You are on page 1of 11

MAKALAH

“Pendekatan Monodisipliner, Multidisipliner Interdisipliner Transdisipliner ”


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pengembangan Riset Interdisiplin Pendidikan Fisika
Dosen Pengampu : Deo Demonta Panggabean, M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

Dewi Melia Gultom (4193321017)

Elva Sellya R. Tarigan (4193321007)

Eva Rolita Harianja (4193321020)

Ruth Ramayani Pasaribu (4193121044)

PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan kondisi sehat
pada masa pandemi saat ini. Sehingga penulis dapat mampu menyelesaikan tugas makalah
berjudul “Pendekatan Monodisipliner, Multidisipliner Interdisipliner Transdisipliner”.

Makalah ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengembangan
Riset Interdisiplin Pendidikan Fisika” dengan dosen pengampunya adalah Bapak Deo
Demonta Panggabean, M.Pd yang sudah banyak memberikan bimbingan atas tugas ini.
Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu
pengumpulannya.
Dan kami kira makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian tugas ini. Dengan harapan dapat diterima oleh bapak dan dapat
dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.

Medan, April 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 1

BAB II ISI ................................................................................................................................. 2

2.1 Pendekatan Monodispliner ...................................................................................... 2


2.2 Pendekatan Multidispliner....................................................................................... 3
2.3 Pendekatan Interdispliner ....................................................................................... 4
2.1 Pendekatan Transdispliner...................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 7

3.2 Saran ......................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam Pedoman Kurikulum 2013-2018 Institut Teknologi Bandung, tertulis: a)


perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi akan menghantarkan masyarakat dunia
di awal abad ke-21 ke dalam tatanan kehidupan yang kompleks, sarat perubahan dan diwarnai
oleh keterbukaan. Dasawarsa mendatang merupakan masa transisi menuju masyarakat informasi
berteknologi maju sarat dengan dinamika yang dicirikan oleh penggunaan ilmu pengetahuan,
teknologi, sains, dan ilmu kemanusiaan secara intensif, keterkaitan global, infrastruktur yang
terintegrasi, dan menuntut sumber daya insani yang kreatif dan inovatif; b) abad ke-21 akan
merupakan era partisipasi, di mana individu dan komunitas memberikan kontribusi keunikan dan
keunggulannya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama, yakni peningkatan kesejahteraan
umat manusia.
Pendekatan dalam suatu ilmu dapat dilihat melalui dua tipe yaitu monodisipliner dan
interdisipliner. Pendekatan monodisipliner yaitu pendekatan dengan suatu ilmu yang tunggal
sudut pandang. Pendekatan untuk melakukan pemecahan masalah yang menggunakan dua ilmu
atau lebih secara umum atau arti luas disebut juga dengan pendekatan interdisipliner atau
pendekatan multidisipliner yang sering pula ditulis pendekatan interdisipliner/multidisipliner.
Apabila dirinci berdasarkan karakteristiknya, pendekatan interdisipliner ini dapat dibagi ke dalam
4 jenis pendekatan, yaitu: pendekatan interdisipliner, pendekatan multidisipliner, pendekatan
transdisipliner, dan pendekatan krosdisipliner.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Monodisipliner, Multidisipliner
Interdisipliner Transdisipliner.
2. Bagaimana Pendekatan Monodisipliner, Multidisipliner Interdisipliner Transdisipliner.
3. Apa saja syarat dari Pendekatan Monodisipliner, Multidisipliner Interdisipliner
Transdisipliner.
1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca terhadap materi yang
dibahas.
2. Menjadikan penulis untuk lebih kreatif, aktif dan produktif dalam mencapai tujuan dari
kependidikan.
3. Sebagai referensi bagi pembaca untuk dapat mengetahui kualitas dan perbandingan isi
jurnal yang di kritik dengan jurnal lain, tanpa perlu membaca keseluruhan isi.

