Professional Documents
Culture Documents
Askep Infeksi Tractus Genetilia
Askep Infeksi Tractus Genetilia
Oleh :
PEKANBARU
2021
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG......................................................................................4
B. TUJUAN............................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................6
A. DEFINISI..........................................................................................................6
B. FAKTOR RISIKO............................................................................................6
C. PENYEBAB......................................................................................................6
D. KLASIFIKASI..................................................................................................6
F. PATOFISIOLOGI............................................................................................8
G. PENATALAKSANAAN..................................................................................8
H. PENCEGAHAN................................................................................................9
BAB III.......................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................10
A. PENGKAJIAN................................................................................................10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................12
BAB V.........................................................................................................................20
PENUTUP..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tractus genetalia merupakan salah satu bagian organ genetalia wanita yang
rentan terkena penyakit infeksi. Pada wanita infeksi traktus genitalia salah
satunya adalah infeksi vagina. Tiga infeksi vagina yang paling sering ditemukan
adalah bakterial vaginosis, kandidiasis dan trikomoniasis. Menurut Makalew dan
Maskur (2005) bacterial vaginosis merupakan sindrom klinik sebagai efek dari
pertukaran lactobacillus Spp penghasil H 2 O 2 (Hidrogen Peroksida) yang
merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi,
sebagai contoh bacteroides Spp, gardnerella vaginalis, mycoplasma hominis dan
mobiluncus Spp.
Prevalensi bacterial vaginosis (BV) bervariasi pada wanita, misalnya pada
wanita hamil, remaja, wanita pekerja seks dan pada HIV positif. Menurut
National Health And Nutrition Examination Survey (NHANES) pada tahun
2001-2004 di Amerika Serikat didapatkan prevalensi BV sebesar 29,2% yang
setara dengan 21 juta wanita, pada remaja 20%, ibu hamil 28,1%, perempuan
HIV-positif 36%, sedangkan pada WPS lebih tinggi yaitu 62,9% ( koumans et
al.,2007;Baisley et al.,2009;Masharenhas et al.,2012;Bamniya et al.,2013;Krauss-
silva et al.,2014). Secara nasional prevalensi bacterial vaginosis belum pernah
dilaporkan di Indonesia. Penelitian tentang infeksi saluran reproduksi yang
dilakukan oleh jazan et al.,2003 dan sedyaningsih et al.,2005 prevalensi bacterial
vaginosis berkisar antara 2%-72%.
Infeksi traktus genitalia wanita dapat juga terjadi setelah melahirkan, hal
ini memungkinkan terjadi karena selama proses melahirkan sering terjadi
perlukaan pada perineum baik karena robekan spontan maupun episiotomi.
Laserasi perineum di Indonesia dialami oleh 75% ibu yang melahirkan
pervaginam. Depkes RI, (2013) menyatakan bahwa dari total 1951 kelahiran
4
spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perinieum (29% karena robekan
spontan dan 28% karena episiotomy).
Bahiyatun,( 2009) menyatakan bahwa luka pada perinieum tidak mudah
untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Jika proses penyembuhan luka tidak
tertangani dengan baik akan menyebabkan tidak sempurnanya penyembuhan
luka rupture tersebut. Hal ini menyebabkan perdarahan tidak berhenti dengan
baik dan menyebabkan terjadinya infeksi yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian pada ibu.
Prevalensi infeksi traktus genetalia wanita yang masih cukup tinggi di
Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu ditangani secara
serius agar tercapai peningkatan pada kesehatan wanita.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini selain memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan perempuan adalah mendeskripsikan tentang infeksi
traktus genitalis.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini yaitu :
a. Mendeskripsikan konsep dasar vaginosis bakterial
b. Mendeskripsikan konsep dasar infeksi pada daerah perineum pasca
persalinan
c. Mendeskripsikan konsep asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
infeksi traktus genitalis.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Infeksi saluran genital atau infeksi puerperal merupakan infeksi saluran
genital yang terjadi pada paska partum yang dikaitkan dengan kelahiran anak,
biasanya terjadi akibat masuknya bakteri yang naik dari saluran kemih. Bakteri
tersebut mungkin umum ditemukan di dalam saluran genital atau berasal dari luar
(Reeder, 2011).
