You are on page 1of 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Produksi Tanaman

17

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN : 2338-3976

STUDI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleorotus


ostreatus) PADA MEDIA TUMBUH GERGAJI KAYU SENGON DAN BAGAS
TEBU

STUDY OF GROWTH AND PRODUCTION WHITE OYSTER MUSHROOM IN


SAWDUST AND BAGGASE SUBSTRATE
1*)
Alan Randall Ginting , Ninuk Herlina, Setyono Yudo Tyasmoro
*)
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRAK ABSTRACT

Tujuan dari percobaan ini adalah The purpose of this experiment is to get the
mendapatkan komposisi substrat serbuk wood sawdust substrate composition sengon
gergaji kayu sengon dan bagas tebu yang and sugarcane bagasse are ideal for growing
ideal untuk pertumbuhan hasil jamur tiram oyster mushrooms results and determine the
putih yang optimum dan mengetahui optimum productivity of oyster mushrooms on
produktivitas jamur tiram putih pada substrat alternative substrates of composition sengon
alternatif dari komposisi serbuk gergaji kayu wood sawdust and sugarcane bagasse.
sengon dan bagas tebu. Berdasarkan hasil Based on the research results, all growing
penelitian maka semua komposisi media media composition between sawdust and
tumbuh antara serbuk gergaji kayu sengon bagasse can be used as an alternative growth
dan bagas tebu dapat dijadikan alternatif media for oyster mushrooms, bagasse
media tumbuh jamur tiram putih, substrat substrate can be used as an alternative to
bagas tebu dapat dijadikan substrat alternatif change sawdust substrate that is commonly
pengganti substrat yang sering digunakan used by farmers because it has an average
petani yaitu serbuk gergaji kayu sengon value of total fresh weight were not
karena memiliki nilai rata-rata total bobot significantly different, bagasse substrate give
segar yang tidak berbeda nyata, penggunaan more beneficial in treatment B (Sawdust 70%
substrat dengan bagas tebu lebih and bagasse 10%), D (Sawdust 50% and
menguntungkan pada perlakuan B (Serbuk bagasse 30%), E (Sawdust 40% and bagasse
kayu gergaji sengon 70% dan bagas tebu 40%), F (Sawdust 30% and bagasse 50%),
10%), D (Serbuk kayu gergaji sengon 50% and I (Sawdust 0% and bagasse 80%)
dan bagas tebu 30%), E (Serbuk kayu gergaji because cost of production is more cheaper
sengon 40% dan bagas tebu 40%), F (Serbuk than cost of production baglog that farmers
gergaji kayu sengon 30% dan bagas tebu are often used in treatment a (Sawdust 0%
50%), dan I (Serbuk kayu gergaji sengon 0% and bagasse 80%), and harvest intensity in
dan bagas tebu 80%) karena biaya produksi treatment B, D, E, F, I are 4 times, thus
lebih murah dibandingkan dengan biaya reducing labor costs.
produksi baglog yang sering digunakan petani
yaitu pada perlakuan A (Serbuk kayu gergaji Keywords: White oyster mushroom, sawdust,
sengon 80% dan bagas tebu 0%), dan sugarcane baggase, substrate
intensitas panen pada perlakuan B, D, E, F, I
yaitu 4 kali panen, sehingga dapat PENDAHULUAN
mengurangi biaya tenaga kerja.
Konsumsi protein hewani di masyarakat
Kata kunci: Jamur tiram putih, serbuk gergaji berasal dari daging sapi, ayam, kambing, dan
kayu sengon, bagas tebu, substrat hewan ternak lainnya masih tergolong relatif
18

