Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Hipertensi
Pengertian Hipertensi
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
a. Hipertensi
Hipertensi menjadi penyakit nomor satu yang paling banyak diderita
pada lansia, menurut Riskesdas 2013. Berkurangnya kelenturan
pembuluh arteri besar dan aorta berkaitan dengan adanya perubahan pada
enzim plasma renin di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh mengalami retensi
cairan dan tidak dapat membuang garam dari dalam tubuh dengan baik.
Pada lansia, kondisi ini dapat meningkatkan terjadinya tekanan darah
tinggi atau hipertensi. Hipertensi juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit lain seperti penyakit jantung dan stroke.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit yang sering diderita oleh para
lansia. Karena pada lansia berkurangnya massa tulang membuat lansia
harus berhati-hati dalam menjalankan kegiatan sehari-hari demi
menghindari terjatuh atau mengalami patah tulang.
c. Penyakit Jantung
8
Penyakit jantung juga menyerang para lansia. Hal ini terjadi karena
otot jantung bekerja kurang efektif dalam memompa jantung sehingga
dibutuhkan kerja lebih keras untuk memompa darah dalam jumlah yang
sama ke dalam tubuh. Penyakit jantung yang sering menyerang lansia
adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan serangan jantung.
d. Gangguan Tidur
Proses normal yang penting dalam kehidupan manusia yaitu makan
dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting, akan tetapi karena sangat
rutin maka lansia sering melupakan proses tersebut. Berbagai gangguan
tidur yang sering dikeluhkan oleh lansia salah satunya sulit untuk masuk
dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, sering
mimpi ketika tidur, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dini hari
dan lesu setelah bangun dipagi hari.
2.2.2 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi, antara lain (Trijayanti, 2019):
Pada tahap awal penyakit hipertensi tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang dikeluhkan oleh klien, jika keadaan terus tidak terdeteksi selama
pemeriksaan rutin, klien akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya
tersebut naik. Jika kondisi tersebut dibiarkan tidak terdiagnosis maka tekanan
12
darah akan terus naik, sehingga manifestasi klinis akan menjadi jelas dan
klien akan mengeluhkan sakit kepala terus menerus, kelelahan, pusing,
berdebar-debar, sesak, pandangan kabur atau penglihatan ganda atau mimisan
(Arintoko, 2018).
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat erat terhadap terjadinya hipertensi dimana
pada usia muda dan paruh baya lebih tinggi pada laki – laki dan pada
wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita
mengalami masa menopause.
b. Usia
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia seseorang. Seseorang yang berumur diatas 60 tahun,
50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar sama dengan 140/90
mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi juga memberikan resiko
terkena hipertensi sebanyak 75%.
d. Stress
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
karena hubungan antara stress dengan hipertensi melalui aktivitas saraf
simpatis, peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara tidak
menentu.
13
e. Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa usia pertengahan resiko
hipertensi akan meningkat.
a. Insomnia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang ditandai dengan sulit
tidur, ketidakmampuan untuk mempertahankan kondisi tidur dan
memulai untuk tidur. Insomnia bisa disebabkan oleh stress dan masalah
hormon atau pencernaan. Orang dengan insomnia memiliki beberapa
gejala seperti sering bangun pada malam hari dan mengalami kesulitan
untuk tidur kembali. Insomnia dapat mengganggu kesehatan dan kualitas
kehidupan, juga dapat menimbulkan depresi, kesulitan konsentrasi, sifat
lekas marah (irritability), mengganggu kerja atau kinerja (Timotius,
2018).
Insomnia dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu :
1) Transient insomnia
Penderita transient insomnia termasuk orang yang tidur secara
normal, tetapi mengalami kesulitan tidur karena stress yang
berlangsung kurang dari dua minggu, contohnya pada perjalanan
dengan kapal terbang.
2) Short term insomnia
Periode singkat insomnia paling sering berhubungan dengan
kecemasan, seperti akan menghadapi ujian atau wawancara pekerjaan.
Insomnia pada jenis ini juga berhubungan dengan stress situasional
seperti kehilangan orang yang dicintai, duka cita, atau hamper semua
16
1) Insomnia Primer
Insomnia primer terjadi hyperarousal system yang berlebihan.
Penderita dapat tidur tetapi tidak merasa tidur. Periode tidur juga
mengalami pengurangan dan lebih sering terbangun. Insomnia primer
tidak berhubungan dengan kejiwaan, masalah neurologi, dan masalah
medis lainnya. Penyebab insomnia primer berhubungan dengan
kebiasaan sebelum tidur, pola tidur, dan lingkungan tempat tidur.
2) Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder disebabkan karena irama sirkandian,
kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis lainnya dan reaksi
obat. Insomnia ini sering terjadi pada orang tua. Insomnia sekunder
terjadi karena penyakit organik, kontinuitas tidurnya terganggu,
seperti pada penderita artritis yang mudah terbangun karena nyeri
yang timbul.
b. Hipersomnia
Jumlah tidur yang melebihi normal lebih dari 9 jam per 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebih. Hipersomnia biasanya disebabkan oleh
masalah psikologis, depresi, kecemasan dan gaya hidup yang
membosankan.
c. Enuresis
Enuresis yaitu mengompol atau kencing yang tidak disengaja. Pada
wanita lansia, terutama wanita yang memiliki anak, dapat mengalami
17
a. Lingkungan
Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur seseorang.
Temperatur, penerangan ruanagan, ventilasi dan kondisi kebisingan
sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.
b. Gaya hidup
Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur
kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum
istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap seseorang untuk
dapat tidur dengan tenang.
c. Usia
Perubahan pola tidur berdasarkan usia merupakan hal yang
berhubungan seiring bertambahnya tingkat kedewasaan, orang dewasa
membutuhkan sekitar delapan jam untuk tidur. Penuaan menyebabkan
perubahan yang dapat mempengaruhi pola tidur. pada lanjut usia waktu
yang dihabiskan dalam tidur tahap 3 dan 4 menurun, sementara yang
dihabsikan saat tidur tahap 1 meningkat dan tidur menjadi tidak efektif.
d. Penyakit
Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah pada
istirahat tidur. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur
lebih lama dari keadaan yang normal. Contohnya pada orang penderita
hipertensi ketika kambuh merasakan pusing, mual dan gelisah yang
mengakibatkan pola tidurnya terganggu.
e. Nutrisi
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena
adanya proses tidur, adanya tripofan yang merupakan asam amino dari
protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi ang kurang
dapat mempengaruhi proses tidur, bahkan sulit untuk tidur
f. Stress psikologi
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu pola tidurnya.
19
a. Tahap 1 Non-REM
Pada tahap 1 merupakan tahapan yang terjaga dan tahap awal. Sangat
tenang, seperti sedang bermimpi tetapi masih sadar dengan keadaan
sekitar. Tahap ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali untuk
dibangunkan.
b. Tahap 2 dan 3 Non-REM
Setelah tahap 1, maka akan semakin dalam tertidur dan masuk ke tidur
tahap 2 dan 3. Pada fase ini merupakan tidur yang sesungguhnya, tidak
sadar dengan keadaan sekitar, tetapi masih mudah terbangun.
c. Tahap 4 Non-REM