You are on page 1of 14

MAKALAH KELOMPOK 5

PROSEDUR PENGEMBANGN KURIKULUM


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum Pendidikan Otomotif

Dosen Pengampu: Dr. Keysar Panjaitan, M.Pd.

Oleh:

Achmad Egyanda Sitepu (5203122024)

Chevin Sitanggang (5203122027)

Dwiki Josua Nainggolan (5173122005)

Ikhwanul Fadli Tarigan (5203322007)

Peter Naibaho (5203122009)

KELAS A
JURUSAN PEDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TENKIN
UNIVESITAS NEGERI MEDAN
2021

i
Kata pengantar

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Prosedur
Pengembangan Kurikulum ini tepat pada waktunya.

Adapunn tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen pada Mata
kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Otomotif. Selain itu makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan tentamg prosedur pengembangan kurikulum bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Keysar Panjaitan, M.Pd. ,selaku dosen
pengampu mata kuliah Perkembangan kurikulum Pendidikan Otomotif yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada kawan kawan yang telah membantu untuk
menarikanmateri dari tugas kita ini dan dapat menyelesaikannya.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh kaena itu,
Kritik dan saran yang membagnun akan kami nantikkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,3 Oktober 2021

i
Daftar isi
Judul ………………………………………………………………………………….. i

Kata pengantar………………………………………………………………………… ii

Daftar isi………………..…………………………………………………………….. iii

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang…………………………………………………………… . 1

B. Rumusan masalah…………………………………………………………. 1

C. Tujuan makalah…………………………………………………………….. 1

Bab II Pembahasan

A. Pengertian prinsip pengembangan kurikulum………………………………. 2

B. Macam macam prinsip pengembangan kurikulum………………………….. 2

a. Prinsip umum…………………………………………………………… 2

b. Prinsip khusus………………………………………………………….. 6

C. Langkah-langkah prinsip pengembangan kurikulum……………………. 8

Bab III penutup

A. Kesimpulan……………………………………………………………….

iii
BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar belakang
Pendidikn merupakan suatu upaya mewariskan pengetahuan, yang akan menjadi
penolong dan penuntut dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasip dan
peradapan umat manusia yang biasa di lakukan sejak masih dalam kandungan. Begitu
pentingnya pendidikan bagi kita. Tak dapat dibayangkan misalkan tanpa pendidikan, manusia
tidak akan lebih terpuruk atau lebih rendah kualitas peradapannya.

Masyarakat yang selalu kita idam-idamkan sebagai masyarakat yang beradab, masyarakat
yang saling menghargai dan menghormati sesame akan dapat diwujudkan hanya dengan
pendidikan. Tentunya dari itu pendidikan tidk bisa dibuat secara asal-asalan. Dalam mencapai
tujuan pendidikan tersebut, maka diperlukan berbagai factor atau unsur yang mendorong
terutama kurikulum yang diterapkan atau dipakai. Karena kurikulum mempunyai keddudukan
sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas
pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta
proses pendidikan.

Maka dari itu kurikulum yang baik harus selalu berubah dari waktu kewaktu sesuai
perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta canggihnya teknologi. Namun tidak
meninggalkan prosedur serta langkah-langkah dan prinsip-prinsip dalam pengembangan
pendidikan yang telah berlaku.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengembangan kurukulum
2. Apa saja macam-macam dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3. Apa saja langkah langkah dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

C. Tujuan makalah
1. Supaya pembaca mengetahui prinsip pengembangan kurikulum
2. dapat mengetahui macam-macam prinsip pengembangan kurikulum
3. Mengerti apa saja langkah langkah dari prinsip pengembangan kurikulum

1
BAB II (PEMBAHASAN)

1. PENGERTIAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pinsip adalah asas, dasar, keyakinan dan pendirian (Susilana, :2012). Menurut UU. NO. 20
tahun 2003, Bab 1 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah dasar pendirian dalam mengembangkan isi,
dan bahan pelajaran pada penyelenggaraan kegiatan pendidikan tertentu. Sebenarnya tidak
terhitung banyaknya prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,tetapi
prinsip-prinsip tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip
khusus.

