Professional Documents
Culture Documents
Makalah Antianemia Kelompok 1 Farmakologi
Makalah Antianemia Kelompok 1 Farmakologi
“OBAT ANEMIA”
Dosen pengampuh : Ibu Hartati,S,M.Fram,Apt
DISUSUN OLEH :
KELAS 1 A( KELOMPOK 1 )
T.A 2022/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah farmakologi ini dengan
judul “OBAT ANTIANEMIA” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-
mahasiswi Polteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan gorontalo.
Kami sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan kami akan sangat bangga apabila
makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat
membangun. Tidak lupa kami haturkan permohonan maaf apabila makalah yang
kami buat terdapat suatu kesalahan.
Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Gorontalo, 6 april2022
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan........................................................................................7
B. Saran..................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia (bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumla hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru. dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh Anemia
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam
jumlah sesuai yang diperlukan tubuh keadaan ini sering menyebabkan energi
dalam tubuh menjadi menunin sehingga terjadi SL atau lemah, lesu, lemas,
lunglan, dan letih.
Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita
kekurangan zat besi. Seseorang yang menderita anemia akan sering mengalami
keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan Meningkatnya
penghancuran sel darah merah. Pembesaran limpa. Kerusakan mekanik pada sel
darah merah. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah: Hemoglobinuria
noktumal paroksismal, Sferositosis herediter. Elliptositosis herediter Seseorang
yang sering mengalami anemia di sebabkan karena pasokan oksigen yang tidak
mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke, atau serangan jantung.
Badan kesehatan dunia (World Health Organization WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%,
serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. 1,3%
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang
berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau
sekitar 1400 orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara
4
maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi
1200 juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi
yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001) Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31
orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan
13 (42%) menderita kekurangan besi Mengingat besamya dampak buruk dari
anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu
kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. Obat antianemia
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat antianemia?
2. Apa macam-macam obat antianemia?
3. Bagaimana mekanisme cara kerja obat antianemia ?
4. Berapa dosis yang digunakan pada obat antianemia?
5. Bagaimana indikasi obat antianemia?
6. Bagaimana kontraindikasi obat antianemia?
7. Bagaimana efek samping dan cara mengatasinya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat antianemia
2. Untuk mengetahui macam-macam obat antianemia
3. Untuk mengetahui mekanisme cara kerja obat antianemia
4. Untuk mengetahui dosis yang digunakan pada obat antianemia
5. Untuk mengetahui indikasi obat antianemia
6. Untuk mengetahui kontraindikasi obat antianemia
7. Untuk mengetahui efek samping dan cara mengatasinya
5
BAB II
PEMBAHASA
7
dalam ukuran sel. Defisiensi asam folat sering berdampingan dengan
defisiensi besi dalam kehamilan.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis
yang cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa
pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal
ini disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik jauh
berkurang. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat tidak diobati
mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati
50% dan anak 90%. Terapi : Defisiensi asam folat diatasi dengan Pemberian
5 mg asam folat 3 dd I selama kehamilan
a. Etiologi:
1) Diet yang buruk
2) Sakit berkepanjangan
3) Gangguan Traktus Gastrointestinal
4) Antibiotika oral
5) Defisiensi vitamin C
6) Penyakit hepar
4. Anemia Hipoplastik Aplastik
Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru. Kegagalan sumsum tulang yang menyebabkan anemia jarang terjadi
selama kehamilan. Pada kehamilan biasanya sembuh spontan dan
diperkirakan merupakan reaksi imunologis yang terjadi selama kehamilan.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai
masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya
biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat
jika tidak diobati mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu maupun anak.
Gejalanya Pucat, lesu, takikardia, ulkus, tenggorokan yang nyeri dan
demam. Penyebabnya kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi. stimulus
eritropoetin yang inadekuat (dapat disebabkan karena gangguan fungsi
ginjal, atau penurunan kebutuhan 02 jaringan akibat penyakit metabolik
8
seperti hipotiroid).
a. Terapi :
1) Hindari faktor-faktor penyebab
2) Prednisolone 10-20 mg qid
3) Tranfusi PRC-packed red cell dan trombosit (terminasi kehamilan)
4) Transplantasi sumsum tulang
5. Anemia Hemolitik
Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil, apabila hamil maka anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala proses hemolitik seperti anemia. Disamping itu terdapat tanda
regenerasi darah sumsum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama
dijumpai pembesaran limpa dan pada kasus herediter kadang disertai
kelainan radiologis pada tengkorak dan tulang lain.