Infeksi puerperium (infeksi masa nifas) adalah infeksi saluran genitalia
oleh bakteri setelah melahirkan (Gant, 2010).
B. FAKTOR RISIKO
Kurang menjaga kebersihan organ reproduksi. Apabila kebersihan organ
reproduksi dijaga, akan dapat terjangkit oleh penyakit yang disebabkan oleh
jamur, bakteri ataupun parasite (Rohan dr.,et al.,2017).
C. PENYEBAB
Infeksi ini disebabkan oleh bakteri yang umum banyak terdapat pada
vagina dan oleh pathogen yang masuk ke dalam dari luar, seperti streptokokus,
stafilokakus, Escerchia coli, dan berbagai penyakit hubungan kelamin.
(Hamilton, 1995).
D. KLASIFIKASI
1. Infeksi episiotomy
Infeksi luka episiotomy merupakan infeksi puerpurium tersering digenetalia
eksterna. Tepi-tepi luka yang bertemu berubah menjadi merah, mengeras, dan
membengkak.(Gant, 2010)
2. Infeksi vagina
Tiga infeksi vagina yang paling sering ialah bacterial vaginosis, candidiasis
dan trikomoniasis. Infeksi vagina bisa menular melalui hubungan seksual.
(Bobak,2004).
6
Vaginitis bacterial dikaitkan dengan infeksi genitilia bagian atas secara
perkontinuitatum, melalui kanalis servikalis dengan endoservisitis secara
dominan oleh Gardnerella vaginalis (Gardner) yang komensal menempati s\
ekitar 40-50% tanpa gejala klinis (Manuaba, 2003).
7
F. PATOFISIOLOGI
G. PENATALAKSANAAN
1. Infeksi episiotomy
a. Drainase. Bersihkan luka hingga bebas infeksi
b. Antimikroba spectrum luas
c. Jahitan dibuka setelah tanda-tanda infeksi mereda
d. Penjahitan dini terhadap episiotomy yang terlepas
2. Infeksi vaginosis bacterial
a. Metronidazole oral (Flagyl) yang paling efektif
b. Gel metronidazole
c. Krim klindamisin
8
H. PENCEGAHAN
1. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri :
a. Menggunakan celana dalam yang berbahan katun dan bertekstur lembut.
Hindari bahan yang bersifat panas, kurang menyerap keringat dan
berbahan ketat (misalnya jeans).
b. Biasakan membilas dengan air bersih organ reproduksi setiap selesai
buang air kecil maupun buang air besar. Selanjutnya, keringkan sisa air
yang masih menempel dikulit dengan menggunakan tisu atau handuk
hingga bener-bener kering (menyebabkan jamur pada bagian organ
reproduksi).
c. Mengganti celana dalam minimal 2-3 kali sehari.
d. Memotong rambut yang ada didaerah organ reproduksi apabila sudah
panjang, karena apabila terlalu panjang akan menjadi sarang kuman.
2. Untuk perempuan,
Apabila sedang mengalami menstruasi, gantilah pembalut sesering mungkin.
Pada saat aliran darah banyak, kamu dapat menggantinya minimal 5-6 jam
sekali. Darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi media tumbuhnya
kuman penyebab infeksi.
3. Hindari menggunakan sabun pembersih daerah kewanitaan dan patyliner
secara terus menerus. Penjggunaan sabun pemebersih daerah kewanitaan
dapat mengubah Ph vagina.
4. Rajin berolah raga dan banyak mengkonsumsi buah dan sayur. Selain
bermanfaat bagi kesehatan juga dapat mencegah infeksi organ oleh jamur.