2. MACAM-MACAM PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

2.1PRINSIP UMUM

2.1.1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan Dan Kompetensi


Tujuan yang dimaksud merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam pendidikan.
Tujuanpendidikanmempunyaitingkatan/hierarkitertentu, mulaidaritujuan yang sangat umum
sampai dengan tujuan khusus (spesifik).Tujuan yang dimaksud meliputi tujuan pendidikan
nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan
pembelajaran khusus (behavioral objective). Tujuan pendidikan harus mencakup semua
aspek perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif, afektif, maupunpsikomotor.
Kompetensi adalah perpaduan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam pola berpikir dan pola bertindak. Ciri utama prinsip ini adalah
digunakannya pemikiran yang sistematik dan sistemik (sytstematic and systemic thinking) di
dalam pengembangan kurikulum. Prinsip berorientasi pada kompetensi digunakan untuk
menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu sebagai indikator penguasaan kemampuan,
sebagai titik awal desain dan implementasi kurikulum, dan sebagai kerangka untuk
memahami kurikulum. Implikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler
terarah untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya ( Arifin, 2011 :31).
Jadi seorang pengembang kurikulum harus memiliki suatu hal yang ingin dicapai dalam
penerapan ilmu pengetahuan serta pada sikap-sikap moral dalam pendidikan.

2
2.1.2. Prinsip Relevansi
Prinsip ini terdiri atas dua jenis, yaitu relevansi eksternal dan relevansi internal. Relevansi
eksternal menunjukkan relevansi antara kurikulum dengan lingkungan hidup peserta didik
dan masyarakat, perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang, serta
tuntutan dan kebutuhan dunia pekerjaan. B. Othaniel dan kawan-kawan menjelaskan
relevansi kurikulum dapat membantu peserta didik “memilih dan mengikuti suatu pekerjaan,
melatih warga negara melaksanakan tugas, mengeratkan hubungan pribadi, dan mengambil
bagian dalam melaksanakan aktivitas kebudayaan.” Jika relevansi eksternal ini tidak
terpenuhi, berarti kurikulum tersebut tidak ada artinya bagi kehidupan masyarakat. Relevansi
internal artinya relevansi di antara komponen kurikulum itu sendiri ( Arifin, 2011 :32). Jadi
prinsip relevansi adalah dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan keaadaan
lingkungan tempat dimana diterapkannya kurikulum serta kesesuaian antara bagian-bagian
kurikulum.

2.1.3. Prinsip Efesiensi


Prinsip efisiensi dalam pengembangan kurikulum tentu sulit digunakan bila bandingkan
dengan produk suatu perusahaan atau mesin. Meskipun demikian, prinsip ini perlu
dipertimbangkan terutama yang menyangkut tentang waktu, tenaga, peralatan, dan dana.
Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi
tempat di mana kurikulum itu akan digunakan. Pengetahuan tentang tempat ini akan
memandu pengembang kurikulum untuk memenuhi prinsip praktis, yang memungkinkan
untuk diterapkan. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, maksudnya tidak mahal alias
murah, tetapi bukan bearti murahan. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, seperti
tenaga, dana, fasilitas, terutama di daerah sangat terbatas. Kurikulum harus dikembangkan
secara efisien, tidak boros, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini
menunjukkan, bahwa terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah
penyelenggara pendidkanmserta pencapaian hasil belajar peserta didik. ImPlikasinya adalah
mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber-
sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan
memenuhi harapan ( Rohman, 2012 :171). Prinsip efisiensi adalah dalam pengembangan
kurikulum seorang pengembang kurikulum harus membuat kurikulum itu bisa digunakan di
semua kalangan, tetapi kurikulum tersebut tetap layak digunakan.
3
2.1.4. Prinsip Keefektifan
Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses
mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (keefektifan guru
mengajar dan keefektifan peserta didik belajar), sedangkan dimensi produk mengacu pada
hasil yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen dalam rangka penguasaan
kompetensi tertentu. Jenis dan karakteristik kompetensi apa yang ingin dikuasai peserta didik
harus jelas. Kejelasan standar kompetensi dan kompetensi dasar akan mengarahkan pada
pemilihan dan penentuan isi, metode, dan sistem evaluasi, serta model konsep kurikulum
yang memudahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri. Implikasinya adalah pera
pengembang kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan
hasil, yaitu menguasai kompetensi tanpa ada kegiatan mubazir (Susilana, :2012). Prinsip
keefektifan berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum yang dapat dilaksanakan dan
dicapai dalam proses belajar mengajar.