6. "Sickle Cell" Anemia
Sickle Cell Anemia adalah kelainan genetik yang hampir selalu terjadi pada
pasien kulit hitam. Ditandai dengan adanya kelainan molekul hemoglobin
yang disebut hemoglobin S sehingga bentuk eritrosit seperti bulan sabit
Gambaran Klinik : Ditandai dengan anemia hemolitik kronis dengan krisis
berulang, Sering menderita UTI - urinary tract infection. Sel eritrosit
cenderung berubah bentuk saat terjadi hipoksia. Gejala dan Tanda Anemia
kronis: Eritrosit berubah bentuk seperti bulan sabit, Krisis perdarahan,
Manisfestasi lain : Kepekaan terhadap infeksi bakteri meningkat, Pneumonia
Bronchopneumonia, Infark paru, Kerusakan ginjal Gangguan SSP,
Gangguan Mata.
B. Macam- Macam Obat Anti Anemia
1. Zat-zat Anti Anemia
a. Asam folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam
9
bahan makanan tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi
(poligutamat). Senyawa ini dalam hati akan diuraikan oleh enzim dan
direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini untuk
sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.
b. Zat Besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi
dalam lambang diubah menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya
berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam netral garam
ferro lebih mudah larut. Setalah diserap sebagai darah, maka akan
bergabung dalam protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai
cadangan, sebagian diangkut ke sumsum tulang, hati dan sel-sel lain
untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi (metalo enzim).
Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat,
letih dan lesu, jari-jari dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan
kulit keriput. Defisiensi ini dapat diobati dengan pemberian garam-
garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida,
dan lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung
pendarahan) atau rangsangan yang hebat. Lagipula ada bahaya over
dosis, sedangkan peroral tidak akan terjadi over dosis sebab ada
rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus
belum sempurna.
c. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewan: hati, daging,
telur, susu, dalam bentuk ikatan dengan protein. Kebutuhan orang
sehari 2-5 meg. Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan
kompleksnya dengan protein oleh HCL yang segera diikat oleh
glukoprotein yang disebut intrinsik factor (Castle 1929) yang
dihasilkan oleh mukosa lambung bagian dasar. Dengan pengikatan ini
zat tersebut baru dapat diserap oleh reseptor spesifik di usus halus
(ileum). Setelah diserap vitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam hati
1
0
yang secara bertahap dilepas sesuai kebutuhan tubuh. Defisiensi
vitamin B12 dengan gejalagejala menglobaster, nyeri lidah, degenerasi
otak, sumsum tulang dan depresi psikis. Pengobatan terutama dengan
injeksi, oral vitamin B12 dengan kombinasi intrinsic factor (serbuk
pylorus).
2. Terapi non farmakologi.
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran,
daging, ikan dan unggas.
b. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin
B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki
defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.
c. Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah
merah. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut
jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera
ditangani dengan transfusi darah.
3. Terapi farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi
RBC untuk geriatri, pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi
asam folat (menginduksi remisi eksogen hematologi). Pemberian
parenteral asam folat jarang diperlukan, karena asam folat oral diserap
dengan baik bahkan pada pasien dengan sindrom malabsorpsi. Dosis 1
mg asam folat oral setiap hari sudah cukup untuk memulihkan anemia
megaloblastik , memulihkan kafolat serum normal (Katzung, 2009).
C. Mekanisme Cara Kerja Obat Antianem
1. Tablet Besi (Fe)
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di
duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin
berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.
Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif.
Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam
sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam
1
1
sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan
kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah
menjadi feritin. Setelah di absorpsi. Fe dalam tubuh akan di ikat
dalam transferin (siderofilin ), suatu beta l-globulin glikoprotein,
untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum
tulang dan depot Fe. Indikasi Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan Anemia defisiensi Fe. Penggunaan diluar
indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan
keracunan besi.
a. Efek samping
Intoleransi terhadap sediaan oral, Gejalanya: mual dan nyeri
lambung, konstipasi, diare dan kolik. Gangguan ini dapat dikurangi
dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan,
walaupun dg cara ini absorpsi dapat berkurang.
Pemberian ser IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat
suntikan berupa rasa sakit, warna coklat pd tempat suntikan,
peradangan lokal.
Pada pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik. Reaksi yg
dapat terjadi dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat.
mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps
Reaksi yg lebih sering timbul dalam ) - 24 jam setelah suntikan:
demam, menggigil, rash, urtikaria.nyeri dada rasa sakit pada
seluruh badan dan ensefalopatia, syok atau henti jantung.
Intoksikasi akut: dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g.
pada sal cerna terjadi iritasi, korosi. sampai terjadi nekrosis.
Gejalanya: mual muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna
hitam krn perdarahan pada sal. , syok dan akhirnya kolaps
kardiovaskular dg bahaya kematian. Terapi intoksikasi akut adalah
sbb:Diusahakan agar pasien muntah, Diberikan susu atau telur
yang dapat mengikat Fe sbg kompleks protein Fe, Bila obat
diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan
1
2
lambung dg larutan nat bikarbonat 1%, Bila lebih dari 1 jam
bilasan lambung dpt menyebabkan perforasi Untuk mengatasi efek
toksik sistemik maupun lokal pemberian deferoksamin (kelator)
spesifik untuk besi.
1
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
.
B. Saran
1
6
DAFTAR PUSTAKA