You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

SISTEM TERNER AIR-KLOROFORM-ASAM ASETAT

Oleh:

Kelompok 3

Ni Wayan Yuda Krisna Dewi 1913031004

Vitri Widiantari 1913031018

Anak Agung Istri Brahmani Prita Dewi 1913031022

Kelas : V A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
I. JUDUL PERCOBAAN
Sistem Terner Air-Kloroform-Asam Asetat

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Menggambarkan diagram terner sistem air-kloroform-asam asetat.
2. Menentukan garis dasi (tie line) sistem air-kloroform-asam asetat.

III. DASAR TEORI

Kloroform yang kelarutannya sangat kecil dalam air, apabila ditambahkan asam
asetat maka kelarutannya akan bertambah besar. Hal ini disebabkan karena asam asetat
mudah larut dalam air dan asam asetat dapat larut dalam kloroform dalam berbagai
perbandingan. Sistem tiga komponen mempunyai derajat kebebasan F = 3-P, karena
tidak mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, maka sistem tersebut dibuat pada
tekanan dan suhu tetap, sehingga diagram hanya merupakan fungsi komposisi. Harga
derajat kebebasan maksimal adalah 2, karena harga P hanya mempunyai 2 pilihan 1
fasa yaitu ketiga komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang
misibel (Endang Widjajanti, 2008). Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem
cair-cair-cair. Jumlah fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Dengan adanya berbagai
bentuk kesetimbangan antara komponen-komponen yang ada, digunakan diagram fasa
segitiga (Sari, 2001).
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi
suhu dan tekanan. Sebagai contoh khas, diagram fasa air diberikan di gambar 2. Dalam
diagram fasa, diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat
lain yang masuk atau keluar sistem. Pemahaman tentang diagram fasa akan terbantu
dengan pemahaman hukum fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawan-
matematik Amerika Josiah Willard Gibbs (1839-1903) di tahun 1876. Aturan ini
menyatakan bahwa untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel
bebas disebut derajat kebebasan F yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2
dikurangi jumlah fasa P, yakni,
F=C+2-P …....................................(1)
Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat kebebasan adalah 2 yakni
suhu dan tekanan; bila dua fasa dalam kesetimbangan sebagaimana ditunjukkan dengan
garis yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat kebebasan yaitu suhu atau
tekanan. Pada titik tripel ketika terdapat tiga fasa tidak ada derajat kebebasan lagi. Dari
diagram fasa, dapat dikonfirmasikan apa yang telah diketahui dan lebih lanjut dapat
mempelajari apa yang belum diketahui. Misalnya, kemiringan yang negatif pada
perbatasan padatan-cairan memiliki implikasi penting sebagaimana dinyatakan di
bagian kanan diagram, yakni bila tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan
membentuk air. Berdasarkan prinsip Le Chatelier, bila sistem pada kesetimbangan
diberi tekanan, kesetimbangan akan bergeser ke arah yang akan mengurangi perubahan
ini. Hal ini berarti air memiliki volume yang lebih kecil, kerapatan lebih besar daripada
es.Sebaliknya, air pada tekanan 0,0060 atm berada sebagai cairan pada suhu rendah,
sementara pada suhu 0,0098°C, tiga wujud air akan ada bersama. Titik ini disebut titik
tripel air. Tidak ada titik lain di mana tiga wujud air ada bersama.Selain itu, titik kritis
(untuk air, 218 atm, 374°C), juga ditunjukkan dalam diagram fasa. Bila cairan berubah
menjadi fasa gas pada titik kritis, muncul keadaan antara (intermediate state), yakni
keadaan antara cair dan gas. Dalam diagram fasa keadaan di atas titik kritis tidak
didefinisikan.
Bentuk diagram fasa 3 komponen tersebut dilukiskan dalam segitiga sama sisi,
yang terjadi pada suhu dan tekanan yang tetap. Aturan Gibbs yang digunakan untuk
menentukan keadaan sistem adalah sebagai berikut.
V = C – P..............................................(2)
Dengan V adalah derajat kebebasan, C adalah jumlah komponen, dan P adalah jumlah
fasa dalam sistem. Untuk sistem terner ini, C bernilai 3 sehingga persamaan Gibbs
menjadi
V = 3 – P...............................................(3)
Dengan menggunakan persamaan tersebut, derajat kebebasan yang diperlukan untuk
menentukan kedudukan sistem dalam daerah satu fasa adalah sebanyak 2. Diagram fasa
segitiga dapat digambarkan sebagai berikut.