2.1.5. Prinsip Fleksibilitas


Kurikulum harus dikembangkan secara lentur (tidak kaku), baik dalam dimensi proses
maupun dimensi hasil yang diharapkan. Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel
mengembangkan program pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan, metode,
media pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga fleksibel
memilih program pendidikan. Begitu juga hasil yang diharapkan, tidak hanya untuk satu jenis
pekerjaan saja, tetapi bisa juga untuk pekerjaan yang lain (Susilana, :2012). Dari penjelasan
diatas dapat kit simpulkan bahwa kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi yang ada.

2.1.6. Prinsip Integritas


Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatuan yang
bermakna dan berstruktur. Bermakna maksudnya adalah suatu keseluruhan itu memiliki arti,
nilai, manfaat atau faedah tertentu. Keseluruhan bukan merupakan penjumlahan dari bagian-
bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Prinsip ini berasumsi
bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam struktur
tertentu ( Mujahida, 2015 ). Jadi dari penjelasan diatas bahwa prinsip integritas adalah para
pengembang kurikulum harus memperhatikan dan mengusahakan agar pendidikan dapat
menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan manusia seutuhnya.

2.1.7. Prinsip Kontinuitas


Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik sinambung antarmata
pelajaran, antarkelas maupun antarjenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses
pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, di mana pendidikan pada kelas
ataun jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas dan
jenjang diatasnya. Implikasinya adalah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler
merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik
secara vertikal (berthap, berjenjang) maupun secara horizontal (Arifin, 2011 :34). Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa prinsip ini dalam pengembangan kurikulum
perlu dijaga saling keterkaitan antara materi pelajaran dan jenjang/program pendidikan.

2.1.8. Prinsip Sikronisasi


Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler,
ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapat serasi, selaras,
seimbang, searah, dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat,
berlawanan dan mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya termasuk dengan kegiatan
ekstra dan kokurikuler ( Arifin, 2011 :35).
Dari kutipan diatas menurut kami, dalam suatu pengembangan kurikululum mesti ada
timbal balik antara faktor-fraktor yang mendukung, seperti kegiatan ekstrakurikuler dan lain-
lainnya. Semua agar dalam penerapan kurikulum dapat berjalan sesuai yang diinginkan.

2.1.9. Prinsip Objektivitas


Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan
(intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler) dilakukan dengan tatanan kebenaran ilmiah
serta mengesampingkan pengaruh-pengaruh subjektivitas, emosional dan irasional (Arifin,
2011 :35). Dari penjelasan diatas bahwa dalam pengembangan kurikulum harus
memperhatikan kebenaran ilmiah atau tidak abstrak yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain.

