You are on page 1of 32

MAKALAH

ANALISIS TITIK IMPAS

Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan


Dosen Pengampu : Imam Abrori, S.E., M.M.

Disusun Oleh
Kelompok 2 / Kls Manajemen A5

Fenny Fitriya Ningsih (217122793)


Imamatus Ika Wahyuni (217122789)
Jerry Dwi Prakoso (217122715)
Miranda (217122877)
Nicko Bahtiar Prastianto (217122928)
Siti Lailatul Qomariyah (217122990)
Widya Irma Yanti (217122698)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


STIEWIDYA GAMA LUMAJANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Analisis Laporan Keuangan tentangAnalisis Titik Impas.
Maksud dari penyusunan Makalah ini adalah dalam rangka memperluas
pengetahuan pembaca dan mengenal lebih dekat tentang Analisis Titik Impas.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Imam Abrori, S.E., M.M. Selaku dosen mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk
makalah ini.
3. Seluruh keluarga kami yang selalu mendukung proses belajar.
  Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Lumajang,20 Nopember 2019

PENULIS

i| P a g e
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGATAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................1
1.3 TUJUAN.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Pengertian, Tujuan, syarat titik impas...................................................3
2.2 Perilaku Biaya ......................................................................................4
2.3 Biaya, Volume, dan Laba.....................................................................5
2.4 Metode titik impas................................................................................10
2.5 Kegunaan lain Titik Impas....................................................................11
2.6 Margin Kontribusi................................................................................14
2.7 Hasil penelitian Titik Impas 1...............................................................15
2.8 Hasil penelitian Titik Impas 2...............................................................19

BAB III PENUTUP..........................................................................................27


3.1 KESIMPULAN...................................................................................27
3.2 SARAN...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................28

ii| P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang
maupun jasa, perusahaan terkadang perluu terlebih dulu merencanakan berapa
besar laba yang inin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan
prioritas yang harus dicapai perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar
perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus
mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi
pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak
mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokokatau dikenal dengan nama
analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang
sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas
sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya
lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru.
Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya
yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau
jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.Analisis BEP memberikan
pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau
dijual.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa saja Pengertian, Tujuan, Syarat Titik Impas?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Perilaku Biaya?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Biaya, Volume, dan Laba?
1.2.4 Bagaimana Metode Titik Impas?
1.2.5 Apa saja kegunaan lain Titik Impas?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan Margin Kontribusi?
1.2.7 Bagaimana hasil Penelitian Titik Impas 1?
1.2.8 Bagaimana hasil Penelitian Titik Impas 2?

1| P a g e
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian, Tujuan, Syarat Titik Impas.
1.3.2 Untuk mengetahui Perilaku Biaya.
1.3.3 Untuk mengetahui Biaya, Volume, dan Laba.
1.3.4 Untuk mengetahui Metode Titik Impas.
1.3.5 Untuk mengetahui kegunaan lain Titik Impas.
1.3.6 Untuk mengetahui Margin Kontribusi.
1.3.7 Untuk mengetahui hasil Penelitian Titik Impas 1.
1.3.8 Untuk mengetahui hasil Penelitian Titik Impas 2.

2| P a g e
BAB II
 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Tujuan, Syarat Titik Impas


Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan yang menekankan harga jual produk.
jadi, untuk mengetahui bagaimana pendapatan, beban dan laba berperilaku ketika
volume berubah, analisis biaya volume laba dapat dimulai dengan menentukan
titik 1mpas perusahaan (Mowen, Hansen, 2005).
Titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya,
titik dimana laba sama dengan r101 Mowen dan Hansen (2005). Titik impas
adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak
terdapat laba maupun rugi bersih Charles T. Horngren, Srikant M_ Datar, dan
Gorge Foster (2003).
Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi di mana
perusahaan dalam usahanya tidak mendapatkan untung maupun tidak menderita
kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama
dengan nol. Dapat terjadi titik impas apabila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup
biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup
biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan tujuan untuk
mencari titik impas adalah :
1. Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan = biaya
2. Menunjukkan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan
3. Mengawasi kebijakan penentuan harga ,
4. Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat / jauh
dari titik impas
Syarat-syarat Analisis titik impas adalah sebagai berikut:
1. Harga jual tidak berubah-ubah.

3| P a g e
2. Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. .
3. Biaya variabel bersifat proposional.
4. Jikabarang yang diproduksi lebih dari satu jenis, aka komposisi barang yang
dijual tidak berubah-ubah.

2.2 Perilaku Biaya


Biaya mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan secara
sempit. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang dalam usahanya untuk mendapatkan sesuatu untuk mencapai
tujuan tertentu baik yang sudah teriadi dan belum terjadi/baru direncanakan. Biaya
dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang untuk
memperoleh aktiva.
Pengertian dari biaya sudah dijelaskan diatas, untuk lebih jelas lagi apa yang
disebut biaya dan bagaimana biaya itu terjadi di perusahaan, di bawah ini ada
contoh kasus biaya yang terjadi di perusahaan.
Contoh 1: Perusahaan konveksi memproduksi kaos olah raga sebanyak 500 kaos.
Untuk itu perusahaan memakai 1000 meter kain jenis kaos halus dengan harga Rp
10.000,per meter, sehingga total bahan kain kaos halus yang dipakai untuk
memproduksi kaos olah raga sebanyak Rp 10.000.000,
Dari contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya untuk membuat kaos
olah raga berjumlah Rp 10.000.000,karena :
1. kain kaos 1000 meter merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Pengorbanan tersebut diukur dalam satuan uang yaitu Rp 10.000.000,
3. Pengorbanan sumber ekonomi tersebut telah terjadi
4. Pengorbanan sumber ekonomi tersebut ada tujuannya yaitu untuk membuat
kaos olah raga.
Cantoh 2: Seorang Manajer Pemasaran perusahaan celana jean
merencanakan akan mengiklankan produknya di stasiun telivisi. Harga yang harus
dibayarkan untuk pembuatan iklan diperkirakan Rp 1.000.000.000,-. Untuk
penayangan televisi dalam 1 tahun Rp 5.000.000.000,-. Pajak yang harus dibayar
Rp 100000.000,

