You are on page 1of 18

MAKALAH

STRATEGI PENGEMBANGAN ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA


(GANGGUAN ARTIKULASI)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengembangan Interaksi dan
Komunikasi yang diampu oleh Hj. Tati Hernawati, M.Pd. dan Dr. H. Dudi Gunawan,
M. Pd.

Disusun Oleh:

Fitrya Nurfazrianty (2103223)

Ibnu Aqil (2102854)

Isya Nurfitri (2100504)

Wafda Arafah Khairunnisa (2101259)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini ditujukan
untuk memenuhi tugas kelompok mata kulian Perkembangan Interaksi dan
Komunikasi dengan judul “STRATEGI PENGEMBANGAN ANAK DENGAN
GANGGUAN BICARA (GANGGUAN ARTIKULASI”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Tati Hernawati, M. Pd.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Interaksi dan Komunikasi. Tidak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman karena telah bekerjasama
untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini kami sadari belumlah sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk membuat makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Kami mengharapkan makalah yang kami susun bernilai baik, karena itu
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penilis maupun pembaca. Kami
ucapkan terima kasih.

Bandung, April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

1 Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Gangguan Bicara (Gangguan Artikulasi) ................................................ 6
2.2 Penyebab Gangguan Bicara (Gangguan Artikulasi) ................................................. 7
2.3 Karakterisktik Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi) ..................................... 8
2.4 Penanganan Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi) ......................................... 9
2.5 Strategi Pengembangan Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi) .................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 17
3.2 SARAN ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia pada hakikatnya memiliki dua peran. Yaitu sebagai makhluk individu
dan juga sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia
tidak bisa hidup sendirian dan memerlukan bantuan orang lain dalam menjalani
hidupnya. Maka dari itu manusia akan terus berinteraksi dan berkomunikasi dengan
manusia lainnya. Manusia belum bisa dikatakan manusia bila manusia tersebut tidak
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.

Interaksi dan komunikasi sendiri merupakan suatu keadaan dimana individu


saling berhubungan dan mempengaruhi dengan individu lainnya dan juga saling
menyampaikan ataupun bertukar informasi. Dalam berkomunikasi tentu kecakapan,
kefasihan dan artikulasi dalam berbicara merupakan hal yang sangat penting, namun
dalam berkomunikasi ada sebagian orang yang mengalami hambatan yang tentunya
akan menghambat proses interaksi dan komunikasi.

Salah satu hambatan tersebut adalah gangguan bicara (gangguan artikulasi) yang
tentunya hambatan ini akan menyulitkan individu tersebut untuk berinteraksi dengan
orang lain. Berdasarkan hal tersebut, penyusun akan membuat makalah ini agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami bagaimana strategi yang tepat untuk
menentukan strategi pengembangan anak dengan gangguan bicara (gangguan
artikulasi).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan gangguan bicara (gangguan artikulasi
2. Apa saja faktor yang menyebabkan anak mengalami gangguan bicara
(gangguan artikulasi)?
3. Bagaimana karakteristik anak dengan gangguan bicara (gangguan artikulasi)?

4
4. Bagaimana penangaan pada anak dengan gangguan bicara (gangguan
artikulasi)
5. Bagaimana Strategi pengembangan bagi anak dengan gangguan bicara
(gangguan artikulasi)?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami apa itu gangguan bicara (gangguan artikulasi)
2. Dapat mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi penyebab anak
mengalami gangguan bicara (gangguan artikulasi).
3. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik anak gangguan
bicara (gangguan artikulasi).
4. Dapat mengetahui cara penanganan untuk anak dengan gangguan artikulasi
5. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana strategi yang tepat untuk
menentukan strategi pengembangan anak dengan gangguan bicara (gangguan
artikulasi).

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Bicara (Gangguan Artikulasi)


Berbicara merupakan dalah satu cara untuk mengungkapkan keinginan. Bicara
merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan karena dengan berbicara orang lain
akan mengetahui apa yang kita inginkan tanpa harus menggunakan hal-hal yang
buruk dalam memperoleh sesuatu. Ketika dalam mengungkapkan keinginan terjadi
masalah seperti Bahasa yang kurang dipahami maka itu merupakan bentuk dari
gangguan bicara.

Untuk lebih memahami “apa itu gangguan bicara” berikut merupakan pengertian
menurut beberapa ahli:

a. Menurut Taringan, bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi


artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. (Tarigan, 2008)
b. Menurut Moris dan Novia, berbicara merupakan alat komunikasi yang
anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk
tingkah laku sosial.
c. Menurut Nuraeni, berbicara adalah proses penyampaian informasi dari
pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,
Sikap dan keterampilan pendengar sebagai Akibat dari informasi yang
diterimanya.