A B
Gambar 1. Penentuan Komposisi
Perhatikan gambar 1 untuk sistem tiga komponen air-kloroform-asam asetat.
Kedudukan sistem ditentukan sebagai berikut.
A adalah tempat kedudukan sistem 100% A ; 0% B ; 0% C
B adalah tempat kedudukan sistem 100% B ; 0% A ; 0% C
C adalah tempat kedudukan sistem 100% C ; 0% A ; 0% B
Garis miring AC dan sejajar dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan
merupakan tempat kedudukan sistem 0% B ; 10% B ; 20% B ; dan seterusnya sampai
100% B pada titik B. Garis miring BC dan yang sejajar dengannya secara berturut-turut
dari kiri ke kanan merupakan tempat kedudukan sistem 0% A ; 10% A ; 20% A ; dan
seterusnya sampai 100% A pada titik A. Sementara itu, garis AB yang sejajar
dengannya secara berturut-turut dari kiri ke kanan merupakan tempat kedudukan sistem
0% C ; 10% C ; 20% C ; dan seterusnya sampai 100% C pada titik C. Titik D adalah
kedudukan sistem komposisi 20% B ; 30% C ; dan 50% A. Bentuk diagram sistem
kloroform-air-asam asetat pada suhu dan tekanan tertentu adalah sebagai berikut:

CH3COOH

1 fase

CHCl3 2 fase
H2O
Gambar 2. Diagram fasa air- kloroform- asam asetat

Kurva yang terdapat dalam segitiga merupakan kelarutan antara ketiga zat. Di
dalam kurva terdiri atas campuran sistem yang memiliki 2 fasa cair-cair, yaitu asam
asetat dengan kloroform yang larut dalam air dan asam asetat dengan air yang larut
dalam kloroform. Garis PQ merupakan garis penentu komposisi sistem yang letaknya
tidak sejajar dengan H2O-CHCl3 disebut garis dasi (tie line). Misalnya suatu sistem
dimulai dari komposisi K, berdasarkan aturan Lever sistem ini memiliki jumlah air yang
lebih banyak daripada kloroform. Sistem ini merupakan sistem 2 fasa C jika dikocok
akan terlihat keruh. Dengan menitrasi campuran oleh asam asetat, maka komposisi akan
berjalan sepanjang garis KK’ menuju titik 100% asam asetat. Dengan pengocokan
secara berhati-hati selama titrasi akan diperoleh tetesan terakhir ketika kekeruhan tepat
hilang, yaitu titik K’.

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:

No. Nama alat Jumlah


1. Labu Erlenmeyer 4 buah
2. Buret 50 mL 1 buah
3. Corong Pisah 1 buah
4. Gelas Kimia 100 mL 3 buah
5. Pipet tetes 3 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Statif dan klem 1 set
8. Ring 1 buah
9. Gelas ukur 10 mL 2 buah
10. Pipet volumetrik 5 mL 1 buah

b. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:

No. Nama Bahan Jumlah


1. Aquades 1000 mL
2. Kloroform 15 mL
3. Larutan NaOH 0,129 M 20 mL
4. Asam asetat 50 mL
5. Asam oksalat 0,05 M 15 mL
6. Indikator PP 5 mL
V. CARA KERJA
1. Disediakan 2 buah buret yang masing-masing berisi kloroform, dan asam asetat.
2. Massa jenis aquades, kloroform, dan asam asetat ditentukan menggunakan
piknometer.
3. Disediakan 4 buah Erlenmeyer dan masing-masing diberi tanda I, II, III, IV,
kemudian dibuat empat macam komposisi air-kloroform dan labu Erlenmeyer
tersebut:
• Labu I: 4 g aquades + 1 g kloroform
• Labu II: 3 g aquades + 2 g kloroform
• Labu III: 2 g aquades + 3 g kloroform
• Labu IV: 1 g aquades + 4 g kloroform
4. Masing-masing campuran dalam Erlenmeyer tersebut dititrasi dengan asam asetat
sampai tidak keruh, kemudian dicatat volume asam asetat yang digunakan.
5. Corong pisah yang bersih dan kering diambil dan selanjutnya diisi dengan 2,5 gram
aquades dan 2,5 gram kloroform. Selanjutnya ditambahkan satu gram asam asetat,
kemudian campuran dikocok hingga diperoleh campuran yang merata.
6. Campuran tersebut dibiarkan beberapa saat sampai didapat kembali 2 lapisan (L1
dan L2). Sementara itu, 2 buah labu Erlenmeyer yang bersih dan kering disiapkan
dan ditimbang keduanya dengan teliti.
7. Kedua lapisan yang diperoleh pada langkah 7 kemudian dipisahkan dan masing-
masing lapisan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (masing-masing diberi
tanda L1 dan L2) yang telah diketahui massanya. Kemudian ditimbang kembali
kedua Erlenmeyer tersebut.
8. Kedua cairan tersebut (L1 dan L2 ) dititrasi dengan NaOH.

