You are on page 1of 10

MATERI PEMBELAJARAN

ILMU EKONOMI MAKRO SYARI’AH


“Kebijakan Fisikal dan distribusi Ekonomi dalam Islam”

Disusun oleh
Kelompok 7
Devy Juni Pratiwi (503200026)
Shinta Amelia Safitri (503200032)
Rd. M. Bima Al-Ghufron (503200028)

Dosen Pengampu: Eri Nofriza, S. ST., ME

Akuntansi Syari’ah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
TA. 2021/202
1. Pengertian Kebijakan Fiskal
Dari segi definisinya, pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah
demi menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara
bisa bertumbuh baik. Lebih spesifik lagi, menurut OJK pengertian kebijakan fiskal adalah
kebijakan tentang perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah dengan
tujuan ekonomi tertentu. Penerapan kebijakan fiskal di Indonesia sudah ada sejak zaman
penjajahan Belanda, melalui Indische Comptabiliteitswet tahun 1944. Undang-undang tersebut
kemudian diadaptasi pemerintah guna menyusun kebijakan fiskal di Indonesia mulai
Proklamasi sampai tahun 1997 - 2003. Pasca tahun 2003 hingga saat ini, kebijakan fiskal di
Indonesia sudah tidak disadur lagi dari ICW 1944, melainkan berdasarkan pada analisa
perekonomian negara dengan berlandaskan pada UUD 1945. Pihak yang memiliki wewenang
membuat kebijakan fiskal di Indonesia adalah Kementerian Keuangan RI bersama-sama dengan
Presiden.

2. Instrumen Kebijakan Fisikal


Dalam perspektif ekonomi konvensional, Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa dalam
struktur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terdapat beberapa instrumen (alat) dan
cara yang digunakan untuk menghimpun dana guna menjalankan pemerintahan, antara lain:

1. Melakukan Bisnis Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya,


misalnya dengan mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti halnya
perusahaan lain, dari perusahaan negara ini diharapkan memberikan keuntungan yang
dapat digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan negara.
2. Pajak Penghimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak
dari masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak pendapatan,
pajak penjualan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.Pajak yang dikenakan kepada
masyarakat tidak dibedakan terhadap bentuk usahanya sehingga dapat menimbulkan
ketidakstabilan.Pajak juga dibebankan oleh produsen kepada konsumen dengan
menaikkan harga barang/jasa.
3. Meminjam Uang Pemerintah dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-
sumber yang lainnya dengan syarat harusdikembalikan di kemudian
harinya.Masyarakat harus mengetahui dan mendapat informasi yang jelas bahwa di
kemudian hari mereka harus membayar pajak yang lebih besar untuk membayar utang
yang dipinjam hari ini.Meminjam uang hanya bersifat sementara dan tidak boleh
dilakukan secara terus-menerus.

3. Jenis dan Fungsi Kebijakan Fisikal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terbagi menjadi beberapa kategori.
Selengkapnya tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di Indonesia terbagi 3, yaitu kebijakan fiskal fungsional,
terencana, dan insidental.

 Kebijakan Fiskal Fungsional. Pengertian kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan


yang diambil demi meningkatkan kualitas ekonomi secara makro, dengan dampak
yang baru terlihat dalam jangka panjang. Contoh kebijakan fiskal fungsional misalnya
pemberian beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-up, dan sebagainya.

 Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana. Kebijakan fiskal disengaja adalah kebijakan


manipulasi anggaran negara. Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk
menghadapi masalah tertentu, misalnya pandemi dan krisis ekonomi. Contoh
kebijakan fiskal disengaja adalah alokasi APBN bagi sektor kesehatan di masa
pandemi dan relaksasi pajak usaha.

 Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insidental. Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu


kebijakan berupa penetapan keputusan/aturan untuk melindung stabilitas ekonomi
sektor non-pemerintah, contohnya penetapan harga eceran tertinggi.

Dari Segi Penerapan Jenis kebijakan fiskal dari segi implementasinya ada 2, yaitu kebijakan
fiskal ekspansif dan kontraktif.

 Kebijakan Fiskal Ekspansif. Pengertian kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan


yang diambil pemerintah saat ekonomi melemah dengan menaikkan anggaran belanja
serta menurunkan atau meniadakan pajak bagi sektor tertentu. Fungsi kebijakan fiskal
ekspansif adalah demi meningkatkan daya beli barang, sehingga perusahaan tetap bisa
melakukan produksi tanpa memecat pekerja.