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

rendah karena daya beli masyarakat yang mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan
masih rendah. Oleh karena itu, kebutuhan membakarnya secara berlebihan (inefisien).
protein nabati menjadi pilihan alternatif Dengan cara tersebut mereka bisa
masyarakat Indonesia pada umumnya seperti mengurangi jumlah ampas tebu
kacang kedelai yang diolah menjadi tempe (Hamawi,2005).
dan tahu. Seperti halnya limbah yang
Kebutuhan kacang kedelai di Indonesia mengandung serat pada umumnya, bagas
setiap tahunnya berkisar 2,2 juta ton/tahun, tebu sebagai pakan ternak mempunyai faktor
dimana 70% masih berasal dari kacang pembatas, yaitu kandungan nutrisi dan
kedelai impor. Kandungan protein kacang kecernaannya yang sangat rendah. Bagas
kedelai berkisar 35-45% setiap 100 gram tebu mempunyai kadar serat kasar dan kadar
berat kacang kedelai. Alternatif pengganti lignin, yaitu masing-masing sebesar 46,5%
sumber makanan berprotein dapat diganti dan 24,2% (Samsuriet al., 2007).Subsrat yang
dengan jamur tiram (Pleorotus ostreatus) sering digunakan yaitu serbuk gergaji kayu
karena kandungan proteinnya cukup tinggi, sengon yang mengandung 50-60% serat
yaitu sekitar 10,5-30,4% setiap 100 gram kasar, dan kadar lignin sebesar 26,8%
berat jamur tiram. Selain itu iklim dan cuaca (Martawijayaet al., 1989). Penelitian ini akan
di Indonesia mendukung pertumbuhan jamur mengkaji komposisi substrat serbuk gergaji
tiram (Sumarmi, 2006). kayu sengon dan bagas tebu yang ideal
Pada umumnya substrat yang untuk pertumbuhan dan produksi jamur tiram
digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah putih. Sehingga bagas tebu diharapkan dapat
serbuk gergaji kayu sengon yang didapat dari dijadikan substrat alternatif pengganti serbuk
sisa pengolahan kayu sengon. Konsekuensi gergaji kayu sengon.
akan timbul masalah apabila serbuk gergaji
sukar diperoleh di lokasi budidaya jamur BAHAN DAN METODE
tiram. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
hal tersebut perlu dicari substrat alternatif Percobaan ini dilaksanakan di Desa
yang banyak tersedia dan mudah didapat, Sengkaling, Kecamatan Dau, Malang dengan
salah satunya adalah bagas tebu. Tetapi ketinggian tempat 550 m dpl, suhu minimum
o o
sebelum substrat tersebut akan dijadikan 18 C dan suhu maksimum 30 C dan
alternatif, perlu dikaji terlebih dahulu kelembaban relatif 80 - 95%. Percobaan ini
karakteristik pertumbuhan dan produksi jamur dilaksanakan pada bulan Juli 2012 – Januari
tiram yang akan dihasilkan. 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan
Pada proses pengolahan tebu menjadi acak kelompok (RAK). Kombinasi komposisi
gula yang dilakukan di pabrik gula substrat serbuk gergaji kayu sengon dan
menghasilkan ampas yang diperoleh dari bagas tebu merupakan faktor perlakuan yang
proses pengilingan berkisar 32 % dari total utama, kombinasi serbuk gergaji kayu sengon
tebu yang diolah. Dengan produksi tebu di dan bagas tebu terbagi ke dalam 9 perlakuan,
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 21 juta yaitu perlakuan A (Serbuk kayu gergaji
ton potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6 sengon 80% dan bagas tebu 0% (kontrol)), B
juta ton ampas per tahun. Selama ini hampir (Serbuk kayu gergaji sengon 70% dan bagas
di setiap pabrik gula tebu menggunakan tebu 10%), C (Serbuk kayu gergaji sengon
ampas sebagai bahan bakar boiler, campuran 60% dan bagas tebu 20%), D (Serbuk kayu
pakan ternak dan sisanya dibuang atau gergaji sengon 50% dan bagas tebu 30%), E
dibakar. (Hamawi,2005). (Serbuk kayu gergaji sengon 40% dan bagas
Ampas mudah terbakar karena di tebu 40%), F (Serbuk kayu gergaji sengon
dalamnya terkandung air, gula, serat dan 30% dan bagas tebu 50%), G (Serbuk kayu
mikroba, sehingga bila tertumpuk akan gergaji sengon 20% dan bagas tebu 60%), H
terfermentasi dan melepaskan panas. (Serbuk kayu gergaji sengon 10% dan bagas
Beberapa kasus kebakaran ampas di tebu 70%), dan I (Serbuk kayu gergaji
beberapa pabrik gula diduga akibat proses sengon 0% dan bagas tebu 80%). Parameter
tersebut. Ampas tebu selain dijadikan sebagai pengamatan pada penelitian ini antara lain
bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula adalah saat miselium penuh pada substrat,
19

