You are on page 1of 9

ANALISIS KUALITAS LIMESTONE SEBAGAI BAHAN BAKU

UTAMA SEMEN PORTLAND PADA PT SEMEN BATURAJA


(PERSERO ) Tbk

Chicha Novitasari
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas PGRI Palembang
Email : chichanovitasari@gmail.com

ABSTRAK
Semen merupakan bahan dasar utama konstruksi bangunan, sehingga menjadikan
semen sebagai komoditi yang strategis. Semen PCC ( Portland Composite Cement)
merupakan jenis semen varian baru yang mempunyai karakteristik mirip dengan semen
Portland, tetapi semen jenis ini mempunyai kualitas yang lebih baik, kokoh dan tahan
lama, ramah lingkungan dan mempunyai harga yang lebih ekonomis. Limestone
merupakan jenis bahan galian non logam yang menjadi bahan baku utama di dalam
pembuatan semen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Limestone. Salah
satu alat yang digunakan dalam analisis Limestone untuk mengetahui kandungan unsur-
unsur kimia yang terdapat pada sampel yaitu, dengan menggunakan alat X-Ray Analizer
yang bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar dari masing-masing unsur. Dari
penelitian yang dilakukan, Limestone PT. Semen Baturaja berwarna putih, dengan
kekerasan 2,5-3 skala mohs, tenacity yang keras, kompak, sebagian porfiri, memiliki
komposisi mineral kuarsa, kalsit, magnesit dan dolomit. Hasil analisis kualitas CaO pada
Lime Stone telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu 45%,
dimana kandungan analisis kadar CaO pada Limestone di 5 sampel adalah 49,296%.
Semakin banyak kandungan kadar CaO yang terdapat pada Limestone maka semakin baik
pula digunakan untuk pembuatan semen portland.
Kata Kunci: Limestone, Kadar, Kualitas, Semen Portland

ABSTRACT
Cement is the main basic material for building construction, thus making cement a
strategic commodity. PCC cement (Portland Composite Cement) is a new variant of
cement which has characteristics similar to Portland cement, but this type of cement has
better quality, is sturdy and durable, is environmentally friendly and has a more
economical price. Lime Stone is a type of non-metallic mineral that is the main raw
material in cement manufacturing. This study aims to determine the quality of Limestone.
One of the tools used in Lime Stone analysis to determine the content of chemical
elements contained in the sample is by using an X-Ray Analyzer which aims to determine
the content of each element. From the research conducted, Lime Stone PT. Semen
Baturaja is white, with a hardness of 2.5-3 on the Mohs scale, hard tenacity, compact,
partially porphyry, has a mineral composition of quartz, calcite, magnesite and dolomite.
The results of the analysis of the quality of CaO in Limestone have met the standard set
by the company, namely 45%, where the content of analysis of CaO content in limestone
in 5 samples is 49.296%. The more CaO content contained in Limestone, the better it is
used for making portland cement.
Keywords: Limestone, Grade, Quality, Portland Cement
PENDAHULUAN

Limestone merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya. Limestone itu sendiri terdiri dari Limestone nonklastik dan Limestone klastik.
Limestone klastik, merupakan hasil rombakan jenis Lime Stone nonklastik melalui proses
erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi. Sedangkan Limestone non-
klastik merupakan koloni dari binatang laut antara lain Coelenterata, Molusca, Protozoa,
Foraminifera. Limestone merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semen
portland. Pemboran Limestone kadang menemukan kadar yang rendah dengan kata lain
tidak dapat dijadikan bahan baku utama pembuatan semen portland sehingga
mempengaruhi tingkat penjualan. Untuk itu sebelum membawa Limestone ke stockpile
terlebih dahulu dideskripsi dan dianalisis kadar CaO-nya menggunakan alat X-ray
Analizer agar dapat diketahui layak tidaknya suatu Limestone untuk dijadikan bahan baku
utama pembuatan semen Portland.

