You are on page 1of 5

3.

Risiko jatuh berhubungan dengan kelemahan otot

Sesuai dengan Nursing Intervention Classification (NIC) penanganan pada pasien anak SBG
dengan risiko jatuh adalah manajemen lingkungan dan pencegahan jatuh. Menurut literatur
menjelaskan usia anak-anak pada kejadian jatuh sering tidak dilaporkan karena hal ini sering
dianggap sebagai masa perkembangan anak dalam hal belajar berjalan atau memanjat dan
jatuh ke kelantai (Morse, 2009). Perkembangan anak-anak tidak lepas dari bermain. Bagi
setiap anak, seluruh aktifitasnya dicurahkan pada bermain yang juga mencakup belajar,
kesenangannya dan cara bagaimana mereka mengenal dunia. Ketika bermain, anak tidak
hanya sekedar melompat, melempar atau berlari, tetapi mereka bermain dengan menggunakan
seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya (Soetjiningsih, 2013). Begitu pun juga pada anak
sakit, mereka lebih aktif diatas tempat tidur. Kondisi tempat tidur yang tinggi dari permukaan
lantai serta kondisi handrail merupakan beberapa penyebab cedera akibat jatuh pada anak
(Khambalia, 2006). Pelaksanaan keperawatan pada pasien anak dengan risiko jatuh sesuai
dengan teori dalam literatur terkait dilakukan dengan pemasangan siderail tempat tidur sesuai
dengan kebutuhan anak, menganjurkan orangtua untuk selalu mendampingi anak, dan
menjelaskan kepada orang tua pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi anak, dan
memberikan gelang risiko jatuh pada anak (Setiawati, 2017)

1. Lingkungan yang aman


Lantai yang licin dapat menjadi risiko terjadinya jatuh. Kurangnya kerjasama antara
perawat dan orang tua dalam menjaga lingkungan yang aman dan kondusif menjadikan
lingkungan berisiko untuk jatuh pada pasien anak (misalnya, muntah atau air yang
tumpah). Apabila hal tersebut terjadi orangtua diharapkan segera melaporkan kepada
perawat. Selanjutnya, perawat akan meminta petugas kebersihan untuk membersihkan
area yang dapat membuat pasien dalam bahaya karena petugas kebersihan tidak selalu
ada pada ruangan. Menurut teori Faye G. Abdellah bahwa perawat harus
mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik sehingga perawat harus mampu
memodifikasi lingkungan untuk mencegah kejadian jatuh.
2. Sarana prasarana yang kurang mendukung
Sarana prasarana seperti bed side rails yang sering tidak terpasang, tempat tidur pasien
anak yang dianggap terlalu tinggi dan belum adanya bel pasien. Bed rails yang tidak
terpasang dan tempat tidur yang tinggi merupakan suatu masalah yang dapat
menyebabkan anak jatuh. Hal ini dikarenakan seluruh aktifitas yang dilakukan anak
hospitalisasi akan cenderung di tempat tidur. Oleh sebab itu, tempat tidur anak lebih
rendahkan karena kondisi tempat tidur yang lebih tinggi termasuk penyebab cedera akibat
jatuh pada anak. Sesuai dengan standar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2013, tempat tidur harus memiliki ukuran dengan tinggi 1,2 meter (tinggi tempat tidur
0,65 meter dan tinggi side rails 0,55 meter), panjang 1,78 meter dan lebar 1,03 meter.
Tempat tidur yang disediakan sudah diukur sesuai dengan kondisi pasien. Tempat tidur
pasien yang digunakan lebih rendah dan lebih lebar, bisa digunakan ketika ibu ingin tidur
bersama anaknya seperti saat menyusui (Setiawati, 2017)
3. Pendampingan dari orangtua dan perawat
Berkaitan dengan kebutuhan rasa aman dan nyaman dalam mengurangi risiko jatuh
pendampingan terhadap pasien anak sepanjang waktu oleh orangtua penting untuk
diberikan. Sesuai dengan penjelasan diatas bahwa anak melakukan aktivitasnya dengan
bermain termasuk juga pada anak dengan hospitalisasi. Oleh karena itu, mencegah risiko
jatuh pada pasien anak perlu adanya pengawasan dari orangtua dan perawat. Selain itu,
pasien anak yang dipisahkan dengan orangtua dan kondisi lingkungan yang asing (rumah
sakit) adalah faktor pemicu stress bagi anak (Nurmayadi, 2019).
4. Hiburan
Rasa takut yang dialami anak saat mereka sedang sakit dan mendapat penanganan
medis yang menyakitkan harus dialihkan dengan hiburan dan hal-hal yang mereka sukai.
Pasien anak akan menginginkan hal yang menyenangkan dan menarik untuk dilihat pada
saat mereka terbaring ditempat tidur. Misalnya, adanya karya seni atau mainan yang
mereka sukai (misalnya, boneka) memberikan potensi kedalam hal yang menyenangkan
dan dapat menjadi unsur terapi (Nurmayadi, 2019).
5. Pemasangan gelang risiko jatuh
Demi keamanan dan kenyaman pasien anak, perawat tidak hanya memberikan gelang
risiko jatuh melainkan juga stiker yang ditempelkan pada tempat tidur pasien. Hal ini
bertujuan untuk memberikan informasi kepada perawat dan keluarga bahwa pasien
memiliki risiko jatuh. Penilaian Humpty Dumpty membantu perawat dalam
mengidentifikasi kondisi risiko jatuh pada pasien anak. Skala Humpty Dumpty
memasukkan populasi anak ke dalam kategori risiko jatuh rendah atau tinggi berdasarkan
faktor risiko. Faktor risiko tersebut adalah usia pasien, jenis kelamin, diagnosis,
gangguan kognitif, faktor lingkungan (riwayat jatuh, penempatan tempat tidur (sesuai
usia atau tidak sesuai usia), peralatan / furnitur, dan penggunaan alat bantu), respons
dalam operasi / sedasi/ anestesi, dan penggunaan obat-obatan (Hill-Rodriguez, 2009).

