You are on page 1of 3

Refleksi Diri 1

Kolaborasi Kesehatan
Semester 2/2022/FKUI 2021
Mukhlis Akmal Taher N
2106721181 – IPE 28

Refleksi Diri

Pada semester 2 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya


mendapatkan kesempatan untuk menempuh sebuah modul yang berjudul
“Kolaborasi Kesehatan”. Pada awalnya saya tidak sama sekali mengenal apa
itu modul kolaborasi kesehatan, bahkan di awal saya tidak mengerti kenapa
pengelompokkan kelas dinamakan dengan “IPE-28”. Modul kolaborasi
kesehatan ini dilaksanakan setiap hari Rabu pada jam 13.00 – 15.00 WIB.
Banyak pengalaman menarik yang saya alami pada modul ini. Di awal
pertemuan modul, kami sudah mendapatkan kesempatan untuk melakukan
dinamika kelompok. Sebuah kegiatan yang sangat menarik dan bermakna.
Selain itu, modul ini kebanyakan menggunakan metode CL (Collaborative
Learning) mengenai materi yang dipelajari, yaitu kolaborasi kesehatan.
Setelah melakukan diskusi dan berdinamika, akhirnya saya paham kenapa
dinamakan dengan “IPE”. “IPE” merupakan singkatan dari Interprofessional
Education. Ilmu ini sangat diperlukan, terutama untuk mahasiswa rumpun
ilmu kesehatan.

Dari pengalaman saya menjalani modul kolaborasi kesehatan selama empat


minggu, saya bisa mempelajari banyak hal. Di awal pembelajaran, kami
langsung dipaparkan dengan sebuah dinamika kelompok. Sesuai dengan
tujuan tertinggi modul ini, yaitu mampu berkolaborasi secara sinergis dalam
pengelolaan masalah kesehatan, modul ini seolah – olah memberikan kami
gambaran besar mengenai apa yang harus kami capai.1 Saya bisa belajar
bahwa sebagai calon seorang tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan

1
kolaborasi yang baik. Dari pengamatan saya, di Indonesia kemampuan
kolaborasi ini masih kurang terdistribusi secara merata. Di sisi lain, saya
juga menyadari bahwa kolaborasi dalam kesehatan memiliki teori dan
prinsip yang banyak dan perlu diketahui oleh mahasiswa, bahkan tenaga
kesehata. Oleh karena itu, perlu penguatan pemahaman dan implementasi
mengenai kolaborasi dalam kesehatan. Dalam modul ini saya mempelajari
bagaimana bentuk kolaborasi, prinsip kolaborasi, hambatan kolaborasi, dan
masih banyak hal vital yang harus dimiliki oleh seorang calon tenaga
kesehatan di masa yang akan mendatang.

Setelah mengetahui betapa pentingnya kemampuan dalam berkolaborasi,


saya harus menyusun sebuah rencana aksi atau plan of action. Hal pertama
yang akan saya lakukan adalah menerapkan semua hal yang sudah saya
pelajari dan diskusikan bersama para tutor dan mahasiswa yang lainnya.
Saya tidak ingin ilmu yang saya miliki hanya menjadi teori belaka, tetapi
ingin menjadi sebuah kebiasaan dan sifat yang harus tertanam di dalam
diri. Rencana aksi selanjutnya adalah memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai kolaborasi dan kesehatan terhadap tenaga
kesehatan yang lainnya. Seorang dokter memiliki peran sebagai community
leader sebagaimana sudah dijelaskan oleh WHO dan Dekan FKUI.2,3 Kita
sebagai pemimpin komunitas harus bisa memberikan contoh dan teladan
yang baik agar tercipta lingkungan pelayanan kesehatan yang kompeten
dan bermutu. Saya berharap dengan rencana aksi yang saya miliki bisa
meningkatkan kapasitas kolaborasi saya sendiri dan bisa memberikan
layanan yang terbaik untuk masyarakat Indonesia.

2
Referensi
1. Findyartini A, et al. Buku pedoman kerja mahasiswa; Modul
kolaborasi dan Kerjasama tim kesehatan 1. Depok: RIK UI. 2022.
2. Humas Universitas Indonesia. Meracik dokter bintang tujuh di
Indonesia [Internet]. Suara Pembaruan. 2009 Okt 24 [cited 2021
Aug 15]:Hal 6(col.1). Available from:
https://www.ui.ac.id/download/kliping/Meracik-Dokter-Bintang-
Tujuh-di-Indonesia.pdf
3. Siddiqui F, Malik A. Promoting self-regulated learning skills in medical
students is the need of time. Journal of Taibah University Medical
Sciences. 2019;14(3):277-281.

You might also like