TINJAUAN PUSTAKA

Limestone adalah batuan sedimen yang sebagian besar disusun oleh kalsium
karbonat yang berasal dari sisa- sisa organisme laut seperti kerang, siput laut, dan koral
yang sudah mati. Limestone terbentuk secara organik, secara mekanik maupun secara
kimia. Limestone yang terjadi secara organik di alam yang merupakan pengendapan
cangkang ataupun siput dan ganggang yang berasal dari kerangka koral. Limestone yang
terjadi secara mekanik tidak jauh berbeda dengan jenis Limestone yang terbentuk secara
organik, perbedaannya yang terjadi diantara keduanya adalah terjadinya perombakan
bahan Limestone yang kemudian terbawa arus dan biasanya mengendap tidak jauh dari
tempat semula. Limestone yang terjadi secara kimia merupakan jenis dari Limestone
yang terjadi dalam kondisi iklim dan dalam suasana lingkungan tertentu.
Limestone juga merupakan salah satu mineral industri yang digunakan oleh sektor
industri, pertanian, bangunan, penstabil jalan raya, pengapuran, bahan keramik, industri
kaca, pembuatan karbit, untuk peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam
industri kertas pulp dan karet dan juga industri semen. Limestone ditemukan secara alami
dalam mineral dengan bentuk polimorf. Polimorf merupakan sebuah mineral dengan
rumus kimia yang sama tetapi memiliki struktur kristal yang berbeda. Kalsium karbonat
(CaCO3) memiliki tiga macam bentuk polimorf, yaitu kalsit, aragonit, dan vaterit dengan
struktur kristal berturut-turut rombohedral, heksagonal, dan ortorombik. Ketiga struktur
tersebut kalsit memiliki fasa paling stabil (Maciewsky, 1993).
Beberapa contoh mineral Lime Stone (Bonyton, 1980) antara lain: Kalsit (CaCO3,
rombohedral), Aragonit (CaCO3, ortorombik), Dolomit (CaMg(CO3)2, Rombohedral),
Magnesit (MgCO3, rombohedral). Dalam penelitian ini jenis Limestone yang digunakan
adalah dolomit ((CaMg(CO3)2), Limestone dalam proses reduksi berperan dalam
menyedikan gas CO2 untuk reaksi pembentukan gas CO (reaksi Boudouard). Gas CO2
diperoleh dengan reaksi dekomposisi dolomit pada persamaan reaksi (2.1)
CaMg(CO3)2(s) CaO(s) + MgO(s) + 2CO2(g) (2.1)
Selain itu Limestone bereperan sebagai flux agent atau pengikat pengotor.
Limestone dapat berperan dalam proses desulfurisasi batubara melalui reaksi (2.2) pada
rentang temperatur 870 hingga 10370 C (Spencer, 1985).
H2S(g) + CaO(s) CaS(s) + H2O(g) .
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit dengan
mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspar, dan mineral lainnya.
Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan komposisi kimia secara
umum (Mg.Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Bentonit berbeda dari clay lainnya karena hampir
seluruhnya (75%) merupakan mineral monmorillonit. Terdiri dari partikel yang sangat
kecil sehingga hanya dapat diketahui melalui studi.