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

saat muncul badan buah (pin head) pertama tebu 50%) yaitu 27.66 HSI, dan perlakuan G
(hari setelah inokulasi/HIS), diameter tudung (Serbuk gergaji kayu sengon 20% dan bagas
buah (cm), intensitas panen (kali), total bobot tebu 60%) yaitu 27.77 HSI dibandingkan
segar badan buah (gr), dan masa panen. dengan perlakuan lainnya dan sampai saat
Data dianalisis dengan menggunakan analisis miselium penuh yang paling lama yaitu 29.7
ragam, jika data menunjukkan berbeda nyata, HSI pada perlakuan A (komposisi serbuk
maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada gergaji kayu sengon 80%, dan bagas tebu
taraf 5%. 0%) dan perlakuan B (komposisi serbuk
gergaji kayu sengon 70%, dan bagas tebu
HASIL DAN PEMBAHASAN 10%).
Fase pembentukan pin head
Pembentukan miselium merupakan merupakan fase lanjutan dari pembentukan
fase awal dalam perkembangan jamur atau waktu pemenuhan miselium pada media
sebelum terbentuknya pin head atau calon tanam. Perlakuan F (Serbuk gergaji kayu
bakal buah jamur. Miselium ini nantinya akan sengon 30% dan bagas tebu 50%), perlakuan
membentuk bintil kecil yang kemudian C (Serbuk gergaji kayu sengon 60% dan
berkembang menjadi pin head dan akhirnya bagas tebu 20%), dan perlakuan G (Serbuk
membentuk tungkai dan badan buah jamur. gergaji kayu sengon 20% dan bagas tebu
Miselium pada penelitian ini memenuhi media 60%) memiliki nilai rata-rata saat muncul pin
tanam yang lebih cepat pada perlakuan H head yang lebih cepat dibandingkan dengan
(Serbuk gergaji kayu sengon 10% dan bagas perlakuan lainnya (Tabel 2).
tebu 70%) yaitu 27.2 HSI, perlakuan F
(Serbuk gergaji kayu sengon 30% dan bagas

Tabel 1 Rerata saat miselium penuh pada substrat akibat perbedaan komposisi serbuk gergaji
kayu sengon dan bagas tebu

Keterangan: Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
Duncan pada taraf 5%; HSI : hari setelah inokulasi.
20

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

Tabel 2 Rerata saat muncul badan buah (pin head) pertama kali (hsi) akibat perbedaan
komposisi serbuk gergaji kayu sengon dan bagas tebu

Keterangan: Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
Duncan pada taraf 5%; HSI : hari setelah inokulasi.

Tabel 3 Rerata diameter tudung buah (cm) akibat perbedaan komposisi serbuk gergaji kayu
sengon dan bagas tebu

Keterangan : tn = tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Nilai rata-rata diameter tudung buah miselium bewarna putih (Parlindungan, 2000).
menunjukkan angka yang tidak berbeda nyata Media tanam jamur tiram putih menggunakan
antar perlakuan. Karakteristik pertumbuhan substrat bagas tebu menunjukkan waktu yang
jamur tiram putih menggunakan susbtrat lebih cepat miselium penuh dibandingkan
serbuk gergaji kayu sengon yaitu dalam dengan perlakuan A (komposisi serbuk
jangka waktu antara 40-60 HSI seluruh gergaji kayu sengon 80%, bagas tebu 0%)
permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh dimana komposisi tersebut merupakan
21