5. Jangan melakukan seks bebas dan penggunaan narkoba. Walaupun ada juga
yang disebabkan oleh transfusi darah yang sudah terinfeksi penyakit atau
melalui proses kehamilan dan kelahiran.
6. Menjaga pergaulan dan memilih gaya hidup yang sehat agar tidak terjebak
pada seks bebas.
7. Menjauhkan diri dari pergaulan dengan narkoba. (Rohan dr.,et al.,2017)
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status merital,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. RM dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan antara lain nyeri, demam, gatal, panas,
keletihan
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita infeksi pada saluran kemih atau
pencernaan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak,
badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi
serupa.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Peningkatan suhu tubuh, suhu 38 C – 38,9 C, menggigil berulang.
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik), takikardi dengan berat
bervariasi
b. Aktivitas/istirahat
Malaise, letargi
Kelelahan dan/atau keletihan yang terus menerus
c. Eliminasi
Diare mungkin ada atau konstipasi, urine keruh.
d. Integritas ego
10
Ansietas
e. Makanan/cairan
Anorexia, mual/muntah, haus, membran mukosa kering, distensi
abdomen, kekakuan, nyeri lepas.
f. Keamanan
Adakah pemeriksaan vagina intrapartum yang sering, tehnik aseptic,
infeksi sebelumnya, termasuk HIV
g. Seksualitas
Ada tidaknya perubahan pola seksualitas
h. Pengkajian psikososial
Hubungan dengan bayi baru lahir
Respon klien dan keluarga terhadap komplikasi
Hubungan dengan pasangan
Klien dengan status ekonomi rendah dengan stressos bersamaan
i. Pemeriksaan Organ Genital dan Abdomen
Kondisi perineum dan uterus
Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus, atau perdarahan
postpartum
Tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen,
cairan sanguinosa
Karakteristik lokhia, lokhia mungkin bau busuk, tidak berbau (bila
infeksi oleh streptokokus beta hemolitik).
Abdomen
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyaman abdomen
Afterpain berat/lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri
tekan
Nyeri/kekauan abdomen unilateral/bilateral (salpingitis/ooferitis,
parametritis)
11
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah leukosit normal atau tinggi
b. Jumlah LED dan eritrosit meningkat pada adanya infeksi
c. Haemoglobin turun adanya anemia
d. Kultur (aerob/anaerob) dari sediaan intrauterin atau intra servikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram lokhia serviks dan juterus
mengidentifikasi organisme penyebab.
e. Urinalisa dan kultur
f. USG
g. Pemeriksaan biomanual menentukan sifat dan lokasi nyeri pelfis, massa
atau pembentukan abses, atau adanya vena-vena dengan trombosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi traktus
genitalia)
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit infeksi
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
4. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan seksual
12
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1. Domain 12. Kenyamanan Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri 1400 1. Pengajaran tentang
Kelas 1. Kenyamanan Indikator Aw Akh 1. Ajarkan prinsip-prinsip prinsip manajemen
fisik al ir manajemen nyeri nyeri kepada pasien
(00132) 210201 2 4 2. Dorong pasien untuk penting untuk
Nyeri akut berhubungan Nyeri memonitor nyeri dan menyamakan
dengan agen cedera yang menangani nyerinya persepsi klien-
biologis (infeksi traktus dilaporkan dengan tepat perawat dan
genitalia) 210204 2 4 3. Ajarkan teknik non ketepatan pemilihan
Panjangny farmakologi tindakan
a episode 4. Ajarkan metode pengurangan nyeri.
nyeri farmakologi untuk 2. Dorongan akan
210217 2 4 menurunkan nyeri meningkatkan
Mengeran 5. Evaluasi keefektifan dari kemampuan klien
g dan tindakan pengontrol nyeri menangani nyerinya
menangis yang dipakai selama sendiri.