Gambar 1 Limestone Di Bin

Gambar 2 Limestone pada Stockpile

Semen merupakan salah satu bahan dasar utama konstruksi bangunan,


sehingga menjadikan semen sebagai komoditif yang strategis. Semakin pesatnya
perkembangan industri semen di Indonesia membuat muncul beberapa tipe semen antara
lain Ordinary Portland Cement (OPC), White Cement, dan Portland Composite
Cement (PCC). Semen PCC merupakan jenis semen varian lain yang mempunyai
sifat dan karakteristik hampir sama dengan semen Portland, namun mempunyai
kualitas yang lebih baik, ramah lingkungan dan harga yang lebih ekonomis (Purnawan
dan Prabowo, 2017).
Proses Pembuatan Semen di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memproduksi
Semen Portland Tipe 1 (OPC-I) SNI 15-2049-2004 dan Semen Portland Komposit
(PCC) SNI 15-7064-2004, dengan lokasi pabrik di Baturaja, Palembang dan
Panjang. Dalam produksinya PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Menggunakan
proses kering dengan suspention preheater. Keuntungannya yaitu penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit, energi yang dikonsumsi kecil, ukuran tanur (kiln)
yang lebih pendek serta mudah dalam perawataannya. Pada dasarnya proses semen
ada lima tahap utama, yang pertama penyediaan Raw Material, kedua
penggilingan Raw Meal, ketiga pembentukan Clinker (pembakaran), keempat
penggilingan clinker, dan kelima pengantongan semen.
Proses penggilingan di PT. Semen Baturaja (persero) Tbk, semen ini
merupakan tahapan dimana akan mendapatkan semen seperti yang dipasar. Tujuan
dari proses penggilingan semen adalah untuk memperluas permukaan butiran klinker,
sehingga dapat meningkatkan reaktifitas klinker saat bereaksi dengan air. Selain itu
pada proses penggilingan semen, klinker ditambahkan gypsum yang berfungsi
sebagai retarder, yaitu untuk mengontrol waktu pengikat semen pada saat semen
bereaksi dengan air. Clinker yang disimpan dalam silo dikeluarkan dan masuk ke
dalam klinker bin, demikian juga gypsum disimpan didalam bin. Dengan
perbandingan 88% klinker, 8% batu kapur, dan 4% gypsum untuk semen OPC dan
80% klinker, 4% gypsum serta 16% batu kapur untuk semen PCC. Klinker, batu kapur,
dan gypsum dikeluarkan dari bin masing-masing dan akan tercampur dengan belt
conveyor. Lalu akan menuju roller press untuk di hancurkan sehingga memiliki
ukuran tertentu yang akan digiling dengan menggunakan tube mill yang berisi ball
stell sebagai media penghancur. Material yang terdiri dari klinker, gypsum dan
limestone dengan perbandingan tertentu digiling di roller press sebagai
penggilingan tahap pertama dengan memanfaatkan energi tekanan dan putaran
roller untuk menggiling dan mereduksi ukuran klinker, gypsum, dan limestone
menjadi butiran yang lebih halus. Selanjutnya masuk ke gift separator yang berfungsi
memecah material produk roller press yang masih berbentuk lemmpengan dan sebagai
classifier untuk memisahkan fine product (<90nm). Lalu dipisahkan di cyclone
dan masuk ke finish mill sebagai finish grinding, dimana material digiling dengan
menggunakan grinding media berupa ball mill yang saling bertumbukkan satu sama lain
dengan liner di dalam mill. Material masuk sepax separator sebagai classfier dimana
memisahkan fine product (<45nm) dan coarse material (material kasar) yang
merupakan produk regrind mill.
Dengan bantuan sebuah fan material masuk filtax filter untuk memisahkan
gas dengan finish produk dari outlet sepax separator melalui proses filtrasi dan
bag cleaning. Finish produk berupa semen yang terkumpul di hopper bottom
filtex filter. Dengan screw conveyor, finish product dibawa keluar hopper filtax
filter dan akan ditransportasikan ke cement silo.
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu mulai tanggal 07 Februari
2022 sampai dengan 07 April 2022. Penelitian yang dilakukan ialah Analisis kualitas
bahan baku utama yakni Limestone dalam proses pembuatan semen di pabrik baturaja II
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, yang berlokasi di daerah Sukajadi Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Baturaja, Sumetera Selatan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam
penelitian ialah :
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan diskusi
dengan Bapak Safaruddin dan Bapak Rendotian Anugrah di PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk. Untuk memperoleh informasi berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan dan mempertajam arah studi.
2. Survei Literatur.
Survei literatur dilakukan dengan mengumpulkan atau mencari berbagai
referensi seperti jurnal ilmiah, buku, internet, dan tugas akhir calon karyawan PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk. yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Referensi tersebut akan dijadikan sebagai alat memecahkan masalah dalam
melakukan penelitian ini.
3. Observasi Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahapan sampling pada stock fill (storage)
Pada tahapan ini penulis melakukan sampling hasil pada lokasi stockpile
(storage) untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan X-Ray Analizer (3.1)
agar dapat diketahui jumlah empat nilai kandungan senyawa utama pembentuk
klinker yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF dan kandungan senyawa limestone yaitu
mineral kalsit dan aragonite.

