You are on page 1of 34

PPh Pasal

25
Kelompok 1 Kelas L
Kelompok 1
Bunga Engeline Br Siagian (041811333002)
Vio Nanda Kartika (041811333081)
Divara Lailatul Zulfa (042011333003)
Ayu Susilowati (042011333010)
Nisa Ayu Wibowo (042011333011)
Dhea Cahya Andiani (042011333017)
Mellisa Indah Pratiwi (042011333021)
Virly Nur Halizah (042011333026)
Nadia Zharfani Fadhila (042011333028)
Bela Indra Pransiska (042011333029)
01.
Tata Cara Penyetoran
dan Pelaporan PPh
Pasal 25
Pengertian PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran. Tujuannya adalah untuk
meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam
waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.

Batas waktu pembayaran angsuran PPh Pasal 25 paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya, jika waktu pembayaran jatuh pada hari libur (sabtu,minggu, hari libur
nasional) maka pembayaran angsuran masih dapat dilakukan pada hari berikutnya
sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian
diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Sanksi : Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, Wajib Pajak yang terlambat membayar PPh
Pasal 25 akan dikenai bunga 2% per bulan terhitung dari tanggal jatuh tempo sampai
tanggal pembayaran.
Tata Cara Pembayaran

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan dihitung berdasarkan Pajak
Penghasilan Terutang sesuai dengan SPT Tahunan tahun sebelumnya dikurangi dengan
kredit pajak (PPh Pasal 21-24) dibagi dengan 12 (banyaknya bulan dalam tahun pajak).

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 242/PMK. 03/2014 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Pelaporan Pajak, pembayaran PPh Pasal 25 harus dibayarkan paling
lambat pada tanggal 15 di bulan berikutnya.
Tata Cara Pelaporan
Secara Online:
Menurut Peraturan
Menteri Keuangan No.
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan 242/PMK. 03/2014:
E-Billing, kemudian Wajib Pajak melakukan
pelaporan pajak online atau E-Filing.
Wajib Pajak dengan jumlah angsuran PPh
Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dan
penyetoran pajak melalui sistem Pasal 25 Nihil atau angsuran PPh Pasal 25
pembayaran pajak secara elektronik diberikan dalam bentuk satuan mata uang selain
BPN. BPN berupa dokumen bukti pembayaran rupiah atau yang melakukan pembayaran
yang diberikan oleh tempat pembayaran, tidak secara on-line dan tidak mendapat
termasuk dokumen bukti pembayaran dalam validasi dengan NTPN, tetap harus
format elektronik atau dokumen lain yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
dipersamakan dengan BPN. PPh Pasal 25 sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2.a

Sebelum Batas Waktu


Penyampaian SPT
Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25
Mengingat batas waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi adalah akhir bulan ketiga tahun
pajak berikutnya dan bagi Wajib Pajak
Badan adalah akhir bulan keempat tahun
pajak berikutnya, besarnya angsuran pajak
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk bulan-bulan sebelum SPT PPh Besarnya angsuran pajak yang harus
disampaikan belum dapat dihitung sesuai dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
dengan ketentuan di atas. bulan-bulan sebelum SPT PPh disampaikan
sebelum batas waktu penyampaian SPT PPh
sama dengan besarnya angsuran pajak
untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Contoh Angsuran PPh Pribadi disampaikan pada bulan Maret 2020,
besarnya angsuran pajak yang harus dibayar WP
untuk Bulan-Bulan tersebut untuk bulan Januari dan Februari tahun
2020 adalah sebesar angsuran pajak pada bulan
sebelum Batas Waktu Desember tahun 2019. Misalnya, angsuran pajak
bulan Desember tahun 2019 adalah Rp1.000.000,-
Penyampaian SPT maka angsuran PPh untuk bulan Januari dan
Februari tahun 2020 masing-masing sebesar
Rp1.000.000,-.
2.b

Dengan Adanya SKP

Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25


Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan Surat
Ketetapan pajak (SKP) untuk tahun pajak yang lalu,
maka besarnya angsuran pajak dihitung
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) tersebut.
Perubahan angsuran pajak ini berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak (SKP)
Contoh Angsuran PPh Pasal 25 Dengan
Adanya SKP
Berdasarkan SPT PPh Tahun Pajak Berdasarkan SKP tersebut, besarnya
2009 yang disampaikan WP pada angsuran pajak mulai Juli 2010
Februari 2010, perhitungan besarnya adalah sebesar Rp 2.000.000.
angsuran pajak yang harus dibayar Penetapan angsuran pajak
adalah Rp 1.250.000. Pada bulan berdasarkan SKP ini bisa sama,
Juni 2010 diterbitkan SKP Tahun lebih besar, atau lebih kecil dari
2009 dengan angsuran pajak angsuran pajak sebelumnya
sebesar Rp 2.000.000 berdasarkan SPT.
2.c