Dapat disimpulkan bahwa, bicara adalah salah satu bentuk kumunikasi dalam
bentuk mengungkapkan pikiran menggunakan bunyi atau kata-kata dengan artikulasi
yang jelas. Jadi dapat dikatakan bahwa, gangguan bicara adalah masalah dalam
mengungkapkan pikiran dan mengungkap kata-kata dalam bentuk suara dengan
artikulasi yang jelas.

6
Gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap),
afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta
keterlambatan dalam bicara (Masitoh, 2019). Gangguan bicara berhubungan dengan
permasalahan yang terjadi pada bagian otot mulut dan fungsi pendengaran. Gangguan
bicara dapat diatasi dengan pencengahan secara dini oleh orang tua dan juga
dukungan dari lingkungan.

2.2 Penyebab Gangguan Bicara (Gangguan Artikulasi)


Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan palatal.
Ganguan artikulasi ini dapat diakibatkan oleh kangker mulut dan tenggorokan,
kecelakaan, bawaan lahir, atau faktor lain yang mengakibatkan rusaknya organ
bicara. Orang yang mengalami gangguan artikulasi biasanya bermasalah atau keliru
dalam melafalkan bunyi. Beberapa kesalahan artikulasi juga dipengaruhi oleh faktor
bahasa ibu dan dialek daerah. Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis
juga dapat mengakibatkan gangguan artikulasi.

Gangguan artikulasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor fungsional maupun


organik.

1. Faktor fungsional yaitu faktor yang berkenaan dengan adat kebiasaan anak
atau intervensi yang secara langsung dan tidak langsung memberikan
kontribusi terhdap terjadinya gangguan bicara anak.
a. Metoda mengajar yang rendah atau tidak konsisten dari orang tua dalam
menstimulasi berbicara anak.
b. Kurangnya model bicara
2. Faktor organik yaitu faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik anak yang
berfungsi mendukung kelancaran bicaranya.
a. Cerebral Palsy
b. Gangguan perspesi pendengaran
c. Keadaan yang abnormal pada mulut dan muka

7
d. Rendahnya koordinasi otot-otot bicara
e. Keadaan langit-langit yang tinggi dan sempit, sehingga membatasi ruang
gerak lidah atau terjadi selah langit-langit.

2.3 Karakterisktik Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi)


Cara untuk mengenali anak dengan gangguan artikulasi yaitu dengan mengetahui
karakteristik pada gangguan artikulasi. Berikut karakteristik anak dengan gangguan
artikulasi:

1. Pengungkapan suara dalam bicaranya tidak sempurna, tidak konsisten atau


tidak tepat.
2. Mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf konsonan seperti R,
L,K, dan S.
3. Pola-pola gangguan artikulasi pada umumnya terjadi seperti pola ucapan bayi
(baby talk); tidak mampu mengartikulasikan konsonan secara tepat ( lisping),
atau ketidakmampuan lidah untuk mengucapkan huruf-huruf konsonan
seperti: R, L,T,K, atau S.

Selain mengetahui karakteristik pada gangguan artikulasi, perlu juga mengetahui


tipe-tipe yang ada pada gangguan artikulasi untuk memudahkan pada saat melakukan
asesmen. Berikut tipe-tipe gangguan artikulasi:

1. Subtitusi, yaitu terjadinya penggantian fonem, seperti kakak diucapkan tata ;


gigi diucapkan didi.
2. Omisi , yaitu terjadinya penghilangan fonem atau adanya huruf-huruf
konsonan yang tidak diproduksi/tidak diucapkan, seperti rumah diucapkan
umah.
3. Distorsi, yaitu berusaha mendekati ucapan yang benar, tetapi terjadi
kekacauan, seperti saya diucapkan zaya, huruf L diucapkan antara huruf R dan
L.

8
4. Adisi, yaitu terjadi penambahan huruf-huruf konsonan pada kata yang
diucapkannya, seperti foto diucapkan forto.

2.4 Penanganan Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi)


A. Tipe Substitusi

Intervensi gangguan artikulasi tipe substitusi, dilakukna melalui empat


tahapan, yaitu latihan pendengaran, pengucapan, mengotomatisasi pola ucapan, serta
percakapan.

1. Latihan Pendengaran
Yaitu latihan membedakan bunyi huruf yang tertukar, seperti
membedakan bunyi huruf k dengan t, bunyi huruf g dengan d, bunyi huruf ng
dengan n, dan seterusnya. Latihan membedakan bunyi huruf diterapkan dalam
suku kata atau kata.

Latihannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:


Pertama, anak diminta menaruh balok kecil (dapat diganti dengan
benda kecil lainnya) ke dalam suatu tempat/kotak bila ia mendengar bunyi
huruf k. Ortopedagog mengucapkan suku kata yang mengandung huruf k dan
suku kata yang mengandung huruf lain selain huruf t. Misalnya: ka – mu –
ku – ki – go – ba – ko, dsb.
Kedua, anak diminta menaruh balok di kotak jika ia mendengar bunyi
huruf t. Ortopedagog mengucapkan suku kata yang mengandung huruf t dan
suku kata yang mengandung huruf lain selain k. Misalnya: ta – do – to – tu –
di – bu – ti.
Ketiga, anak diminta menaruh balok di kotak k jika ia mendengar
bunyi huruf k dan menaruh balok di kotak t bila ia mendengar bunyi huruf t.
Ortopedagog mengucapkan suku kata yang mengandung huruf k dan t, serta

9
masih dicampur dengan suku kata lain. Misalnya: ka – do – ku – tu – ti – bo
– ki, dsb.
Keempat, Ortopedagog hanya mengucapkan suku kata yang dimulai
dengan huruf t dan k, misalnya: ka – ti – ku – ta – ko – ki. Kemudian anak
diminta untuk menaruh balok ke dalam kotak yang sesuai.
2. Latihan Pengucapan
1) Latihan Pengucapan huruf k
Anak diminta mengucapkan suku kata ka sambil meletakkan telunjuk
atau spateldi atas lidah. Penggunaan telunjuk/spatel tersebut dimaksudkan
agar lidah tidak menyentuh lengkung kaki gigi atas, sehinggag tidak terbentuk
bunyi ta dan keluar bunyi ka. Penggunaan telunjuk/spatel ini lama kelamaan
harus dikurangi, sampai anak dapat mengeluarkan bunyi ka tanpa
menggunakan telunjuk/spatel. Latihan selanjutnya anak diminta mengucapkan
ko – ko – ko kemudian aka – aka – aka, dsb.
2) Latihan Pengucapan huruf g

Anak diminta mengucapkan kata gigi sambil meletakkan


telunjuk/spatel di atas lidah. Latihan selanjutnya anak mengucapkan kata
gaga, gogo, gugu, gege dengan cara yang sama.

3) Latihan Pengucapan huruf ng

Anak diminta menirukan ucapan ng sambil melihat posisi lidah pada


cermin serta menjelaskan posisi lidah yang berbeda pada waktu mengucapkan
ng dan n. Selanjutnya anak meraban ma-ma-ma; na-na-na; dan nga-nga-
nga.

4) Latihan Pengucapan huruf c

Anak diminta untuk menempelkan ujung lidah pada lengkung kaki


bawah, kemudian mengucapkan kata cici sambil telunjuknya menekan ujung
lidah tersebut. Di samping itu juga anak mengucapkan ceh-ceh dan teh-teh

10
sambil merasakan perbedaan letupan udara pada punggung tangan di depan
mulut. Latihan selanjutnya anak mengucapkan kata caca, cucu, coco, cica,
dsb.

5) Latihan Pengucapan huruf ny

Anak diminta mengucapkan kata nyanyi sambil menekan ujung lidah


dengan telunjuknya. Dengan cara yang sama anak mengucapkan kata
nyenyak.

6) Latihan Pengucapan huruf s

Anak diminta untuk mendesis (essssss….; ussssss….) kemudian


menirukan ucapan bussss, bisss, dan bosss. Setelah itu anak diminta
mengucapkan kata dengan huruf a dibelakang (busss-a; bisss – a; bosss –
an). Makin lama makin cepat pengucapannya sehingga akhirnya ia dapat
mengucapkan kata busa, bias, dan bosan. Setelah anak dapat mengucapkan
huruf s pada posisi tengah, baru kemudian dilatih untuk mengucapkan huruf s
pada posisi awal kata.

7) Latihan Pengucapan huruf r

Anak dilatih dulu mengucapkan suku kata dengan huruf r pada posisi
akhir (seperti barrr; birrr, korrr). Setelah bisa, anak dilatih untuk
mengucapkan kata huruf r pada posisi tengah (barrr-u, birrrr-u. Korrrr-
an). Makin lama makin cepat ucapannya hingga ia dapat mengucapkan kata
baru, biru, dan koran. Setelah itu anak dilatih untuk mengucapkan huruf r
pada posisi awal kata.

