You are on page 1of 5

PERCOBAAN VI

Judul : Vitamin B1
Tujuan : Memuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif
Hari/Tanggal : Jumat/25 Maret 2022
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar/Analitik FKIP ULM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Vitamin adalah molekul organik yang dibutuhkan oleh makhluk hidup dalam jumlah
sedikit untuk kesehatan. Makhluk yang kekurangan salah satu vitamin akan menderita gejala-
gejala penyakit yang berkaitan dengan vitamin tersebut. Vitamin merupakan zat gizi esensial
bagi tubuh manusia karena tubuh tidak dapat memproduksi vitamin sendiri. Asupan vitamin
harus dipenuhi dari luar, seperti makanan dan suplemen (Syahmani, 2022). Vitamin adalah
sejumlah kecil zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan membawa berbagai manfaat bagi tubuh
manusia, biasanya vitamin tidak disintesis oleh tubuh manusia, sehingga harus diperoleh dari
makanan. Tanpa adanya vitamin larut air dan vitamin larut lemak, manusia tidak akan dapat
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dengan baik (Kaunang, Kapantow, Fima & Langi,
2020). Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini
diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena fungsinya tidak dapat
digantikan senyawa lain (Winarno, 1997).
Vitamin merupakan senyawa organik dan zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh suatu
organisme dalam jumlah terbatas. Vitamin dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan
utama yaitu vitamin yang larut dalam air dan lemak. Sumber vitamin yang larut dalam air
banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan, biji-bijian, kacang tanah, kacang kedelai
dan sebagainya (Du, Huang, & Fu, 2018). Berdasarkan kelarutannya vitamin dibagi dalam
kelompok vitamin yang larut air dan vitamin yang tidak larut air (tetapi larut dalam lemak).
Vitamin yang larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut air adalah
vitamin C dan vitamin B kompleks seperti tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3) atau
(asam nikotinat, niasinamida), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B7), asam folat
(B9), dan kobalamin (B12) (Deman, 1997).
Vitamin B1 adalah salah satu dari delapan vitamin B, juga dikenal sebagai thiamin
(tiamin). Karena thiamin hanya dapat disimpan dalam tubuh untuk waktu yang singkat
sebelum segera dikeluarkan, asupan makanan thiamin secara teratur diperlukan untuk
mempertahankan tingkat darah yang tepat (Jannusch, & Kai, 2019). Vitamin adalah senyawa
organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup. Senyawa-
senyawa tersebut sangat penting untuk tranformasi energi dan pengaturan metabolisme tubuh
(Larahaman, Arista, Yolanda, & Syari, 2019). Vitamin adalah molekul organik esensial yang
berfungsi sebagai kofaktor untuk reaksi enzimatik. Mereka umumnya tidak bis disintesis oleh
sel mamalia dan, oleh karena itu, harus disuplai dalam makanan. Vitamin B1 juga dikenal
sebagai tiamin, thiamin, dan aneurina. Tiamin adalah nama yang diterima saat ini untuk
vitamin B1 di Amerika Serikat. Nama kimia untuk vitamin yang larut dalam air ini adalah 3-
[(4-amino-2-metil-5-pirimidinil)metil]-5-(2-hidroksietil)-4-metiltiazolium. Tiamin terdiri dari
cincin pirimidin dan cincin tiazol, yang digabungkan oleh jembatan metilen. Berikut
merupkan struktur Tiamin yang berasal dari pirimidin tersubstitusi dan a-tiazol, yang
digabungkan oleh jembatan metilen :

(Valevski, 2018).

