You are on page 1of 3

TEAM-BASED LEARNING MODUL KOLABORASI DAN KERJASAMA TIM KESEHATAN 1

2 MARET 2022

APPLICATION TEST
1. Di masa pandemi COVID-19, mahasiswa yang sedang mengikuti Modul Kolaborasi dan Kerjasama
Tim Kesehatan melaksanakan kegiatan pengembangan inovasi terkait Sustainable Development
Goals dengan berbagai pendekatan yang memungkinkan. Roni adalah ketua kelompok dengan
12 anggota. Kelompok tersebut harus menerapkan konsep design thinking untuk menyelesaikan
masalah gizi anak di Kampung Angsana Depok. Beberapa mahasiswa telah memiliki
pengetahuan dasar mengenai gizi anak, namun sebagian lain masih belum memiliki pemahaman
yang baik. Beberapa tugas yang perlu diselesaikan di tahap empathize adalah melakukan
wawancara terkait tantangan pemenuhan gizi anak dari para ibu di Kampung Angsana Depok.
Roni menugaskan 2 orang teman yang sudah memiliki pengetahuan tentang gizi anak untuk
menyusun pertanyaan kuesioner, dan teman-teman lain menjadi pewawancara. Saat Roni
mengusulkan hal tersebut di kelompok, teman-teman sekelompoknya tidak langsung setuju.
Namun setelah mendiskusikan bersama, mereka mencapai kesepakatan untuk menambah
anggota tim untuk menyiapkan kuesioner, dan seluruh anggota tim akan berperan melakukan
wawancara.

Apa gaya manajemen konflik yang diterapkan oleh kelompok ini?


A. Menghindar
B. Akomodatif
C. Kolaboratif
D. Kompetitif
E. Kompromi

2. Maya, 18 tahun, dibawa ke poliklinik, dengan keluhan demam dan nyeri hebat gigi geraham
bawah. Maya mengeluh bahwa memang giginya sudah berlubang beberapa waktu, namun baru
kali ini ia merasakan nyeri sehebat itu meskipun sudah minum obat anti nyeri. Mengingat
sedang masa pandemi COVID-19, Maya harus menjalani pemeriksaan antigen terlebih dahulu,
dan menunggu sebentar. Setelah hasil pemeriksaannya negatif, Maya menjalani pemeriksaan
dokter gigi di poliklinik. Saat skrining di poliklinik, Maya tidak menyampaikan bahwa teman satu
rumah kontrakannya saat ini sedang menjalani isolasi mandiri karena terkonfirmasi COVID-19
positif tanpa gejala. Setelah dilakukan pemeriksaan gigi geligi lengkap oleh dokter gigi yang
menggunakan APD yang sesuai, Maya mendapatkan resep obat antibiotik dan antinyeri karena
terjadi infeksi di daerah gusi, dan disarankan kembali lagi untuk pencabutan gigi geraham yang
mengalami impaksi setelah infeksi reda. Saat menyelesaikan administrasi, Maya menyampaikan
ke Ners Anang di poliklinik, bahwa dia sebenarnya khawatir tentang hasil antigennya meskipun
negatif, karena riwayat sakit teman serumahnya.

Dua hari setelah kejadian, dokter gigi dan 1 perawat gigi terkonfirmasi positif COVID-19 saat
penelusuran. Ners Anang, melaporkan pengakuan pasien Maya ke tim poliklinik. Meskipun
seluruh anggota tim mematuhi protokol penggunaan APD di poliklinik dan menerapkan
kewaspadaan umum, mereka tetap menyesalkan kejadian ini, dan menduga banyak kasus yang
sama terjadi dengan pasien poliklinik lain.

Jika diklasifikasikan sesuai tipe kegagalan komunikasi menurut Lingard et al (2004), maka tipe
kegagalan komunikasi dalam kasus di atas adalah:
A. Komunikasi yang tidak akurat, karena pasien Maya tidak menyampaikan bahwa yang
bersangkutan kontak erat kasus COVID-19.
B. Komunikasi yang tidak lengkap, karena pasien Maya tidak menyampaikan bahwa yang
bersangkutan kontak erat kasus COVID-19.
C. Komunikasi yang tujuannya tidak tercapai, karena pasien Maya harus kembali lagi untuk
dilakukan pencabutan gigi geraham di kunjungan poliklinik berikutnya.
D. Komunikasi yang terlambat, karena Ners Anang melaporkan informasi tentang pasien
Maya setelah ada kejadian kasus COVID-19 positif.
E. Komunikasi yang gagal melakukan rujukan dengan tepat, karena dokter gigi meresepkan
antibiotik dan antinyeri setelah melakukan pemeriksaan.