VI. DATA PENGAMATAN


Labu Volume CH3COOH titrasi (mL)
I 3,2
II 4,8
III 5
IV 5,5
Massa sebelum diisi Massa setelah diisi Volume NaOH
Campuran
campuran (gr) campuran (gr) (mL)
L1 74,2632 76,6375 1,8
L2 68,0382 72,1028 17,8

VII. PENGOLAHAN DATA


1. Tentukan massa jenis air, kloroform, dan asam asetat berdasarkan data
percobaan dengan piknometer.
Zat Massa Jenis
Air 1 g/mL
Kloroform 1,49 g/mL
Asam Asetat 1,05 g/mL

2. Hitung fraksi mol air, kloroform, dan asam asetat dalam keempat campuran
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Tabel volume air dan kloroform pada masing-masing tabung.
Labu Volume air Volume kloroform
I 4 mL 0,671 mL
II 3 mL 1,342 mL
III 2 mL 2,013 mL
IV 1 mL 2,685 mL

Perhitungan pada labu I


• Volume asam asetat = 3,2 mL
•  asam asetat = 1,05 g/mL
• massa asam asetat =  x V = 1,05 g/mL x 3,2 mL = 3,36 gram
• massa aquades = 4 gram
• massa kloroform = 1 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
• mol aquades = = 18 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,22 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
• mol kloroform = = 119,37 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,008377 mol
𝑀𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 3,36 𝑔𝑟𝑎𝑚
• mol asam asetat = = 60,05 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,05595 mol
𝑀𝑟
• mol campuran aquades dan kloroform= (0,22 + 0,008377)mol = 0,228377 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 0,22 𝑚𝑜𝑙
fraksi mol aquades = 𝑚𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,228377𝑚𝑜𝑙 = 0,96
𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 0,008377 𝑚𝑜𝑙
fraksi mol kloroform = = = 0,0367
𝑚𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 0,228377𝑚𝑜𝑙

• mol total campuran = (0,22 + 0,008377 + 0,05595)mol = 0,284327 mol


𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 0,22 𝑚𝑜𝑙
fraksi mol aquades = 𝑚𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,284327 𝑚𝑜𝑙 = 0,774
𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 0,008377 𝑚𝑜𝑙
fraksi mol kloroform = = 0,284327 𝑚𝑜𝑙 = 0,030
𝑚𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 0,05595 𝑚𝑜𝑙
fraksi mol asam asetat = = 0,284327 𝑚𝑜𝑙 = 0,197
𝑚𝑜𝑙 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛

Dengan cara yang sama, maka didapatkan hasil fraksi mol aquades, kloroform,
dan asam asetat pada masing-masing labu adalah sebagai berikut.

Fraksi mol Fraksi mol Fraksi mol


Labu
aquades kloroform asam asetat
I 0,774 0,030 0,197
II 0,623 0,063 0,314
III 0,497 0,112 0,391
IV 0,300 0,181 0,519

3. Hitung persen massa air, kloroform, dan asam asetat pada L1 dan L2
Garis dasi adalah garis yang berada dalam kurva penghubung keadaan pasangan
dua fasa. Garis dasi dapat dicari dengan menghitung % asam asetat dalam campuran
aquades, kloroform dan asam asetat. Pada campuran tersebut terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas diberi label L1 dan lapisan bawah L2. L1 yang merupakan campuran
asam asetat dan kloroform memiliki massa seberat 2,3743 gram dan ketika dititrasi
memerlukan NaOH sebanyak 1,8 mL, sedangkan L2 merupakan campuran akuades
dengan asam asetat memiliki massa seberat 4,0646 gram dan ketika dititrasi
memerlukan NaOH sebanyak 17,8 mL. Perhitungan % asam asetat pada kedua
lapisan adalah sebagai berikut.
• Persen asam asetat pada L1
mol NaOH = VNaOH × MNaOH
= 1,8 mL × 0,129 M
= 0,0002322 mol
mol NaOH = mol asam asetat = 0,0002322 mol
massa asam asetat = mol asam asetat × massa molar asam asetat
= 0,0002322 mol × 60 gram/mol
= 0,013932 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 0,013932 gram
% massa asam asetat = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑥100% = 2,3743 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥100% =

0,586%
• Persen kloroform pada L1
massa kloroform = 2,3743 gram – 0,013932 gram = 2,36 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 2,36 gram
% massa kloroform = 𝑥100% = 𝑥100% = 99, 4%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2,3743 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Persen asam asetat pada L2


mol NaOH = VNaOH x MNaOH
= 17,8 mL x 0,129 M
= 0,0022962 mol
mol NaOH = mol asam asetat = 0,0022962 mol
massa asam asetat = mol asam asetat × massa molar asam asetat
= 0,0022962 mol × 60 gram/mol
= 0,137772 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 0,137772 gram
% massa asam asetat = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑥100% = 4,0646 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥100% = 3,4 %

• Persen akuades pada L2


massa akuades = 4,0646 gram – 0,137772 gram = 3,927 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑜𝑟𝑚 3,927 gram
% massa akuades = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑥100% = 4,0646 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥100% = 96,61 %

Persen massa
Nama Lapisan
Aquades Asam asetat Kloroform
Lapisan 1 (Lapisan
- 0,586 % 99,4 %
bawah)
Lapisan 2 (Lapisan
96,61% 3,4 % -
atas)
4. Gambarkan diagram segitiga dan tie line untuk sistem tiga komponen air-
kloroform-asam asetat.