4| P a g e
Dalam contoh 2 diatas, jumlah uang yang akan dikeluarkan Rp
6.100.000.000,merupakan biaya. Biaya disini berhubungan dengan pengorbanan
yang telah teriadi dan pengorbanan yang baru drencanakan akan terjadi.
Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dimana perubahan tersebut ada
hubungannya dengan perubahan penggunaan aktivitas. Arti lain perilaku biaya
adalah penggambaran terhadap perubahan biaya seiring dengan perubahan output.
Biaya-biaya bereaksi pada perubahan output dengan berbagai macam cara .
Penggolongan biaya sesuai dengan perilaku biaya marupakan hal yang
sangat panting untuk menaksir biaya masa depan dalam rangka pengambilan
keputusan. Akuntansi manajemen akan memberikan informasi pada manajer biaya
mana saja yang dapat ditekan ataupun tidak, maka dari itu perlu mengetahui
penggolongan biaya berdasarkan perilaku biaya adalah sebagai berikut:
1. Biaya tetap
2. Biaya variable
3. Biaya semivariabel
Adapun formula biaya adalah sebagai berikut:
Total biaya = Biaya tetap + biaya variable (Jumlah Produk)

Contoh :

Untuk membuat 1000 produk kaos di butuhkan, di butuhkan biaya sebagai


berikut:
Biaya gaji karyawan kantor Rp. 5.000.000.
Biaya gaji karyawan produksi Rp. 1.000.000 ( ongkos potong jait
dan packing Rp. 1000 / kaos )
Biaya bahan baku kaos dan benang Rp.20.000.000. (bahan kaos &
benang Rp.20.000/kaos)
Biaya tetap Rp. 5.000.000
Biaya variabel = (Rp1.000.000 +Rp20.000.000)/ 1000 kaos = Rp21.000 Total
biaya = Rp5.000.000+ Rp21.000 (iumlah produksi) .

5| P a g e
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam kisaran
tertentu meskipun volume produksi perusahaan berubah. Apabila tidak
melampaui kapasaitas, meskipun volume produksinya sedikit ataupun banyak
biaya tetap totalnya masih sama.
Contoh:
Perusahaan kaos ANANDA setiap bulan regular memproduksi kaos polos
sebanyak 3000 buah. Biaya yang dikeluar. kan perbulan adalah
Biaya gaji karyawan kantor Rp.5.000.000
Biaya gaji karyaawan produksi Rp. 1.000.000
Biaya bahan baku kaos dan benang RP. 20.000.000
Biaya istrik Rp. 3.000.000
Dari contoh diatas yang disebut biaya tetap adalah biaya gaii karyawan kantor,
biaya ini tidak terpengaruh dengan besarnya produksi kaos, seandainya
perusahaan membuat kaos lebih sedikit maupun lebih banyak lagi tapi masih
dalam kapasitas wajar, maka biaya gaji karyawan kantor yang akan tetap sama
yaitu sebesar Rp 5.000.000.
Biaya tetap total
5.000.000

1000 2000 3000 4000 5000

Apabila biaya tetap dibebankan pada aktivitas produksi, maka jika


produksi produk makin sedikit maka harga satuan produk makin tinggi. jika
produksi produk semakin banyak maka semakin rendah harga satuan produksi
perusahaan tersebut.

6| P a g e
Biaya tetap masih digolong-golongkan untuk memudahkan manajemen
dalam merencanakan pengendalian. Biaya tetap dibagi menjadi:
a. Biaya tetap komitmen
Merupakan biaya tetap yang tidak dapat dikurangi atau dieliminasi oleh
manajemen. Biaya ini biasanya timbul dari pendirian usaha dan kepemilikan
peralatan.Contoh: biaya depresiasi gedung, biaya depresiasi Inesin, pajak bumi
dan bangunan.
b. Biaya tetap diskresionari
Merupakan biaya tetap yang dapat dikurangi atau dieliminasi oleh manajemen.
Biaya ini biasa timbul dari kebijakan manajemen. Biaya ini dapat dihentikan
pengeluarannya atas kebijakan manajemen. Contoh biaya ini adalah biaya riset
dan pengembangan, biaya promosi, biaya program latihan karyawan, biaya
konsultas.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara
sesuai dengan dengan perubahan volume produksi produk, semakin besar
volume produksi semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah
volume produksi semakin rendah jumlah total biaya variabel.
Contoh: Perusahaan kaos ANANDA setiap bulan regular memproduksi
kaos polos sebanyak 3000 buah. Biaya yang dikeluarkan perbulan adalah Biaya
gaji karyawan kantor Rp 5.000.000 Biaya gaji karyawan produksi {karyawan
dibayar sesuai jumlah kaos yang dihasiIkan, setiap kaos yang dihasilkan akan
diberi upah perusahaan Rp 1.000.000} Biaya bahan baku kaos dan benang Rp
20.000.000
Dari contoh diatas yang disebut biaya variabel adalah biaya gaji karyawan
produksi (dibayar berdasarkan unit yang dihasilkan oleh karyawan produksi),
biaya bahan baku kaos dan benang. Berikut ini perhitungan biaya variable'
untuk gaji karyawan produksi dan biaya bahan baku.
Jumlah Keterangan Jumlah
Kaos (jumlah kaos x biaya gaji Biaya
karyawan produksi perunit) Variabel
1 1 x Rp 1000 Rp 1.000
2 2 x Rp 1000 Rp 2.000
1000 1000 x Rp 1000 Rp 1.000.000

7| P a g e
Setiap unit kaos yang dihasilkan, perusahaan akan membayar karyawan
sebesar Rp1000, jadi Rp1000 ini merupakan biaya variable, jika memproduksi
kaos semakin banyak maka biayanya akan meningkat, begitu sabaliknya jika
memproduksi kaos semakin kecil maka biaya yang dikeluarkan akan semakin
sedikit.