2.1.10. Prinsip Demokrasi


Demokrasi dalam suatu negara akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang
memiii kehidupan demokratis. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kurikulum perlu
memperhatikan nilai-nilai demokratis. Tujuannya untuk menjadikan sekolah sebagai pusat
kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis (Arifin, 2011 :35).
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan
terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan
memperhatikan keragaman peserta didik. Dalam praktiknya, pengembang kurikulum
hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya
dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Dalam proses pengembangan
kurikulum perlu adanya suasana yang terbuka, akrab, dan saling menghargai. Sebaliknya,
guru harus menghindari suasana pembelajran yang kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat
dengan perintah atau instruksi yang membuat peerta didik menjadi pasif, tidak bergairah,
cepat bosan dan mengalami kelelahan. Pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan
agar manajemen kurikulum dan pembelajaran serta keterlibatan lingkungan dapat dilakukan
sesuai dengan prinsip atau asas demokrasi.
Apabila prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang telah disebutkan diatas disimak
kembali, ternyata prinsip-prinsip itu berasal dari bermacam-macam sumber pandangan,
seperti psikologi, sosiologi, manajemen, ekonomi, pendidikan, filsafat, politik dan
sebagainya. Pada negara-negara tertentu, prinsip ideologi dan politik mendapat prioritas
pertama. Pada negara-negara berkembang yang sedang membangun, prinsip-prinsip
pembangunan dan kesejahteraan lebih banyak mewarnai pengembangan kurikulumnya. Pada
negara-negara yang telah mapan kehidupan ekonominya, prinsip-prinsip psikologis yang
mendukung pengembangan individu secara optimal menjiwai komponen-komponen
kurikulumnya. Terlepas dari kepentingan setiap negara, prinsip-prinsip kurikulum mana pun
yang digunakan, di dalam kehidupan modern ini, para pengembang kurikulum tidak dapat
melepaskan diri dari sebuah prinsip, yaitu prinsip modernisasi. Implikasinya adalah agar
materi kurikulum tersebut selalu berada di dalam proses pembaruan, sebagai upaya untuk
meliputi perkembangan-perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit di dalam
kurikulum sekolah. Implementasi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut dapat
dikaji dari keseluruhan isi buku kurikulum tersebut atau didalam pelaksanaan kurikulum dan
evaluasi kurikulum. Sering terjadi, implementasi prinsip-prinsi kurikulum sukar
diidentifikasi, bahkan yag sering terjadi adalah peristiwa-peristiwa kurikuler yang
menyimpang dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum itu.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Pencantuman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di dalam buku kurikulum tidak


hanya bersifat proforma. Hal itu dimaksudkan untuk menaati langkah-langkah
pengembangan kurikulum dan untuk menimbulkan pemahaman bahwa suatu kurikulum
mendukung nilai-nilai luhur tertentu, terutama yang bersifat politis dan ilmiah.
2. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak hanya dipahami oleh para pengembang
kurikulum. Pelaksanaan kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak menunjukkan
adanya kandungan nilai dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu.
3. Situasi dan kondisi tata hidup tempat kurikulum itu dilaksanakan telah

2.2PRINSIP KHUSUS

2.2.1 Prinsip-Prinsip Tujuan Krikulum


Prinsip ini ditinjau sebagai salah satu komponen pokok dalam pengembangan kurikulum.
Menurut Hilda Taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu kebudayaan masyarakat, individu,
dan mata pelajaran disiplin ilmu. Sementara itu, Nana Sy. Sukmadinata ( 2005)
mengemukakan sumber tujuan adalah (a) Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat
ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan dan strategi
pembangunan termasuk didalamnya pendidikan, (b) survei mengenai kebutuhan-kebutuhan
murid dengan menggunakan angket, wawancara, observasi, (c) survei mengenai persepsi
orang tua/masyarakat tentang kebutuhannya yang dijaring melalui angket, wawancara,
observasi, (d) survei tenteng pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu yang
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa, (e) survei
tentang manpower, (f) pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama, dan (g)
penelitian lain (Arifin, 2011 :38).
6

2.2.2 Prinsip-Prinsip Isi Kurikulum


Prinsip ini menunjukkan : (a) Isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan dasar suatu
negara, (b) isi kurikulum harus diintegrasikan dalam nation dan character building, (c) isi
kurikulum harus mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya agar peserta didk memiliki
mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi keyakinan agamanya, cerdas, terampil, serta
memiliki fisik yang sehat dan kuat, (d) isi kurikulum harus mempersiapkan sikap dan mental
peserta didik untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab dalam masyarakat, (e) isi
kurikulum harus memadukan teori dan praktik, (f) isi kurikulum harus memadukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dan nilai-nilai, (g) isi kurikulum harus diselaraskan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, (h) isi kurikulum harus
sesuai dengan minat, kebutuhan, da perkembangan masyarakat, (i) isi kurikulum harus dapat
mengintegrasikan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler, (j) isi kurikulum harus
memungkinkan adanya kontinuitas antara satu lembaga dengan lembaga lainnya, dan (k) isi
kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi setempat.
Lebih lanjut, Nana Sy.sukmadinata(2005) merincikan prinsip-prinsip isi kurikulum yang
meliputi: (a) perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil
belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar, (b) isi bahan pelajaran
harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan, (c) unit-unit kurikulum harus
disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga rana belajar, yaitu kognitif, sikap, dan
keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut
diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan
alat pembelajaran secara lebih mendetail (Arifin, 2011 :38-39).

