You are on page 1of 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM HEMATOLOGI


No. Dokumen No. Revisi Halaman
SOP/AKD-STIKesBl/Pend Ners-28.1 II 1 s/d 5
Ditetapkan,
Ketua STIKes Budi Luhur Cimahi
Tanggal Terbit
23 Agustus 2021

Sri Wahyuni, S.Pd., M.Kes., Ph.D


Pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan- kelainan dari
1. PENGERTIAN
system hematologi dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien
2. TUJUAN dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan

3. KEBIJAKAN Pasien dengan gangguan sistem hematologi


PROSEDUR KERJA
A. PERSIAPAN
ALAT
1. Sarung tangan
2. Stetoskop
3. Thermometer
4. Sphygmomanometer
PRAINTERAKSI
1. Membaca catatan keperawatan atau catatan medis
2. Menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3. Mencuci tangan (6 langkah) sebelum menyiapkan alat
Orientasi
1. Mengucapkan salam (“Assalamualaikum Wr.Wb.” untuk yang
beragama islam dan “Selamat Pagi/ Siang/ Sore/ Malam” untuk
yang beragama lain.
2. Tersenyum dan menganggukan kepala
3. Memperkenalkan diri
4. Mengidentifikasi pasien dengan menanyakan:
- Nama
- Umur
- Alamat pasien
“Berdasarkan prosedur keselamatan di Rumah Sakit, ibu/bapak
bisa menyebutkan nama, umur dan alamat”/ “Siapa nama
ibu/bapak?”
“Baik ibu/bapak saya akan mengecek lagi identitas ibu/bapak”
“Benar sekali Bu/Pak, Identitasnya sudah sesuai dengan tindakan
pemeriksaan fisik sistem hematologi”

5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan


pada pasien
6. Melakukan kontrak waktu
7. Memberi kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
8. Meminta persetujuan pasien/keluarga
9. Mendekatkan alat
10. Menjaga privasi, keamanan dan kenyamanan pasien
B. LANGKAH KERJA
1. Mengucapkan Basmalah (Bagi Muslim dan Berdo’a bagi yang
non muslim) sebelum melakukan tindakan
2. Penilaian status pasien secara umum:
Melihat dan mencatat keadaan umum pasien: sakit ringan,
sedang atau berat
3. Pemeriksaan kepala/ muka:
- Melihat dan mencatat kelainan yang dapat diidentifikasi
sepintas
- Meletakkan jari disela- sela rambut pasien dan menarik
rambu secara perlahan dengan sedikit tekanan lalu menilai
apakah rambut rontok atau tidak?
- Meletakkan telapak tangan yang dominan didepan wajah
pasien lalu menggerakkan telapak tangan kearah bawah
dan meminta pasien untuk mengikutinya kemudian dokter
menarik palpebra inferior dengan tangan yang satu kearah
atas dan menilai apakah terdapat sklera icterus atau
terdapat perdarahan pada sklera
- Meminta pasien membuka mulut dan mengamati apakah
ada perdarahan atau sisa perdarahan didalam mulut, atropi
papil lidah, hipertropi gingiva maupun stomatitis
4. Pemeriksaan dada depan:
Menekan dengan lembut pada sternum dan kedua klavikula
dengan pangkal telapak tangan dan meminta pada pasien untuk
mengatakan jika terdapat nyeri tekan atau tidak
5. Pemeriksaan abdomen:
- Memeriksa abdomen secara cermat terutama untuk
menentukan splenomegaly
- Memeriksa abdomen secara cermat terutama untuk
menentukan hematomegali
- Memeriksa abdomen secara cermat terutama untuk
menentukan pembesaran kelenjar para aorta (ALL, CLL,
limpoma maligna)
- Palpasi pembesaran kelenjar inguinal
6. Pemeriksaan ekstremitas superior
- Inspeksi adanya koilonikia kuku, bekas garukan dan lipatan
palmaris untuk menunjukan kepucatan
- Memeriksa denyut nadi pasien. Takikardi (anemia)
- Jika terjadi purpura, perhatikan luas dan distribusinya
(ptekie sampai ekimosis)
- Memeriksa adanya purpura yang teraba (vasculitis sistemik)
- Memperhatikan adanya perdarahan intraartikuler
7. Pemeriksaan ekstremitas inferior
- Inspeksi tungkai apakah terdapat memar, pigmentasi atau
bekas garukan purpura yang menonjol ditemukan pada
purpura Henoch-schonlein, perdarahan intraartikuler
- Inspeksi adanya ulkus pada tungkai biasanya diatas
malleolus medial atau lateral
8. Pemeriksaan kelenjar aksila
Memeriksa kelenjar aksila dengan cara mengangkat lengan
pasien dan dengan tangan kiri lakukan palpasi pada aksila
kanan. Pemeriksa meraba dengan jari- jarinya setinggi mungkin
kedalam aksila. Pemeriksaan pada aksila kiri dilakukan
sebaliknya
9. Pemeriksaan leher
- Memeriksa kelenjar servikal dari arah belakang
- Palpasi kelenjar submental yang terletak tepat dibawah
dagu, lalu kelenjar submandibular yang teraba dibawah
sudut rahang
- Palpasi rantai juguler yang terletak anterior dari
sternokleidomastoideus dan kemudian kelenjar triangularis
posterior yang terletak dibagian posterior
sternokleidomastoideus
- Palpasi region oksipitas untuk menentukan kelenjar oksipital
- Memeriksa kelenjar post aurikuler dibelakang telinga dan
pre aurikel didepan telinga
- Pemeriksa berpindah kedepan pasien . meminta pasien
untuk sedikit mengangkat bahu, lalu pemeriksa meraba
fossa supraklavikula dan nodus supraklavikula pada dasar
sternomastoideus
- Pemeriksaan nyeri tekan tulang pada dada belakang: posisi
pasien tegak
- Melakukan ketokan pada tulang belakang dengan kepalan
tangan untuk menentukan nyeri tekan tulang
- Kemudian memeriksa bahu dengan menekannya kearah
satu sama lain dengan kedua tangan

