pusat yang tidak
steril .tanda dan gejala meliputi kejang sampai pada otot pernafasan, leher kaku,
dinding abdomen keras, mulut mencucu seperti mulut ikan, dan suhu tubuh dapat
meningkat. Komplikasi dari penyakit tetanus neonatorum seperti bronkopnemonia,
asfiksia akibat obstruksi secret pada saluran pernafasan , sepsis neonatorum.
Pemeriksaan penunjangnya adalah pemeriksaan laboratorium didapati peninggian
leukosit, pemeriksaan cairan otak biasanya normal dan pemeriksaan eletroniogram.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dengan masalah keperawatan tentang penyakit tetanus neonatorum dan juga
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.
2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit
tetanus neonatorum harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari
asuhan keperawatan pada bayi yang perlu di tekankan.
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau keluarga dari
anak tentang bahaya tetanus dan penyuluhan untuk melakukan persalinan dirumah sakit,
puskesmas, klinik bersalin, atau pelayanan kesehatan terhindar dari infeksi tetanus pada
anaknya akibat penggunaan alat-alat yang tidak steril.

19
DAFTAR PUSTAKA

Desibel, hajjah 2011.Buku ajar Asuhan Neonatus.Bayi dan Balita.Jakarta:EGC

Hidayat, Aziz Alimul A 2008.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I.Jakarta:Salemba


Medika

Maryunani, Anik.2010.Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan . Jakarta:TIM

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo : Jakarta.

Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Balita.yogyakarta : Nuha


Medika.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Deslidel, dkk. 2011. Asy\uhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC

20

You might also like