Jumlah Keterangan Jumlah biaya


Kaos (jumlah kaos x biaya bahan variabel
baku)
1 1 x Rp 20.000 Rp 20.000
2 2 x Rp 20.000 Rp 40.000
1000 1000 x Rp 20.000 Rp 20.000

Setiap unit kaos yang dihasilkan, dibutuhkan bahan baku seharga Rp


20.000, jadi Rp 20.000 ini merupakan biaya variable, jika memproduksi kaos
semakin banyak maka biayanya akan meningkat, begitu sabaliknya jika
memproduksi kaos semakin kecil maka biaya yang dikeluarkan akan semakin
sedikit.
Hubungan antara biaya gaji karyawan produksi total dengan volume produksi
tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Biaya variabel gaji produksi

3.000.000

2.000.000

1.000.000

1000 2000 3000 4000 5000 (unit produksi)

Pada grafik diatas nampak hubungan antara biaya gaji produksi dengan
volume produksi. Volume produksi semakin naik 1000 maka biaya karyawan
produksi akan naik Rp 1.000.000

8| P a g e
Biaya variabel bahan baku

60.000.000

40.000.000

20.000.000

1000 2000 3000 4000 5000 (unit produksi)

Pada grafik diatas nampak hubungan antara biaya bahan baku dengan
volume produksi. Volume produksi semakin naik 1000 maka biaya bahan baku
akan naik Rp 20.000.000.
Biaya variabel masih digolong-golongkan untuk memudahkan manajemen
dalam merencanakan pengendalian. Biaya variabel dibagi menjadi:
a. Biaya variabel engineer
Merupakan biaya variabel yang memiliki hubungan fisik tertentu dengan
jumlah volume yang dihasilkan dari produksi. Biaya ini mempunyai
hubungan langsung antara masukan dan keluarannya. Contoh: biaya bahan
baku, banyaknya bahan baku yang dimasukan ke proses produksi ada
hubungan erat dengan output yang dihasilkan.
b. Biaya variablediskresionery
Merupakan biaya variable yang masukan dan keluarannya sebanding dan
sifatnya sesuai dengan kebijakan manaiemen. Contoh biaya komisi bagi
tenaga penjualan yang sudah ditentukan sebesar 1% dari penjualan.
Jumlahnya akan dapat berubah menjadi 2% atau berapapun sesuai kebijakan
manajemen.
3. Biaya Semivariabel
Biaya yang iumlahnya berubah-ubah secara tidak proporsional yang
mempunyai hubungan dengan perubahan kuantitas barang yang diproduksi.
Dalam biaya semi variable mempunyai unsur biaya tetap dan biaya variabel
Contoh:

9| P a g e
Perusahaan kaos ANANDA setiap bulan regular memproduksi kaos polos
sebanyak 3000 buah. Biaya yang dikeluarkan perbulan adalah
Biaya gaji karyawan kantor Rp 5.000.000
Biaya gaii karyawan produksi Rp 1.000.000
Biaya bahan baku kaos dan benang Rp 20.000.000
Biaya listrik abunemen Rp 3.000.000
Dari contoh diatas yang disebut biaya semivariabel adalah biaya listrik
abunemen dimana, biaya listrik abumenen tersebut ada tarif tetap/dasar dari
PLN Rp 300.000 dan sisanya adalah biaya variabel, dimana listrik pabrik
tergantung pemakaian sesuai banyak sedikitnya volume produksi Rp2.100.000.
Bisa juga listrik yang dipakai di kantor, bukan di pabrik banyak maupun sedikit
volume produksi, listrik di kantor akan sama Rp600.000.
biaya

(unit produksi)

Biaya semi variabel ini ada unsur tetap pada garis liris mendatar,
kemudian ada unsur biaya variabel pada garis yang naik keatas.

2.3 Biaya Volume dan Laba


Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuan
manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan
datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas
manajemen adalah merencanakan masa depan perusahaannya. Perencanaan pada
dasarnya merupakan kegiatan membentuk masa depan sekarang. Kegiatan pokok
manajemen dalam perencanaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam

10| P a g e
alternatif dan perumusan kebiiakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan
datang. Laba yang diperoleh perusahaan merupakan ukuran yang seringkali
digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen perusahaan. Mulyadi
(2001)
Laba merupakan tuiuan utama perusahaan yang berorientasi profit. Sehingga
akuntansi manajemen perlu melakukan perencanaan laba pada produk yang akan
dijual. Untuk merencanakan laba perlu mengadakan pengamatan kemungkinan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan. Ada 3 faktor yang
mempengaruhi laba perusahaan yaitu:
1. biaya
2. harga jual
3. volume penjualan
Contoh:
PT KONVEKSI HAKARI memproduksi kaos polos sebanyak 1000 buah per
bulan. Untuk memproduksinya dibutuhkan biaya keseluruhan sebesar Rp
20.000.000. Harga pokok produk (HPP) kaos perbuah Rp 20.000.
Biaya = Rp 20.000.000
Volume = 1000 buah
HPP = Rp 20.000
Harga jual = Rp 25.000
Laba = Rp 5.000
Dari contoh diatas untuk merencanakan laba produk, perusahaan perlu
menghitung biaya produksi, mengetahui volume produksi, sehingga akan
diperoleh HPP. Dengan mengetahui HPP, perusahaan dapat menambahkan laba
yang diinginkan perusahaan untuk menentukan harga jual produk.

