Professional Documents
Culture Documents
Makalah Interkom Kel8
Makalah Interkom Kel8
Disusun Oleh:
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini ditujukan
untuk memenuhi tugas kelompok mata kulian Perkembangan Interaksi dan
Komunikasi dengan judul “STRATEGI PENGEMBANGAN ANAK DENGAN
GANGGUAN BICARA (GANGGUAN ARTIKULASI”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Tati Hernawati, M. Pd.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Interaksi dan Komunikasi. Tidak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman karena telah bekerjasama
untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini kami sadari belumlah sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk membuat makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Kami mengharapkan makalah yang kami susun bernilai baik, karena itu
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penilis maupun pembaca. Kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
1 Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Gangguan Bicara (Gangguan Artikulasi) ................................................ 6
2.2 Penyebab Gangguan Bicara (Gangguan Artikulasi) ................................................. 7
2.3 Karakterisktik Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi) ..................................... 8
2.4 Penanganan Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi) ......................................... 9
2.5 Strategi Pengembangan Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi) .................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 17
3.2 SARAN ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu hambatan tersebut adalah gangguan bicara (gangguan artikulasi) yang
tentunya hambatan ini akan menyulitkan individu tersebut untuk berinteraksi dengan
orang lain. Berdasarkan hal tersebut, penyusun akan membuat makalah ini agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami bagaimana strategi yang tepat untuk
menentukan strategi pengembangan anak dengan gangguan bicara (gangguan
artikulasi).
4
4. Bagaimana penangaan pada anak dengan gangguan bicara (gangguan
artikulasi)
5. Bagaimana Strategi pengembangan bagi anak dengan gangguan bicara
(gangguan artikulasi)?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami apa itu gangguan bicara (gangguan artikulasi)
2. Dapat mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi penyebab anak
mengalami gangguan bicara (gangguan artikulasi).
3. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik anak gangguan
bicara (gangguan artikulasi).
4. Dapat mengetahui cara penanganan untuk anak dengan gangguan artikulasi
5. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana strategi yang tepat untuk
menentukan strategi pengembangan anak dengan gangguan bicara (gangguan
artikulasi).
5
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami “apa itu gangguan bicara” berikut merupakan pengertian
menurut beberapa ahli:
Dapat disimpulkan bahwa, bicara adalah salah satu bentuk kumunikasi dalam
bentuk mengungkapkan pikiran menggunakan bunyi atau kata-kata dengan artikulasi
yang jelas. Jadi dapat dikatakan bahwa, gangguan bicara adalah masalah dalam
mengungkapkan pikiran dan mengungkap kata-kata dalam bentuk suara dengan
artikulasi yang jelas.
6
Gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap),
afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta
keterlambatan dalam bicara (Masitoh, 2019). Gangguan bicara berhubungan dengan
permasalahan yang terjadi pada bagian otot mulut dan fungsi pendengaran. Gangguan
bicara dapat diatasi dengan pencengahan secara dini oleh orang tua dan juga
dukungan dari lingkungan.
1. Faktor fungsional yaitu faktor yang berkenaan dengan adat kebiasaan anak
atau intervensi yang secara langsung dan tidak langsung memberikan
kontribusi terhdap terjadinya gangguan bicara anak.
a. Metoda mengajar yang rendah atau tidak konsisten dari orang tua dalam
menstimulasi berbicara anak.
b. Kurangnya model bicara
2. Faktor organik yaitu faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik anak yang
berfungsi mendukung kelancaran bicaranya.
a. Cerebral Palsy
b. Gangguan perspesi pendengaran
c. Keadaan yang abnormal pada mulut dan muka
7
d. Rendahnya koordinasi otot-otot bicara
e. Keadaan langit-langit yang tinggi dan sempit, sehingga membatasi ruang
gerak lidah atau terjadi selah langit-langit.
8
4. Adisi, yaitu terjadi penambahan huruf-huruf konsonan pada kata yang
diucapkannya, seperti foto diucapkan forto.
1. Latihan Pendengaran
Yaitu latihan membedakan bunyi huruf yang tertukar, seperti
membedakan bunyi huruf k dengan t, bunyi huruf g dengan d, bunyi huruf ng
dengan n, dan seterusnya. Latihan membedakan bunyi huruf diterapkan dalam
suku kata atau kata.
9
masih dicampur dengan suku kata lain. Misalnya: ka – do – ku – tu – ti – bo
– ki, dsb.