10. Merapikan pasien, lingkungan, dan alat-alat


11. Mencuci tangan
12. Melakukan terminasi pasien menjelaskan bahwa tindakan
sudah selesai
C. TAHAP TERMINASI
1. Menyimpulkan hasil tindakan
2. Memberitahu kepada bapak/ibu hasil tindakan
3. Mendo’akan kesembuhan pasien
Untuk pasien muslim: “Allohumma Adzhibil Ba’sa Isfi waanta
safi, la sifaa ilaa sifauka layughodiru sakomah”.
Untuk pasien Non Muslim: “Semoga Bapak/Ibu segera
diberikan kesembuhan.
4. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya (waktu, tempat
dan topic)
5. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
“Assalamualaikum Wr.Wb” untuk yang beragama Islam dan
“Selamat Pagi/ Siang/ Sore/ Malam” untuk yang beragama
lain.
6. Tersenyum dan menganggukkan kepala
D. DOKUMENTASI
1. Menuliskan hari, tanggal dan jam pelaksanaan di catatan harian pasien
2. Menuliskan Data Objektif dan data Objektif hasil pemeriksaan
3. Menuliskan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
4. Respon pasien setelah dilakukan tindakan (Data objektif dan Data
subjektif)
5. Nama dan tanda tangan perawat
E. NILAI – NILAI RELIGIUS DAN KEBUDILUHURAN
1. Menghargai keberagaman agama
2. Berinteraksi dan berkomunikasi dengan nilai-nilai sesuai dengan agama
pasien
3. Menunjukan sikap empathy
4. Menunjukan sikap ramah dan peduli
5. Menunjukan sikap sabar
6. Menunjukan sikap teliti dalam melakukan kegiatan
7. Menunjukan sikap hati-hati dalam melakukan tindakan
8. Menunjukan perilaku profesional
9. Menunjukan sikap tidak melipat kaki dan tangan ketika sedang
berkomunikasi
10. Berpakaian rapih dan bersih
4.UNIT TERKAIT
Lampiran
Cara pemeriksaan Kelenjar getah bening leher
Bila menemukan kelenjar getah bening di leher, perhatikan ukuran, konsistensi, nyeri,
perlekatan. Kelenjar getah bening pada leher dibagi atas 5 daerah penyebaran yaitu:
1. Segitiga submentale dan submandibula
2. Sepertiga atas leher yang mencakup, kelenjar jugularis superior, kelenjar digastrik
dan kelenjar servikal posterior
3. Di antara bifurcatio carotis dan persilangan m. Omohioid dengan m.
Sternokleidomastoideus dan batas posterior m. Sternokleidomastoideus
4. Di daerah jugularis inferior dan supraklavikula
5. Segitiga posterior servikal

