Professional Documents
Culture Documents
Makalah Pri Pert 9 - Kel. 6
Makalah Pri Pert 9 - Kel. 6
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan kondisi sehat
pada masa pandemi saat ini. Sehingga penulis dapat mampu menyelesaikan tugas makalah
berjudul “Pendekatan Monodisipliner, Multidisipliner Interdisipliner Transdisipliner”.
Makalah ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengembangan
Riset Interdisiplin Pendidikan Fisika” dengan dosen pengampunya adalah Bapak Deo
Demonta Panggabean, M.Pd yang sudah banyak memberikan bimbingan atas tugas ini.
Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu
pengumpulannya.
Dan kami kira makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian tugas ini. Dengan harapan dapat diterima oleh bapak dan dapat
dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
ISI
2.1 Pendekatan Monodisipliner
Pendekatan dalam suatu ilmu dapat ditinjau melalui dua tipe yaitu monodisipliner dan
interdisipliner. Pendekatan monodisipliner adalah pendekatan dengan suatu ilmu dengan satu
sudut pandang. Pendekatan monodisipliner memiliki ciri mono (satu ilmu).
Terdapat dua watak dasar dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Pertama, bangunan
ontologis, epistemologis, teoretis, dan metodologis ilmu-ilmu (spesialistis-partikular)
kealamanan, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora. Kedua, masing-masing disiplin ilmu terdapat
pemisah dengan mengabaikan keberadaan ilmu-ilmu lain atau kerja sama ilmu-ilmu; kerja sama
ilmu-ilmu dan gabung-ilmu-ilmu benar-benar dianggap “cinta terlarang”.
Berikutnya, Saryono menjelaskan fajar era monodisipliner disertai dengan
berkembangnya dan atau menguat-menonjolnya (sebutlah) “ideologi‟ kemonodisiplineran dalam
ilmu-ilmu (monodisiplinerisme) pada umumnya, ilmu-ilmu alam atau ilmu analitis, ilmu-ilmu
sosial atau ilmu-ilmu emansipatoris, ilmu-imu humaniora atau ilmu hermeneutis.
Monodisiplinerisme mewawasi, melandasi, dan menggerakkan segenap ilmu-ilmu dalam bekerja.
Kerja ilmu dan temuan teori dikendalikan oleh monodisiplinerisme semata. Dalam bekerja ini,
“ideologi‟ monodisiplinerisme ini meyakini empat hal.
Pertama, ilmu-ilmu apapun harus mengejar tujuan dan kepentingan tertentu yang melekat
(inheren) dalam dirinya sendiri (internal), bukan mengejar suatu tujuan dan kepentingan di luar
dirinya (eksternal), misalnya kepentingan kemanusiaan; kepentingan kemanusiaan merupakan
soal aksiologi ilmu yang bukan urusan langsung ilmu.
Kedua, ilmu-ilmu apapun harus bekerja dengan asas-asas disipliner yang ketat dan pasti
yang dimilikinya dan dalam batas-batas cakupan yang telah ditetapkan, bukan asas ketuntasan
masalah tertentu yang harus dikajinya dan kememandaian jawaban atas masalah-masalah
keilmuan.
Ketiga, ilmu-ilmu apapun perlu bekerja dengan satu teori dan metodologi yang sesuai
dengan tujuan dan kepentingan monodisipliner, tidak perlu atau tidak boleh bekerja dengan
piranti-piranti teoretis dan metodologis dalam suatu kajian ilmiah disebut dengan nama
eklektisisme, bukan disebut multidisiplineritas atau interdisipliner.
Terakhir, keempat, ilmu-ilmu apapun wajib mengusung objektivitas-empiris yang
notabene positivistis sebagai pilar sekaligus tolok ukur (tunggal?) aktivitas penelitian ilmiah
termasuk ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan; tidak ayal ilmu-ilmu alam, sosial, dan
kemanusiaan (sama-sama dimatikan). Entitas, watak, dan sifat objek ilmu-ilmu sosial atau ilmu
emansipatoris dan apalagi ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu hermeneutis yang sesungguhnya
2
amat hidup, cair-lunak, dan mudah bergerak pun harus dimatikan suspaya memperoleh status
keilmiahan yang kokoh.
2.2 Pendekatan Multidisipliner
3
Dari sudut ilmu sosiologi, ilmu sosiologi adalah mempelajari perilaku manusia dalam
kelompok-kelompok yang dapat dilihat dari bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya
seperti dalam pendidikan, tidak sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan, khususnya bagi
masyarakat awam, yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan belajar samapi tingkat tinggi,
karena salah satu faktornya yaitu tidak mampub dalam hal financial, cara pemecahannya yaitu
seharusnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depan. Tetapi apabila ingin
menyeimbangkan antara bekerja dengan belajar,boleh untuk bekerja dahulu untuk membiayai
pendidikannya,lalu memprioritaskan pendidikannya.
2.3 Pendekatan Interdisipliner
Ciri pokok pendekatan transdisipliner adalah trans (lintas ilmu dalam rumpun ilmu yang
sama) atau melintasnya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kami tetap
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik yang
sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan di masa akan
datang.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Ida Rochani. 1998. “Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika,” Humaniora. No 7
Fitri, Agus Zainul., dkk. 2020. Model Pendidikan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam
Pembelajaran Berbasis Kurikulum KKNI. Tulungagung: Akademia Pustaka
Sudikan, Setya Yuwana. 2015. Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Transdisipliner
Dalam Studi Sastra. Jurnal Paramasastra. 2 (1) hal 1-30