1
BAB II
ISI
2.1 Pendekatan Monodisipliner
Pendekatan dalam suatu ilmu dapat ditinjau melalui dua tipe yaitu monodisipliner dan
interdisipliner. Pendekatan monodisipliner adalah pendekatan dengan suatu ilmu dengan satu
sudut pandang. Pendekatan monodisipliner memiliki ciri mono (satu ilmu).
Terdapat dua watak dasar dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Pertama, bangunan
ontologis, epistemologis, teoretis, dan metodologis ilmu-ilmu (spesialistis-partikular)
kealamanan, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora. Kedua, masing-masing disiplin ilmu terdapat
pemisah dengan mengabaikan keberadaan ilmu-ilmu lain atau kerja sama ilmu-ilmu; kerja sama
ilmu-ilmu dan gabung-ilmu-ilmu benar-benar dianggap “cinta terlarang”.
Berikutnya, Saryono menjelaskan fajar era monodisipliner disertai dengan
berkembangnya dan atau menguat-menonjolnya (sebutlah) “ideologi‟ kemonodisiplineran dalam
ilmu-ilmu (monodisiplinerisme) pada umumnya, ilmu-ilmu alam atau ilmu analitis, ilmu-ilmu
sosial atau ilmu-ilmu emansipatoris, ilmu-imu humaniora atau ilmu hermeneutis.
Monodisiplinerisme mewawasi, melandasi, dan menggerakkan segenap ilmu-ilmu dalam bekerja.
Kerja ilmu dan temuan teori dikendalikan oleh monodisiplinerisme semata. Dalam bekerja ini,
“ideologi‟ monodisiplinerisme ini meyakini empat hal.
Pertama, ilmu-ilmu apapun harus mengejar tujuan dan kepentingan tertentu yang melekat
(inheren) dalam dirinya sendiri (internal), bukan mengejar suatu tujuan dan kepentingan di luar
dirinya (eksternal), misalnya kepentingan kemanusiaan; kepentingan kemanusiaan merupakan
soal aksiologi ilmu yang bukan urusan langsung ilmu.
Kedua, ilmu-ilmu apapun harus bekerja dengan asas-asas disipliner yang ketat dan pasti
yang dimilikinya dan dalam batas-batas cakupan yang telah ditetapkan, bukan asas ketuntasan
masalah tertentu yang harus dikajinya dan kememandaian jawaban atas masalah-masalah
keilmuan.
Ketiga, ilmu-ilmu apapun perlu bekerja dengan satu teori dan metodologi yang sesuai
dengan tujuan dan kepentingan monodisipliner, tidak perlu atau tidak boleh bekerja dengan
piranti-piranti teoretis dan metodologis dalam suatu kajian ilmiah disebut dengan nama
eklektisisme, bukan disebut multidisiplineritas atau interdisipliner.
Terakhir, keempat, ilmu-ilmu apapun wajib mengusung objektivitas-empiris yang
notabene positivistis sebagai pilar sekaligus tolok ukur (tunggal?) aktivitas penelitian ilmiah
termasuk ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan; tidak ayal ilmu-ilmu alam, sosial, dan
kemanusiaan (sama-sama dimatikan). Entitas, watak, dan sifat objek ilmu-ilmu sosial atau ilmu
emansipatoris dan apalagi ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu hermeneutis yang sesungguhnya
2
amat hidup, cair-lunak, dan mudah bergerak pun harus dimatikan suspaya memperoleh status
keilmiahan yang kokoh.
2.2 Pendekatan Multidisipliner