2.2.3 Prinsip-Prinsip Didaktik-Metodik


Prinsip ini meliputi: (a) semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fungsional
dan praktis, (b) pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pemahaman dan
perkembangan peserta didik, (C) guru harus membangkitkan dan memupuk minat, perhatian,
dan kemampuan peserta didik, (d) penyajian bahan pelajaran harus berbentuk jalinan teori
dan praktik, (e) dalam pembelajaran, guru harus dapat membentuk perpaduan antara kegiatan
belajar individual dengan kegiatan belajar kelompok, (f) guru harus dapat mengembangkan
sikap dan nilai-nilai peserta didik, (g) peyajian bahan belajar harus dapat meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan YME,(h) penyajian bahan hendaknya
menggunakan multimetode, media, sumber belajar dan variasi teknik penilaian, dan (i) dalam
hal tertentu, guru perlu memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik (Arifin,
2011 :39).

2.2.4 Prinsip Yang Berkenaan Dengan Media Dan Sumber Belajar


Prinsip ini menunjukkan kesesuaian media dan sumber belajar dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelajaran,
tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kempampuan guru, praktis-ekonomis. Untuk itu,
pengembang kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor, antara lain objektivitas, program
pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondisi (sekolah dan peserta didik), kualitas
media, keefektifan dan efisiensi penggunaan ( Arifin, 2011 :40).

2.2.5 Prinsip-Prinsip Evaluasi


Prinsip-prinsip ini meliputi: prinsip mendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuitas,
prinsip objektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas. Dilihat dari
teknik pengembangan instrumen, perlu diperhatikan: prosedur penyusunan instrumen, jenis
dan teknik penilaian, kesesuaian instrumen dengan kompetensi, jenjang kemampuan yang
diukur, tingkat perkembangan peserta didik, waktu yang diperlukan, teknik pengelolaan dan
analisis item, administrasi penilaian, da pemanfaatan hasil penilaian (Susilana, :2012).
Manfaat yang bisa diambil dari prinsip umum dan prinsip khusus pengembangan
kurikulum tersebut adalah kita bisa menggunakannya secara bersamaan, karena akan saling
melengkapi. Semakin lengkap dan komprehensif kesempurnaan suatu prinsip akan semakin
baik, karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan kerja para pengembang
kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang dihasilkannya. Meskipun demikian, prinsip-
prinsip yang disajikan diatas sifatnya tidak kaku, masih mugkin untuk dimodifikasi,
ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Selain itu, dalam literatur
modern tentang kurikulum masih banyak para ahli yang mengajukan dan membahas tentang
prinsip-prinsip pengembangan kurikulu.

