You are on page 1of 6

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Nurul Ari Atiqah Farzana

NIM : 18301023

Pembimbing : Ns. Angga Arfina, M.Kep

Judul I : Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan


Mahasiswa Ners dalam Menghadapi Ujian Uji Kompetensi (UKOM)
di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.

Latar Belakang I :

Peraturan Baru Kebijakan exit exam diatur dalam Permenristekdikti no 12 tahun 2016
tentang Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan. Kebijakan tersebut kemudian direvisi dengan
Permendikbud Nomor 2 Tahun 2020 tentang tata cara uji kompetensi mahasiswa bidang
kesehatan. Kebijakan ini mencabut Permenristekdikti no 12 tahun 2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan. Permendikbud Nomor 2 Tahun
2020 mengatur tentang persentase kelulusan nilai akademik 60% dan Uji Kompetensi 40%,
sehingga selama mahasiswa belum lulus uji kompetensi masih menjadi tugas perguruan tinggi
untuk membekali mereka.
Uji Kompetensi atau UKOM adalah ujian yang diselenggarakan bagi calon tenaga
kesehatan termasuk Tenaga Kesehatan Masyarakat. Seorang Tenaga Kesehatan yang ingin
mengabdikan dirinya di instansi kesehatan, diwajibkan untuk mengikuti UKOM guna
mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). Exit exam adalah uji kompetensi yang
dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan atau setelah menyelesaikan seluruh tahap
pendidikan (Rahmah, 2018). Exit exam juga merupakan syarat kelulusan untuk mendapatkan
ijazah dan Surat Tanda Registrasi (STR). Setiap tenaga kesehatan wajib memiliki STR.
Tenaga kesehatan yang memiliki STR dapat diartikan memiliki kompetensi yang disyaratkan
untuk tenaga kesehatan, dan dapat digunakan untuk aktivitas pelayanan kesehatan.
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan kekhawatiran seseorang tentang peristiwa
menakutkan yang akan terjadi dimasa depan, tidak bisa dikendalikan dan bila terjadi, maka
akan dinilai sebagai sesuatu yang mengerikan (Arby, 2017).
Kecemasan adalah perasaan tidak mudah, khawatir, sekaligus takut. Kondisi ini melibatkan
baik emosi maupun sensasi fisik yang mungkin kita alami ketika kita mengalami khawatir
atau gugup tentang sesuatu (Joko & Anta, 2018). Kecemasan yang sering terjadi pada
mahasiswa ialah pada saat mereka menghadapi sesuatu hal seperti ujian. Faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya kecemasan pada mahasiswa pada saat menghadapi uji kompetensi
adalah diantaranya pengawas tes, tempat tes, keterampilan, dan perasaan takut, gugup dan
khawatir tidak lulus tes atau rasa tidak percaya akan kemampuan diri sendiri akan berhasil
dalam tes kompetensi (Malfasari, 2018).
Tingkat kecemasan menurut Peplau dalam Stuart (2016) diidentifikasi menjadi empat
tingkat, sebagai berikut: 1) Kecemasan ringan, terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari. 2)
Kecemasan sedang, dimana seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja. 3)
Kecemasan berat, ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang persepsi. 4) Panik,
dikaitkan dengan rasa takut dan teror.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Ners
dalam Menghadapi Ujian Uji Kompetensi (UKOM) di STIKes Payung Negeri Pekanbaru”.

Pekanbaru,

Koordinator Pembimbing

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep, MB Ns. Angga Arfina, M.Kep

Mahasiswa

Nurul Ari Atiqah Farzana


Judul II : Hubungan Penilaian Stress terhadap Koping Mahasiswa Ners dalam
Menghadapi Ujian Uji Kompetensi (UKOM) di STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.

Latar Belakang II :

Peraturan Baru Kebijakan exit exam diatur dalam Permenristekdikti no 12 tahun 2016
tentang Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan. Kebijakan tersebut kemudian direvisi dengan
Permendikbud Nomor 2 Tahun 2020 tentang tata cara uji kompetensi mahasiswa bidang
kesehatan. Kebijakan ini mencabut Permenristekdikti no 12 tahun 2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan. Permendikbud Nomor 2 Tahun
2020 mengatur tentang persentase kelulusan nilai akademik 60% dan Uji Kompetensi 40%,
sehingga selama mahasiswa belum lulus uji kompetensi masih menjadi tugas perguruan tinggi
untuk membekali mereka.
Uji Kompetensi atau UKOM adalah ujian yang diselenggarakan bagi calon tenaga
kesehatan termasuk Tenaga Kesehatan Masyarakat. Seorang Tenaga Kesehatan yang ingin
mengabdikan dirinya di instansi kesehatan, diwajibkan untuk mengikuti UKOM guna
mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). Exit exam juga merupakan syarat kelulusan
untuk mendapatkan ijazah dan Surat Tanda Registrasi (STR) (Rahmah, 2018). Setiap tenaga
kesehatan wajib memiliki STR. Tenaga kesehatan yang memiliki STR dapat diartikan
memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk tenaga kesehatan, dan dapat digunakan untuk
aktivitas pelayanan kesehatan. Mahasiswa keperawatan adalah komponen penting dari
pelayanan kesehatan. Jika mahasiswa terampil dalam menangani stres maka mahasiswa akan
mampu memberikan performa terbaik. Tanpa keterampilan dan kemampuan ini, penyediaan
layanan perawatan berkualitas untuk pasien di bawah perawatan mahasiswa tidak dapat
dijamin.
Stres adalah mekanisme menyesuaikan diri. Stres diartikan sebagai suatu tanggapan
atau respon seseorang pada kondisi yang dipersepsi sebagai tantangan atau ancaman. Dengan
kata lain, stres adalah kondisi diri saat merasakan tekanan, ancaman, atau masalah (Li et al.,
2016).
Semua orang tanpa terkecuali dapat merasakan stres. Stres muncul saat individu melakukan
penyesuaian dalam hal apapun. Sedikit stres bukanlah masalah, namun stres yang sangat
tinggi dapat berdampak pada fisik. Saat individu merasakan stres dalam jangka panjang dan
tubuh tidak dapat beradaptasi akan hal tersebut, maka dapat menimbulkan kecemasan atau
distress (Li et al., 2016). Singh dan Kohli (2015) secara khusus membagi tingkat stres pada
mahasiswa keperawatan, yaitu stres ringan, stres sedang, dan stres berat. Stres ringan, yaitu
suatu keadaan dimana mahasiswa jarang mengalami tekanan fisik dan/mental selama praktek
klinis. Stres sedang, yaitu suatu keadaan dimana mahasiswa sering mengalami tekanan fisik
dan mental selama praktek klinis. Stres berat, yaitu suatu keadaan dimana mahasiswa selalu
mengalami tekanan fisik dan mental selama praktek klinis.
Koping sebagai upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal
dan/atau internal tertentu yang dinilai membebani atau melewati batas sumber daya yang ada
dalam diri individu. Mahasiswa menggunakan sejumlah strategi koping mengatasi stres untuk
menjaga keseimbangan kesejahteraan dan mencegah penyakit (Demir & Hisar, 2014). Koping
pada mahasiswa adalah perilaku dan tindakan mahasiswa dalam mengatasi tekanan yang
diarahkan untuk memperbaiki atau menguasai suatu masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Penilaian Stress terhadap Koping Mahasiswa Ners dalam Menghadapi
Ujian Uji Kompetensi (UKOM) di STIKes Payung Negeri Pekanbaru”.
Pekanbaru,