3. Latihan untuk Mengotomatisir Pola Ucapan


Untuk latihan ini diperlukan alat-alat peraga yang berupa benda asli
atau gambar-gambar yang mengandung huruf-huruf yang ditukar. Caranya

11
yaitu anak diminta menyebutkan nama gambar yang diperlihatkan
Ortopedagog.
a) Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf k, ortopedagog
memperlihatkan gambar kata, kaki, bebek, dsb. Bergantian dengan
gambar tupai, pita, dsb
b) Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf g, ortopedagog
memperlihatkan gambar gigi. Gelas, gajah bergantian dengan
gambar daun,dagu, dsb.
c) Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf ng, pelatih
memperlihatkan gambar tangan, mangga, tangga, dsb. Bergantian
dengan gambar nanas, panah, jendela, dsb.
d) Untuk mengotomatisasi huruf c, pelatih memperlihatkan gambar
cecak, capung, becak, dsb. Bergantian dengan gambar angka tujuh,
pita, dsb.
e) Untuk mengotomatisasi pengucapan huruf ny, pelatih
memperlihatkan gambar nyamuk, nyanyi, dsb. Bergantian dengan
gambar nanas, nenek, dsb.
f) Untuk mengotomatisasi pengucapan huruf s, pelatih
memperlihatkan gambar sendok, sikat, bis, dsb. Bergantian dengan
gambar angka tujuh dan tiga, tupai, dsb.
g) Untuk mengotomatisasi prengucapan huruf r, pelatih
memperlihatkan gambar roti, Koran, ember, dsb. Bergantian
dengan gambar lidah, balon, pel, dsb.
4. Latihan Konversasi atau Percakapan
Tujuannya untuk memperlancar pengucapannya, yaitu dengan cara
pelatih mengajukan pertanyaan kepada anka yang jawabannya harus
mengandung kata-kata dengan huruf-huruf yang ditukar.
Sistematika intervensi gangguan artikulasi tipe subtitusi ini dilakukan
per huruf melalui empat tahapan. Misalnya intervensi dimulai dengan

12
memperbaiki pengucapan huruf k. Intervensi tersebut dilakukan melalui
latihan pendengaran, pengucapan, mengotomatisasi pola ucapan serta
konversasi khusus untuk pengucapan huruf k. Setelah berhasil, baru
dilanjutkan dengan huruf lain, dengan tahapan yang sama.

B. Tipe Omisi

Pada gangguan artikulasi tipe omisi ini, klien menghilangkan huruf n (posisi
tengah) pada kata cincin dan tanti sehingga diucapkan cicin dan tati, serta
menghilangkan huruf s pada kata mesjid menjadi mejid. Oleh karena anak tersebut
dapat mengucapkan huruf n pada mengucapkan huruf n pada posisi akhir, maka hal
itu dijadikan dasar latihan. Anak dilatih mengucapkan:

Cin…;cin…;cin…

Cin-cin; cin-cin; cin-cin.

Cincin; cincin; cincin

Sedangkan untuk melatih pengucapan kata tanti, anak diminta mengucapkan:

Tan – tan - ta; ti – ti – ti

Tan – tan ti – ti

Tan ti

Tanti

Untuk melatih pengucapan kata mejid. Terlebih dahulu anak dilatih pengucapan s
pada posisi akhir misanlnya suku kata bis dan bos. Kemudian mengucapkan:

Mes…;mes…;mes…

Mes…jid; mes…jid; mes…jid.

13
Makin lama ucapannya makin cepat hingga anak dapat mengucapkan kata mesjid
dengan benar.

C. Tipe Distorsi

Pada gangguan tipe distorsi ini, anak mengganti dan menghilangkan atau
mengganti dan menambah huruf sekaligus pada satu kata sehingga bunyinya jadi
lebih kacau, seperti kata tinta diucapkan nita; dagu diucapkan dardu; kodok
diucapkan tordok; dan rokok diucapkan rorto.

Oleh karena kesalahannya ada kesamaan dengan substitusi, maka perbaikan


ucapan kata-kata yang distorsi ini dilakukan setelah melakukan intervensi substitusi.
Selnjutnya dilakukan intervensi berikut ini:

a) Untuk kata tinta, anak dilatih mengucapkan:

Tin – tin – tin ta – ta – ta

Tin- tin ta – ta

Tin; ta

Tinta

b) Untuk kata dagu, anak dilatih mengucapkan

Da – da – da gu – gu – gu

Da – da gu – gu

Da gu

Dagu

Demikian juga untuk melatih ucapan rokok dan kodok.