3 LANGKAH-LANGKAH PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Makro (Nasional)


Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam ruang lingkup nasional yang
meliputi Tri-Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan normal, baik secara vertikal maupun horizantal dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai
dengan tingkatan pendidikan atau sekolah, seperti TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
dan perguruan tinggi. Secara horizontal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai
dengan jenis pendidikan atau sekolah yang sederajat, seperti sekolah dasar, madrasah
ibtidiyah, dan program paket A (Arifin, 2011 :41). Pengembangan kurikulum pada
tingkat makro adalah pengembangan kurikulum yang dibahas pada ruang lingkup
keseluruhan pendidikan yang ada di negara tersebut.
8
2. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Institusi (Sekolah)
Pengembangan kurikulum tingkat institusi/lembaga mencakup tiga kegiatan
pokok, yaitu merumuskan tujuan sekolah atau standar kompetensi lulusan masing-masing
lembaga, penetapan isi dan struktur program, dan penyusunan strategi pelaksanaan
kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi lulusan yang dimaksud adalah
rumusan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diharapkan dimiliki siswa
setelah mereka menyelesaikan keseluruhan program pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan. Misalnya, standar kompetensi lulusan SD, SMP, SMA, UPI dan sebagainya.
Sumber yang digunakan dalam merumuskan standar kompetensi lulusan adalah sekolah
masing-masing sesuai dengan jenis dan tingkatannya.
Standar kompetensi lulusan menunjukkan harapan masyarakat, seperti orang tua,
pejabat-pejabat pemerintah dan swasta tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-
lain, serta merupakan harapan bagi sekolah yang lebih tinggi atau dunia kerja. Misalnya,
sesudah tamat SMA, orang tua berharap agar putra-putrinya dapat melanjutkan ke
pergurua tinggi negeri atau masuk ke dunia kerja. Standar kompetensi lulusan hendaknya
dirumuskan sedemikian rupa sehingga tingkat kekhususannya berada diantara tujuan
pendidikan nasional dengan stadar kompetensi mata pelajaran (bidang studi). Peetapan isi
adalah penetapan materi atau bahan pelajaran, sedangkan penetapan struktur program
mencangkup penetapan jumlah an jenis-jenis mata pelajran sistem semester, serta alokasi
waktu yang di perlukan. Adapun penyususunan strategi pelaksanaan kurikulum, antara
lain meliputi menyiapkan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya (pusakawan, ahli
media, tata usaha), menyiapkan sarana dan prasarana, melaksanakan pembelajaran ,
mengadakan penilaian, mengadakan bimbingan dan penyuluhan, dan melaksanakan
administrasi sekolah (Arifin, 2011 :41). Dalam pengembangan kurikulum ini ruang
lingkup yang membahas pelaksanaan kurikulum itu adalah hanya sekolah.