Pendekatan multidisipliner (multidisciplinary approach) ialah pendekatan dalam


pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu
yang relevan. Ilmu ilmu yang relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK),
rumpun Ilmu Ilmu Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) secara alternatif.
Penggunaan ilmu-ilmu dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini dengan tegas
tersurat dikemukakan dalam suatu pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap urain sub-sub
uraiannya bila pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian, disertai kontribusinya
masing masing secara tegas bagi pencarian jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Ciri pokok
atau kata kunci dari pendekatan multidisipliner ini adalah multi (banyak ilmu dalam rumpun ilmu
yang sama).
Dari sudut ilmu ekonomi, Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkahnya
sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak
terbatas. banyaknya “kemiskinan” khususnya di Negara kita Indonesia, yang sulit untuk
dipecahkan, karena kemiskinan itu semakin berkembangnya Negara semakin banyak kemiskinan.
Dan juga di Indonesia semakin banyak penduduk dan semakin banyak tingkat kelahiran di setiap
tahunnya,sehingga terjadi kepadatan penduduk di Indonesia, masalahnya semakin banyak warga
Negara Indonesia semakin berkurang sumber daya Alamnya sehingga menjadi tidak
seimbang,antara kebutuhan dan manusiannya.
Dari sudut ilmu psikologi, ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku
manusia. Contohnya seperti di karawang secara psikologis apabila sudah panen beras, maka
dalam penggunaan uangnya secara boros, menghambur-hamburkan uang, tidak sesuai dengan
keperluan, itupun menjadi salah satu faktor ekonomi yang dapat menimbulkan kemiskinan, cara
memecahkan masalahnya yaitu dengan rasional, hemat, jangan boros, mengguanakan uang
seperlunya.
Dari sudut ilmu politik, ilmu politik adalah cara untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaannya, dalam permasalahan ekonominya, pemerintah tidak jarang membangun kantor
baru, membangun bangunan yang tidak begitu di perlukan dalam artian maka pemerintah telah
berlaku tidak rasional, menghambur-hamburkan uang rakyat, sehingga itulah salah satu faktor
dari ilmu politik yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, solusinya yaitu dengan merubah
perilaku pemerintah yang tadinya berlaku konsumtif menjadi rasional/hemat.

3
Dari sudut ilmu sosiologi, ilmu sosiologi adalah mempelajari perilaku manusia dalam
kelompok-kelompok yang dapat dilihat dari bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya
seperti dalam pendidikan, tidak sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan, khususnya bagi
masyarakat awam, yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan belajar samapi tingkat tinggi,
karena salah satu faktornya yaitu tidak mampub dalam hal financial, cara pemecahannya yaitu
seharusnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depan. Tetapi apabila ingin
menyeimbangkan antara bekerja dengan belajar,boleh untuk bekerja dahulu untuk membiayai
pendidikannya,lalu memprioritaskan pendidikannya.
2.3 Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam


pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun
yang relevan secara terpadu. Yang dimaksud dengan ilmu serumpun ialah ilmu-ilmu yang berada
dalam rumpun ilmu tertentu, yaitu rumpun Ilmu-Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu Sosial
(IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Budaya (IIB) sebagai alternatif. Ilmu yang relevan maksudnya ilmu-
ilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan suatu masalah. Adapun istilah terpadu, yang
dimaksud yaitu ilmu ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan
ini terjalin satu sama lain secara tersirat (implicit) merupakan suatu kebulatan atau kesatuan
pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya kalau pembahasan atau uraian
itu terdiri atas sub-sub uraian. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan indisipliner ini adalah
inter (terpadu antarilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau terpadunya itu.
Adapun dalam praktiknya pengkajian interdisipliner tentunya memiliki beberapa tujuan
sebagai acuan keberhasilan penelitian yang dilakukan antar disiplin, yaitu meningkatkan mutu,
dan produk penelitian. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian, yaitu:
a) Relevansi penelitian dengan masalah yang dibahas diharapkan akan lebih baik dan
lebih mendalam.
b) Tercapainya saling tukar informasi antar disiplin ilmu sehingga menghasilkan
penelitian yang lengkap dan maksimal.
c) Lebih berkembangnya hard skill, dan soft skill para mahasiswa serta terbinanya
kerjasama antar disiplin ilmu.
d) Mutu penelitian berkaitan dengan lingkup materi, ketajaman analisis untuk
menentukan akar masalah atau gagasan inovatif yang dikembangkan dalam penelitian,
uraian latar belakang teori yang menjadi landasan kerangka konseptual penelitian,
serta metode yang menentukan keandalan rancangan, validitas proses, perolehan data
dan ketepatan model analisis yang dipilih diharapkan akan lebih terarah.
4
e) Interaksi kegiatan meneliti akan lebih terjamin dengan adanya benang merah atau
hubungan material antar mahasiswa. Pada kegiatan penelitian tersebut diharapkan
terjadi interaksi secara kolaboratif antara mahasiswa. Adapun indikator munculnya
interaksi yang baik adalah terciptanya hasil penelitian yang berdasarkan kerjasama
antara mahasiswa ditandakan dengan adanya andil dari tiap tiap individu dalam karya
tersebut.