14
D. Tipe Adisi

Gangguan pada tipe ini yaitu anak menambah fonem atau huruf pada kata
seperti foto diucapkan forto. Oleh karena anak tersebut dapat mengucapkan huruf t
pada posisi terakhir, maka dalam latihan ini anak diminta untuk mengucapkan:

fot – fot – fot to – to – to

fo – fo to to – to

fot to

foto

Dalam intervensi ini, ortopedagog selalu berkoordinasi dengan orang tua


anak. Materi yang dilatihkan, diinformasikan pada orang tua anak agar orang tua
tersebut dapat melatih anak di rumah. Di samping itu orang tua selalu diminta
informasi tentang kemajuan anaknya dalam berbicara, serta kata-kata yang masih
salah diucapkan anaknya untuk diperbaiki di tempat latihan.

Setelah kurang lebih 26 kali pertemuan dengan waktu ± 1 jam setiap


pertemuan, anak tersebut dapat mengucapkan semua fonem dengan benar.

2.5 Strategi Pengembangan Anak dengan Gangguan Bicara (Artikulasi)


Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada anak dengan gangguan bicara
khususnya gangguan artikulasi untuk mengembangkan keterampilan bicara,
langkahnya sebagai berikut:

1. Asesmen; bertujuan untuk mendapatkan data awal sebagai bahan yang harus
dikaji dan dianalisis dengan melakukan tes organ artikulasi, tes pengucapan
fonem, dan tes kemampuan bahasa.
2. Diagnosis dan pragnosis; setelah terkumpul data, selanjutnya data digunakan
sebagai bahan untuk menetapkan diagnosis dan jenis gangguan untuk

15
membuat prognosis tentang sejauh mana kemajuan optimal yang bisa dicapai
anak.
3. Perencanaan terapi; untuk menentukan tujuan dan program (jangka panjang,
jangka pendek dan harian), perencanaan penggunaan alat, perencanaan
rujukan (jika diperlukan), dan perencanaan evaluasi.
4. Pelaksanaan terapi; harus mengacu pada tujuan, metode dan fasilitas yang
digunakan.
5. Evaluasi; menilai kembali kondidi anak dengan kondisi setelah diberikan
terapi dengan data sebelum terapi, hasilnya digunakan untuk membuat
program selanjutnya.
6. Pelaporan hasil; laporan pelaksanaan dari asesmen sampai selesai program
terapi dan evaluasi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan artikulasi ialah salah satu pemghambat pada saat melakukan
interaksi dan komunikasi. Terdapat dua penyebab terjadinya gangguan artikulasi pada
anak, yaitu faktor fungsional yang berkenaan dengan adat kebiasaan anak dan faktor
organik yang berkaitan dengan kondisi fisik anak. Anak dengan gangguan artikulasi
memiliki karakteristik penngucapan suara dalam bicaranya tidak sempurna dan
mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf konsonan seperti R, L,K, dan
S. Terdapat empat tipe gangguan artikulasi, yaitu: 1) Subtitusi (terjadinya
penggantian fonem), 2) Omisi (terjadinya penghilangan fonem), 3) Distorsi (terjadi
kekacauan pengucapan), dan 4) Adisi (terjadi penambahan huruf-huruf konsonan).
Penanganan yang dapat dilakukan dengan cara latihan pendengaran, latihan
pengucapan, latihan mengotomatisir pola ucapan, dan latihan konversasi atau
percakapan. Langkah strategis untuk pengembangan pada anak dengan gangguan
artikulasi ialah dengan asesmen, diagnosis & pragnosis, perencanaan terapi,
pelaksanaan terapi, evaluasi, dan pelaporan hasil.

3.2 SARAN
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik
dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, mohon berikan
saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., Rendra, W. S., OPP, O. P. P., & Bali, L. A. Gangguan Berbicara.
Gunawan,D. (2012). Gangguan Artikulasi.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19621121198403
1DUDI_GUNAWAN/GANGGUAN_ARTIKULASI_[Compatibility_Mode].pdf
Hernawati,T. (2003). “Intervensi untuk Anak yang Gangguan Artikulasi”. Jurnal
JASSI anakku 2. (1). 1-8.
Listia, W. N. (2015). Anak sebagai makhluk sosial. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas,
1(1), 14-23.
Masitoh. (2019). Gangguan Bahasa Dalam Perkembangan Bicara Anak.
https://jurnal.umko.ac.id/index.php/elsa/article/download/105/84
Nadwa. (2013). “Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak
Terlambat Bicara”. Jurnal Pendidikan Islam 7. (1). 30.
Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Bentuk Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

18

You might also like