2.4 Metode Titik Impas


Ada bebrapa metode untuk menghitung titik impas perusahaan dalam
memproduksi produknya yaitu:
1. Metode matematika
Titik Impas dapat ditentukan secara matematis atau secara grafis, dan dapat
pula dinyatakan dalam unit penjualan maupun rupiah penjualan. Ancangan

11| P a g e
matematis dengan memakai metode persamaan (equation method) adalah
berdasarkan pada laporan laba-rugi dengan format marjin kontribusi seperti
berikut:

Penjualan - Jumlah Biaya = Laba bersih


atau

Penjualan - Biaya Variahel - Biaya tetap = Laba bersih


atau
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya tetap + Laba bersih

Pada titik impas, laba bersihnya adalah no1. Titik impas dapat dihitung dengan
mencari titik di mana penjualannya sama dengan jumlah biaya variabel ditambah
biaya tetapnya

Contoh Soal
Penjualan PT HARDIKA KONVEKSI 1000 kaos @ Rp 100.000.Total Biaya
Variabel Rp 60.000.000 dan Total biaya tetap Rp 30.000.000
Diminta: Berapa unit yang harus dijual dalam keadaan BEP?
Penyelesaian:
Unit yang harus terjual dalam keadaan BEP dimisalkan dengan X
Laba = Total pendapatan Total Biaya
BEP itu laba nya 0
0 = (harga x unit) - (Total Biaya Variabel + Total Biaya Tetap)
0 = (100x) - (Biaya Variabel x unit) + 30. 000)
0 = 100x - (60x) + 30. 000
0 = 40X - 30.000
x = 750 unit dalam keadaan BEP

Jadi, unit yang harus dijual supaya BEP adalah 750 unit produk kaos.

12| P a g e
Laporan rugi laba PT HARDIKA KONVEKSI

Penjualan 750 Stick @ Rp 100 = Rp 75.000


Total B. Variabel 750 Stick @ Rp 60 = Rp 45.000
Total Kontribusi Margin = Rp 30.000
Total Biaya Tetap = Rp 30.000
Laba Usaha = 0
2. Metode Kontribusi Unit
Metode dimana setiap unit yang terjual memberikan suatu iumlah margin
kontribusi tertentu yang akan menutupi biaya tetap. Titik impas diperoleh dari
jumlah biaya tetap dibagi dengan marjin kontribusi yang dihasilkan oleh
setiap unit yang teriual adalah sebagai berikut:
Titik Impas (Dalam Unit) = Biaya Tetap
Marjin Kontribusi per Unit
Untuk mengetahui titik impas penjualan (Rp), adalah sebagai berikut:
Titik Impas (Rupiah) = Biaya Tetap
Ratio Marjin Kontribusi
Margin Kontribusi adalah selisih antara harga jual perunit dan biaya
variabel perunit besaran untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan
perunit.
Kontribusi margin per unit = Harga jual per unit - Biaya variabel per unit
Rasio margin kontribusi = 1 - Biaya variable per unit produk
Harga jual per unit produk
Contoh soal
Harga jual perunit produk Rp 21.000
Biaya variable per unit Rp 1.000
Total biaya tetap per tahun Rp200.000
Berapa titik impasnya?
Penyelesaian:

Titik Impas (Dalam unit) = Rp 200.000

Rp 21.000 – Rp 1.000

= 10 unit

13| P a g e
Titik Impas (Rupiah) = Rp 200.000 = Rp 210.527

1 – Rp 1.000

Rp 21.000

2.5 Kegunaan Lain Titik Impas


Titik impas juga bermanfaat untuk mengetahui hubungan antar biaya, volume,
harga, dan laba. Misalnya kita ingin mencapai laba tertentu maka kita akan dapat
mengetahui berapa unit barang yang harus kita jual.
Apabila misalnya dalam contoh, perusahaan menginginkan laba Rp 10.000,
Harga penjualan adalah Rp 4/unit.
Biaya variable Rp 2
Biaya tetap Rp 50.000,-
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pertama jika tidak ada laba rumusnya:
PxQ = FC + VC
Kalau kita ingin laba Rp 10.000,maka rumusnya:
PxQ = FC + VC + 10.000
4Q = 50.000+ 2 Q+ 10.000
2Q = 40.000
Q = 20.000 unit.
Untuk mendapatkan laba sebesar Rp 10.000,maka kita harus dapat meniual
20.000 unit atau volume penjualan harus (Rp 4 X 20.000 unit) Rp 80.000,-.
Rumus ini bisa juga dipakai dengan harga per unit, dengan menggunakan
rumus tersebut di atas. Misalnya kita ingin mendapat laba sebesar Rp 10.000,tapi
menurut manajer penjualan kita hanya dapat menargetkan penjulaan sebanyak
50.000 unit saja. Jadi berapa harga per.unit yang dapat kita jual (agar keuntungan
sebesar Rp 10.000 dengan penjualan sebanyak 50.000 unit)? Untuk itu gunakan
kembali rumusan yang sebelumnya:
RQ = FC + VC+ 10.000
P. 50.000 = 50.000 + 2(50.000) + 10.000
50.0 = 160.000

14| P a g e
P = 3,2
Jadi jika kita ambil laba Rp 10.000 dan jumlah unit yang dijual hanya 50.000
unit, maka harga yang dapat kita ambil adalah sebesar Rp 3,2. Kalau P= 3,2 maka
laba dapat dihitung sebagai berikut:
Sales (TR) 50.000 x 3,2 = Rp 160.000,-
Biaya:
Biaya tetap = Rp 50.000,-
Biaya variable 50.000 x 2 = Rp100.000,-
Total biaya = Rp 150.000,-
Laba = Rp 10.000,-