210206 2 4 pengkajian nyeri 3. Teknik non
Ekspresi dilakukan farmakologi
nyeri 6. Mulai dan modifikasi mencegah
wajah tindakan pengontrol nyeri ketergantungan
210222 2 4 berdasarkan respon pasien terhadap metode
Agitasi 7. Dukung istirahat/tidur farmakologi.
210223 2 4 yang adekuat untuk 4. Metode
Iritabilitas membantu penurunan farmakologi
210224 2 4 nyeri. digunakan untuk
Mengerin 8. Libatkan keluarga dalam mendukung metode
yit modalitas penurun nyeri, non farmakologi
jika memungkinkan dalam pengurangan
13
210209 2 4 nyeri.
Keteganga 5. Untuk menentukan
n otot tindakan kontrol
nyeri yang tepat
Keterangan: untuk klien.
1: Berat 6. Monitor tindakan
2: Cukup berat kontrol nyeri klien.
3: Sedang 7. Istirahat/tidur
4: Ringan membuat klien
5: Tidak ada rileks dan
memberikan waktu
untuk proses
Kontrol nyeri (1605) penyembuhan.
Indikator Awa Akhi 8. Pengertian keluarga
l r terhadap nyeri yang
160502 2 4 diderita klien
Mengenali diharapkan dapat
kapan terjadi memberikan
160501 2 4 dukungan terhadap
Menggambarka klien.
n faktor
penyebab
160504 2 4
Menggunakan
tindakan
pengurangan
nyeri tanpa
analgesik
160505 2 4
14
Menggunakan
analgesik yang
direkomendasik
an
160511 2 4
Melaporkan
nyeri yang
terkontrol
Keterangan:
1: Tidak pernah
menunjukkan
2: Jarang menunjukkan
3: Kadang-kadang
menunjukkan
4: Sering menunjukkan
5: Secara konsisten
menunjukkan
2. Domain 11. Termoregulasi 0800 Perawatan demam 3740 1. Kenaikan suhu akan
Keamanan/perlindungan Indikator Awa Akhir 1. Pantau suhu dan tanda- diikuti perubahan
Kelas 6. Termoregulasi l tanda vital lainnya tanda vital lainnya.
00007 080013 3 5 2. Monitor warna kulit dan 2. Kenaikan suhu
Hipertermia Tingkat suhu menyebabkan
berhubungan dengan pernafasan 3. Dorong konsumsi cairan dilatasi pembuluh
penyakit infeksi 080015 3 5 4. Fasilitasi istirahat, darah di bawah
Melaporkan terapkan pembatasan kulit sehingga kulit
kenyamanan aktivitas; jika diperlukan akan teraba hangat.
suhu 5. Berikan oksigen yang 3. Intake cairan akan
Keterangan: sesuai membantu
15
1: Sangat terganggu 6. Tingkatkan sirkulasi udara menurunkan
2: Banyak terganggu 7. Beri obat atau cairan iv demam
3: Cukup terganggu 8. Pantau komplikasi- 4. Istirahat
4: Sedikit terganggu komplikasi yang menurunkan
5: Tidak terganggu berhubungan dengan kebutuhan
demam serta tanda dan metabolisme
gejala kondisi penyebab 5. Oksigen membantu
demam proses metabolisme
dan transportasi
oksigen ke jaringan
Indikator Awal Akhir 6. Sirkulasi udara
080001 3 5 yang baik akan
Peningkatan memberikan
suhu kulit kenyamanan pada
080019 3 5 pasien
Hipertemia 7. Obat antipiretik
0800007 3 5 diperlukan untuk
Perubahan mengontrol agar
warna kulit suhu tidak terlalu
Keterangan: tinggi
1: Berat 8. Hiperpireksia tak
2: Cukup berat terkontrol dapat
3: Sedang mengakibatkan
4: Ringan komplikasi yang
5: Tidak ada tidak diinginkan.