Gambar 3.1 X-Ray Analizer


b. Tahap pengeringan sampel
Proses pengeringan sampel dilakukan untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam sampel tersebut, sehingga memudahkan untuk menganalisis
kandungan nilai oksida yang terdapat pada Limestone.
c. Tahap penggilingan sampel
Dalam tahap penggilingan sampel digunakan alat grinding mill (gambar
3.2), sebelum digiling terlebih dahulu dilakukan penimbangan sampel sebanyak 9
gram dan ditambahkan tiga butir pil borat, kegunaan dari pil ini yaitu agar sampel
tersebut tidak melekat pada wadah saat penggilingan berlangsung. Proses ini
dilakukan agar sampel tersebut mudah untuk di press.

Gambar 3.2 Grinding Mill

d. Tahap pencetakan sampel


Sampel yang sudah digiling selanjutnya disimpan pada ring sampel yang
telah diletakkan pada alat pres dan selanjutnya tekan tombol on untuk mencetak
sampel.
Adapun dasar rumus perhitungan kadar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Kadar A :
xArA
%A = × 100%
Mr Ax
Keterangan :
Ar = Atom Relatif
Mr = Molekul Relatif
%A = Persen Unsur
4. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh kesimpulan secara keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan
sebelumnya selama penelitian berlangsung. Pengolahan data hasil pemboran
dilakukan setelah pengambilan data di lapangan. Adapun cara pengolahan datanya
sebagai berikut:
a. Sampel yang telah di press ditembakkan dengan sinar X, dan hasilnya akan
diketahui melalui komputer yang telah disinkronkan dengan alat X-Ray tersebut.
b. Hasil analisis jumlah kandungan nilai oksida yang diperoleh dipindahkan ke
komputer pengendalian. Data tersebut disatukan dalam sebuah folder dengan
menggunakan microsoft excel untuk dijadikan dasar data pengendalian agar mutu
yang dihasilkan tetap terjaga, serta untuk memudahkan operator dalam
melakukan pengecekan mutu tiaptiap sampel. Selain itu hasil data tersebut
digunakan untuk laporan mutu bahan pembuatan semen.
c. Setelah pengujian sampel dilakukan maka akan diketahui nilai kandungan CaO
yang terdapat pada tiap-tiap sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Pada penelitian ini, penulisan menggunakan alat XRA (X-Ray Analizer) sebagai
sarana pengambilan data. Untuk itu data, yang dihasilkan berupa jumlah nilai oksida yang
terkandung pada Limestone. Dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Data Kualitas Limestone di Stockpile (storage) Hasil X-Ray


No. Keterangan Komposisi Kimia
SiO2% Al2O3 Fe2O CaO% MgO K2O RCO3
% 3% % % %
1. Sampel 1 8,77 2,23 0,88 46,43 0,57 0,26 81,91
2. Sampel 2 9,62 2,28 1,00 45,57 0,56 0,28 80,38
3. Sampel 3 2,90 1,06 0,37 51,98 0,37 0,10 91,82
4. Sampel 4 3,78 1,38 0,45 51,16 0,36 0,12 90,35
5. Sampel 5 3,12 1,40 0,38 51,34 0,36 0,11 90,93
5,638 1,67 0,61 49,296 0,444 0,22 87,184
Jumlah Rata-rata 6 6

Berikut tabel hasil perhitungan jumlah nilai dari LSF, SM dan AM.
Tabel 4.2 Perhitungan LSF, SM dan AM pada Limestone
No. Keterangan LSF % SM% AM%
1. Sampel 1 167,32% 2,81% 9,96%
2. Sampel 2 0,82% 2,93% 9,62%
3. Sampel 3 500,25% 2,10% 7,83%
4. Sampel 4 1.459,67% 2,06% 9,94%
5. Sampel 5 482,74% 1,75% 8,21%
Jumlah Rata-rata 552,16% 2,33% 9,112%
1. Pembahasan
a. CaO dalam CaCO3 (Limestone)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai kandungan
kadar CaO rata-rata 49,296% dari lima sampel. Dapat diperhatikan pada tabel
4.1 terdapat anomali yaitu nilai kandungan K 2O pada sampel ketiga sebesar
0,10%. Menurut (Premonowati, 2010) anomali terjadi akibat indikasi pengaruh
struktur selama migrasi hidrokarbon di dalam klinker.
b. Lime Saturation Factor (LSF)
Dari hasil analisis LSF yang diperoleh nilai rata-rata 552,16% dari 5
(lima) sampel.
c. Silica Modulus (SM)
Pada (tabel 4.2) diperoleh nilai rata-rata SM sebesar 2,33%. Jumlah
kandungan SiO2 pada tiap-tiap sampel tersebut mempengaruhi jumlah nilai SM,
dimana semakin tinggi kandungan SiO 2 yang terdapat pada suatu sampel maka
semakin tinggi pula nilai kandungan SM-nya, begitu pula sebaliknya. Semakin
rendah kandungan SiO2 pada suatu sampel maka semakin rendah pula jumlah
nilai SM yang diperoleh.
d. Alumina Modulus (AM)
Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan diperoleh nilai rata-rata AM
9,112% dari 5 (lima) sampel.