WP yang Berhak
Kompensasi Kerugian
Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25
Apabila Wajib Pajak Badan memiliki
WP yang Berhak kompensasi kerugian fiskal, yang timbul
pada tahun pajak sebelumnya. Kerugian
Kompensasi Kerugian fiskal tersebut dapat dikompensasikan
dengan penghasilan neto, pada tahun
pajak berikutnya sampai dengan 5 (lima)
tahun.
WP yang Berhak Perhitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang
berhak atas kompensasi kerugian yaitu:
Kompensasi Kerugian
2.d

WP yang memperoleh
Penghasilan Tidak Teratur
Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25
Penghasilan tidak teratur dapat berupa
keuntungan selisih kurs dari utang/piutang
WP yang memperoleh dalam mata uang asing dan keuntungan dari
pengalihan harta (capital gain) sepanjang
Penghasilan Tidak Teratur bukan merupakan penghasilan dari kegiatan
usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang
bersifat insidentil. Penghasilan tidak teratur ini
dapat dipotong/dipungut pajak oleh pihak yang
memberikan penghasilan.
Terkait dengan penghasilan teratur dan tidak
teratur, maka penghitungan angsuran pajak
WP yang memperoleh dalam tahun, maka penghitungan PPh Pasal 25
bagi WP yang memperoleh penghasilan tidak
Penghasilan Tidak Teratur teratur meliputi:
2.e

WP yang Diberi Perpanjangan


Jangka Waktu Penyampaian SPT
Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25
Jika Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh, besarnya PPh Pasal 25 dihitung sebagai berikut:

a. b.
Untuk bulan-bulan mulai batas waktu Untuk bulan-bulan setelah
penyampaian SPT Tahunan sampai dengan Wajib Pajak menyampaikan
bulan sebelum disampaikannya SPT SPT Tahunan PPh, besarnya
Tahunan tersebut, besarnya angsuran PPh angsuran PPh Pasal 25
pasal 25 sama dengan besarnya PPh Pasal dihitung kembali berdasarkan
25 yang dihitung berdasarkan SPT SPT Tahunan tersebut dan
Tahunan sementara yang disampaikan berlaku surut mulai bulan
Wajib Pajak pada saat mengajukan batas waktu penyampaian SPT
permohonan izin perpanjangan. Tahunan.

.
Apabila besarnya PPh Pasal 25 pada Apabila besarnya PPh Pasal 25 pada
huruf a lebih besar daripada huruf a lebih kecil daripada besarnya
besarnya PPh Pasal 25 pada huruf b PPh Pasal 25 pada huruf b

atas kekurangan tersebut terutang atas kekurangan tersebut terutang


bunga 2% sebulan untuk jangka waktu bunga 2% sebulan untuk jangka waktu
yang dihitung sejak jatuh tempo yang dihitung sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 dari penyetoran PPh Pasal 25 dari
masing-masing bulan sampai dengan masing-masing bulan sampai dengan
tanggal penyetoran. tanggal penyetoran.
2.f

WP Menentukan SPT
tahunan PPh
Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25
Wajib Pajak yang melakukan
pembetulan SPT Tahunan PPh
Besarnya PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan SPT Tahunan Pembetulan dan akan
berlaku surut mulai batas waktu penyampaian SPT Tahunan tersebut. SPT Tahunan
yang dibetulkan, terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-nya, yaitu:

Teoria 1 1 Teoria 2 2
Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi
lebih besar dari PPh Pasal 25 sebelum lebih kecil dari PPh Pasal 25 sebelum
dilakukan pembetulan. Atas kekurangan dilakukan pembetulan. Atas kelebihan
setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi setoran PPh Pasal 25 dapat
administrasi berupa bunga sebesar 2% dipindahbukukan ke PPh Pasal 25
per-bulan sejak jatuh tempo penyetoran bulan-bulan berikutnya setelah
PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyampaian SPT PPh Pembetulan.
penyetoran.
2.g

WP Baru dan WP Rugi

Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25


WP Baru
Penghasilan Neto Wajib Pajak bank, Masuk Bursa, dan Wajib Pajak Lainnya. Penghasilan neto sebagai
dasar penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 merupakan penghasilan neto komersial, tidak termasuk:
● penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (berupa penghasilan yang
diperoleh Wajib Pajak di luar negeri dan/atau penghasilan yang dikenai pajak di luar negeri);
● penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak
Penghasilan; dan
● biaya terkait penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak Penghasilan yang dilakukan
secara proporsional atau berdasarkan pembukuan yang terpisah antara penghasilan yang bersifat
final dan yang bersifat tidak final serta penghasilan yang bukan objek pajak.
Dasar penghitungan Angsuran PPh Pasal 25

