You are on page 1of 17

MAKALAH

“OBAT ANEMIA”
Dosen pengampuh : Ibu Hartati,S,M.Fram,Apt

DISUSUN OLEH :

KELAS 1 A( KELOMPOK 1 )

PROGRAM STUDI DIII-KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

T.A 2022/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah farmakologi ini dengan
judul “OBAT ANTIANEMIA” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-
mahasiswi Polteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan gorontalo.
Kami sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan kami akan sangat bangga apabila
makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat
membangun. Tidak lupa kami haturkan permohonan maaf apabila makalah yang
kami buat terdapat suatu kesalahan.
Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Gorontalo, 6 april2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Obat Antianemia


B. Macam- Macam Obat Anti Anemia
C. Mekanisme Cara Kerja Obat Antianemia
D. Dosis Yang Digunakan Pada Obat Antianemia
E. Indikasi Obat Antianemia
F. Kontraindikasi Obat Antianemia
G.Efek Samping Dan Cara Mengatasinya

BAAB III PENUTUP......................................................................................7

A. Kesimpulan........................................................................................7
B. Saran..................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia (bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumla hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru. dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam
jumlah sesuai yang diperlukan tubuh keadaan ini sering menyebabkan energi
dalam tubuh menjadi menunin sehingga terjadi SL atau lemah, lesu, lemas,
lunglan, dan letih.
Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita
kekurangan zat besi. Seseorang yang menderita anemia akan sering mengalami
keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan Meningkatnya
penghancuran sel darah merah. Pembesaran limpa. Kerusakan mekanik pada sel
darah merah. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah: Hemoglobinuria
noktumal paroksismal, Sferositosis herediter. Elliptositosis herediter Seseorang
yang sering mengalami anemia di sebabkan karena pasokan oksigen yang tidak
mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke, atau serangan jantung.
Badan kesehatan dunia (World Health Organization WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%,
serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. 1,3%
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang
berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau
sekitar 1400 orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara
4
maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi
1200 juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi
yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001) Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31
orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan
13 (42%) menderita kekurangan besi Mengingat besamya dampak buruk dari
anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu
kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. Obat antianemia

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat antianemia?
2. Apa macam-macam obat antianemia?
3. Bagaimana mekanisme cara kerja obat antianemia ?
4. Berapa dosis yang digunakan pada obat antianemia?
5. Bagaimana indikasi obat antianemia?
6. Bagaimana kontraindikasi obat antianemia?
7. Bagaimana efek samping dan cara mengatasinya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat antianemia
2. Untuk mengetahui macam-macam obat antianemia
3. Untuk mengetahui mekanisme cara kerja obat antianemia
4. Untuk mengetahui dosis yang digunakan pada obat antianemia
5. Untuk mengetahui indikasi obat antianemia
6. Untuk mengetahui kontraindikasi obat antianemia
7. Untuk mengetahui efek samping dan cara mengatasinya