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

komposisi media tanam jamur tiram putih ini dikelilingi oleh lignin, yang menghambat
yang sering digunakan oleh petani. proses sakarifikasi (pemecahan gugus
Penggunaan bagas tebu sebagai polisakarida menjadi gugus monosakarida).
substrat alternatif pengganti serbuk gergaji Karena hal inilah jamur tiram digunakan untuk
kayu sengon memiliki kandungan lignin yang memakan lignin yang menutupi selulosa,
lebih rendah daripada kandungan lignin fungsi selulosa adalah memperkuat dinding
serbuk gergaji kayu sengon (26.8%) yaitu sel tanaman sedangkan di dalam pencernaan,
sebesar 24.2%, dimana lignin berperan berperan sebagai pengikat air, namun jenis
sebagai sarana pengangkut air, nutrisi, dan serat ini tidak larut dalam air. (Nila, 2008).
metabolit dalam pertumbuhan jamur. Kandungan hemiselulosa yang terdapat
Sehingga nilai kandungan lignin lebih pada serbuk gergaji kayu sengon sebesar
berperan dibandingkan dengan nilai C/N rasio 24.59 % (Martawijaya et al., 1989) sedangkan
pada suatu media tanam jamur tiram putih. pada bagas tebu memiliki kandungan
Nilai C/N rasio pada perlakuan G sebesar 45 hemiselulosa sebesar 17,5 % (Samsuri et al.,
dan H sebesar 62, dimana nilai kandungan 2007). Hemiselulosa memiliki rantai molekul
C/N rasio yang dimiliki oleh perlakuan G lebih pendek dibandingkan selulosa.
memiliki nilai terendah dibandingkan dengan Hemiselulosa berfungsi memperkuat dinding
perlakuan yang lain. Perlakuan C/N rasio sel tanaman dan sebagai cadangan makanan
media tumbuh jamur tiram putih bagi tanaman. Sifatnya sama dengan
menggunakan substrat serbuk gergaji kayu selulosa, yaitu mampu berikatan dengan air
sengon sebesar 20,31 dapat meningkatkan (Sunanto, 2000). Berdasarkan nilai
hasil jamur tiram putih sebesar 73,14 % kandungan kimia yang penting bagi
dibandingkan dengan perlakuan C/N rasio pertumbuhan jamur tiram putih pada substrat
sebesar 40,55 (Febriansyah, 2009). serbuk gergaji kayu sengon dan bagas tebu,
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa kandungan selulosa yang
tentang kajian C/N rasio serbuk gergaji kayu terdapat pada bagas tebu memiliki kandungan
sengon terhadap hasil jamur tiram putih dan yang lebih tinggi daripada serbuk gergaji kayu
hasil uji lab tentang kandungan C/N rasio sengon, dimana fungsi selulosa adalah
pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai memperkuat dinding sel dan sebagai pengikat
C/N rasio suatu media tanam jamur tiram air didalam proses pencernaan atau
putih tidak berpengaruh nyata meskipun nilai metabolisme jamur. Substrat bagas tebu
C/N rasio tinggi terhadap kecepatan dapat menjadi substrat alternatif pengganti
pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram substrat serbuk gergaji kayu sengon, karena
putih. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata- bagas tebu memiliki kandungan lignin,
rata saat miselium penuh pada substrat pada selulosa, dan hemiselulosa yang merupakan
perlakuan G sebesar 27.7 HSI, rata-rata saat unsur kimia yang berperan penting untuk
muncul pin head pada perlakuan G sebesar pertumbuhan jamur tiram putih.
39.9 HSI dan rata-rata intensitas periode Kandungan air didalam substrat sangat
panen pada perlakuan G sebanyak 5 kali berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
panen. perkembangan miselium jamur tiram putih
Kandungan kimia penting yang (Kristiawati, 1992). Apabila kadar air terlalu
dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram sedikit yaitu kurang dari 45 % maka
putih yang terdapat pada substrat serbuk pertumbuhan dan perkembangan miselium
gergaji kayu sengon dan bagas tebu selain jamur akan terganggu bahkan dapat terhenti
lignin adalah selulosa dan hemiselulosa. sama sekali. Sebaliknya bila terlalu banyak air
Kandungan selulosa yang terdapat pada maka miselium akan membusuk dan mati
serbuk gergaji kayu sengon sebesar 49,40 % (Suriawiria, 1986). Berdasarkan hasil analisis
(Martawijaya et al., 1989) lebih rendah kandungan air yang terdapat dari komposisi
dibandingkan dengan kandungan selulosa substrat serbuk gergaji kayu sengon dan
yang dimiliki oleh bagas tebu sebesar 52,7 % bagas tebu memiliki kandungan kadar air 66
(Samsuri et al., 2007). Selulosa adalah gugus – 69 %, data tersebut masuk kedalam range
polisakarida yang akan dipecah menjadi kadar air yang dibutuhkan jamur untuk
gugus monosakarida, yaitu glukosa. Selulosa tumbuh optimal.
22