2.6 Margin Kontribusi


Margin kontribusi adalah selisih antara penjualan dan biaya variabel dari suatu
produk atau jasa. Yaitu jumlah uang yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan
menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai margin kontribusi, semakin rendah risiko
untuk tidak balik modal.
Contoh sebagai berikut:
Penjualan sebesar Rp100.000, biaya variabel Rp60.000, dan biaya tetapnya
Rp35.000. Maka, kontribusi marginnya adalah sebagai berikut:
PT ABC
Laporan Laba Rugi
untuk bulan April dalam Dolar

Total Per unit


Penjualan (400 pengeras 100.000 250
suara)
Dikurangi biaya variable 60.000 150
Margin Kontribusi* 40.000 100
Dikurangi beban tetap 35.000
Laba bersih 5.000
Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan
dikurangi dengan beban variabel.

2.7 Hasil Penelitian Titik Impas 1


Penelitian dilakukan oleh Muh. Alam Nasyrah Hanafi STIM YAPMI Maros
(2016) dengan judul analisis titik impas dalam penentuan harga jual pada CV.
SURABAYA LAS KABUPATEN MAROS

15| P a g e
Penelitian ini bertuiuan untuk mengetahui apakah titik impas dapat dijadikan
dalam penentuan harga jual pada CV. Surabaya Las Kabupaten Maros.
Laporan keuangan dijadikan sebagai alat untuk referensi dalam proses
pengambilan keputusan, data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-
pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk data
periode atau lebih dari analisis lebih lanjut. Dalam menganalisis laporan keuangan
CV. Surabaya Las Kabupaten Maros. Penulis menggunakan data-data dari
perusahaan yang berupa laporan laba/rugi, informasi pendukung dan harga rata-
rata penjualan perusahaan periode tahun 201 1-2015 sebagai berikut:
Tabel. Laporan Laba/Rugi CV. Surabaya Las Kabupaten Maros
Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
Perkiraan 2011 2012 2013 2014 2015
Rp Rp Rp Rp Rp

Penjualan Bersih 5.661.145.000 7.224.638.15 6.304.217.440 6.033.778.689 5.977.720.000


0
Harga Pokok Penjualan 3.000.810.150 3.436.448.35 2.852.650.706 2.692.378.000 2.690.082.600
0
Laba Kotor 2.660.334.850 3.788.189.80 3.451.566.734 3.341.400.689 3.287.637.400
0
Pemasaran 10.651.325 11.431.899 10.874.300 10.521.041 9.356.000
Administrasi & Umum 534.266.000 520.266.000 537.343.750 557.781.235 430.075.086
Laba Usaha 2.115.417.525 3.256.491.90 2.925.097.284 2.773.098.413 2.848.206.314
1
Pendapatan Bunga 845.040.400 898.237.905 839.086.127 833.701.740 848.773.482
Keuntungan (Kerugian) 34.964.245 42.534.909 30.223.529 29.453.259 30.730.154
Selisih Kurs
Laba Penjualan Aktiva 12.800.000 14.190.625 13.500.000 12.850.790 12.920.000
Tetap
Pendapatan/(Biaya) 82.383.500 77.927.480 75.948.050 77.879.143 75.915.885
Lain-lain Bersih
975.188.145 1.032.890.91 958.757.706 953.884.932 968.339.521
9
Laba Sebelum Pajak 1.140.229.380 2.223.600.98 1.966.339.578 1.819.213.481 1.879.866.793
Penghasilan 2
Taksiran Pajak 320.971.250 452.816.160 356.264.500 297.227.480 300.984.240
Penghasilan
Laba Bersih 819.258.130 1.770.784.82 1.610.075.078 1.521.186.011 1.578.882.553
2

Tabel. Biaya Tetap CV. Surabaya Las Kabupaten Maros

16| P a g e
Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
Uraian 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp)

Promosi 5.123.000 4.563.000 4.231.000 5.764.000 5.223.000


Penjualan

Gaji dan 413.472.000 406.663.000 410.867.000 412.453.000 413.345.000


Tunjangan
Perusahaan

Biaya ADM 622.679.000 562.061.000 553.865.000 542.935.000 554.864.000


& Umum

Biaya Bahan 2.549.312.000 3.214.244.000 2.894.432.000 2.678.453.000 3.321.674.000


Baku

Tenaga Kerja 362.411.000 482.212.000 467.105.000 443.534.000 468.435.000


Langsung

Jumlah 3.952.997.000 4.669.743.000 4.360.500.000 4.083.139.000 4.673.541.000

Dari tabel tersebut menunjukkan biaya tetap yang terdiri atas penjualan tetap,
biaya administrasi dan umum tetap biaya overhead tetap, biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Dapat dilihat bahwa jumlah biaya tetap pada CV. Surabaya
Las Kabupaten Maros tahun 2011 sebesar Rp 3.950.997.000 dan jumlah biaya
tetap pada tahun 2012 sebesar Rp 4.667.743.000 dan jumlah biaya tetap pada
tahun 2013 sebesar Rp 3.910. 500.000 dan jumlah biaya tetap pada tahun 2014
sebesar Rp 4.080.139.000 dan jumlah biaya tetap pada tahun 2015 sebesar Rp
4.671.541.000.
Tabel. Variabel Tetap CV. Surabaya Las Kabupaten Maros
Per 31 Desember 2011, 2.012, 2013, 2014, 2015
Biaya Tahun
Variabel 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya 92.036.000 93.945.000 94.922.000 102.973.000 105.381.000
Overhead
Pabrik
Biaya 9.545.000 7.831.000 7.854.000 9.114.000 8.896.000
Penjualan
Biaya 622.679.000 562.061.000 553.865.000 542.935.000 554.864.000
ADM &
Umum
Jumlah 724.260.000 663.837.000 656.641.000 655.122.000 669.141.000
Dari tabel 5.4 tersebut dapat dilihat bahwa biaya variabel CV. Surabaya Las
Kabupaten Maros pada tahun 2011 sebesar Rp 724.260.000 pada tahun 2012