3. Tn. Amir adalah pasien berusia 60 tahun dengan keluhan batuk lama dan penurunan berat badan
dalam 2 bulan terakhir. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan di RSUD Rahayu, Tn. Amir
menderita tuberkulosis paru dan diabetes melitus. Setelah memeriksa Tn. Amir di poliklinik dan
didampingi oleh Ners Mimi, Dokter Prabu meresepkan sejumlah obat untuk Tn. Amir dan
melakukan edukasi, terkait kepatuhan minum obat, pentingnya pengaturan makan dan olahraga.
Dokter Prabu kemudian mendelegasikan edukasi lebih detil kepada tim di poliklinik. Ners Mimi
kemudian mengajarkan cara batuk yang baik dan aktivitas olahraga yang bisa dilakukan, dan
dilanjutkan edukasi tentang pengaturan pola makan oleh ahli gizi. Cara minum obat dan efek
samping obat juga dijelaskan apoteker saat Tn. Amir mengambil obat di farmasi poliklinik.
Shared leadership yang dipraktikkan oleh tim pelayanan kesehatan di RSUD Rahayu ini paling
nyata tampak pada situasi apa?
A. Edukasi cara batuk yang baik oleh Nurse Mimi
B. Delegasi edukasi lebih lanjut kepada tim poliklinik
C. Konsultasi pola makan seimbang oleh ahli gizi
D. Edukasi oleh Dokter Prabu terkait kepatuhan minum obat
E. Kolaborasi pemberian edukasi oleh ners dan ahli gizi

4. Puskesmas di Desa Sukamaju membentuk sebuah tim khusus untuk memberantas penyakit
tuberkulosis yang angka kejadiannya masih tergolong tinggi. Tim ini antara lain terdiri atas dokter,
perawat, ahli gizi, ahli sanitasi lingkungan, dan apoteker. Tim ini dibentuk untuk suatu tujuan yang
terdiri atas beberapa tahap, mulai dari deteksi dini, pencegahan dan pengobatan tuberkulosis.
Anggota tim ini membagi tugas berdasarkan Pendidikan dan pengalaman anggota tim. Pada tingkat
layanan kesehatan primer, model tim pelayanan kesehatan apakah yang menggambarkan tim
Puskesmas Desa Sukamaju di atas dengan tepat?
A. Model Manajemen Kasus
B. Model Perawatan Bersama
C. Model Tim yang dipimpin Dokter
D. Model Tim Interprofesi
E. Model Tim Koordinasi

5. Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun berkonsultasi ke dokter dengan keluhan demam,
batuk, dan pilek sudah 3 hari dan dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya. Setelah memeriksa
kondisi pasien, dokter menanyakan apakah ada riwayat alergi obat tertentu, pasien menyatakan
ada tetapi lupa nama obatnya. Dokter meresepkan obat dan pasien menebus resepnya di bagian
farmasi. Apoteker melakukan pengkajian resep dan menyiapkan obatnya. Apoteker memanggil
pasien tersebut dan memberikan informasi obat yang terdiri dari 3 macam obat. Pada saat
apoteker akan menjelaskan cara penggunaan obat terakhir, pasien terkejut melihat kemasan
obatnya dan menyampaikan bahwa dia pernah mengalami kemerahan dan gatal pada kulitnya
setelah mengonsumsi obat tersebut. Pasien kemudian menjelaskan kronologis kejadiannya dan
Apoteker mengidentifikasi bahwa pasien tersebut mengalami reaksi alergi obat.
Apoteker meminta pasien untuk duduk kembali karena apoteker akan menghubungi dokter
terlebih dahulu. Setelah menyampaikan permasalahannya, dokter setuju bahwa hal tersebut
merupakan reaksi alergi. Dokter menanyakan apakah apoteker ada rekomendasi obat
penggantinya. Apoteker menyampaikan rekomendasinya dan disetujui oleh dokter. Apoteker
kemudian menyerahkan obat pengganti yang sudah disiapkan dan menjelaskan cara
penggunaannya serta informasi penting lainnya terkait dengan obat tersebut kepada pasien.

Apakah peran Apoteker yang dapat terlihat jelas pada kejadian di atas dan pendekatan
kepemimpinan apakah yang dipraktikkan oleh dokter?
A. Communicator dan decision maker dan pendelegasian (delegating)
B. Communicator dan manager dan pemberian panduan (directing)
C. Decision maker dan manager dan pemberian dukungan (supporting)
D. Leader dan care giver dan pemberian motivasi (coaching)
E. Care giver dan manager dan pemberian motivasi (coaching)

You might also like