3. Pegembangan Kurikulum Pada Tingkat Mata Pelajaran (Bidang Studi)


Pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi ini dilakukan dalam bentuk
menyusun atau mengembangkan silabus bidang studi mata pelajaran untuk setiap
semester. Silabus suatu bidang studi berstandar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran , kegiatan pembelajaran, indikator, sistem penilaian, alokasi waktu
dan sumber /bahan/alat belajar. Pengembangan silabus harus berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu, antara lain ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan
kontekstual, fleksibel dan menyuruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan baik oleh
guru secara mandiri berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawara Guru Mata Pelajran (MGMP), Pusat Kegiatan Guru (PKG)
maupun Dinas Pendidian Kabupaten/Kota. Adapun langkah-langkah pengembangan
silabus adalah (a) menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, (b)
mengidentifikasi materi pokok/pembelajran, (c) mengembangkan kegiatan pembelajaran,
(d) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (e) menentukan jenis penilaian, (f)
menentukan alokasi waktu, dan (g) menentukan sumber belajar. Pada akhirnya silabus ini
digunakan oleh guru sebagai pedoman dan acuan utama dalam mengembangkan program
pembelajaran (Arifin, 2011 :42).
4. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Pembelajaran Di Kelas
Untuk mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas, maka guru
perlu menyusun program pembelajaran, seperti paket modul, paket belajar, paket
berprogram, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara garis besar, RPP
tersebut terdiri atas identitas mata pelajaran, topik/materi pokok, kelas dan semester,
waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, alat/media/sumber, dan penilaian. Berdasarkan RPP tersebut, guru
diharapkan dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum harus menempuh tahap-tahap
sebagai berikut.
Tahap 1: Studi Kelayakan dan Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan analisis kebutuhan program
dan merumuskan berbagai pertimbangan, termasuk hal-hal apa yang harus
dikembangkan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan terhadap: (a) kebutuhan peserta
didik, terutama aspek perkembangan psikologis, seperti bakat, minat, dan kompetensi-
kompetensi yang harus dimiliki, baik kompetensi akademik, kompetensi sosial,
kompetensi personal, maupun kompetensi vokasional, sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan yang di tetapkan (b) kebuthan masyarakat dan dunia kerja, dan (c) kebutuhan
pembangunan (nasional dan daerah). Teknik yang dapat digunakan antara lain studi
lapangan (observasi, wawancara, angket, dll), survei, analisis kompetensi, analisis tugas,
dan studi dokumentasi. Studi kelayakan meliputi program yang akan dikembangkan,
rasional pengembangan, rumusan deskripsi tugas secara umum, analisis tugas secara
khusus, rumusan kemampuan yang akan dikembangkan, analisis kebutuhan program
sesuai dengan rumusan kemampuan yang akan dikembangkan.
Tahap 2: Perencanaan kurikulum (Draft Awal)
Pada tahaf ini, pengembang kurikulum menyusun suatu konsep perencanaan awal
kurikulum. Berdasarkan rumusan kemampuan yang akan dikembangkan pada tahap
pertama, kemudian dirumuskan tujuan kurikulum yang mendasari rumusan isi dan
sruktur kurikulum yang diharapkan. Selanjutnya, pengembang kurikulum merancang
strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, strategi, metode, media, sumber belajar,
dan sistem penilaian berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya
pada tahap awal. Pemilihan metode, media, sumber belajar, dan teknik penilaian
hendaknya mengacu pada prinsipnya msing-masing dan disesuaikan dengan kemampuan
guru di lapangan serta situasi dan kodisi lembaga pendidikan/sekolah.
Tahap 3: Pengembangan Rencana Operasional Kurikulum
Pada tahap ini, pengembang kurikulum membuat rencana operasional kurikulum,
yang meliputi penyusunan silabus, pengembangan bahan ajar, dan menentukan sumber-
sumber belajar, seperti buku sumber, modul, nara sumber, dan sebagainya. Rencana
pelaksanaan ini hendaknya memperhatikan faktor waktu, tenaga, biaya, dan kemungkinan
pelaksanaannya di lembaga pendidikan (sekolah).
Tahap 4: Pelaksanaan Uji Coba Terbatas kurikulum di Lapangan
Tujuan uji coba dilapangan adalah untuk mengetahui kemungkinan pelaksanaan
dan keberhasilan kurikulum, hambatan atau masalah apa yang terjadi, bagaimana
pengaruh lingkungan, faktor-faktor apa yang mendukung, dan bagaimana upaya
mengatasi hambatan atau pemecah masalah. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas,
pengembang kurikulum hendaknya memperhatikan keandalan program, kemampuan guru
dan tenaga teknis, instrumen evaluasi, kelengkapan sumber-sumber belajar, dan kriteria
keberhasilan. Kegiatan uji coba meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan dan
penyesuaian. Uji coba biasanya dilakukan pada kelompok sampel yang refresentatif.
Tahap 5: Implementasi Kurikulum
Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan minimal dua kegiatan
pokok, yaitu (a) kegiatan diseminasi, yaitu pelaksanaan kurikulum dalam ruang lingkup
yang lebih luas, dan (b) melaksanakan kurikulum secara menyeluruh untuk semua jenis
dan jenjang pendidikan.
Tahap 6: Monitoring dan Evaluasi kurikulum
Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan monitoring dan evaluasi
kurikulum, yang meliputi tahap masukan sesuai dengan desain kurikulum dan hasil atau
dampak pelaksanaan kurikulum.
Tahap 7: Perbaika dan Penyesuaian
Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan perbaikan dan
penyesuaian apabila berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kurikulum ternyata
terdapat hal-hal yang menyimpang atau tidak sesuai dengan keadaan. Perbaikan mungkin
dilakukan terhadap perencanaan kurikulum, strategi penyampaian, materi pembelajaran,
teknik reinforcement, sistem penilaian, dan sebagainya (Arifin, 2011 :42-44).
Menurut Arich Lewy (1977) dalam Arifin tahap-tahap pengembangan kurikulum
meliputi hal-hal berikut ini.
1. Penentuan Tujuan Umum
2. Perencanaan
3. Uji Coba dan Revisi
4. Uji Coba Lapangan
5. Pelaksanaan Kurikulum
6. Pengawas Mutu Kurikulum

BAB III (PENUTUP)

KESIMPULAN

You might also like