5
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Obat Antianemia


Obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan
kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan
untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah
mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.
1. Anemia Dalam Kehamilan
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena
dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula
perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Durah bertambah banyak dalam kehamilan disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi peng-enceran darah. Anemia
dalam kehamilan sering terjadi terutama bila jarak antar kehamilan pendek.
Anemia dalam kehamilan menyebabkan: resiko infeksi dan pendarahan.
Pascal persalinan. Faktor nutrisi utama yang terkait: Zat Besi. Asam Folat,
Vitamin B. Penyebabnya Kurang gizi, Kurang zat besi dalam dict,
Malabsorpsi, Penyakit-penyakit kronik
a Gejala
1) Takikardia
2) Gejala rasa lesu bagi sebagian besar wanita hamil dianggap biasa maka
gejala yang terkait dengan anemia dalam kehamilan jarang muncul
3) Vasodilatasi perifer selama kehamilan menyebabkan wanita
hamil yangmenderita anemia tidak nampak pucat.
4) Pemeriksaan kadar hemoglobin secara teratur pada wanita hamil menu
runkan angka kejadian wanita hamil inpurtus yang mengalami anemia.
5) Pengaruh anemia dalam kehamilan, anemia dalam kehamilan memberi
6
pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan maupun
dalam masa nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul
akibat anemia seperti: Abortus, Partus prematur. Perdarahan postpartum,
Syok Infeksi baik intrapartum maupun postpartum
2. Anemia Defisiensi Besi
Merupakan anemia yang paling sering ditemukan. Dapat disebabkan
karena kurang besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan, atau karena pengeluaran besi terlalu banyak dari tubuh
misalnya pada perdarahan. Jika terjadi defisiensi besi, maka suplai ke
sumsum tulang juga berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
basal produksi Hb. Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah yang
terbentuk mengandung sedikit Hb.
Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam trimester
terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka
mudah terjadi defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula
di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar melalui air peluh dan kulit.
Di Indonesia asupan besi per hari untuk wanita tidak hamil (12 mg). wanita
hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg). Perubahan adaptatif selama
kehamilan hemodilusi menyebabkan penurunan kadar hemoglobin Kadar
Hb normal selama kehamilan 110 g/l Terapi Pencegahan 100 mg Zat Besi
dan Asam Folat 400 mcg hari. Bila asupan per oral dalam dosis besar tidak
dapat dilaksanakan -alternatif pemberian zat besi parenteral.
3. Anemia Megaloblastik
Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi
vitamin B12. Asam folat dibutuhkan dalam pembentukan asam nukleat dan
defisiensi asam folat menyebabkan gangguan proliferasi sel - (antara lain
prilferasi sel sumsum tulang ). Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis
DNA menyebabkan partum-buhan sel yang tidak seimbang. Namun ketika
pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak terpengaruh. Hasilnya adalah
komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis dalam jumlah
berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi peningkatan

7
dalam ukuran sel. Defisiensi asam folat sering berdampingan dengan
defisiensi besi dalam kehamilan.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis
yang cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa
pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal
ini disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik jauh
berkurang. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat tidak diobati
mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati
50% dan anak 90%. Terapi : Defisiensi asam folat diatasi dengan Pemberian
5 mg asam folat 3 dd I selama kehamilan
a. Etiologi:
1) Diet yang buruk
2) Sakit berkepanjangan
3) Gangguan Traktus Gastrointestinal
4) Antibiotika oral
5) Defisiensi vitamin C
6) Penyakit hepar
4. Anemia Hipoplastik Aplastik
Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru. Kegagalan sumsum tulang yang menyebabkan anemia jarang terjadi
selama kehamilan. Pada kehamilan biasanya sembuh spontan dan
diperkirakan merupakan reaksi imunologis yang terjadi selama kehamilan.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai
masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya
biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat
jika tidak diobati mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu maupun anak.
Gejalanya Pucat, lesu, takikardia, ulkus, tenggorokan yang nyeri dan
demam. Penyebabnya kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi. stimulus
eritropoetin yang inadekuat (dapat disebabkan karena gangguan fungsi
ginjal, atau penurunan kebutuhan 02 jaringan akibat penyakit metabolik

8
seperti hipotiroid).