 Kebijakan Fiskal Kontraktif. Jenis kebijakan fiskal dari segi penerapan berikutnya
adalah kebijakan fiskal kontraktif, kebijakan menurunkan belanja pemerintah dan
menaikkan pajak. Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk mencegah inflasi dan
mengurangi rasio gini.

Dari Segi Neraca Pembayaran Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca terbagi 4, yaitu kebijakan
fiskal seimbang, surplus, defisit, dan dinamis.

 Kebijakan Fiskal Seimbang. Kebijakan fiskal satu ini diambil untuk menjaga
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran negara. Fungsi kebijakan fiskal satu ini
adalah agar negara tidak punya terlalu banyak hutang. Meski terdengar positif,
regulasi fiskal seimbang memiliki risiko besar, karena tidak semua negara punya
kemampuan memenuhi seluruh kebutuhan warganya.

 Kebijakan Fiskal Surplus. Pengertian kebijakan fiskal surplus adalah jenis kebijakan
fiskal yang diambil ketika pemasukan lebih banyak dari pengeluaran. Fungsi
kebijakan fiskal surplus adalah demi mencegah terjadinya inflasi.

 Kebijakan Fiskal Defisit. Kebalikan dari jenis kebijakan fiskal surplus, kebijakan
fiskal defisit adalah regulasi fiskal guna mengatasi kekurangan pemasukan dibanding
pengeluaran. Salah satu contoh kebijakan fiskal defisit adalah utang luar negeri.

 Kebijakan Fiskal Dinamis. Jenis kebijakan fiskal terakhir dari segi penerapan adalah
regulasi fiskal dinamis, yaitu kebijakan ekonomi yang diambil sewaktu-waktu saat
negara membutuhkan.

Fungsi Kebijakan Fiskal:

Fungsi kebijakan fiskal diatur dalam Undang-Undang No.17 tahun 2003 Pasal 3 ayat 4 tentang
Keuangan Negara, undang-undang tersebut berisi mengenai fungsi otoritas, perencanaan,
pengawasan, alokasi, stabilitas serta distribusi.
1. Fungsi Otoritas. Fungsi pertama dari kebijakan fiskal adalah otoritas, artinya kebijakan
fiskal berfungsi ketika anggaran negara telah menjadi pedoman yang digunakan untuk
mencari pendapatan serta belanja pada tahun tertentu dan bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan. Fungsi keduanya adalah sebagai perencanaan. Artinya, kebijakan
fiskal berfungsi ketika anggaran dari suatu negara telah menjadi dasar bagi manajemen
dalam merencanakan anggaran tahun yang bersangkutan saat itu.
3. Fungsi Pengawasan. Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran suatu negara telah
menjadi dasar manajemen untuk merencanakan anggaran tahun yang bersangkutan.
4. Fungsi Alokasi. Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran negara dialokasikan dengan
tujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran serta pemborosan sumber daya. Fungsi
alokasi juga dapat menambah efisiensi serta efektivitas ekonomi dari suatu negara.
5. Fungsi Stabilisasi. Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran pemerintah digunakan
untuk menjadi alat yang bertujuan untuk memelihara serta melakukan upaya atas
keseimbangan fundamental dari perekonomian negara tersebut.
6. Fungsi Distribusi. Kebijakan fiskal berfungsi ketika negara membuat suatu kebijakan
anggaran dengan adil dan dengan rasa kepatutan.

5. Distribusi Ekonomi dalam Islam


Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai makna yang lebih luas mencakup pengaturan
kepemilikan, unsur-unsur produksi,dan sumber-sumber kekayaan. Dalam ekonomi Islam diatur
kaidah distribusi pendapatan, baik antara unsur-unsur produksi maupun distribusi dalam sistem
jaminan sosial.