Keempat, Ortopedagog hanya mengucapkan suku kata yang dimulai
dengan huruf t dan k, misalnya: ka – ti – ku – ta – ko – ki. Kemudian anak
diminta untuk menaruh balok ke dalam kotak yang sesuai.
2. Latihan Pengucapan
1) Latihan Pengucapan huruf k
Anak diminta mengucapkan suku kata ka sambil meletakkan telunjuk
atau spateldi atas lidah. Penggunaan telunjuk/spatel tersebut dimaksudkan
agar lidah tidak menyentuh lengkung kaki gigi atas, sehinggag tidak terbentuk
bunyi ta dan keluar bunyi ka. Penggunaan telunjuk/spatel ini lama kelamaan
harus dikurangi, sampai anak dapat mengeluarkan bunyi ka tanpa
menggunakan telunjuk/spatel. Latihan selanjutnya anak diminta mengucapkan
ko – ko – ko kemudian aka – aka – aka, dsb.
2) Latihan Pengucapan huruf g
10
sambil merasakan perbedaan letupan udara pada punggung tangan di depan
mulut. Latihan selanjutnya anak mengucapkan kata caca, cucu, coco, cica,
dsb.
Anak dilatih dulu mengucapkan suku kata dengan huruf r pada posisi
akhir (seperti barrr; birrr, korrr). Setelah bisa, anak dilatih untuk
mengucapkan kata huruf r pada posisi tengah (barrr-u, birrrr-u. Korrrr-
an). Makin lama makin cepat ucapannya hingga ia dapat mengucapkan kata
baru, biru, dan koran. Setelah itu anak dilatih untuk mengucapkan huruf r
pada posisi awal kata.
11
yaitu anak diminta menyebutkan nama gambar yang diperlihatkan
Ortopedagog.
a) Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf k, ortopedagog
memperlihatkan gambar kata, kaki, bebek, dsb. Bergantian dengan
gambar tupai, pita, dsb
b) Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf g, ortopedagog
memperlihatkan gambar gigi. Gelas, gajah bergantian dengan
gambar daun,dagu, dsb.
c) Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf ng, pelatih
memperlihatkan gambar tangan, mangga, tangga, dsb. Bergantian
dengan gambar nanas, panah, jendela, dsb.
d) Untuk mengotomatisasi huruf c, pelatih memperlihatkan gambar
cecak, capung, becak, dsb. Bergantian dengan gambar angka tujuh,
pita, dsb.
e) Untuk mengotomatisasi pengucapan huruf ny, pelatih
memperlihatkan gambar nyamuk, nyanyi, dsb. Bergantian dengan
gambar nanas, nenek, dsb.
f) Untuk mengotomatisasi pengucapan huruf s, pelatih
memperlihatkan gambar sendok, sikat, bis, dsb. Bergantian dengan
gambar angka tujuh dan tiga, tupai, dsb.
g) Untuk mengotomatisasi prengucapan huruf r, pelatih
memperlihatkan gambar roti, Koran, ember, dsb. Bergantian
dengan gambar lidah, balon, pel, dsb.
4. Latihan Konversasi atau Percakapan
Tujuannya untuk memperlancar pengucapannya, yaitu dengan cara
pelatih mengajukan pertanyaan kepada anka yang jawabannya harus
mengandung kata-kata dengan huruf-huruf yang ditukar.
Sistematika intervensi gangguan artikulasi tipe subtitusi ini dilakukan
per huruf melalui empat tahapan. Misalnya intervensi dimulai dengan
12
memperbaiki pengucapan huruf k. Intervensi tersebut dilakukan melalui
latihan pendengaran, pengucapan, mengotomatisasi pola ucapan serta
konversasi khusus untuk pengucapan huruf k. Setelah berhasil, baru
dilanjutkan dengan huruf lain, dengan tahapan yang sama.
B. Tipe Omisi
Pada gangguan artikulasi tipe omisi ini, klien menghilangkan huruf n (posisi
tengah) pada kata cincin dan tanti sehingga diucapkan cicin dan tati, serta
menghilangkan huruf s pada kata mesjid menjadi mejid. Oleh karena anak tersebut
dapat mengucapkan huruf n pada mengucapkan huruf n pada posisi akhir, maka hal
itu dijadikan dasar latihan. Anak dilatih mengucapkan:
Cin…;cin…;cin…
Tan – tan ti – ti
Tan ti
Tanti
Untuk melatih pengucapan kata mejid. Terlebih dahulu anak dilatih pengucapan s
pada posisi akhir misanlnya suku kata bis dan bos. Kemudian mengucapkan:
Mes…;mes…;mes…
13
Makin lama ucapannya makin cepat hingga anak dapat mengucapkan kata mesjid
dengan benar.
