Professional Documents
Culture Documents
Kak Pertemuan Faktor Resiko PTM
Kak Pertemuan Faktor Resiko PTM
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a) Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b) Undang-undangNomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
c) Undang-Undang RI Nomor40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
d) Undang-UndangNomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN
e) Peraturan PemerintahNomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
f) Peraturan PemerintahNomor 65tahun 2005 tentang pedoman penyusunan
standar pelayanan minimal
g) Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang RPJMN
h) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular
i) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
j) PMK No 21 tahun 2020 tanggal 10 Agustus 2020 tentang Rencana Strategis
kementerian Kesehatan tahun 2020 – 2024
k) KepMenkes Nomor 1479 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
SE penyakit Menular dan Tidak Menular
l) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2010 tentang Renstra
Kemenkes
2. Gambaran Umum
Penyakit Tidak Menular (PTM) di beberapa negara, terutama negara
berkembang telah mengalami peningkatan kejadian dengan cepat dan berdampak
pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan.Upaya pengendalian PTM
lebih dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif untuk mencegah faktor
risiko PTM memiliki faktor risiko bersama, faktor risiko PTM tersebut dapat
berkontribusi baik secara sendiri-sendiri ataupun saling berinteraksi satu dengan
lainnya sehingga dapat menyebabkan seseorang menderita satu atau lebih
penyakit tidak menular. Salah satu upaya pengendalian PTM di puskesmas
dilakukan melalui kegiatan Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yaitu obesitas,
hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet tidak sehat, kurang aktifitas fisik
dan merokok serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan
melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
dasar.
Melalui kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM diharapkan dapat dilakukan
penanganannya sesegera mungkin, sehingga prevalensi faktor risiko, angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PTM dapat diturunkan serendah
mungkin. Deteksi dini faktor risiko PTM dapat mencegah miokard infark, stroke,
gagal ginjal, amputasi dan gangguan penglihatan, PPOK derajat berat. Indikator
Penurunan Prevalensi Hipertensi pada tahun 2018 tercapai sebesar 34,1%,
angka ini lebih meningkat dibanding hasil Riset Keseha- tan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 sebesar 25,8%. Hal ini menunjukkan dalam 5 tahun
terakhir perilaku individu masih dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, pola
makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, stres dan peningkatan
faktor risiko PTM lainnya. Penyebab peningkatan prevalensi hipertensi selain
faktor risiko yang telah disebutkan diatas juga belum optimalnya peran dan
dukungan lintas sektor dalam pengendalian konsumsi gula, garam dan lemak
berlebihan melalui kepatuhan pencantuman pesan kesehatan pada kemasan
makanan dan makanan siap saji yang diproduksi oleh pihak industri dan
penyedia makanan, agar masyarakat dapat memilih makanan olahan yang sehat
sesuai kebutuhan gizinya. Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi
adalah budaya kuliner Indonesia yang kaya dan beragam kandungan gula,
garam dan lemak, terbatasnya ketersediaan pangan sayur dan buah yang
bebas pestisida, murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Pada Riskesdas tahun 2013 angka obesitas menunjukkan 14,8%
sedangkan Riskesdas tahun 2018 sebesar 21,8%. Hal ini dipengaruhi oleh
kondisi transisi teknologi yang terjadi dimana segala kemudahan dapat
dijangkau melalui alat komunikasi seperti kemudahan mengakses makanan dan
minuman siap saji dan transportasi yang berdampak pada konsumsi gula,
garam dan lemak berlebihan serta penurunan aktifitas fisik. Selain itu transisi
demografi juga ikut mempengaruhi, usia harapan hidup orang Indonesia
semakin tinggi maka potensi untuk terkena PTM juga bertambah. Penyakit PTM
dapat dikendalikan atau dikontrol sepanjang penderita patuh minum obat
sesuai anjuran dokter. Hal yang sangat mungkin untuk mencegah PTM
adalah dengan melakukan intervensi pada faktor risiko yang meliputi perilaku
merokok, konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan, kurangnya aktifitas
fisik serta obesitas. Oleh sebab itu diperlukan nya pertemuan untuk
meningkatkan pemahaman pengelola program akan pentingnya pelaksanaan
deteksi faktor resiko untuk mengendalikan faktor resiko tidak berkembang
menjadi penyakit kronis .
B. PENERIMA MANFAAT
Pengelola Program PTM dan dokter puskesmas dan Dinkes Kabupaten
2. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji.
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
Persiapan Kegiatan
2 Pemberitahuan ke Puskesmas
3 Pelaksanaan Kegiatan
4 Pemantauan RTL Puskesmas
5 Evaluasi RTL
E. BIAYA
Perkiraan total biaya untuk kegiatan Kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Pengelola Program Dalam Deteksi Dini Faktor Resiko PTM tahun 2022 adalah
sebesar Rp.10.055.000,-. Rincian biaya tersebut diatas disajikan dalam Rencana
Anggaran dan Biaya (RAB).