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

Produktivitas jamur dapat dilihat dari memiliki rata-rata panen yang lebih banyak
parameter rata-rata diameter tudung buah, dibandingkan perlakuan lainnya, namun pada
rata-rata intensitas periode panen, rata-rata parameter rata-rata total bobot segar badan
total bobot segar badan buah, dan rata-rata buah jamur tiram putih menunjukkan nilai
masa panen. Berdasarkan penelitian yang rata-rata yang tidak berbeda nyata antar
sudah dilakukan bahwa rata-rata intensitas perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa bagas
panen menunjukkan angka yang lebih tinggi tebu dapat dijadikan substrat alternatif
terjadi pada perlakuan A (Serbuk gergaji pengganti serbuk gergaji kayu sengon karena
kayu sengon 80%, bagas tebu 0%), C parameter pengamatan tentang produktivitas
(Serbuk gergaji kayu sengon 60% dan bagas jamur tiram putih seperti bobot segar memiliki
tebu 20%), G (Serbuk gergaji kayu sengon angka yang tidak berbeda nyata antar
20% dan bagas tebu 60%) dan H (Serbuk perlakuan.
gergaji kayu sengon 10% dan bagas tebu Berdasarkan data usaha tani, produksi
70%) dibandingkan dengan perlakuan 1000 baglog pada perlakuan A (Serbuk
lainnya. gergaji kayu sengon 80%, bagas tebu 0%)
Pada perlakuan H (Serbuk gergaji kayu dan biasa digunakan oleh petani, memerlukan
sengon 10% dan bagas tebu 70%) memiliki biaya sebesar Rp. 2.000.000, setiap
nilai saat miselium penuh yang lebih cepat berkurangnya komposisi substrat serbuk
yaitu 27.2 HSI dan disusul perlakuan G gergaji kayu sengon sebesar 10% terjadi
(Serbuk gergaji kayu sengon 20% dan bagas penurunan biaya sebesar Rp. 200.000. Pada
tebu 60%) dan perlakuan F (Serbuk gergaji perlakuan tanpa menggunakan substrat
kayu sengon 30% dan bagas tebu 50%) serbuk gergaji kayu sengon atau perlakuan I
memiliki nilai saat miselium penuh 27.7 HSI. (Serbuk gergaji kayu sengon 0% dan bagas
Parameter pengamatan tentang intensitas tebu 80%) dalam produksi 1000 baglog
panen menunjukkan perlakuan A, C, G, dan H membutuhkan biaya sebesar Rp. 400.000.

Tabel 4 Rata-rata intensitas panen akibat perbedaan komposisi serbuk gergaji kayu sengon dan
bagas tebu

Keterangan: Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
Duncan pada taraf 5%; HSI : hari setelah inokulasi.
23

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

Tabel 5. Rata-rata total bobot segar badan buah akibat perbedaan komposisi serbuk gergaji
kayu sengon dan bagas tebu

Keterangan : tn = tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Tabel 6 Rerata masa panen akibat perbedaan komposisi serbuk gergaji kayu sengon dan bagas
tebu

Keterangan : tn = tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Ditinjau dari hasil analisis usaha tani dan kandungan unsur N total yang paling tinggi
intensitas panen, maka pada perlakuan I lebih antar perlakuan dimiliki oleh perlakuan G
baik daripada perlakuan B, E dan F yang sebesar 0.41 % dan perlakuan H sebesar
memiliki intensitas panen yang sama yaitu 4 0.39 %, sedangkan perlakuan yang lain
kali panen. Intensitas panen sebanyak 4 kali memiliki kadar unsur N dari 0.20 – 0.33 %.
panen dapat mengurangi biaya tenaga kerja, Nitrogen merupakan sumber protein yang
karena berdasarkan data rata-rata total bobot dibutuhkan sebagai penyusun jaringan yang
segar badan buah dan masa panen sedang aktif tumbuh sehingga mempengaruhi
menunjukkan angka yang tidak berbeda nyata diameter tudung jamur (Hendreck dan Black,
antar perlakuan. Hasil analisis contoh media 1994).
tanam di laboratorium menunjukkan bahwa
24

Alan Randall Ginting: Studi Pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih...................................