● Wajib Pajak bank adalah penghasilan neto komersial dalam laporan keuangan bulanan
sesuai dengan laporan bulanan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan atau
yang dipublikasikan pada situs web bank.
● Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak Lainnya adalah penghasilan neto komersial
dalam laporan keuangan triwulanan sesuai dengan laporan triwulanan yang
disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia dan/atau Otoritas Jasa Keuangan.
● Bagi Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak Lainnya, yang tidak memiliki kewajiban
menyampaikan laporan keuangan triwulan ke-empat, Angsuran PPh Pasal 25 untuk Masa
Pajak Januari sampai dengan Masa Pajak Maret tahun berjalan sama dengan besarnya
Angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan terakhir Tahun Pajak sebelumnya.
● Dalam hal Wajib Pajak Lainnya tidak memiliki kewajiban laporan bulanan atau
triwulanan, maka penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 mengikuti ketentuan umum.
WP Rugi
➔ Kerugian fiskal yang dapat dikompensasikan dalam
menghitung Angsuran PPh Pasal 25 adalah
berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan. Dalam
hal terbit surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, atau Putusan Banding, kerugian fiskal
yang dapat dikompensasikan sesuai dengan surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, atau
Putusan Banding tersebut dengan mengacu
ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 31A ayat
(1) huruf c UU PPh.
2.H

WP Orang Pribadi dan


Badan (PT)
Penentuan Besaran Angsuran PPH Pasal 25
PPh Pasal 25 WP Orang Pribadi
PAJAK Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang dibayar secara angsuran oleh wajib pajak baik
orang pribadi maupun badan untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.

Contoh Wajib Pajak Orang Pribadi :


Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Purnama yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2014 sebesar
Rp50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada tahun 2014 adalah Rp21.500.000, dengan rincian sebagai
berikut: PPh Pasal 21 Rp10.000.000; PPh Pasal 22 Rp5.000.000; PPh Pasal 23 Rp3.000.000; PPh Pasal 24 Rp3.500.000.

Perhitungan :
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 = PPh terutang - Jumlah kredit pajak
= 50.000.000 - (10.000.000+5.000.000+3.000.000+3.500.000)
= 50.000.000 - 21.500.000
= 28.500.000
Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000. Jadi, Tuan Purnama harus membayar sendiri
angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2015 mulai masa Maret sebesar Rp2.375.000.
Menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) Tahun

Contoh 2015 yang sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah BUMD yang
dimiliki oleh pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan
mempunyai penghasilan neto sebesar Rp1.000.000.000. Kredit

Perhitungan
Pajak yang berasal dari PPh Pasal 22, 23, dan 24 adalah sebesar
Rp70.000.000. Angsuran PPh Pasal 25 :

Perhitungan :

WP Badan / PPh yang dibayar = PPh terutang - Kredit pajak


= (25% X 1.000.000.000) - 70.000.000
= 250.000.000 - 70.000.000

PT
= 180.000.000
Besarnya PPh Pasal 25 untuk tahun 2015 adalah 180.000.000/12 =
15.000.000.
2.i

Relaksasi Perpajakan
PPh
Pasal 22/25
Relaksasi pajak adalah kebijakan pemerintah yang mengacu pada
upaya yang dilakukan suatu negara untuk menarik investor dalam
rangka mendorong aktivitas ekonomi.

Relaksasi Pertama yaitu


terhadap PPh Pasal 22 Impor 1 Relaksasi Kedua yaitu
terhadap Angsuran
PPh Pasal 25
2
Berupa pembebasan pemungutan Wajib pajak yang memiliki kode
kepada wajib pajak yang memiliki klasifikasi lapangan usaha sesuai
kode klasifikasi lapangan usaha penerimaan keringanan dapat
sesuai ketentuan sebagai penerima memperoleh pengurangan angsuran
keringanan. 50 persen.
2.j

Kasus PPh Pasal 25


PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2022 adalah Rp50.000.000, maka:
Tahun 2022 Rp50.000.000,00
Dikurangi:
1. PPh yang dipotong pemberi kerja (Pasal 21) Rp15.000.000
2. PPh yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp10.000.000
3. PPh yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp2.500.000
4. Kredit PPh luar negeri (Pasal 24) Rp7.500.000 (+)
Jumlah kredit pajak Rp35.000.000 (-)
Selisih Rp15.000.000
Dengan demikian, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun
2022 adalah Rp15.000.000 dibagi 12 bulan = sebesar Rp1.250.000.

You might also like