Proposal Tak Gerontik A1

You might also like

You are on page 1of 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TERAPI

OKUPASI KREASI SENI MEMBUAT CANANG DAN TUSUKAN


SATE PADA LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI


TANGGAL 08 APRIL 2022

OLEH :
1. Agus Dwi Primantara 11. Ni Made Dwi Setyani
2. Putu Ela rahayu 12. Kadek Dewi Mulyawati
3. Gede Bayu Udayana 13. I Gusti Nyurah Eka Nugraha
4. Nyoman Mega Fridayanti 14. Gusti Ayu Putu Mertasari
5. Ni Gusti Ayu Juli Yasmiarni 15. Ida Ayu Putu Desta Candra Devi
6. I Gusti Ayu Kopang Dianty Sukseni 16. Ni Nengah Paniari
7. NI Nyoman Intan Saraswati 17. Putu Sisma Pitriyani
8. I Made Diandika Bayu Sagitha 18. Ketut Agus Sudiyasa
9. Gusti Ayu Putu Apriliani 19. Luh Putu Indra Kartini
10. I Dewa Gede Vega Mahadewa

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk social sekaligus makhluk individual, sebagai makhluk sosial,
manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup bersama dengan orang
lain, yang disebut dorongan social (Herawaty, 2016).Berdasarkan hasil Susenas tahun
2016, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta gerontik atau 8,69% dari jumlah
penduduk. Sementara menurut proyeksi BPS tahun 2015, pada tahun 2018, jumlah Lansia
diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta gerontik. Dengan jumlah Lansia yang
semakin besar, menjadi tantangan bagi kita semua agar dapat mempersiapkan Lansia
yang sehat dan mandiri sehingga nantinya tidak menjadi beban bagi masyarakat maupun
negara, dan justru menjadi asset sumber daya manusia yang potensial (Kemenkes, 2018).
Kesehatan lansia merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,perilaku, dan koping yang
efektif, konsep diri positif, dan kestabilan emosional. Kesehatan gerontik dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain otonomi dan kemandirian,
memaksimalkan potensi diri, menoleransi ketidakpastian hidup, harga diri, menguasai
lingkungan, orientasi realitas dan manajemen stress (Herawaty, 2016). Asuhan
Keperawatan Gerontik merupakan asuhan keperawatan yang bersifat spesialistik, tetapi
asuhan kepada klien harus tetap dilakukan secara holistik. Pendekatan asuhan
keperawatan selain harus difokuskan pada perilaku klien, difokuskan juga pada kondisi
fisik, sosial, budaya, dan spiritual klien. Berbagai terapi keperawatan yang difokuskan
kepada klien secara individu, kelompok, keluarga ataupun komunitas dikembangkan
(Keliat, 2013).
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan
dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang maladaptif (Maryam, 2013). Bagi kebanyakan orang masa
tua itu adalah masa kurang menyenangkan. Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan
tidak peduli terhadap lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, dan tidak berguna
bagi masyarakat. Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan
kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa,
rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawat tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dan proses penyembuhan dan ketenagaan
para klien lanjut usia (Muhaj, K, 2014).
Terapi Okupasi/ terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya
sekedar memsbuat sibuk klien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek
terpeutik dan bermanfaat bagi klien. Dimana terapi okupasi ini bertujuan untuk
memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas. Misalnya dengan membuat
atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan (Muhaj, K, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami Mahasiswa Profesi Ners STikes
Buleleng memilih salah satu terapi aktivitas kelompok pada lansia adalah “TERAPI
OKUPASI KREASI SENI MEMBUAT CANANG DAN TUSUKAN SATE”.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Lansia yang ada di panti Jompo dapat mengetahui dan memahami tentang Terapi
okupasi yang meliputi minat, potensi,serta meningkatkan kemampuan dalam
membuat kreativitas dalam kehidupan sehari-hari
2. Tujuan Khusus
a. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat
dan keadaannya.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang
gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
c. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada
d. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk di jajaki oleh klien
sebagai langkah dalam pre – cocational training. Berdasarkan aktifitas
ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, sosialisasi,
minat, potensi dan lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya
pada pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
e. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan
waktu selama masa rawat dengan berguna.
f. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat di gunakan setelah kembali ke
keluarga.

B. MANFAAT
1. Dapat menumbuhkan minat dan potensi lansia dalamm mengembangkan bakat
2. Untuk menstimulasi fungsi kerja otak
3. Melatih kemampuan kognitif lansia

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


a) Hari : Jumat
b) Tanggal : 08 April 2022

D. SASARAN PROGRAM
Sasaran diadakan kegiatan ini adalah Lansia yang ada di Panti Sosial TresnaWerdha Jara
Mara Pati

E. METODE/STRATEGI PELAKSANAAN
1. Ceramah dan presentasi mengenai manfaat terapi okupasi
2. Mengarahkan dan memperkenalkam bahan dalam membuat kerajinan kepada lansia
di panti sosial
3. Melakukan kegiatan membuat kerajinan berupa canang sari dan tusuk sate

F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Sound sistem
G. Alat Yang Digunakan
1. Janur
2. Semat
3. Pisau
4. Bunga
5. Bambu