KESIMPULAN

1. Dari penelitian yang penulis lakukan, karakteristik dari Limestone PT. Semen
Baturaja Semakin banyak kandungan kadar CaO yang terdapat pada Lime Stone
maka semakin baik pula digunakan untuk pembuatan semen portland. Bahan baku
kedua (bahan dalam campuran mentah selain Lime Stone) bergantung kemurnian
Limestone nya. Produk reaksi kimia mengalami agregasi pada suhu penyinteran,
sekitar 1400 °C. Aluminium oksida dan besi oksida hanya muncul sebagai fluks
untuk mengurangi suhu penyinteran, dan memiliki kontribusi kecil pada kekukuhan
semen. Untuk membuat semen khusus seperti low heat (LH) dan sulfate resistant
(SR), trikalsium aluminat yang terbentuk harus dibatasi.
2. Hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan dapat disimpulkan bahwa jumlah
standar CaO Limestone yang dibutuhkan yakni minimal (49,296%). Dari data
perhitungan hasil pada lokasi stockpile (storage) yang diperoleh, kandungan CaO
dalam dan Limestone telah memenuhi standar bahan baku aditif pembuatan semen
dengan jumlah rata-rata kandungan CaO pada lima sampel. Semakin banyak jumlah
kandungan kadar CaO yang terdapat pada gypsum maka semakin baik digunakan
untuk proses pembuatan semen.
3. Dari hasil analisis X-Ray Analizer juga diperoleh bahwa jumlah nilai rat-rata LSF
552,16%, SM 2,33%, dan AM 9,112%. Jumlah nilai LSF dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya kandungan kadar CaO dalam suatu Limestone. Nilai SM dipengaruhi oleh
jumlah kandungan kadar SiO2 yang terdapat dalam Limestone. Pada nilai AM
dipengaruhi oleh kandungan kadar Al2O3 yang terdapat pada Limestone.
UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Analisis
Kualitas Limestone Bahan Baku Utama Semen Portland Pada PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk”. Dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung atas terselesaikannya karya tulis ini, yaitu :
1. Bapak Dr. H. Bukman Lian, M. M., M. Si., CIQaR selaku Rektor Universitas PGRI
Palembang
2. Ibu Amiwarti S. T., M. Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas PGRI
Palembang.
3. Bapak Muhrinsyah Fatimura S. T., M. T selaku ketua Program Studi Teknik Kimia.
4. Bapak Aan Sefentry, S. T., M. T., selaku dosen pembimbing yang turut mendukung
penulisan karya tulis ini.
5. Bapak Ade Dwi Wijayanto selaku Kepala Proyek.
6. Bapak Rendotian Anugrah selaku Pembimbing Kerja Praktek di Lapangan.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini.
8. Seluruh Karyawan, Staf Dosen Pengajar dan rekan mahasiswa/i pada Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas PGRI Palembang yang telah memberikan
tuntunan, dukungan serta bantuan

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Perindustrian, Pasokan Semen Nasional 110 juta ton Pada tahun 2019,
https://kemenperin.go.id/artikel/22011/Industri-Semen, 2019.

Laboratorium Proses Baturaja II. 2022. Data Quality Control Produksi Semen Pabrik
Baturaja II. Slide Presentasi.

Premonowati. 2010. Optimalisasi Metode Pendiskripsian Batugamping untuk


Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon dalam Pemodelan Geologi. Jurusan Teknik
Geologi FTM UPN. Yogyakarta

Peray, E, 1979, “Cement Manufacture’s Handbook”, Chemical Published Co.Inc., New


York.

You might also like