17| P a g e
sebesar Rp 663.837.000, pada tahun 2013 sebesar Rp 656.641.000, pada tahun
2014 sebesar Rp 655.122.000 dan pada tahun 2015 sebesar Rp 667.141.000

Tabel. Data Penjualan 2011-2015


CV. Surabaya Las Kabupaten Maros
Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
Tahun Penjualan Biaya Tetap Total Biaya
(Rp) (Rp) (Rp)
2011 5.661.145.000 3.952.997.000 724.260.000
2012 7.224.638.150 4.669.743.000 663.837.000
2013 6.304.217.440 4.360.500.000 656.641.000
2014 6.033.778.689 4.083.139.000 655.122.000
2015 5.977.720.000 4.673.541.000 669.141.000

Analisis titik impas yang merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume-
laba mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program anggaran, walaupun
analisis titik impas dapat diterapkan dengan data historis, dan sangat berguna juga
jika diterapkan pada data taksiran atau data anggaran. Titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian (total penghasilan = total
biaya). Tetapi analisi titik impas tidak hanya semata-mata untuk mengetahui suatu
tingkat penjualan dalam titik impas, tetapi metode analisis tersebut mampu
memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume peniualan serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat-tingkat
penjualan yang bersangkutan.
Tabel. Titik Impas
CV. Surabaya Las Kabupaten Maros
Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
Tahun Titik Impas (Rp)

2011 4.533.253.440

2012 5.142.238.373

2013 4.867.435.241

2014 4.580.466.556
18| P a g e
2015 5.262.636.104
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011 perusahaan
mencapai titik impas pada penjualan sebesar Rp 3.956.953.954. Pada tahun 2012
sebesar Rp 5.142.238.373. Pada tahun 2013 sebesar Rp 4.867.435.241. Pada tahun

Tahun Untung Harga Pembelian Harga Jual%

2011 819.258.130 3.000.810.150 27%

2012 1.770.784.822 3.436.448.350 51%

2013 1.610.075.078 2.852.650.706 56%

2014 1.521.986.011 2.692.378.000 56%

2015 1.578.882.553 2.690.082.600 58%

2014 sebesar Rp 4.580.466.556. Pada tahun 2015 sebesar Rp 5.262.636.104.


Tabel. Harga Iual
CV. Surabaya Las Kabupaten Maros
Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011 perusahaan
mencapai harga jual sebesar 27%. Pada tahun 2012 sebesar 51%. Pada tahun 2013
sebesar 56%. Pada tahun 2014 sebesar 56%. Pada tahun 2015 sebesar 58%.

2.8 Hasil Penelitian Titik Impas 2


Penelitian dilakukan oleh Nor Fahman Tjetje (2012) dengan judul ANALISIS
TITIK IMPAS PADA HOTEL WISATA GRAND BARUMBAY & RESORT
SAMARINDA KHAS KALIMANTAN TIMUR UNTUK TAHUN 2009, 2010 &
2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui break even point operasional kamar
hotel pada tahun 2003 2005, untuk mengetahui jumlah volume penjualan kamar

19| P a g e
hotel pada tingkat laba yang direncanakan, untuk mengetahui berapa tingkat
malgin of safety pada tahun yang dijadikan obyek penelitian. Data yang digunakan
berasal dari hasil studi pustaka, observasi dan wawancara pada obyek penelitian.
Adapun pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis BEP (Break even point) yang menerangkan suatu tekhnik analisis
untuk mempelajari huhungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan
dan volume penjualan.
2. Analisis Mazgin of Safety (Tingkat keamanan) yang menguraikan tentang
perencanaan penjulan agar dapat menghindari resiko kerugian. Metode analisis
data yang dilakukan dalam penelitian ini melewati tahap-tahap sebagai berikut:

a. Menentukan titik impas dapat dicari dengan rumus:

FC
BEP ( Rp )=
1−VC
S

Dimana:

BEP (Rp) = Break even point atas dasar rupiah

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Variabel per unit

S = Volume Penjualan

b. Perhitungan Mazgin Of Safety (tingkat keamanan) dalam persentase sebagai


berikut:

Margin of Safety (%) = Total Pendapatan - Pendapatan Impas


Total Pendapatan

Margin Pengamanan Penjualan = Total Penjualan - Penjualan Impas

Dimana:

Total Penjualan : Iumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam
periode tertentu.

Penjualan impas : Iumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini
perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi

1. Pendapatan Hotel pada tahun 2009, 2010, 2011 adalah sebagai berikut:

20| P a g e
Tipe Kamar Jumlah Pendapatan Kamar
(Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011
Standard twin 141.250.000 80.500.000 106.000.000
Standard single 108.750.000 95.550.000 154.000.000
Standard twin 143.700.000 42.000.000 132.550.000
Superior single 115.500.000 38.000.000 60.500.000
Deluxe 90.000.000 33.500.000 58.200.000
Extra bed 22.350.000 4.200.000 10.050.000
Meeting room 58.000.000 51.000.000 110.000.000
Laundry 8.732.550 245.550 4.635.300
Restaurant/Coffee 77.063.750 2.124.750 6.300.500
Total Pendapatan 765.346.300 347.120.300 642.234.800