Parameter Kriteria Nilai Skor (Hill-Rodriguez dkk, 2009)


Parameter Kriteria Nilai Skor
< 3 tahun 4
Usia 3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik,
Diagnosis 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.)
Gangguan perilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguan kognitif Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur
4
dewasa
Faktor lingkungan Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan
3
dalam tempat tidur bayi / perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/ Sedasi/ Dalam 48 jam 2
anestesi > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/ sedasi/
1
anestesi
Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis,
barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, 3
Penggunaan diuretik, narkose
medikamentosa
Penggunaan salah satu obat di atas 2
Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1
Jumlah Skor Humpty Dumpty

Skor diberikan dalam setiap faktor risiko dan kemudian dijumlahkan:


A. Skor risiko rendah adalah 7-11

B. Skor risiko tinggi adalah 12-23

Protokol Falls Risk Patient Safety

A. Protokol Standar Risiko Rendah (skor 7-11)


1. Orientasi ke kamar
2. Tidur pada posisi rendah, rem.
3. Rel samping x2 atau 4 ke atas. Kaji kesenjangan yang besar seperti pasien dengan
ekstremitas atau bagian tubuh lainnya terperangkap. Gunakan prosedur safety
tambahan.
4. Gunakan alas kaki non-selip untuk pasien ambulasi. Selain itu, gunakan ukuran
pakaian yang sesuai untuk mencegah risiko tersandung
5. Kaji kebutuhan eliminasi, bantu sesuai kebutuhan
6. Call light berada dalam jangkauan. Edukasi pasien/ keluarga terkait fungsinya
7. Lingkungan bersih dari peralatan yang tidak digunakan, furnitur ada di tempat, bebas
dari bahaya
8. Beri akses untuk penerangan kecil, pada malam biarkan menyala
9. Edukasi pasien dan keluarga tersedia untuk orang tua dan pasien
10. Dokumentasikan pengajaran pencegahan jatuh dan termasuk rencana perawatan
B. Protokol Standar Risiko Tinggi (skor 12 ke atas)
1. Identifikasi pasien dengan "Stiker Humpty Dumpty” pada pasien, ditempat tidur dan
di grafik pasien
2. Edukasi pasien/ orang tua tentang tindakan pencegahan protokol jatuh
3. Periksa pasien minimal setiap 1 jam
4. Menemani pasien dengan ambulasi
5. Perkembangan menempatkan pasien dalam bed yang sesuai
6. Pertimbangkan untuk memindahkan pasien lebih dekat ke ruang perawat
7. Perlu untuk Pengawasan 1: 1
8. Mengevaluasi waktu pemberian obat
9. Buang semua peralatan yang tidak digunakan di luar ruangan
10. Menjaga pelindung untuk menutup ruang, gaps di tempat tidur
11. Biarkan pintu tetap terbuka setiap saat kecuali tindakan pencegahan isolasi tertentu
sedang digunakan
12. Letakkan tempat tidur di posisi terendah, kecuali jika pasien dirawat secara langsung
13. Dokumentasikan pengajaran naratif keperawatan dan rencana perawatan

Daftar pustaka

Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Bakti
Husada: Jakarta.

Hill-Rodriguez, D., Messmer, P. R., Williams, Zeller, R. A., Williams, R. A., Wood, M., &
Maria Wood, dan Henry, M. (2009). The Humpty Dumpty Falls Scale: A Case–Control Study.
JSPN, 14(1), 22-32.

Khambalia, A., Joshi, P., Brussoni, M., Raina, P., Morronggiello, B., & Macarthur, C. (2006).
Risk Factors For Unintentional Injuries due to Fall In Children Aged 0-6 years: A Systematic
Review. Injury Prevention. 12, 378-385.

Morse, J. (2009). Preventing Patient Falls: Establishing A Fall Intervention Program-2nd ed.
Springer Publishing; New York.

Nurmayadi, D. (2019). Rekayasa Lingkungan Rumah Sakit Untuk Ruang Perawatan Bagian
Anak Dengan Pendekatan Healing Environment Studi Kasus : Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soekardjo Tasikmalaya. Jurnal Technoper, 1, 1-7.

Setiawati, S. (2017). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika.

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

You might also like