Cara pemeriksaan Splenomegali:


1. Pengukuran splenomegali dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
Hacket yang lebih sering digunakan dalam penelitian endemisitas penyakit dan
Schuffner yang lebih sering digunakan dalam klinik.
2. Metode Hacket, metode ini membagi splenomegali menjadi 5 kelas:
a. Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan kedua tekuk kedua lutut.
b. Mulai dengan meraba dan melakukan penekanan dengan menggunakan bagian
pinggir dalam palmar dan jari tangan pada abdomen sampai sedalam 4-5 cm dari
arah kaudal ke kranial dibawah arcus costa kiri
c. Lakukan penekanan saat pasien melakukan inspirasi
d. Metode Hacket diintepretasikan sebagai berikut:
- Kelas 0 tak teraba walau dengan inspirasi normal
- Kelas 1 teraba di tepi costa dengan inspirasi dalam
- Kelas 2 teraba di bawah costa sampai pertengahan putting susu dan umbilicus
- Kelas 3 teraba sampai garis horizontal umbilicus
- Kelas 4 teraba antara umbilicus dan symphisis pubis
- Kelas 5 teraba di luar dan di bawah daerah kelas 4
3. Metode Schuffner, metode ini membagi splenomegali menjadi 8:
a. Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan kedua tekuk kedua lutut.
b. Mulai dengan meraba dan melakukan penekanan dengan menggunakan bagian
pinggir dalam palmar dan jari tangan pada abdomen sampai sedalam 4-5 cm dari
arah SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior) ke arah arcus costa kiri
c. Lakukan penekanan saat pasien melakukan inspirasi, dan berikan penilaian
mengenai ukuran, pinggir, konsistensi, nyeri
d. Metode Schuffner membagi splenomegali menjadi 8, dimana pembesaran mulai
dari arcus costa kiri sampai umbilicus adalah Scuffner I – IV dan umbilicus sampai
SIAS adalah Scuffner V – VIII
e. Metode Schuffner diintepretasikan sebagai berikut
- Tarik garis imajiner (A) yang melalui perpotongan antara linea mid-clavicularis
kiri dengan arcus costa dengan umbilicus
- Dengan membagi 4 garis A tersebut maka didapatkan area yang membatasi
Scuffner I-IV
- Kemudian tarik garis imajiner kedua (B) yang tegak lurus dengan A, yang
melalui umbilicus, garis ini juga merupakan batas Scuffner VI
- Dari B tarik garis imajiner ketiga (C) yang tegak lurus dengan B sampai
berpotongan dengan SIAS
- Dengan membagi 4 garis C tersebut maka didapatkan area yang membatasi
Scuffner V-VIII

Cara pemeriksaan Hepatomegali


1. Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan kedua tekuk kedua lutut.
2. Mulai dengan meraba dan melakukan penekanan dengan menggunakan bagian
pinggir dalam palmar dan jari tangan pada abdomen sampai sedalam 4-5 cm dari
arah kaudal ke kranial di bawah arcus costa kanan
3. Lakukan penekanan saat pasien melakukan inspirasi, dan berikan penilaian
mengenai ukuran, pinggir, konsistensi, nyeri
4. Hepatomegali diintepretasikan dengan mengukur pembesaran hepar sampai sekian
sentimeter dibawah arcus costa kanan

You might also like