3. Domain 5. Pengetahuan: Proses penyakit 1803 Pengajaran: Proses Penyakit 1. Penilaian awal
Persepsi/Kognisi Indikator Awa Akhi 5602 tingkat pengetahuan
Kelas 4. Kognisi l r 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang
(00126) 180302 2 4 pasien terkait dengan penyakit sebagai
16
Defisiensi pengetahuan Karakter proses penyakit yang tolok ukur untuk
berhubungan dengan spesifik spesifik capaian target
kurang informasi penyakit 2. Jelaskan patofisiologi edukasi yang akan
180303 2 4 penyakit dan bagaimana diberikan.
Faktor- hubungannya dengan 2. Penjelasan tentang
faktor anatomi dan fisiologi penyakit akan
penyebab sesuai kebutuhan. memberikan
dan faktor 3. Jelaskan tanga dan gejala gambaran pada
yang yang umum dari penyakit pasien tentang
berkontribu sesuai kebutuhan. kondisi yang
si 4. Jelaskan mengenai proses sedang dialaminya.
180304 2 4 penyakit sesuai 3. Penjelasan tanda
Faktor kebutuhan. dan gejala akan
risiko 5. Identifikasi kemungkinan memperjelas
180305 2 4 penyebab sesuai identifikasi tahap
Efek kebutuhan. penyakit yang
fisiologis 6. Jelaskan komplikasi sedang dialami
penyakit kronik yang mungkin ada pasien.
180306 2 4 sesuai kebutuhan 4. Proses penyakit
Tanda dan 7. Edukasi pasien mengenai yang jelas
gejala tindakan utnuk meningkatkan
penyakit mengkontrol/meminimalk penerimaan kondisi
180307 2 4 an gejala sesuai kebutuhan pasien.
Proses 5. Penyebab yang
perjalanan diketahui dapat
penyakit dihindari di
biasanya kemudian hari.
180310 2 4 6. Meningkatkan
Tanda dan kepatuhan
17
gejala pengobatan pasien
komplikasi agar terhindar dari
penyakit komplikasi.
Keterangan: 7. Meningkatkan
1: Tidak ada kemandirian pasien
pengetahuan dalam merawat
2: Pengetahuan terbatas dirinya sendiri.
3: Pengetahuan sedang
4: Pengetahuan banyak
5: Pengetahuan sangat
banyak
4. Domain 8. seksualitas Identitas seksual 1207 Konseling seksual 5248 1. Kepercayaan dan
Kelas 2. Fungsi seksual Indikator Awa Akhir 1. Bangun hubungan rasa hormat akan
00065 l terapeutik, didasarkan mendasari
Ketidakefektifan pola 120701 2 4 pada kepercayaan dan rasa pengungkapan
seksual berhubungan Menegaskan hormat perasaan dan
dengan kurang diri sebagai 2. Berikan privasi dan keterbukaan pasien.
pengetahuan yang makhluk jaminan kerahasiaan 2. Seksualitas
berhubungan dengan seksual 3. Informasikan pada pasien merupakan masalah
seksual 120709 2 4 di awal bahwa seksualitas yang hanya
Melaporkan merupakan bagian yang diketahui pasien
hubungan penting dalam kehidupan dan pasangannya.
intim yang dan bahwa penyakit, 3. Informasi yang
sehat medikasi dan stres sering jelas mencegah
120710 2 4 merubah fungsi seksual. kesalahan persepsi
Melaporkan 4. Mulai dengan topik yang pasien.
fungsi seksual paling tidak sensitif dan 4. Pembicaraan tidak
yang sehat lanjutkan pada yang lebih terkesan vulgar.
120711 2 4 sensitif 5. Penyakit saluran
18
Melaporkan 5. Diskusikan efek kesehatan genetalia akan
fungsi seksual dan penyakit terhadap mempengaruhi pola
yang sehat seksualitas seksualitas pasien.