Islam memberikan batas-batas tertentu dalam berusaha, memiliki kekayaan dan


mentransaksikannya. Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-Quran telah menetapkan
langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat
secara objektif, seperti memperkenalkan hukum waris yang memberikan batas kekuasaan bagi
pemilik harta dengan maksud membagi semua harta kekayaan kepada semua karib kerabat
apabila seseorang meninggal dunia. Begitu pula dengan hukum zakat, infaq, sadaqah, dan bentuk
pemberian lainnya juga diatur untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yang membutuhkan.
6. Kebijakan Fisikal dari sisi penerimaan dan pengeluaran negara

DAMPAK pandemi covid-19 cukup luas terhadap kegiatan perekonomian masyarakat maupun
para pelaku ekonomi, khususnya di sektor pariwisata dan manufaktur. Kondisi ini tentu
berdampak pada perputaran roda perekonomian di dalam negeri. Tak hanya itu, perekonomian
secara global otomatis juga terganggu. Peranan pemerintah dalam meningkatkan pembangunan
ekonomi serta memacu pertumbuhan ekonomi, terutama di negara yang sedang berkembang,
dilakukan melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

Penerimaan Negara

Pertumbuhan komponen penerimaan pajak pada 2020 masih bersumber dari pajak atas
konsumsi rumah tangga, meskipun penerimaan pajak juga masih dipengaruhi tekanan akibat tren
pelemahan industri manufaktur dan aktivitas perdagangan internasional, serta pelemahan
aktivitas ekonomi akibat penyebaran covid-19. Adanya work from home (WFH) di sektor
pemerintah maupun swasta pada Maret 2020, mulai terjadi perlambatan kegiatan usaha yang
berakibat menurunnya penyerahan dalam negeri. Dampaknya menekan penerimaan pajak
pertambahan nilai dalam negeri (PPN DN) di bulan berikutnya pada 2020. . Mengatasi kebijakan
pemerintah terhadap dampak tersebut, pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa
relaksasi pembayaran PPh Pasal 29 OP dan pelaporan SPT PPh OP. Kebijakan makro-mikro
penanggulangan wabah covid-19 diharapkan akan dapat mempertahankan ekspektasi positif
semua entitas ekonomi, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pengeluaran Negara

Dalam menghadapi dampak pandemi ini, Pemerintah mengambil beberapa kebijakan yaitu;
dukungan terhadap bidang kesehatan, insentif bulanan tenaga medis, perlindungan sosial, tarif
listrik, menaikkan anggaran kartu pra kerja, pemulihan ekonomi, antisipasi defisit APBN,
nasabah KUR dapat keringanan angsuran, bidang non fiskal, refokusing dan relokasi belanja,
menyiapkanPerppu. Keputusan pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk wabah covid-
19, relatif tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju yang mencatat kasus positif dan
kematian akibat korona tertinggi di dunia.
Anggaran penanggulangan pandemi covid-19 dan sektor terdampak yang dialokasikan
Pemerintah Indonesia termasuk besar. Di bidang fiskal, Pemerintah melakukan kebijakan
refocusing kegiatan dan realokasi anggaran. Dari sisi penerimaan, pemerintah harus
memperhatikan pemberian kontribusi penerimaan dari PPN dan PPh Badan dan dari sisi
pengeluaran. Pemerintah harus mampu memperhatikan realisasi penggunaan dana tersebut agar
tepat sasaran dan mengutamakan kegiatan prioritas pencegahan pandemic untuk menekan defisit
anggaran. .

7. Instrumen Kebijakan Fisikal Islami

 Jizyah, adalah pajak perlindungan yang diberikan kepada penduduk non-Muslim pada
suatu negara dibawah pengaturan Islam.
 Ghanimah, adalah harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu wilayah yang
didahului dengan peperangan.
 Fa’I, yakni harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu wilayah tanpa melalui
peperangan artinya penduduk kabur, tidak mengadakan perlawanan, atau terjadinya
kesepakatan damai.
 Zakat, adalah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang yang beragama islam
dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahiq zakat).
 Ushr, merupakan pajak yang harus dibayar oleh para pedagang muslim maupun non-
muslim atau dikenal dengan bea cukai.
 Kharaj, merupakan pajak yang dibebankan kepada tanah-tanah yang ditaklukkan ole
kaum muslim yang dibiarkan tetap dimiliki sebelumnya guna untuk produktivitaskan
tanah tersebut (hasil pertanian).
 Nawaib, merupakan pajak yang dibebankan kepada orang kaya muslim dikarenakan
negara kekurangan dana akibat perang yang panjang dan menghabiskan kas negara.
 Amwal Fahla, berasal dari harta kaum muslim yang meninggal tanpa ahli waris, atau
berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negrinya.
8. Tujuan Kebijakan Fiskal
 Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara. Poin pertama tujuan
kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas sekaligus mengembangkan
kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan fiskal diharapkan mampu
mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan memperbaiki masalah di
dalamnya, mulai dari sektor korporat, perbankan, hingga usaha mikro.
 Meningkatkan Kualitas SDM. Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah
meningkatkan kualitas SDM masyarakat, terutama dari segi teknologi dan
perekonomian. Apabila kualitas SDM meningkat, harapannya SDM tersebut
punya kapabilitas bersaing di dunia kerja nasional dan internasional, sehingga
bisa meningkat kesejahteraan hidupnya.
 Menjaga Stabilitas Harga Barang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga
barang dalam pasar, mulai dari faktor positif seperti meningkatnya demand
sampai faktor negatif seperti terjadinya penimbunan dan monopoli. Salah satu
tujuan kebijakan fiskal di Indonesia adalah demi menjaga harga barang tetap
terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari fluktuasi karena pihak tidak
bertanggungjawab.
 Mendorong Investasi. Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk
menciptakan iklim investasi lebih baik bagi pelaku pasar modal, utamanya
investor. Sehingga negara bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari pajak
usaha.