Koordinator Pembimbing

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep, MB Ns. Angga Arfina, M.Kep

Mahasiswa

Nurul Ari Atiqah Farzana


Judul III : Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang
Penyakit DBD dengan Upaya Pencegahan DBD di Kelurahan Rumbai
Pesisir.

Latar Belakang III :

Prevalensi yang mengalami DBD di Indonesia dengan jumlah tiga puluh empat tercatat
sebanyak 641 jiwa diantaranya meninggal dunia (Kasanah, 2016). Angka prevalensi diatas
lebih kecil dibandingkan angka prevalensi di tahun 2013 dimana yang alami DBD 112.511
penderita yang juga dengan jumlah 871 meninggal karena menderita DBD (Depkes, 2015).
Di tahun 2014 mengalami lonjakan angka berjumlah 100.347 jiwa dengan Incidence Rate
(IR) sebanyak 39,8/100.000 penduduk. Berdasarkan data Ditjen P2P Kemenkes RI 2017
dalam Labola 2017, menyatakan bahwa jika dilihat per Provinsi kasus meninggal DBD
tertinggi tahun 2016 dalam empat provinsi yaitu; Provinsi Jawa Timur berjumlah 340 kasus,
Provinsi Jawa Barat berjumlah 270 kasus, Provinsi Jawa Tengah berjumlah 213 kasus dan
Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 102 kasus. Terdapat empat Provinsi yang memiliki
kasus paling rendah yaitu Provinsi Papua yaitu 0 kasus, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Provinsi Sulawesi Barat yaitu dua kasus, dan Provinsi Bangka Belitung yaitu tiga kasus.
Pada tahun 2015, di Indonesia tercatat kasus DBD mencapai angka 129.650 kasus (IR=50
per 100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebesar 1.071 kematian (CFR=0,83%)
(Suryani, 2018).
Berdasarkan data yang dilaporkan P2PTVZ Kemenkes, sampai Minggu ke 5 tahun
2022 ini, jumlah total penyakit DBD sudah mencapai 5.041 kasus. Sementara, jumlah suspek
Dengue pada Minggu kelima tahun 2022 ini dari laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon (SKDR) sebanyak 16.047 suspek Dengue (Kompas, 2022).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang terutama pada anak, dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa atau KLB di
Indonesia.
Pengetahuan dan perilaku masyarakat terkhususnya menjaga kebersihan lingkungan adalah
hal yang paling penting dan akan menjadi acuan untuk memberantas dan mencegah
penyebaran penyakit DBD, seperti tempat penampungan air yang bersih dan sampah yang
dapat menampung air. Yang menjadi tugas utama adalah meningkatkan tindakan-tindakan
yang dapat memberantas dan mencegah DBD.
Dalam meningkatkan kemampuan, meningkatkan motivasi dan melakukan
peningkatan kesanggupan hidup yang sehat merupakan target pembangunan kesehatan untuk
setiap orang sehingga mewujudkan tingkat kesehatan masyarakat yang terbaik. Dalam
pemberantasan DBD saat ini, hal utama yang dapat dilakukan adalah memberantas nyamuk
Aedes aegypti. Dalam upaya untuk melakukan tindakan memberantas tempat bersarangnya
nyamuk yang disebut PSN, terdapat beberapa tindakan disebut dengan 3M Plus yang
merupakan menyikat dan menguras tempat penampungan air seperti bak mandi atau water
closet seminggu sekali (M1), menutup rapat tempat pembuangan air seperti gentong air dan
tempayan (M2), mendaur ulang atau memanfaatkan item yang dimana bekas pakai yang
mampu menadah air dari hujan disebut M3 (Purnama, 2017).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit DBD dengan
Upaya Pencegahan DBD”.

Pekanbaru,

Koordinator Pembimbing

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.Kep, MB Ns. Angga Arfina, M.Kep

Mahasiswa

Nurul Ari Atiqah Farzana

You might also like