a. Terapi :
1) Hindari faktor-faktor penyebab
2) Prednisolone 10-20 mg qid
3) Tranfusi PRC-packed red cell dan trombosit (terminasi kehamilan)
4) Transplantasi sumsum tulang
5. Anemia Hemolitik
Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil, apabila hamil maka anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala proses hemolitik seperti anemia. Disamping itu terdapat tanda
regenerasi darah sumsum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama
dijumpai pembesaran limpa dan pada kasus herediter kadang disertai
kelainan radiologis pada tengkorak dan tulang lain.
6. "Sickle Cell" Anemia
Sickle Cell Anemia adalah kelainan genetik yang hampir selalu terjadi pada
pasien kulit hitam. Ditandai dengan adanya kelainan molekul hemoglobin
yang disebut hemoglobin S sehingga bentuk eritrosit seperti bulan sabit
Gambaran Klinik : Ditandai dengan anemia hemolitik kronis dengan krisis
berulang, Sering menderita UTI - urinary tract infection. Sel eritrosit
cenderung berubah bentuk saat terjadi hipoksia. Gejala dan Tanda Anemia
kronis: Eritrosit berubah bentuk seperti bulan sabit, Krisis perdarahan,
Manisfestasi lain : Kepekaan terhadap infeksi bakteri meningkat, Pneumonia
Bronchopneumonia, Infark paru, Kerusakan ginjal Gangguan SSP,
Gangguan Mata.
B. Macam- Macam Obat Anti Anemia
1. Zat-zat Anti Anemia
a. Asam folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam
9
bahan makanan tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi
(poligutamat). Senyawa ini dalam hati akan diuraikan oleh enzim dan
direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini untuk
sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.
b. Zat Besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi
dalam lambang diubah menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya
berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam netral garam
ferro lebih mudah larut. Setalah diserap sebagai darah, maka akan
bergabung dalam protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai
cadangan, sebagian diangkut ke sumsum tulang, hati dan sel-sel lain
untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi (metalo enzim).
Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat,
letih dan lesu, jari-jari dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan
kulit keriput. Defisiensi ini dapat diobati dengan pemberian garam-
garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida,
dan lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung
pendarahan) atau rangsangan yang hebat. Lagipula ada bahaya over
dosis, sedangkan peroral tidak akan terjadi over dosis sebab ada
rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus
belum sempurna.
c. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewan: hati, daging,
telur, susu, dalam bentuk ikatan dengan protein. Kebutuhan orang
sehari 2-5 meg. Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan
kompleksnya dengan protein oleh HCL yang segera diikat oleh
glukoprotein yang disebut intrinsik factor (Castle 1929) yang
dihasilkan oleh mukosa lambung bagian dasar. Dengan pengikatan ini
zat tersebut baru dapat diserap oleh reseptor spesifik di usus halus
(ileum). Setelah diserap vitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam hati

1
0
yang secara bertahap dilepas sesuai kebutuhan tubuh. Defisiensi
vitamin B12 dengan gejalagejala menglobaster, nyeri lidah, degenerasi
otak, sumsum tulang dan depresi psikis. Pengobatan terutama dengan
injeksi, oral vitamin B12 dengan kombinasi intrinsic factor (serbuk
pylorus).
2. Terapi non farmakologi.
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran,
daging, ikan dan unggas.
b. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin
B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki
defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.
c. Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah
merah. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut
jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera
ditangani dengan transfusi darah.
3. Terapi farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi
RBC untuk geriatri, pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi
asam folat (menginduksi remisi eksogen hematologi). Pemberian
parenteral asam folat jarang diperlukan, karena asam folat oral diserap
dengan baik bahkan pada pasien dengan sindrom malabsorpsi. Dosis 1
mg asam folat oral setiap hari sudah cukup untuk memulihkan anemia
megaloblastik , memulihkan kafolat serum normal (Katzung, 2009).
C. Mekanisme Cara Kerja Obat Antianem
1. Tablet Besi (Fe)
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di
duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin
berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif.
Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam
sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam

1
1
sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan
kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah
menjadi feritin. Setelah di absorpsi. Fe dalam tubuh akan di ikat
dalam transferin (siderofilin ), suatu beta l-globulin glikoprotein,
untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum
tulang dan depot Fe. Indikasi Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan Anemia defisiensi Fe. Penggunaan diluar
indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan
keracunan besi.
a. Efek samping
Intoleransi terhadap sediaan oral, Gejalanya: mual dan nyeri
lambung, konstipasi, diare dan kolik. Gangguan ini dapat dikurangi
dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan,
walaupun dg cara ini absorpsi dapat berkurang.
Pemberian ser IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat
suntikan berupa rasa sakit, warna coklat pd tempat suntikan,
peradangan lokal.
Pada pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik. Reaksi yg
dapat terjadi dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat.
mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps
Reaksi yg lebih sering timbul dalam ) - 24 jam setelah suntikan:
demam, menggigil, rash, urtikaria.nyeri dada rasa sakit pada
seluruh badan dan ensefalopatia, syok atau henti jantung.
Intoksikasi akut: dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g.
pada sal cerna terjadi iritasi, korosi. sampai terjadi nekrosis.
Gejalanya: mual muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna
hitam krn perdarahan pada sal. , syok dan akhirnya kolaps
kardiovaskular dg bahaya kematian. Terapi intoksikasi akut adalah
sbb:Diusahakan agar pasien muntah, Diberikan susu atau telur
yang dapat mengikat Fe sbg kompleks protein Fe, Bila obat
diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan
1
2
lambung dg larutan nat bikarbonat 1%, Bila lebih dari 1 jam
bilasan lambung dpt menyebabkan perforasi Untuk mengatasi efek
toksik sistemik maupun lokal pemberian deferoksamin (kelator)
spesifik untuk besi.

