You are on page 1of 12

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TOPIK : ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

SUB TOPIK : HALUSINASI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan jiwa

Yang di Ampu oleh Ibu Ns. Sulastri,M.Kep.,Sp.Jiwa

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

Fadila agusteen 2014401057

Fifi nanda sari 2014401059

Hikmatin nuzuliah 2014401061

Mutiara adinil fortuna 2014401069

Putri naura 2014401073

Raden budiman 2014401079

Riska oktaviani 2014401085

Tandok andani 2014401092

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKES KEMENKES TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak, (2001) dalam
Darmaja (2014).

Menurut Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam


membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah


gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca
indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

B. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan
jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:

1.Faktor Predisposisi
a.Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun
demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,
sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila
kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.

b.Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1. Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Presipitasi

1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan


memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan
irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi
social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa,
tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari
segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku
agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

C. Penilaian Terhadap Stressor


a. Kognitif
Klien tidak berpikir logis, kekacauan alur pembicaraan, sering berbicara sendiri,
serta kurangnya motivasi untuk melanjutkan hidup
b. Afektif
Klien memahami kesedihan yang berlarut-larut dan merasakan takut yang
berlebihan
c. Fisiologi
Klien susah tidur
d. Perilaku
Klien berperilaku aneh sesuai isi halusinasi sering berbicara sendiri dan selalu
merasa gelisah
e. Sosial
Klien tidak tertarik dengan kegiatan yang bersifat menghibur, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, acuh dengan lingkungan penurunan kemampuan
bersosialisasi dan selalu merasa ketakutan dan tidak percaya terhadap orang lain

D. Sumber Koping
Menurut Stuart (2013) sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman
tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang tua harus secara aktif mendidik
anak–anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya
tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber keluarga dapat pengetahuan tentang
penyakit, finensial yang cukup, faktor ketersediaan waktu dan tenaga serta
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.

E. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2013) perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis maladaptif
meliputi : regresi, berhunbungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas sehari-hari.
Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi dan menarik diri.

F. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan. Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden
dalam Yusalia (2015).

Jenis Halusinasi Karakteristik Tanda dan Gejala


Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar karton
dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine,
fases umumnya baubau yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor,
kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,


urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri


tanpa bergerak

G. Rentang Respon Halusinasi

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa

TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN

1. Data yang perlu dikaji


No Data yang perlu dikaji Masalah Keperawatan
1 Data Subjektif: Gangguan persepsi
- Pasien mengatakan sering sensori (halusinasi)
mendengar suara orang bicara
tanpa ada objeknya
- Pasien mengatakan sulit tidur

Data Objektif:
- Pasien menyendiri
- Pasien tampak melamun
- Pasien berbicara sendiri
- Konsentrasi pasien buruk

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Resiko perilaku kekerasan

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Perencanaan Rasional
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 pasien mampu : Setelah 4 kali SP 1 1. mencari
1. mengontr pertemuan dapat 1. membantu tahu apa
ol menjelaskan pasien yang terjadi
halusinasi tentang: mengenal ketika
dengan 1. cara halusinasi pasien
cara menghardik (isi, halusinasi
menghard 2. cara minum frekuensi,
ik obat (6 waktu 2. memberi
2. mengontr benar) terjadinya, pengetahuan
ol 3. bercakap- situasi
halusinasi cakap pencetus,
dengan dengan perasaan 3. memberikan
cara orang lain saat terjadi latihan
minum 4. melakukan halusinasi) praktik
obat (6 kegiatan 2. menjelaska langsung
benar) harian n cara untuk
3. mengontr mengontrol mencegah
ol halusinasi : datangnya
halusinasi menghardik halusinasi
dengan , obat,
cara bercakap- 4. mengontrol/
bercakap- cakap , evaluasi apa
cakap melakukan saja yang
dengan kegiatan sudah pasien
orang lain harian lakukan
4. mengontr 3. mengajarka
ol n pasien
halusinasi mengontrol
dengan halusinasi
cara dengan cara
melakuka menghardik
n halusinasi
kegiatan 4. masukkan
harian pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan
menghardik