Keterangan: 6. Diskusikan modifikasi 6. Aktivitas seksual
1: Tidak pernah yang diperlukan dalam adalah salah satu
menunjukkan aktivitas seksual sesuai kebutuhan dasar
2: Jarang menunjukkan kebutuhan manusia yang harus
3: Kadang-kadang 7. Libatkan pasangan pasien terpenuhi secara
menunjukkan pada saat konseling alamiah.
4: Sering menunjukkan sesering mungkin sesuai 7. Dukungan dan
5: Secara konsisten kebutuhan pengertian dari
menunjukkan pasangan akan
meningkatkan
keefektifan dan
keberhasilan
konseling dalam
pola seksualitas
pasien.
19
20
BAB V
ASKEP KASUS
Ny. P berumur 28 masuk ke RS ditemani suaminya dengan keluhan nyeri pada parenium
pasca bersalin karena adanya laserasi pada jalan lahir.Pasien mengatakan nyeri pada saat
80x/mnt .Nampak disekitar kulit area perenium memerah kadang disertai gatal.Diberikan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :Ny. P
Pendidikan :S1
Pekerjaan :IRT
3. Riwayat penyakit
serupa,gangguan reproduksi
e. Riwayat reproduksi :
1) Menache : 14 tahun
21
Siklus haid : 28-30 hari
perhari
B. PEMERIKSAAN FISIK
b. TTV :
Nadi :80x/mnt
Pernapasan :24x/mnt
a. Kepala :
hitam,lurus,pendek,bersih
22
b. Mata :
d. Telinga :
sekret
e. Mulut :
g. Paru-paru:
P :sonor
A :vesikuler normal
h. Jantung :
P :pekak
A : bronchovesikuler
i. Abdomen :
kemerahan
P :timpani
23
k. Genitalia :bentuk normal,kulit perenium memerah kadang disertai nyeri akibat
l. Ekstremitas
DS DO
Pernapasan : 24x/menit
Nadi : 80x/mnt
Obat:
Ampichilin : 500mg
Antalgin : 500mg
bekas jahitan.
Nyeri skala 4
S : skala 4 nyeri
24
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi :
c. Monitor TTV
f. Kompres hangat
25
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
membaca
e. Kolaborasi :
diatasi Kriteria:
Intervensi
26
yang mungkin akan di alami klien selama prosedur di lakukan
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi traktus genitalius yang disebabkan oleh bakteri (bakteri
vaginalis) pada wanita bisa terjadi dengan prevalensi yang bervariasi pada
kelompok wanita remaja, hamil, pekerja seks komersial dan penderita HIV.
Menurut beberapa penelitian prevalensi infeksi traktus genitalis banyak
ditemukan pada kelompok wanita pekerja seks komersial. Infeksi ini terjadi
sebagai akibat pertukaran lactobacillus Spp penghasil H 2 O 2 (Hidrogen
Peroksida) yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob
dalam konsentrasi tinggi. Faktor –faktor pendukung terjadinya infeksi traktus
genitalius bakteri pada wanita antara lain; asupan gizi yang kurang, kurangnya
menjaga kebersihan genitalia, perilaku seks bebas, dan kurangnya perawatan
luka episiotomy pada ibu post partum.
Masalah keperawatan yang sering ditemukan pada wanita yang
mengalami infeksi traktus genitalis antara lain ; hipertermia, nyeri, kurangnya
pengetahuan, dan ketidakefektifan pola seksual.
B. Saran
Didalam penulisan makalah ini penulis merasa mempunyai
kekurangan dari segi materi ataupun pembahasan tentang infeksi traktus
genitalis oleh bakteri. Untuk itu penulis berharap kritik, dan saran yang
membangun sebagai tambahan untuk kesempurnaan isi dari makalah ini.
28
DAFTAR PUSTAKA
29