2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)


Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM
dan SK Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam
setelah suntikan IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme
yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fie) dan absorpsi
secara langsung. Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam
darah terikat dengan protein plasma sebagian besar terikat pada beta-
globulin (transkobalamin II) Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein
(transkobalamin 1) dan inter-alfaglikoprotein (transkobalamin III)
vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan di angkut ke
berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan gudang utama
penyimpanan vitamin B12 (5090% ). Kadar normal vitamin B12 dalam
plasma adalah 200-900 Pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg
dalam hepar.
Fungsi metabolik : Vit B12 bersama asam folat sangat penting
untuk metabolisme intrasel. Keduanya dibutuhkan untuk sintesis DNA
yang normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini menimbulkan
gangguan produksi dan maturasi eritrosit (anemia megaloblastik).
Defisiensi Vit B12 juga menyebabkan kelainan neurologik. Bila tidak
cepat diobati dapat membuat pasien cacat seumur hidup. Dosis :
Anemia pernisiosa: 1 -10 mg sehari yg diberikan selama 190 hari,
Terapi awal: dosis 100 mg sehari parenteral selama 5 - 10 hari, Terapi
penunjang: dosis pemeliharaan 100-200 mg sebulan sekali sampai
diperoleh remisi
Yang lengkap jumlah eritrosit dalam darah +4,5 juta/mm3) dan
morfologi hematologik berada dalam batas-batas normal.
3. Asam Folat
1
3
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3
bagian proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi
memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat
berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus,
absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sebagai
PmGA.
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari gangguan di
usus kecil, alkoholisme yg menyebabkan asupan makanan buruk, efek
toksik alkohol pada sel hepar, anemia hemolitik yg menyebabkan laju
malih eritrosit tinggi, Obat-obat yang dapat menurunkan kadar folat
dalam plasma. Indikasi:Penggunaan folat adalah pada pencegahan dan
pengobatan defisiensi folat, Kebutuhan asam folat meningkat pada
wanita hamil, sekurang kurangnya 500 mg per hari, Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan kuat antara individu antara defisiensi
asam folat pada ibu dengan insiden defek neural tuibe, spt spina bifida
dan anensefalus pada bayi yg dilahirkan. Dosis: Tergantung dari
beratnya anemia dan komplikasi yg ada. Untuk diagnostik: 0,1 mg per
oral selama 10 hari.
4. Eritropoietin
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel
induk sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit.
Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum
tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon
terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin
diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.
Indikasi Eritropoietin terutama diindikasikan untuk anemia pada
pasien gagal ginjal kronik. Pemberian eritropoietin dapat meningkatkan
kadar hematokrit dan hemoglobin, dan mengurangi/menghindarkan
kebutuhan transfusi. Dosisnya:50-150 IU/kg secara IV atau subkutan 3
x seminggu. Untuk pasien anemia akibat gangguan primer atau
sekunder pada sumsum tulang kurang memberikan respon terhadap
1
4
pemberian eritropoietin. Untuk pasien ibi dosisnya lebih tinggi, sekitar
150-300 IU/L 3 x seminggu. Efek samping : Hipertensi bertambah
berat, paling sering akibat peningkatan hematokrit yg terlalu cepat.

D. Dosis Yang Digunakan Pada Obat Antianemia

E. Indikasi Obat Antianemia

F. Kontraindikasi Obat Antianemia

G. Efek Samping Dan Cara Mengatasinya

1
5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
.

B. Saran

1
6
DAFTAR PUSTAKA

You might also like