C. Tipe Distorsi
Pada gangguan tipe distorsi ini, anak mengganti dan menghilangkan atau
mengganti dan menambah huruf sekaligus pada satu kata sehingga bunyinya jadi
lebih kacau, seperti kata tinta diucapkan nita; dagu diucapkan dardu; kodok
diucapkan tordok; dan rokok diucapkan rorto.
Tin- tin ta – ta
Tin; ta
Tinta
Da – da – da gu – gu – gu
Da – da gu – gu
Da gu
Dagu
14
D. Tipe Adisi
Gangguan pada tipe ini yaitu anak menambah fonem atau huruf pada kata
seperti foto diucapkan forto. Oleh karena anak tersebut dapat mengucapkan huruf t
pada posisi terakhir, maka dalam latihan ini anak diminta untuk mengucapkan:
fo – fo to to – to
fot to
foto
1. Asesmen; bertujuan untuk mendapatkan data awal sebagai bahan yang harus
dikaji dan dianalisis dengan melakukan tes organ artikulasi, tes pengucapan
fonem, dan tes kemampuan bahasa.
2. Diagnosis dan pragnosis; setelah terkumpul data, selanjutnya data digunakan
sebagai bahan untuk menetapkan diagnosis dan jenis gangguan untuk
15
membuat prognosis tentang sejauh mana kemajuan optimal yang bisa dicapai
anak.
3. Perencanaan terapi; untuk menentukan tujuan dan program (jangka panjang,
jangka pendek dan harian), perencanaan penggunaan alat, perencanaan
rujukan (jika diperlukan), dan perencanaan evaluasi.
4. Pelaksanaan terapi; harus mengacu pada tujuan, metode dan fasilitas yang
digunakan.
5. Evaluasi; menilai kembali kondidi anak dengan kondisi setelah diberikan
terapi dengan data sebelum terapi, hasilnya digunakan untuk membuat
program selanjutnya.
6. Pelaporan hasil; laporan pelaksanaan dari asesmen sampai selesai program
terapi dan evaluasi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gangguan artikulasi ialah salah satu pemghambat pada saat melakukan
interaksi dan komunikasi. Terdapat dua penyebab terjadinya gangguan artikulasi pada
anak, yaitu faktor fungsional yang berkenaan dengan adat kebiasaan anak dan faktor
organik yang berkaitan dengan kondisi fisik anak. Anak dengan gangguan artikulasi
memiliki karakteristik penngucapan suara dalam bicaranya tidak sempurna dan
mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf konsonan seperti R, L,K, dan
S. Terdapat empat tipe gangguan artikulasi, yaitu: 1) Subtitusi (terjadinya
penggantian fonem), 2) Omisi (terjadinya penghilangan fonem), 3) Distorsi (terjadi
kekacauan pengucapan), dan 4) Adisi (terjadi penambahan huruf-huruf konsonan).
Penanganan yang dapat dilakukan dengan cara latihan pendengaran, latihan
pengucapan, latihan mengotomatisir pola ucapan, dan latihan konversasi atau
percakapan. Langkah strategis untuk pengembangan pada anak dengan gangguan
artikulasi ialah dengan asesmen, diagnosis & pragnosis, perencanaan terapi,
pelaksanaan terapi, evaluasi, dan pelaporan hasil.
3.2 SARAN
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik
dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, mohon berikan
saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., Rendra, W. S., OPP, O. P. P., & Bali, L. A. Gangguan Berbicara.
Gunawan,D. (2012). Gangguan Artikulasi.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19621121198403
1DUDI_GUNAWAN/GANGGUAN_ARTIKULASI_[Compatibility_Mode].pdf
Hernawati,T. (2003). “Intervensi untuk Anak yang Gangguan Artikulasi”. Jurnal
JASSI anakku 2. (1). 1-8.
Listia, W. N. (2015). Anak sebagai makhluk sosial. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas,
1(1), 14-23.
Masitoh. (2019). Gangguan Bahasa Dalam Perkembangan Bicara Anak.
https://jurnal.umko.ac.id/index.php/elsa/article/download/105/84
Nadwa. (2013). “Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak
Terlambat Bicara”. Jurnal Pendidikan Islam 7. (1). 30.
Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Bentuk Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
18