KESIMPULAN Hamawi, M. 2005. Blotong : Limbah Busuk


Berenergi. Jurnal Tentang Limbah
Semua komposisi media tumbuh antara Pabrik Gula.
serbuk gergaji kayu sengon dan bagas tebu Hendreck, K.A. and N.D. Black, 1994.
dapat dijadikan alternatif media tumbuh jamur Growing Media for Ornamental Plant
tiram putih. Rata-rata saat miselium penuh, and Truf. University of New South
rata-rata muncul badan buah pertama kali, Wales Press. Australia.
dan rata-rata masa panen memiliki nilai yang Sunanto, H. 2000. Budidaya Jamur Tiram,
lebih tinggi daripada perlakuan yang lain Edisi 1. CV . Aneka Ilmu , Anggota
terjadi pada perlakuan F (Serbuk gergaji kayu IKAPI. Semarang.
sengon 30% dan bagas tebu 50%), G (Serbuk Kristiawati. 1992. Budidaya Jamur Kayu.
gergaji kayu sengon 20% dan bagas tebu Yayasan Tani Membangun Trubus xiii
60%), dan H (Serbuk gergaji kayu sengon (271): 7-9.
10% dan bagas tebu 70%). Substrat bagas Martawijaya, I. Kartasujana, K.Kadir dan
tebu dapat dijadikan substrat alternatif S.A. Prawira. 1989. Atlas Kayu
pengganti substrat yang sering digunakan Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan
petani yaitu serbuk gergaji kayu sengon Pengembangan Kehutanan.
karena memiliki nilai rata-rata total bobot Departemen Kehutanan. Bogor.
segar yang tidak berbeda nyata. Penggunaan Nila. F.W. 2008. Kemampuan Bakteri
substrat dengan bagas tebu lebih Acetobacter Xylinum Mengubah
menguntungkan pada perlakuan B (Serbuk Selulosa Sebagai Bahan Kertas.
kayu gergaji sengon 70% dan bagas tebu TesisTIP – Fakultas Teknologi
10%), D (Serbuk kayu gergaji sengon 50% Pertanian. Universitas Brawijaya.
dan bagas tebu 30%), E (Serbuk kayu gergaji Malang.
sengon 40% dan bagas tebu 40%), F (Serbuk Parlindungan, A. K. 2000. Pengaruh
gergaji kayu sengon 30% dan bagas tebu Konsentrasi Urea dan TSP di Dalam Air
50%), dan I (Serbuk kayu gergaji sengon 0% Rendaman Baglog Alang- alang
dan bagas tebu 80%) karena biaya produksi terhadap Pertumbuhan dan Produksi
lebih murah dibandingkan dengan biaya Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus).
produksi baglog yang sering digunakan petani Prosiding Seminar Hasil Penelitian
yaitu pada perlakuan A (Serbuk kayu gergaji Dosen UNRI. Pekanbaru.
sengon 80% dan bagas tebu 0%). Disamping Samsuri, M. M. Gozan, R. Mardias, M.
itu, intensitas panen pada perlakuan B, D, E, Baiquni, H. Hermansyah, A.
F, I yaitu 4 kali panen, sehingga dapat Wijanarko, B. Prasetya, dan M.
mengurangi biaya tenaga kerja. Nasikin. 2007. Pemanfaatan Selulosa
Bagas untuk Produksi Ethanol melalui
DAFTAR PUSTAKA Sakarifikasidan Fermentasi Serentak
dengan Enzim Xylanase. Makara,
Febriansyah, A. R. 2009. Kajian C/N Rasio Teknologi. 11 : 17-24.
Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albasia Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi
falcata) terhadap Hasil Jamur Tiram Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi
Putih (Pleorotus ostreatus). Skripsi Pertanian 4(2): 124-130.
Fakultas Pertanian Universitas Suriawiria, U. 1986. Pengantar untuk
Brawijaya. Malang. Mengenal dan Menanam Jamur.
Penerbit Angkasa. Bandung.

You might also like