2 Perhitungan Biaya dan Laba


Laba yang didapat oleh Hotel Grang Barumbay Resort Samarinda, yaitu:
Laba Tahun 2009 = Total Penghasilan – Total Biaya
= Rp 765.3466.300 – Rp 522.849.860
= Rp 242.496.44
Laba Tahun 2010 = Rp 347.120.300 – Rp 242.455.650
= Rp 104.664.650
Laba Tahun 2011 = Rp 642.234.800 – Rp 533.390.190
= Rp 108.844.610
3 Analisis Biaya-Biaya yang terjadi dalam perusahaan harrus digolongkan
sesuai perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan atau
aktivitas perusahaan. Dalam analisis ini penulis menggunakan metode Total
Cost yang terdiri dari 2 golongan yaitu Biaya Tetap dan Biaya Variabel:
a. Biaya Tetap

21| P a g e
Biaya-biaya [Rp] 2009 [Rp] 2010 [Rp] 2011
Biaya Operasional
Biaya penyu-
sutan hotel 63.095.000 23.450.000 9.765.000
Gaji dan Upah 263.527.600 154.200.000 210.355.540
Asuransi Hotel 20.000.000 20.000.000 23.500.000
Biaya Lain-lain
Manajer 2.600.000 406.250 3.650.000
Accounting 1.200.500 675.000 3.500.000
Marketing 2.188.000 245.000 1.320.000
Security 853.400 30.500 486.900
Total Biaya 353.464.500 199.006.750 252.577.440

b. Biaya Variabel
Biaya-biaya [Rp] 2009 [Rp] 2010 [Rp] 2011
Biaya Operasional
Biaya perleng-
kapan hotel 28.644.900 12.428.500 10.2644.750
Biaya perawatan
dan perbaikan 47.424.800 2.032.600 41.376.500
hotel
Fax, telepon,
dan internet 7.346.600 3.545.500 1.601.300
Biaya listrik
PLN 19.589.400 3.545.500 1.601.300
Biaya Air
(PDAM) 9.698.700 5.342.000 21.684.600
Biaya oli/solar 567.250 348.000 135.000
Laundry 5.827.400 1.239.700 12.598.000
Restaurant/
Coffee 22.711.000 5.667.500 20.026.700
Meeting room 2.052.700 543.000 39.726.500

22| P a g e
Mini bar 27.400 157.000 1.778.000
Hadiah/ bonus 13.473.500 1.404.500 8.657.000
Biaya Lain-lain
Front office 969.200 58.250 1.698.800
Housekeeping 1.145.000 195.350 7.541.500
Food &
Beverage 2.354.000 345.000 1.670.000
Engineering 4.500.760 15.000 1.540.000
Transportation 2.606.750 560.000 2.601.000
Total Biaya 169.385.360 43.448.900 280.812.750

4 Analisis Break Even Point


a. Break Even Pointpada Hotel grand Barumbay Resort Samarinda untuk
tahun 2009 yaitu: Break Even Point atas dasar sales rupiah:
FC
BEP [ Rp ] =
VC
1-
S
Rp353.464 .500
¿
Rp 169.385 .360
1−
Rp 765.346 .300
= Rp 453.925.975,91
b. Break Even Pointpada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda untuk
tahun 2010 yaitu: Break Even Point atas dasar sales rupiah:
Rp 199.006 .750
¿ =Rp 227.480.371,09
0,87
c. Break Even Point pada Hotel Grand Barumbay Resort Samarinda 2011
yaitu: Break Even Point atas dasar sales rupiah:
Rp 252.577 .440
¿ =Rp 448.821 .596,97
0,56
5 Margin Of Safety
a. Margin Of Safety (tingkat keamanan) pendapatan pada Hotel Grand
Resort Samarinda untuk tahun 2009 adalah:
Margin pendapatan = Total pendapatan – Pendapatan Impas

23| P a g e
= Rp 765.346.300 – Rp 453.926.975,91
= Rp 311.419.324,09
Jika dinyatakan dalam presentase, maka :
Total Pendapatan−Pendapatan Impas
Margin Of Safety [ % ] =
Total Pendapatan

Rp 765.346 .300−Rp 453.159.615,38


Margin Of Safety [ % ] =
Rp765.346 .300
= 40,69%
b. Margin Of Safety(tingkat keamanan) pendapatan pada Hotel Grand
Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2010 adalah:
Margin Penjualan = Total Pendapatan – Pendapatan Impas
= Rp 347.120.300 – Rp 227.480.371,09
= Rp 119.639.928,91
Jika dinyatakan dalam presentase, maka:

Total Pendapatan−Pendapatan Impas


Margin Of S afety [ % ]=
Total Pendapatan
Rp 347.120 .300−Rp 227.480 .371,09
Margin Of Safety [ % ] =
Rp 347.120 .300
= 34,47%
c. Margin Of Safety (tingkat keamanan) pendapatan pada Hotel Grand
Barumbay Resort Samarinda untuk tahun 2011 dapat diketahui sebagai
berikut:
Margin Penjualan = Total Pendapatan – Pendapatan Impas
= Rp 642.234.800 – Rp 448.821.596,97
= Rp 193.413.203,03
Jika dinyatakan dalam presentase, maka:
Total Pendapatan−Pendapatan Impas
Margin Of Safety [ % ] =
Total Pendapatan
Rp 642.234 .800−Rp 448.821.596,97
Margin Of Safety [ % ] =
Rp642.234 .800
= 30,12%