H. SUSUNAN PANITIA
Ketua : Agus Dwi Primantara
Sekretaris : I Made Diandika Bayu Sagitha
Bendahara : Gusti Ayu Putu Mertasari
Instruktur Canang : Ida Ayu Putu Desta Candra Devi
I Gusti Ayu Kopang Dianty Sukseni
Instruktur Tusus Sate : I Gusti Ngurah Eka Nugraha
I Dewa Gede Vega Mahadewa
Dokumentasi : Nyoman Mega Fridayanti
Gede Bayu Udayana
Fasilitator : Putu Ela rahayu
Ni Gusti Ayu Juli Yasmiarni
Anggota : Ni Nyoman Intan Saraswati
Kadek Dewi Mulyawati
Ni Made Dwi Setyani
Ketut Agus Sudiyasa
Luh Putu Indra Kartini
Putu Sisma Pirtriyani
Gusti Ayu Putu Mertasari
Ni Nengah Paniari
I. SUSUNAN ACARA
No Waktu Kegiatan Respon
1 5 menit Orientasi :
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Mengingatkan kontrak - Mengingat kontrak waktu
- Menjelaskan maksud dan - Mengerti maksud dan tujuan
tujuan - Siap dan bersedia
- Menanyakan kesediaan
2 30 Kerja :
menit - Berdoa - Berdoa bersama sesuai
keyakinan
- Memberikan penjelasan awal - Mendengarkan
tentang pengertian terapi - Mendengarkan dan menyimak
okupasi - Mengikuti
- Memberikan penjelasan - lansia memperhatikan dan
tentang manfaat melakukan mempraktekan membuat
terapi okupasi canang dan tusuk sate
- Memberikan -
kesempatan pada
lansia untuk
mempersiapkan diri
untuk melaksanakan
kegiatan okupasi
- Mendemonstrasikan
pembuatan kerajinan tangan
Canang dan Tusuk Sate

3 10 Terminasi :
menit - Melakukan Evluasi - Mendengarkan
- Memberikan kesimpulan - Mendengarkan
- Menutup kegiatan terapi - Mendengarkan
okupasi dalam membuat - Menjawab salam
kerajinan
- Mengucapkan salam
penutup

J. RINGKASAN MATERI
1. Definisi
a. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan terapi yang terarah dan bertujuan dimana tidak
ada waktu luang yang percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan
untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita.
Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau
pekerjaan tertentu. Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan bagian dari rehabilitas medis dan keperawatan. Terapi okupasi adalah
ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan
suatu tugas terpilih yang telah ditentukan dengan maksud mempermudah belajar
fungsi dan keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungan. Prinsip : Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini
sebagai suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal
hidup. Sehingga lansia dapat memakai waktu luangnya / pensiunannya untuk
berkreasi dan beraktivitas.
2. Sasaran Terapi Okupasi
Terapi okupasi dilakukan secara terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan kembali
fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Fungsi dan
tujuannya diantaranya :
1. Terapi khusus untuk pasien lansia
2. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitarnya.
3. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan
produktif.
4. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
5. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan penetapan
terapi lainnya.
6. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak
sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan pada lansia.
7. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian,
belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, tv, dan lain-lain), baik dengan
maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
8. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di
rumah/panti, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun
letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
9. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang masih ada.
10. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai
langkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan dapat diketahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan
lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan yang tepat
dalam latihan kerja.
11. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu
selama masa rawat dengan berguna.
12. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali ke
keluarga.

Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan kesehatan untuk tujuan
rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain di
dalam layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan okupasiterapi kelihatannya akan
banyak overlapping dengan terapi lainna, sehingga dibutuhkan adanya kerjasama
yang terkoordinir dan terpadu.

3. Indikasi dan kontraindikasi untuk terapi okupasi

1. Indikasi untuk terapi okupasi

a. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan kesulitan


yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan psikososialnya

b. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan


orang lain.

c. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang
primitif

d. Ketidakmampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap


rangsangan tersebut tidak wajar pula

e. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang


mengalami kemunduran

f. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktivitas


dari pada dengan percakapan

g. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara


mempraktikannya dari pada dengan membayangkan

h. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya

2. Kontra Indikasi untuk terapi okupasi

Kontra indikasi dari terapi ini pada klien yang tidak memiliki mobilitas fisik
yang baik seperti klien yang tidak memiliki ekstremitas.

K. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, kami berharap kegiatan ini berjalan dengan lancar
tanpa hambatan suatu apapun. Kegiatan ini tidak bisa berjalan tanpa partisipasi dan
dukungan dari semua pihak khususnya pihak pengurus panti Werdha Jara Mara Pati dan
pihak Prodi Profesi Ners, untuk itu kami berharap demi suksesnya kegiatan tersebut,
proposal ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk jalannya kegiatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2016. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Maryam, R.Siti. 2017. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Laskar, Dery. 2018. Terapi Okupasi http://www.slideshare.net/khadaribob/terapi-okupasi

Olfah, Yustiana. 2020. Dokumentasi Keperawatan pada Kelompok Khusus. Available:

http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/dokumentasi-keperawatan-pada-kelompok-khusus-
43683542

Rahmawianti, Vina. 20119. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia. Available:

https://botolinfus.wordpress.com/2013/10/13/dokumentasi-asuhan-keperawatan-lansia/

You might also like