SP 2 1. membandin
1. evaluasi gkan hasil
kegiatan dan harapan
menghardik
, beri pujian 2. memberikan
2. latih cara latihan
mengontrol praktik
halusinasi langsung
3. latih cara
mengontrol
halusinasi 3. memberikan
dengan obat latihan
(jelaskan 5 praktik
benar : langsung
jenis, guna, untuk
dosis, mencegah
frekuensi, datangnya
cara, halusinasi
kontinuitas
minum obat 4. mengontrol/
4. masukan evaluasi apa
pada jadwal saja yang
kegiatan sudah pasien
untuk lakukan
latihan
menghardik
dan minum
obat

SP 3 1. membandin
1. evaluasi gkan hasil
kegiatan dan harapan
harian
menghardik 2. memberikan
dan obat, latihan
beri pujian praktik
2. latih cara langsung
mengontrol untuk
halusinasi, mencegah
bercakap- datangnya
cakap saat halusinasi
terjadi
halusinasi 3. mengontrol
3. masukkan atau
pada jadwal evaluasi apa
kegiatan saja yang
untuk sudah pasien
latihan lakukan
menghardik
, minum
obat dan
bercakap-
cakap

SP 4 1. membandin
1. evaluasi gkan hasil
kegiatan dengan
harian harapan
menghardik
,minum 2. memberikan
obat dan latihan
bercakap- praktik
cakap, beri langsung
pujian untuk
2. latih cara mencegah
mengontrol datangnya
halusinasi halusinasi
dengan
melakukan 3. mengontrol
kegiatan atau
harian evaluasi apa
mulai dua saja yang
kegiatan sudah pasien
3. masukkan lakukan
pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan
menghardik
,minum
obat,
bercakap-
cakap dan
kegiatan
harian
2 Keluarga mampu Setelah 4x SP 1 1. mengetahui
merawat anggota pertemuan keluarga 1. diskusikan masalah
keluarga yang mampu masalah yang
mengalami meneruskan yang dirasakan
masalah melatih pasien dan dirasakan dalam
gangguan mendukung agar dalam merawat
persepsi sensori kemampuan merawat klien
halusinasi mengontrol klien
halusinasinya 2. jelaskan 2. memberi
meningkat pengertian pengetahuan
tanda dan
gejala dan
proses 3. memberi
terjadinya pengetahuan
halusinasi
3. jelaskan 4. memberikan
cara latihan
merawat praktik
halusinasi langsung
4. latih cara mengontrol
merawat halusinasi
halusinasi 5. mengontrol
yaitu apa saja
menghardik yang pasien
5. anjurkan lakukan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberi
pujian

SP 2 1. membandin
1. evaluasi gkan hasil
kegiatan dan harapan
keluarga 2. memberi
pengetahuan
dalam
3. memberi
merawat latihan
atau melatih praktik
klien langsung
menghardik dalam
, beri pujian mengontrol
2. jelaskan 6 halusinasi
4. mengontrol
benar cara
apa saja
memberika yang
n obat dilakukan
3. cara oleh pasien
memberika
n atau
membimbin
g minum
obat
4. anjurkan
bantu klien
sesuai
jadwal dan
memberi
pujian

SP 3 1. membandin
1. evaluasi gkan hasil
kegiatan dan harapan
keluarga
dalam 2. memberi
merawat pengetahuan
atau melatih
klien,
menghardik 3. memberi
dan latihan
memberika praktik
n obat, beri langsung
pujian dalam
2. jelaskan mengontrol
cara halusinasi
bercakap-
cakap dan 4. mengontrol
melakukan apa-apa saja
kegiatan yang pasien
untuk lakukan
mengontrol untuk
halusinasi latihan
3. latih dan
sediakan
waktu
bercakap-
cakap
dengan
klien
terutama
pada saat
halusinasi
4. Anjurkan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberika
n pujian

SP 4 1. membandin
1. evaluasi gkan hasil
kegiatan dan harapan
keluarga
dalam 2. memberi
merawat pengetahuan
atau melatih
klien 3. mengontrol
menghardik apa saja
memberika yang pasien
n obat dan lakukan
bercakap- untuk
cakap beri latihannya
pujian
2. jelaskan
follow up
be
RSJ/PKM,
tanda
kambuh,
rujukan
3. anjurkan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberika
n pujian
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Stuart, G. W., & Laraia, M. (2005). Psychiatric nursing. St louis: Mosby, 270-271.

Townsend, M.C, (2013) ,Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in


Evidence-BasedPractice(6th ed.), Philadelphia : F.A. Davis

SDKI

SLKI

SIKI

Yusalia, Refiazka. (2015). Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi. www.academia.edudiakses Oktober 2016

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, & Deden. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta.
Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

You might also like