24| P a g e
Tabel Margin Of Safety [MOS] Tahun 2009, 2010, 2011
Jumlah Presentase
Keterangan
2009 2010 2011 2009 2010 2011
Penjualan 765.346.300 347.120.300 642.234.800 100% 100% 100%
Kurang: Biaya variabel 169.385.360 43.448.900 280.612.750 22% 13% 44%
Margin Kontribusi 595.960.943 303.671.400 361.422.050 78% 87% 56%
Kurang: Biaya Tetap 353.454.500 199.006.750 252.577.440
Laba bersih 242.496.440 104.664.650 106.844.610
Titik impas 453.926.975,91 227.480.371,09 448.821.596,97
Margin Penjualan 311.479.324,09 119.639.928,91 193.413.203,03
% margin of safety 40,69% 34,47% 30,12%

Dari hasil perhitungan biaya dan laba diketahui, bahwa Hotel Grand
Barumbay Resort Samarinda memperoleh laba untuk tahun 2009 Rp
242.496.440,- tahun 2010 Rp 104.664.650,- tahun 2011 Rp 108.844.610,- terlihat
berfluktuasi, dimana laba pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp Rp
104.664.650,- jika dibandingkan dengan laba tahun 2009 sedangkan laba untuk
tahun 2011 laba mengalami kenaikan sebesar Rp 108.844.610,- jika dibandingkan
dengan tahun 2010. Kenaikan atau penurunan laba tersebyt diatas dapat
digambarkan dalam bentuk table dan grafik dibawah ini:
Tabel Laba
Tahun 2009 2010 2011
Pendapatan 765.346.300 347.120.300 624.234.800
Total Biaya 522.849.860 242.455.650 533.390.190
Laba 242.496.440 104.664.650 108.844.610

1. Break Event Point tahun 2009 tercapai pada tingkat pendapatan sebesar Rp
453.926.975,91 sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp 227.480.371,09 tahun

25| P a g e
2011 sebesar Rp 448.821.596,97 berarti break even point pada tahun 2011
menujukkan kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan pada tahun
2011 Rp 642.234.800 sehingga mempengaruhi break even. Kenaikan atau
penurunan break even tersebut dapat digambarkan dalam bentuk tabel dan
grafik dibawah ini:
Tabel Laba
Break Even
Point Tahun 2009 2010 2011
Biaya tetap 353.464.500 199.006.750 252.577.440
Biaya variabel 169.385.360 43.448.900 280.812.750
Pendapatan 765.346.300 347.120.300 642.234.800
Total biaya 522.849.860 242.455.650 533.390.190
BEP 453.926.975,91 227.480.371,19 448.821.596,97
Jadi, nilai break even point dapat berubah-ubah sesuai dengan adanya
perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even point, kenaikan
ataupun penurunan pendapatan yang terjadi pada Hotel Grand Barumbay Resort
Samarinda ini biasanya dipengaruhi oleh musim-musim liburan ataupun order-
order dari unit institusi pemerintah diluar kota Samarinda, sehingga laba
meningkat.
Margin of safety (MOS) dari hasil perhitungan margin of safety di atas
diketahui terjadi penurunan dari tahun ke tahun, seperti MOS pada tahun 2010
turun menjadi 34,47% jika dibandingkan MOS tahun 2009, demikian pula MOS
pada tahun 2011 itu mengalami penurunan menjadi sebesar 30,12%. MOS pada
tahun 2011 sebesar 30,12% yang berarti bahwa pendapatan yang dihasilkan tidak
boleh lebih kecil dari Rp 642.234.800,- maka perusahaan akan mengalami
kerugian. Semakin tinggi MOS menunjukkan kenaikan tingkat pendapatan, berarti
kinerja perusahaan, tetapi pada Hotel ini MOS menunjukkan penurunan dari tahun
ketahun, sehingga perusahaan kurang mampu memperbaiki tingkat
pendapatannya. Keadaan MOS diatas dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel Margin of Safety
Tahun 2009 2010 2011
Pendapatan 765.346.300 347.120.300 642.234.800

26| P a g e
BEP 453.926.976 227.480.371 448.821.597
Margin of safety 311.419.324,09 119.639.928,91 193.413.203,03
MOS 40,69% 34,47% 30,12%
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari hasil penjelasan materi yang dipaparkan pada bab diatas dapat
disimpulkan bahwa titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi
di mana perusahaan dalam usahanya tidak mendapatkan untung maupun tidak
menderita kerugian. Tujuan untuk mencari titik impas adalah 1) Mencari tingkat
aktivitas dimana pendapatan = biaya 2) Menunjukkan suatu sasaltan volume
penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan 3) Mengawasi kebijakan
penentuan harga 4) Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka
beroperasi dekat / jauh dari titik impas. Syarat-syarat Analisis titik impas adalah
sebagai berikut 1) Harga jual tidak berubah-ubah 2) Seluruh biaya dapat dibagi ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel. 3) Biaya variabel bersifat proposional 4)
Jikabarang yang diproduksi lebih dari satu jenis, aka komposisi barang yang dijual
tidak berubah-ubah.
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dalam
usahanya untuk mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu baik yang
sudah teriadi dan belum terjadi/baru direncanakan.penggolongan biaya
berdasarkan perilaku biaya adalah biaya tetap, biaya variable dan Biaya
semivariabel. Metode dalam titik impas ada dua yaitu metode matematika dan
metode konstribusi unit.Titik impas juga bermanfaat untuk mengetahui hubungan
antar biaya, volume, harga, dan laba.

3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat membatu bagi para pembaca khususnya
mahasiswa pendidikan ekomoni agar dapat memahami apa itu Analisis Titik
Impasjuga dapat menggunakan makalah ini sebagaimana mestinya.Selain itu kami

27| P a g e
sebagai penyusun makalah ini mohon di maklumi jika ada salah penulisan dalam
makalah, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

28| P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Sujarweni V. Wiranta. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: PUSTAKA BARU


PRESS
https://www.slideshare.net/mobile/astriyulia3/print-makalah-analisis-titik-impas

29| P a g e

You might also like