Vitamin B1 merupakan vitamin yang berguna dalam menghasilkan energi bagi tubuh
terutama pada otak dan sistem saraf. Peran utama viatmin B1 terdapat dalam metabolisme
karbohidrat. Kandungan vitamin dalam buah maupun makanan akan rusak karena proses
oksidasi oleh udara luar Bentuk murni dari vitamin B1 yaitu tiamin hidroklorida (Putri, Nasir,
& Gani, 2020). Thiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Dalam
keadaan kering vitamin B1 cukup stabil. Di dalam keadaan larut vitamin B1 hanya tahan
panas bila berada dalam keadaan asam. Dalam keadaan alkali vitamin B1 mudah rusak oleh
panas atau oksidasi. Kehilangan thiamin oleh pemasakan bergantung pada lama memasak,
pH, suhu, jumlah air, yang digunakan dan dibuang, namun tahan suhu beku (Rahayu,
Yulidasari, & Setiawan, 2019). Vitamin B1 diperlukan sebagai katalisator sekaligus co-enzim
untuk mempercepat laju reaksi sebagai senyawa non-protein yang dapat terdialisa,
termostabil dan terikat secara “longgar” dengan bagian protein dari enzim (Suhardjo &
Kusharto, 1992).
Tiamin merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan untuk menambahkan nafsu
makan,membantu penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistem
syaraf. Sayuran dan buah-buahan mengandung sedikit vitamin B1 sedangkan pada biji-bijian
banyak mengandung vitamin B1 (Asra, Chandra, Zulharmita, & Febranti, 2018). Identifikasi
vitamin B1 pada larutan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi warna
diantaranya reaksi tiokrom dan reaksi timbal asetat. Identifikasi dengan reaksi timbal asetat
terbentuk endapan bewarna kuning. Hal tersebut berarti sampel dan larutan baku pembanding
positif merngandung vitamin B1. Dalam hal ini larutan thiamin yang dicampurkan dengan
Pb-asetat 10 % dan NaOH 6 N, agar dekomposisi thiamin melalui reaksi pertukaran basa
yang melibatkan suatu nukleofilik dan pemindahan gugus metilen dari bagian pirimidin
sehimgga menghasilkan warna kuning. Karena adanya Pb-asetat (logam) thiamin mudah
terurai sehingga warna kuning yang telah dihasilkan akan mengendap menjadi coklat hitam
(Chandra, Zulharmita, & Putri, 2019).
Vitamin B1 memiliki peranan dalam hamatopoiesis, metabolisme karbohidrat, aktivitas
saraf pada otot sehingga dapat memberikan efek dalam menutunkan kontraksi otot rahim.
Vitamin B1 adalah obat yang aman karena angka kejadian komplikasinya rendah. Konsumsi
Vitamin B1 yang berlebih tidak akan menimbulkan bahaya keracunan. Jika mengonsumsi
Vitamin B1 secara berlebihan dari yang dianjurkan, maka Vitamin B1 otomatis dieksresi
melalui urin. Namun, Tidak ada keuntungan memakai thiamin melebihi kecukupan yang
dianjurkan. Karena kelebihan akan dieksresi. Kelebihan konsumsi thiamin juga tidak akan
menimbulkan zat yang berbahaya bagi tubuh kita (Pratiwi, Putri, & Wilujeng, 2019). Selain
itu, vitamin B1 juga memegang peranan penting dalam proses antioksidan dan berpotensi
sebagai zat anti radikal bebas misal berasianin (Ayuni, 2020). Vitamin B1 memegang
peranan esensial dalam transformasi energi dan efektif untuk mencegah kelelahan otot karena
memiliki peran dalam metabolisme karbohidrat dan protein serta berpengaruh pada suplei
oksigen ke dalam otot. Vitamin B1 banyak terkandung didalam buah, antara lain buah pisang,
buah semangka serta terkandung sangat banyak dalam biji-bijian khususnya biji kacang hijau
(Faturochman, Junaidi & Setiowati, 2020). Kacang hijau mengandung vitamin B1 yang
berguna untuk pertumbuhan dan mengandung protein yang cukup tinggi yang berfungsi
mengganti sel mati dan membantu pertumbuhan sel tubuh serta merupakan sumber mineral
penting yang bermanfaat untuk pertumbuhan tulang (Rukmana, 1997).

DAFTAR PUSTAKA
Asra, R., Chandra, B., Zulharmita., & Febrianti, E. (2018). Analisis Kualitatif Vitamin B1
Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.) Menggunakan Metode Konvensional dan
KLTKT Silika Gel 60 F254. Jurnal Farmasi Higea, 10(2). 147-153.
Ayuni, N.M.I. (2020). Efek Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Darah Pada Diabetes Tipe 2. Jurnal Ilmu Kesehatan Sandi Husada, 9(1),
554-559.
Chandra, B., Zulharmita, & Putri, W.D. (2019). Penetapan Kadar Vitamin C Dan B1 Pada
Buah Naga Merah (Hylocereus Lemairel (Hook.) Britton & Rose) Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Farmasi Higea, 11(1), 62-74.
Deman, J.M. (1997). Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB.
Du, X., Huang, Y., & Fu, Y. (2018). Vitamin B1 helps to Limit Mycobacterium Tuberculosis
Growth via Regulating Innate Immunity in a Peroxisme Proliferator-Activated
Receptor-y-Dependent Manner. Front Immunology, 9(1778), 1-9.
Faturochman., Junaidi, S., & Setiowati, A. (2020). Efektivitas Pemberian Buah Pisang Dan
Vitamin B1, B6, dan B12 Terhadap Kelelahan Otot. Journal of Sport Sciences and
Fitness, 6(1), 41-47
Jannusch., & Kai. (2019). A Complex Interplay of Vitamin B1 and B6 Metabolism with
Cognition, Brain Structure, and Functional Connectivity in Older Adults. Journal Of
Wissenschaftliche Abschlussarbeiten , 6(1), 12-19.
Kaunang, T.A.S., Kapantow, A.S., & Langi, F.L.G. (2020). Gambaran Asupan Vitamin Larut
Air Pada Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Fkm Unsrat Saat Pembatasan Sosial
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(7), 78-86.
Larahman, J., Arista, H., Yolanda L., & Syari, M. (2019). Uji kandungan kimia ekstrak buah
karamunting (Melastoma malabathricum) sebagai upaya menghasilkan bahan pewarna
alami tekstil. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran, 4(2),104-109.
Pratiwi, T.D., Putri, R., & Wilujeng, C.S. (2019). Perbedaan Antara Asupan Vitamin B1, B6
dan B12 dengan Kejadian Dysmenorrhea pada Remaja Putri di SMAN 8 Kota Malang
dan MA Nurul Ulum Munjungan Kabupaten Trenggalek. Journal of Issues in
Midwifery, 3(2), 1-15.
Putri, R.G., Nasir, M. & Gani, A. (2020). Analysis Of Vitamin C And B1 Levels In
Senduduk Fruit (Melastoma Malabathricum L.) Using Uv-Vis Spectrophotometry
Method. Chimica Didactica Acta, 8(2), 49-54.
Rahayu, A., Yulidasari, F., & Setiawan, M.I. (2019). Buku Ajar : Dasar-Dasar Gizi.
Yogyakarta : Penerbit CV Mine.
Rukmana, R. (1997). Budi daya dan pascapanen kacang hijau. Yogyakarta: Kanisius.
Sohardjo., & Kusharto, C.M. (1992). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius.
Syahmani. (2022). Panduan Praktikum Biokimia. Banjarmasin : FKIP ULM.
Valevski, A.F. (2018). Thiamine (Vitamin B1). Journal of Evidence-Based Complementary &
Alternative Medicine, 16(1), 12-20.
Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

You might also like