Adapun klasifikasi pendekatan interdisipliner menurut G. Vaidenau adalah sebagai berikut:


a) Transdiciplinarity, merupakan keseimbangan kondisi pengaruh yang lengkap antara
semua disiplin ilmu yang relevan pada tingkat koordinasi tertinggi. Koordinasi dalam
pengertian ini memerlukan upaya yang optimal dari kontak silang atau komunikasi
silang
b) Interdicipliner, agak lemah dibandingkan transdisipliner dalam koordinasi atau
komunikasi silangnya. Keseimbangan pengaruh, namun dari masing-masing disiplin,
ditegakkan
c) Cross-disiplinarity, berbeda jauh dari interdisipliner keduanya baik kuantitatif dan
kualitatif.
d) Pluri-disiplinarity, ditandai oleh fakta bahwa komunikasi terjadi antara berbagai
milleus atau disiplin, akan tetapi komunikasinya lebih lemah daripada cross-
disiplinarity
e) Multi-disiplinarity, adalah bentuk interdisipliner yang paling sedikit di kembangkan.
Komunikasi antara berbagai milleus direduksi menjadi minimum.
2.4 Pendekatan Transdisipliner

Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam


pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan relevan
dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil pendidikan
formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut. Ilmu yang berada di
luar keahlian yang akan digunakan oleh seseorang itu bisa satu atau lebih ilmu. Namun, biasanya
untuk keperluan kedalaman pembahasan orang itu hanya menggunakan satu ilmu saja di luar
keahliannya itu. Ilmu yang relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK),
rumpun Ilmu Ilmu sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) sebagai alternatif.
Penggunaan ilmu atau ilmu-ilmu dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini
bisa secara tersirat atau tersurat, tetapi akan lebih baik dan biasasnya memang tersurat. Hal itu
dilakukan untuk menunjukkan pertanggungjawaban keilmuan orang tersebut. Pendekatan ini
dahulu kurang diterima karena dianggap melanggar etika keilmuan oleh para ahli ilmu terutama
5
oleh mereka yang ilmunya digunakan oleh orang yang bukan ahlinya itu. Akan tetapi, dewasa ini
hal itu dimungkinkan karena pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks) lagi pula kompleksnya permasalahan yang pada umumnya sulit dipecahkan oleh hanya
dengan pendekatan satu ilmu (pendekatan monodisipliner) saja. Bahkan pada saat yang sama
diterima baik oleh kalangan ilmuan termasuk oleh ilmuan ahlinya asalkan dalam pemecahan suatu
masalah itu menunjukkan kualitas dan kebenaran yang memadai.
Dengan demikian, seseorang yang menggunakan pendekatan transdisipliner harus pula
dipenuhi syarat sebagai berikut:
a) menggunakan ilmu di luar ilmu keahlian utamanya, biasanya dalam memecahkan
suatu masalah menggunakan satu ilmu di luar ilmu keahliannya itu
b) ilmu yang digunakan berada dalam rumpun ilmu yang sama dengan ilmu keahlian
utamanya
c) memahami dengan baik ilmu yang digunakan di luar keahlian ilmu utamanya itu;
d) menunjukkan hasil dengan kualitas dan kebenaran yang memadai.

Ciri pokok pendekatan transdisipliner adalah trans (lintas ilmu dalam rumpun ilmu yang
sama) atau melintasnya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan monodisipliner adalah pendekatan dengan


suatu ilmu dengan satu sudut pandang. Pendekatan monodisipliner memiliki ciri mono (satu
ilmu). Terdapat dua watak dasar dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Pertama, bangunan
ontologis, epistemologis, teoretis, dan metodologis ilmu-ilmu (spesialistis-partikular)
kealamanan, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora. Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary
approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan
berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu.
Pendekatan multidisipliner (multidisciplinary approach) ialah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak
ilmu yang relevan. Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan
dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai
dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil
pendidikan formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut.

3.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kami tetap
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik yang
sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan di masa akan
datang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Ida Rochani. 1998. “Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika,” Humaniora. No 7
Fitri, Agus Zainul., dkk. 2020. Model Pendidikan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam
Pembelajaran Berbasis Kurikulum KKNI. Tulungagung: Akademia Pustaka
Sudikan, Setya Yuwana. 2015. Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Transdisipliner
Dalam Studi Sastra. Jurnal Paramasastra. 2 (1) hal 1-30

You might also like