9. Kebijakan Fiskal Islami


Kebijakan fiskal menurut ekonomi Islam diharapkan melaksanakan fungsi alokasi, distribusi
dan stabilisasi dalam suatu negara yang mempunyai ciri khas tertentu dari nilai orientasi, dimensi
etik dan sosial dalam pendapatan dan pengeluaran negara Islam.Sistem perpajakan Islam harus
menjamin bahwa hanya golongan kaya dan makmur yang mempunyai kelebihanlah yang
memikul beban utama pajak. Adapun ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam adalah :

1. Pengeluaran negara dilakukan berdasarkan pendapatan, sehingga jarang terjadi


defisit anggaran.
2. Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam dibebankan berdasarkan
tingkat produktifitas. Misalnya kharaj, besarnya pajak ditentukan berdasarkan
tingkat kesuburan tanah, metode irigasi maupun jenis tanaman.
3. Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah barang.
Misalnya zakat perdagangan, yang dikeluarkan zakatnya adalah hasil keuntungan,
sehingga tidak ada pembebanan terhadap biaya produksi.

Pada masa kenabian hingga masa kekhalifahan, kaum muslimin cukup berpengalaman dalam
menerapkan beberapa instrument sebagai kebijakan fiskal yang diselenggarakan pada lembaga
baitulmal.Sejarah Islam telah mencatat bagaimana perkembangan peran kebijakan fiskal dalam
sistem ekonomi Islam, mulai dari zaman awal Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada
zaman pertengahan.Setelah zaman pertengahan, seiring dengan kemunduran-kemunduran dalam
pemerintahan Islam yang ada pada waktu itu, maka kebijakan fiskal islami sedikit demi sedikit
mulai ditinggalkan dan digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem ekonomi sekarang
yang dikenal dengan sistem ekonomi konvensional.

10. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kebijakan fiskal dapat diartikan
sebagai langkahlangkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak
atau dalam perbelanjaannya yang bertujuan mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Perbedaan mendasar dari kebijakan fiskal Islam dengan konvensional atau Modern adalah terkait
kesejahteraan yang akan dicapai. Di mana konsep kesejahteraan hidup yang ingin dicapai dalam
kebijakan fiskal konvensionaal atau modern adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum
bagi individu dalam kehidupan tanpa memandang kebutuhan spiritual manusia, sementara dalam
sistem Islam konsep kesejahteraannya sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat
serta peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/08/12/kebijakan-fiskal-adalah

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kebijakan-fiskal/

https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/alqisthu/article/view/798

http://jurnalfebi.uinsby.ac.id/index.php/oje/article/download/20/18#:~:text=Sedangkan%20dalam
%20Islam%2C%20kebijakan%20fiskal,mekanisme%20distribusi%20ekonomi%20yang%20adil.

http://www.forshei.org/2020/02/kebijakan-fiskal-dalam-islam.html?m=1

Amalia, Euis. (2005). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta Pustaka Asatruss.

Karim, Adiwarman A. (2007). Ekonomi Makro Islam. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

Karim, Adiwarman Azwar. (2016). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Mannan, Abdul. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dhana Bakti Wakaf.

You might also like