100 % As. asetat


Air : kloroform: as. asetat
0,774 : 0,03 : 0,197
Air : kloroform: as. asetat
0,623 : 0,063 : 0,314

1 fase Air : kloroform: as. asetat


0,497 : 0,112: 0,391

Air : kloroform: as. asetat


0,3 : 0,181 : 0,519
L1 as. Asetat : kloroform
0,586% : 99,4%
L2 asam asetat : air
0,262% : 99,738%
2 fase
100% kloroform 100% air

Air : kloroform Air : kloroform Air : kloroform Air : kloroform


0,774 : 0,03 0,623 : 0,063 0,497 : 0,112 0,3 : 0,181

VIII. PEMBAHASAN
Berdasarkan data dan analisis data maka dapat digambarkan diagram fasa dari
sistem 3 komponen, aquades-kloroform-asam asetat adalah sebagai berikut: Dari
persentase massa yang diperoleh dari perhitungan, dapat dibuat grafik diagram fasa dan
garis dasi sebagai berikut

Gambar 5. Diagram Fase Sistem Tiga Komponen Air-Kloroform-Asam Asetat


Kurva yang terdapat dalam segitiga merupakan kelarutan antara ketiga zat. Di
dalam kurva terdiri atas campuran sistem yang memiliki 2 fasa cair-cair dalam
kesetimbangan, yaitu asam asetat dengan kloroform yang larut dalam aquades dan asam
asetat dengan aquades yang larut dalam kloroform. Pada saat aquades ditambahkan ke
dalam kloroform terbentuk larutan dua fase (aquades dan kloroform tidak saling
melarutkan), hal tersebut digambarkan pada diagram terner di atas yaitu berada di
bawah kurva parabola AA’ (daerah dua fase). Setelah keempat labu dititrasi dengan
asam asetat sampai warna keruh hilang terbentuk sistem satu fase yang pada diagram
di atas berada pada bagian atas parabola AA’. Ketika penambahan pertama asam asetat,
asam asetat ini akan bercampur dengan aquades dan kloroform. Ketika terus
ditambahkan asam asetat, maka asam asetat yang larut dalam aquades dan kloroform
semakin banyak sehingga lama kelamaan akan terjadi sistem satu fase. Hal ini
disebabkan karena asam asetat mudah larut dalam aquades dan asam asetat dapat larut
dalam kloroform dalam berbagai perbandingan. Dalam percobaan ini, saat kekeruhan
larutan hilang diasumsikan bahwa campuran telah membentuk satu fase. Penggabungan
titik-titik ini dengan garis akan membentuk kurva yang membatasi sistem 2 fasa dengan
sistem 1 fasa.
Garis dasi digunakan sebagai garis penentu komposisi sistem. Garis dasi pada
diagram fase hasil percobaan adalah garis XY dengan komposisi asam asetat 0,586%
dan 0,262%. Persen kandungan asam asetat di dalam kloroform dan air dapat digunakan
sekaligus untuk menentukan komposisi komponen lainnya sehingga garis dasi dapat
digunakan untuk menentukan komposisi suatu campuran.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa garis dasi pada kurva
berdasarkan hasil percobaan merupakan garis yang menghubungkan titik dengan
persentase asam asetat 0,586% dan 0,262%.

X. SARAN
Dalam melakukan percobaan mengenai Sistem Terner Air-Kloroform-Asam
Asetat praktikan harus memperhatikan langkah kerja dengan cermat dan harus
melakukan kalibrasi alat serta memperhatikan kemurnian bahan yang digunakan untuk
mendapatkan hasil percobaan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Selain
itu, setelah mendapatkan data-data percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam
menghitung dan mengolah data-data agar tidak terdapat kesalahan dalam
perhitungannya yang kemudian akan menjadi ketidaksesuaian pada hasilnya.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga


Dogra, S.K. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-PRESS
Suardana, I Nyoman, Nyoman Retug, dan I Wayan Subagia. 2002. Buku Ajar Kimia
Fisika. Singaraja : Undiksha
Wiratini, Made, Nyoman Retug. 2014. Buku Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja : Undiksha

You might also like